Anda di halaman 1dari 17

SELAYANG PANDANG

ORGANISASI PGRI
oleh:

Drs. H. Kustiwa Benoputra, M.Pd.


Wakil Ketua PGRI Prov. Jawa Barat
LANDASAN TEOLOGIS

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu


dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam
majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S. Al-Mujadalah : 11)
LANDASAN FILOSOFIS
1. Filsafat Progresivisme
• Lembaga Pendidik sebagai Culture Transition dalam arti
dianggap mampu merubah/menciptakan kebudayaan
baru yang dapat menyelamatkan manusia untuk
menghadapi masa depan yang lebih kompleks dan
menantang.
• Filsafat Progresivisme berpendapat bahwa pengetahuan
yang benar pada masa kini, mungkin belum tentu benar
di masa yang akan datang.
• Karenanya, sekolah harus mempersiapkan guru dan
siswa dengan strategi-strategi pemecahan masalah yang
sesuai dengan kehidupan saat ini.
LANDASAN FILOSOFIS
2. Filsafat Rekonstruksional
• Dalam konteks organisasi/lembaga adalah ajaran
yang berusaha merombak/merubah kebiasaan lama
dan membangun tata susunan hidup yang bercorak
modern (Ghandi 2011:189)
• Aliran Rekonstruksionalisme berkeyakinan bahwa:
Tugas menyelamatkan dunia merupakan tugas
seluruh umat manusia.
• Tugas menyelamatkan organisasi/lembaga
merupakan tugas semua warga yang ada di
dalamnya.
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang yang berperang dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.”
(As-Saff : 4)

Tafsir:
Dalam usaha menegakkan agama,
memperjuangkan kebenaran dan cita-cita,
Allah mencintai mereka yang
melakukannya dengan berorganisasi.
(Prof. Dr. H. Miftah Farid)
• Semangat As-Saff : 4 - Memotivasi guru-guru indonesia untuk
berorganisasi.
• Organisasi Guru berdiri tahun 1912 dan Perhimpunan Guru
Hindia Belanda (PGHB) merupakan embrio dari PGRI.
• Organisasi Guru/PGRI bukan lahir di bawah ketiak penguasa
Republik Indonesia, tetapi organisasi guru berjuang bersama
komponen bangsa untuk melahirkan Republik Indonesia.
• Kelahiran PGRI tanggal 25 November 1945 merupakan cita-cita
dan keinginan para guru untuk tetap mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Para guru anggota PGRI tidak menghendaki terjadinya
disintegrasi bangsa, tetapi sebaliknya menghendaki keutuhan
bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam suasana damai, adil, dan makmur.
• PGRI senantiasa konsisten dengan prinsip bahwa
pendidikan harus mendapat prioritas dalam
upaya pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) untuk meningkatkan ketahanan bangsa
Indonesia dalam kompetisi global di segala
bidang.
• PGRI senantiasa bermitra dengan semua elemen
bangsa penggiat pendidikan untuk melahirkan
“The Winner Generation”
• Konsep umum organisasi adalah entitas sosial yang secara
sadar dikoordinasikan dengan batasan-batasan yang relatif
dapat diidentifikasikan dengan terus-menerus bekerja
sama untuk mencapai tujuan.
(Stephen P. Robbins, 1990; Richard L. Daft, 2002)
• Bagian-bagian pokok dalam organisasi:
 Kesatuan sosial: Kelompok orang-orang yang selalu
berinteraksi dalam menjalankan tugasnya.
 Dapat diidentifikasi: People, Activity, Contribution.
 Tujuan Organisasi:
o Disepakati secara bersama-sama atas kepentingan
senasib sepenanggungan.
o Dilaksanakan bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Persatuan Guru Republik Indonesia
Kata ‘persatuan’ mengandung makna bahwa guru
pada hakekatnya memiliki keragaman secara individu,
tetapi memiliki satu kesamaan kolektif yaitu satu
nasib, penderitaan dan tujuan.
 Kesamaan kolektif, satu nasib sependeritaan, tujuan
dan cita-cita melahirkan “solidaritas” yang kemudian
karena waktu, pengalaman, kondisi, dan situasi,
maka PGRI menjadi organisasi yang “Solid”.
Ciri-cirinya:
• Tidak berubah dalam bentuk dan tidak berubah
dalam fundamental.
• Tidak pernah ada kevacuman
• Substansinya sama dan konstan.
• Kuat dan mantap dalam konsttuksinya sehingga
mampu menahan beban dan tekanan.
• Memiliki reputasi dan kepercayaan
• Berwujud dalam dimensi panjang, menyeluruh, baik
ruang maupun waktu.
 Pasal 3 AD PGRI hasil Kongres XXI menyebutkan:
“Jati diri PGRI adalah organisasi profesi, perjuangan,
dan ketenaga kerjaan.”
 Sifat PGRI, Pasal 4 ayat 1 :
a. Unitaristik, tanpa memandang perbedaan ijazah,
tempat kerja, kedudukan, agama, suku,
golongan, gender, dan asal-usul.
b. Independen : berlandaskan pada prinsip
kemandirian organisasi dengan mengedepankan
kemitraan sejajaran dengan berbagai pihak.
c. Nonpartisan, bukan merupakan bagian dari dan
tidak berafiliasi kepada partai politik.
VISI PGRI Hasil kongres XVIII tahun 1998 di Lembang:
“Mewujudkan PGRI sebagai organisasi dinamis,
mandiri dan berwibawa yang dicintai anggotanya,
disegani mitranya, dan diakui keberadaannya oleh
masyarakat.”
VISI PGRI Hasil Kongres XXI Tahun 2013
(AD PGRI Bab VI pasal 6) :
“Visi PGRI terwujudnya PGRI sebagai organisasi profesi
terpercaya, dinamis, kuat dan bermartabat.
• Menetapkan dan menegakkan kode etik
• Memberikan bantuan hukum bagi guru
• Memberikan perlindungan profesi guru
• Melakukan pembinaan dan
pengembangan profesi guru
• Memajukan Pendidikan Nasional
• Guru-guru wajib menjadi anggota organisasi profesi
- Mengikat untuk semua guru
- Sebagai syarat pengembangan karier dan Profesi
- Kita berdo’a pada saatnya tidak ada guru yang
menyesal dan menangis karena tidak menjadi
anggota PGRI.
• Tugas penting institusi pendidik di Indonesia:
“Mengembangkan Sumber Daya Manusia Indonesia
yang lebih berkualitas”
• Institusi sekolah dipercaya masyarakat mampu
mengembangkan potensi sekaligus mendewasakan anak.
• Kepercayaan ini sebagai pengakuan terhadap profesi
guru dengan harapan:

Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya,


Untuk Indonesia Raya
• Membangun mentalitas tangguh, bermoral, meningkatkan ketrampilan dan
pendidikan menjadi tanggung jawab profesi untuk dapat berhasil di era MEA.
(Confucius)
• Education and Innovation begins in the classroom. (Nancy pelosi)
• Untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia yang lebih
berkualitas.
• Guru sebagai pelopor untuk menciptakan orang-orang berbudaya, berbudi dan
bermoral. (Yamin 2006 : 74)
• Guru dalam kehidupan masyarakat diposisikan sebagai ‘Resi’ dalam arti
modern, yaitu menguasai sains dan teknologi yang siap ditransformasikan
pada peserta didik. (Tilaar 2006:177)
• Membangkitkan kesadaran kolektif untuk masa depan organisasi yang
bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai