Anda di halaman 1dari 10

Asal Usul Desa Kimak

Oleh :

1. Anur S. I.
2. Defrina D.U.
3. Desti N.
4. Erie Y.
5. Warthesa A.
TAHUN AJARAN 2018/2019
SMAN 1 PEMALI
a. Asal usul Desa

Desa Kimak merupakan salah satu bagian dari daerah administrasi di


Kecamatan Merawang. Sebelum terjadi pemekaran pada tahun 2000 Desa Kimak
sanagt luas mencangkup Dusun Limbung , Dusun Jada Bahrin , dan Dusun Bokor
Desa Air Duren Pemali . Setelah pemekaran semua daerah tersebut lepas dari Desa
Kimak sehingga Desa kimak semakin kecil dan dibagi menjadi 4 Dusun yaitu Dusun
satu pusat pemerintahan, Dusun dua, Dusun 3 dan Dusun 4.

Asal usul nama Kimak yaitu pada masa dahulu kala ada seorang kakek
bernama Peruang (salah satu nama tempat di Batu Rusa )berjalan ke rumah nenek
Sudam pada zaman Depati Bahrin pada tahn 1828. Kakek Peruang sebelum sampai
ke rumah Nenek Sudam berhenti di air dan langsung mandi. Pada saat mandi kakek
tadi menemukan binatang laut seperti kerang tapi sangat besar,kata penduduk
setempat mempercayai sebesar umah (rumah ) yaitu Kimak.

Dulu hanya ada 7 keturuan dari Depati Bahrin(akek pok sebutan


masyarakat Desa Kimak). Mereka hidup berpindah- pindah . Alasannya pada saat
itu masih terjadi peperangan dengan Belanda dan untuk menghindarinya. Terkadang
mereka berada di Kimak, terkadang di Lubuk Bunter, dan juga di Sungai Menari .

Melihat latar belakang sejarah masyarakat Kimak sekarang mempunyai


budaya seperti binatang laut kimak ,kulitnya keras tapi di dalam lembut dan apabila
bias membuka rumah(kulit )semua yang disamapikan akan dikerjakan bersama-
sama. Apabila menutup atau kecewa sanagat sulit untuk mengajak masyarakat
bersama kembali. Sedangkan menurut filosofi suku Sekak melayu ,orang kimak
apabila seorang berhasil di suatu bidang maka semua masyarakat akan mengikutinya.

Masyarakat Kimak berasal dari keturunan suku Sekak Melayu, ciri


khas suku Sekak Melayu sangat kuat dengan adat istiadat dan bergotong royong.
Sikap gotong royong masih di lestarikan sampai sekarang dalam acara
nganggung(sepintu sedulang ).

b. Yang pernah memimpin Desa Kimak


1.Bapak Padila,Pj.Kepala Desa Kimak Th.1984-1988

2.Bapak Burhanudin,Kepala Desa Kimak Th.1988-1993

3.Bapak KH.Ilyasak,Kepala Desa Kimak Th.1993-1997

4.Bapak H.Su’ud Usman,Kepala Desa Kimak Th,1997-2002

5.Bapak Kuslan Nasir,Kepala Desa Kimak Th.2002-2007

6.Bapak Sarkani,Pj.Kepala Desa Kimak Th.2007-2008

7.Bapak Kuslan Nasir,Kepala Desa Kimak Th.2008-2014

8.Bapak Mustofa,Kepala Desa Kimak Th.2014-Sekarang

Luas Wilayah

 Luas Tanah Sawah :281 Ha


 Luas Tanah Kering :250 Ha
 Luas Tanah Basah :184 Ha
 Luas Tanah Perkebunan :3401 Ha
 Luas Fasilitas Umum : 100 Ha
 Luas Tanah Hutan : 676 Ha
TOTAL : 4892 ha

Batas Wilayah

 Sebelah Utara : Desa Air Duren Kec.Pemali


 Sebelah Selatan : Desa Jada Bahrin Kec.Merawang
 Sebelah Timur : Desa Jurung Kec.Merawang
 Sebelah Barat : Desa sempan Kec.Pemali

c. Adat Istiadat

1. Mandi Belimau
Tradisi yang masih dijalani masyarakat Desa Kimak adalah Mandi
Belimau. Mandi Belimau artinya pencucian atau pensucian lahir dan batin
menggunakan air limau .Mandi Belimau dilaksanakan ketika menyambut Ramadhan.
Dengan puncaknya Upacara adat Mandi Belimau, merupakan ritual adat yang
dilaksanakan setiap tahun menghadapi Ramadhan. Dengan ritual doa bersama dan
mensucikan diri yang dipimpin oleh tokoh agama Desa Kimak. Serangkaian ritual
yang dilaksanakan oleh masyarakat dusun Limbung,Desa Jada Bahrin dan desa
Kimak Kecamatan Merawang. Kegiataan ini diawali dengan ziarah ke makam Depati
Bahrin di Lubuk Bunter Desa Kimak. Puncak acara adalah membersihkan anggota
tubuh dengan ‘Air Taubat ‘. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan dan
dilaksanakan 1 minggu menjelang bulan Rahmadan. Tradisi mandi Belimau dimulai
dengan ziarah ke makam tokoh masyarakat atau ke pahlawan yang sangat dihormati.
Selepas melakukan ziarah, masyarakat pergi ke tempat acara mandi Belimau. Tepat di
panggung disiapkan air yang diisi dalam sebuah gucibesar yang bertuliskan
kalimat Arab. Air limau dibuat dengan beberapa bahan yang ditentukan oleh para
kaum pandai dan kaum ulama terdahulu. Bahan-bahan untuk membuat air limau
antara lain daun pandan wangi, daun serai wangi, mayang pinang, daun limau,
daun soman, daun liman, daun mentimun, akar siak-siak, daun limau purut, dan buah
limau purut. Bahan-bahan tersebut dipilih karena keharumannya. Keharuman bahan-
bahan tersebut baik untuk penyambutan bulan Ramadhan dan pembersihan diri.

Upacara diawali dengan kegiatan Napak Tilas yang dimulai dari dari gedung Juang di
Sungailiat menuju makam Depati Bahrin di luBUK Bunter di desa Kimak. Lalu
dilanjukan dengan berzihara di makam Depati Bahrin ,kira kira berjarak 8 Km dari
desa Kimak . dalam melakukan ziarah diisi dengan kegiatan membaca suarat Yasin
serta memanjatkan doa dipandu oleh tokoh agama islam setempat . Ritual adat
Mandi Belimau dimulai dari pengutaraan niat disertai doa yang dipimpin Haji Ilyasak
keturunan kelima Depati Bahrin yang sekarang adalah pemuka adat Kecamatan
Merawang. Dalam upacara ini Haji Ilyasak sebagai pemimpin mengenakan kain
putih,sementara lima pemuka adat lainnya yang membantunya mengenakan kain
berwarna hijau,merah,kuning,hitam,dan kelabu. Tidak disebutkan apa makna yang
tersirat dari perbedaan lima warna kain yang dikenakan oleh yang membantu ritual
itu dan yang memimpin. Sedangkan pelaksanaan mandinya sendiri dilakukan di
depan Sungai Limbung. Yang dimulai dari membasahi telapak tangan dari yang
kanan,lalu telapak kiri, kemudian kaki kanan dan kiri yang diteruskan membasahi
ubun-ubun dan seluruh anggota tubuh dengan guyuran air yang dicampur dengan
jeruk limau.

Bahkan ada diantara warga yang sengaja membawa pulang air yang digunakan
untuk ritual Mandi Belimau, yang diyakini memiliki khasiat tertentu. Ritual adat itu
pun diikuti oleh para pejabat yang ada di Provinsi Kep.Bangka Belitung dan
Kabupaten Bangka. Dan menurut mereka, rangkaian kegiatan adat Mandi Belimau itu
adalah simbol-simbol tradisi yang baik untuk perenungan dan pensucian diri baik
lahir maupun batin. Selain itu dalam rangka menumbuh kembangkan nilai-nilai
sejarah perjuangan para pendahulu kita yang ada didaerah Bangka seperti
kepahlawanan Depati Bahrin,Depati Amir dan lainnya.

Keinginan Pemerintah Daerah kabupaten Bangka ini sejalan dengan apa yang
diharapkan masyarakat Dusun Limbung,Desa Jada Bahrin dan Desa Kimak
Kecamatan Merawang agar ritual adat Mandi Belimau dapat dipertahankan dan
dilestarikan.

Waktu Kampung Kecamatan Toko Adat


Hari Minggu Limbung Merawang H.Ilyasak
Terakhir sebelum Desa Jade H.Abdul Manan
Bulan puasa Bahrin

Sebelum air limau disiram ke seluruh badan, masyarakat sering


menguatkan niat dalam rangka menyambut dan menjalani kewajiban puasa nantinya.
Setelah air limau membasahai seluruh badan, tak usah dibilas dengan air biasa. Hal
ini dimaksudkan agar keharuman menyatu dengan bada. Setelah mandi Belimau,
sanak keluarga beserta tetangga bersalam-salaman, dan meminta maaf antara
sesama. Hal ini yang dimaksudkan dengan mensucikan diri secara lahir dan batin.
2. Adat Nganggung/Sepintu Sedulang
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya Kabupaten bangka
terdapat adat Nganggung atau Sepintu Sedulang yaitu satu kegiatan yang ada di
masyarakat Bangka dimana setiap orang atau Kepala Keluarga menyiapkan dulang
yang berisi berbagai jenis makanan yang dianggung atau dibawakan ke tempat
pertemuan seperti Masjid/Balai Desa untuk dimakan secara bersama-sama. Dan
diatas dulang ditutup dengan Tudung saji berwarna-warni Merah,Kuning,dan hijau.
Asal muasal diadakan kegiatan Nganggung ini adalah sebagai cara atau
strategi para alim ulama/sesepuh desa dalam menyiarkan Agama Islam dan sebagai
upaya memakmurkan masjid serta memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan umat
Islam(Ukuwah Islamiyah) dengan berlandaskan semangat kegotongroyongan.
Yang tidak kalah pentingnya dari kegiatan ini adalah makna yang terkandung
dalam Adat Nganggung atau Sepintu Sedulang yaitu sebagai ungkapan syukur
kehadirat Allah Swt atas nikmat dan karunia yang telah diberikan. Budaya
Nganggung sampai saat ini masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten
Bangka khusunya dan Provinsi Kepulauan Bngka Belitung pada umumnya dan
merupakan salah satu adat istiadat yang tidak bisa ditinggalkan. Karena dengan
adanya budaya Nganggung inilah kita dapat merasakan getaran kebersamaan bahwa
kita semua yang ada di Pulau Bangka ini memiliki harta warisan budaya yang sama.
Tudung saji
Seperti yang telah tersebut diatas bahwa kelengkapan dari adat Nganggung
yaitu Dulang sebagai tempat atau alas untuk meletakkan wadah berupa piring yang
berisi berbagai jenis makanan dan Tudung Saji yang digunakan sebagai penutupnya.
Tudung Saji menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti Tudung Hidang,yaitu
terdiri dari 2(dua) kata yaitu Tudung dan Saji. Tudung berarti penutup dan saji berarti
sajian atau hidangan. Jadi Tudung Saji merupakan penutup makanan yang dianyam
dari daun mengkuang atau daun pandan hutan(berduri) yang sering dipakai terutama
kaum Melayu Bangka sebagai penutup dulang tempat makanan yang dihidangkan
kepada para tamu atau majelis untuk melindungi makanan dari lalat dan sebagainya.
Jadi filosofi Tudung Saji Yaitu memohon perlindungan dari Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Uniknya Tudung Saji khas Kabupaten Bangka memiliki corak gambar yang
berwarna-warni (merah,kuning dan hijau). Tidak ada yang menyebutkan arti atau
makna dari warna-warni dimaksud,namun disini kita dapat mencoba merumuskan apa
sebenarnya makna dari wrna-warna tersebut seperti ini :

