Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penamaan desa di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan kajian
toponimi. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah
nama-nama desa di Kabupaten Banyuwangi. Sumber data diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Banyuwangi. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik baca dan catat. Penelitian ini menggunakan
instrumen penelitian Human Instrument. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
padan intralingual. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data padan intralingual untuk menghubungkan
nama Desa di Kabupaten Banyuwangi yang telah terkumpul dianalisis berdasarkan struktur dan aspek Toponimi.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik pilah unsur penentu. Data pada penelitian ini yang telah
didapatkan akan dipilah berdasarkan unsur penentunya. Penamaan desa di Kabupaten Banyuwangi mengacu
pada tiga aspek, yaitu (1) aspek perwujudan (2) aspek kemasyarakatan dan (3) aspek kebudayaan. Contohnya
seperti Desa Sumberasri yang mempunyai leksikal inti Sumber dan termasuk kedalam perwujudan perairan.
Abstract
This study aims to describe the naming of villages in Banyuwangi Regency based on toponymic studies. This
study uses a qualitative description method. The data sources in this study were the names of villages and sub-
districts in Banyuwangi Regency, the data sources were obtained from the Department of Population and Civil
Registration of Banyuwangi Regency. The data collection method in this study uses the documentation method.
Data collection techniques in this study used reading and note-taking techniques. This study used the Human
Instrument research instrument. The analysis technique used in this study is the intralingual equivalent
technique. The intralingual equivalent method is an analytical method by comparing lingual elements, both in
one language and in several different languages. This study uses intralingual equivalent data analysis techniques
to connect the sub-district names in Banyuwangi Regency that have been collected and analyzed based on the
structure and aspects of toponymy. The data analysis technique used is the determinant element sorting
technique. The data in this study that has been obtained will be sorted based on the determining elements. The
naming of villages in Banyuwangi Regency refers to three aspects, namely (1) embodiment aspects (2) social
aspects and (3) cultural aspects. For example, Sumberasri Village which has the core lexical Sumber and is
included in the embodiment of waters.
46
Sapala Volume 10, Nomor 1 Tahun 2023, Hlm. 46-55
47
Penamaan Desa Di Kabupaten Banyuwangi : Kajian Toponimi
pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik baca, dianalisis berdasarkan struktur dan aspek Toponimi.
catat, dan rekam. Metode analisis data yang digunakan Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik pilah
dalam penelitian ini yaitu metode padan. Hasil dari unsur penentu. Data pada penelitian ini yang telah
penelitian ini yaitu ditemukannya Sebagian besar bentuk didapatkan akan dipilah berdasarkan unsur penentunya.
penamaan pantai di Kabupaten Malang yang didasarkan
pada rupa bumi, dengan pola penamaan pantai yang Hasil dan Pembahasan
didasarkan pada aspek perairan, permukaan tanah atau Berdasarkan data yang ditemukan, struktur
rupa bumi, dan lingkungan alam. nama desa di Kabupaten Banyuwangi berpola
Penelitian selanjutnya yaitu penelitan dari diterangkan-menerangkan (DM). Terdapat satu leksikal
Rahmat Muhidin yang berjudul Penamaan Desa di sebagai unsur inti dan satu leksikal sebagai penjelas
Kabupaten Banyuasin dalam Persepsi Toponimi (menerangkan). Contoh pola tersebut adalah
Terestrial, penelitian ini bertujuan untuk Sumberarum, Sumber yang berarti mata air dan harum
mendeskripsikan penamaan desa di Kabupaten yang mempunyai arti harum, yang jika digabungkan
Banyuasin berdasarkan kajian toponimi terestrial. menjadi Sumber mata air yang harum.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan pola tersebut, terdapat leksikal
Hasil kajian penamaan nama desa di Kabupaten yang cenderung digunakan sebagai nama desa di
Banyuasin dapat dideskripsikan sebagai berikut. Kabupaten Banyuwangi. Leksikal tersebut terdapat pada
penamaan desa di Kabupaten Banyuasin berdasarkan tabel 1 berikut.