1.Merah Menyegarkan,kuat,lezat,pedas,panas.
Medium Simbol dari energi kekuatan dan kegembiraan
kekuatan,keberanian,hasrat,semangat,pantang
menyerah.
2.Kuning Gembira,bersemangat,spiritual,bercahaya,energi,cerah,
Bunga,tajam,sitrat,hangat.memberi arti kehangatan
dan rasa bahagia,optimis,semangat dan ceria.
Secara psikologi dapat merangsang aktifitas pikiran
dan mental jika dihubungkan warna kuning dengan
merah maka dapat memberikan kepercayaan
ramah,ceria dan humoris.
Secara umum dapat bermakna kekeluargaan,
Persahabatan,dan keleluasaan. Orang yang suka warna
kuning memiliki jiwa sosial yang tinggi.
3.Hijau daun Diandalkan profesional,aman,botani,ekologi,alam,
Teguh,sehat,tenang,sejuk kesuburan dan pertumbuhan
menunjukkan warna bumi, penyembuh penyakit
kekompakan dan keajaiban dalam agama Islam warna
Hijau menunjukkan warna yang menyejukkan.

d. Depati Bahrin

Kedatangan Depati Bahrin ke Pulau Bangka , diawali dengan daerah Banten


yang sering mengalami perang besar -besaran . Sementara Pulau Bangka ,tidak ada
sosok yang mengawal pertempuran, melawan Belanda. Depati Bahrin , diperintahkan
sang Ayah untuk membantu pertempuran di Bangka. Di Bangka Depati Bahrin
tinggal di sebuah menara di hulu sungai di tengah hutan. Ini dilakukan ,tak lain agar
mempermudah mengawasi pergerakan Belanda kala itu. Depati Bahrin kala itu
mempunyai putra yang kemudian dikenal sebagai Depati Amir. Lahir tahun 1805 ,
Amir ikut melawan penjajah,bersama panglima perang lainnya.

Untuk menumpas perlawanan seorang Depati yang tidak mempunyai pasukan


militer karena pasukan Depati Amir adalah rakyat Bangka yang petani dan peladang
dibantu oleh orang Cina Bangka yaitu Paritthew dan para kuli tambang , pemerintah
harus mendatangkan beberapa kali bala bantuan militer dari keresidenan Palembang
dan dari Batavia . Bantuan yang datang antara lain ,pada tanggal 26 April 1850
dengan kekuatan 4 perwira ,143 Bintara beserta anak buahnya dipimpin kapten J. H.
Doorschodt dan Jonkheer de Casembroot.

Sebagian pasukan tinggal di ibukota Muntok dan sebagian pasukan ditugaskan ke


distrik Pangkalpinang utnuk selanjutnya ditempatkan di kampung- kampung di
wilayah tempat terjadinya pertempuran. Depati Bahrin meninggal dibunuh oleh
Belanda tahun 1885.
e. Potensi di Desa Kimak

Sebagai desa yang pernah mengalami masa penjajahan , tentu saja memiliki
peninggalan yang ada. Sumber daya di Desa ini beragam. Mulai dari lada yang
menjadi ciri khas Bangka , sawit , karet, perkebunan , pertanian dan banyak
lagi. Kebanyakan berasal dari alam dan penduduk sekitar mengolahnya dengan
baik . dan karena hal ini ,sebagian masyarakatnya adalah petani . selain itu ada
peninggalan darri seseorang dari masa penjajahan ,yaitu ada hutan bernama
hutan Belangerang ,pemeberian Bos Wilson . Hutan ini seluas 50 Ha . Ini
merupakan daerah bekas kerja rodi yang pernah terjadi di Desa Kimak.
Penutup

a. Kesimpulan

Nama Desa Kimak berasal dari kerang yang di percaya mayarakat setempat sebesar
rumah. Kimak ini memiliki kulit yang keras tetapi isi yang lemah lembut. Di
temukan oleh kakek Peruang ketika dalam perjalan menuju rumah Nenek Sudan.
Kemudian Desa Kimak erat dengan Dengan Depati Bahrin. Karena Depati Bahrin
menjadi pahlawan yang menetap di Kimak. Di Desa Kimak juga memilik adat istiadat
yang masih di jalankan hingga kini, yaitu nganggung dan mandi belimau menjelang
Ramadhan. Kimak juga menyimpan sejuta potensi alam , yakni lada,sawit,
karet,sawah , dan sebagainya. Oleh karena itu mayoritas pekerjaan mayarakat Kimak
adalah petani.

b. Daftar Pustaka

Kapita Selekta Budaya Bangka,Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,2012, Kep. Babel

Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar

Anda mungkin juga menyukai