persepsi toponimi terestrial, nama desa yang berasal dari
nama orang, nama desa yang berasal dari nama Tabel 1 Leksikal Sebagai Inti Frasa DM
tumbuhan, nama desa yang berasal dari unsur nama No Leksikal Contoh Data
geografis yaitu karang, kebon, kuala, lalang, muara, 1. Sumber Sumberbaru, Sumberarum
pulau, rantau, rawa, rimba, tanah, talang, telang, sungai, 2. Kali Kaligondo, Kalirejo
upang, tebing, teluk, nama yang berasal dari nama 3. Karang Karangrejo, Karangsari
tanjung, nama desa yang berasal dari nama pematang, 4. Wringin Wringinpitu, Wringinrejo
nama desa yang berhubungan dengan pangkalan, nama 5. Bulu Buluagung, Bulurejo
desa yang menggunakan kata lubuk, nama desa yang 6. Kedung Kedunggebang, Kedungsari
berhubungan dengan harapan merupakan penamaan 7. Tegal Tegalrejo, Tegalsari
desa yang mengacu pada bentuk atau wujud desa yang 8. Taman Tamanagung, Tamansari
berhubungan dengan harapan. 9. Purwo Purwoasri, Purwodadi
Berdasarkan latar belakang tersebut,
10. Sido Sidodadi
permasalahan penelitian ini adalah Penamaan Desa di
11. Alas Alasbuluh
Kabupaten Banyuwangi: Kajian Topinimi, yang terbagi
12. Kebon Kebonrejo
dalam dua permasalahan khusus, yaitu 1) struktur nama
13. Watu Watukebo
desa di Kabupaten Banyuwangi; dan 2) aspek
perwujudan nama desa di Kabupaten Banyuwangi. 14. Sambi Sambirejo
15. Genteng Gentengkulon
Metode Penelitian 16. Pakis Pakistaji
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi 17. Temu Temuguruh
kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah 18. Parijatah Parijatah wetan
nama-nama desa dan kelurahan di Kabupaten 19. Lemahbang Lemahbangdewo
Banyuwangi, sumber data diperoleh dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Menurut data yang ada leksikal sumber
Banyuwangi. Metode pengumpulan data pada penelitian menjadi yang paling sering muncul dalam penamaan
ini menggunakan metode dokumentasi. Teknik desa di Kabupaten Banyuwangi namun diposisi sebagai
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan yang diterangkan, jumlah penggunaan leksikal sumber
teknik baca dan catat. Penelitian ini menggunakan berjumlah 13, sumber sendiri mempunyai makna pusat,
instrumen penelitian Human Instrument. Teknik analisis namun penggunaan leksikal sumber cenderung
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik mengarah pada mata air, seperti contoh leksikal sumber
padan intralingual. Metode padan intralingual adalah yang digunakan untuk nama Desa Sumberbaru yang
metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan mempunyai makna adanya sumber mata air yang baru
unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat pada desa tersebut, kemudian ada lagi Desa
dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang Sumbergondo, sumber yang berarti pusat keluarnya
berbeda. Penelitian ini menggunakan teknik analisis mata air dan gondo yang berarti ganda, yang jika
data padan intralingual untuk menghubungkan nama disatukan menjadi sumber mata air ganda atau adanya 2
Desa di Kabupaten Banyuwangi yang telah terkumpul sumber mata air dalam satu tempat. Namun ada juga
48
Sapala Volume 10, Nomor 1 Tahun 2023, Hlm. 46-55
nama desa yang menggunakan leksikal sumber tapi dalam nama Desa Kebonrejo yang mempunyai makna
tidak mengarah pada mata air, contohnya Desa banyaknya kebun atau area yang ditanami tumbuhan di
Sumberberas, yang mempunyai makna tempat daerah tersebut, kemudian ada Desa Karangrejo yang
diproduksinya beras. mempunyai makna banyaknya batu karang di daerah
Lalu leksikal yang paling sedikit keluar pada tersebut. Penamaan desa juga dipengaruhi faktor
posisi yang diterangkan ada 8 yaitu Kebon, Watu, geografi yang mendukung. Namun ada juga nama desa
Sambi, Genteng, Pakis, Temu, Parijatah, Lemahbang. yang menggunakan leksikal rejo namun tidak diposisi
Masing-masing leksikal berjumlah 2 nama desa, dengan sebagai yang menerangkan melainkan sebagai yang
arti dan perwujudan yang berbeda-beda, seperti watu diterangkan, contohnya Desa Rejoagung dan Rejoasri.
yang mempunyai arti batu dan contoh desanya yaitu Kemudian leksikal paling sedikit dalam
Desa Watukebo yang mempunyai makna batu yang penggunaan nama desa di Kabupaten Banyuwangi
besar, Desa Sambirejo yang mempunyai makna banyak adalah sobo dan wangi yang masing-masing memiliki 2
tumbuhan kesambi, Desa Gentengkulon, genteng sendiri nama desa. Salah satu contohnya yaitu Desa Wonosobo
berasal dari kata genting dan kulon merupakan letak yang mempunyai makna hutan tempat orang-orang
desa tersebut, Desa Pakistaji yang mempunyai arti sering berkunjung atau berdatangan. Lalu ada Desa
banyak tumbuhan pakis besar, lalu ada Desa Temuguruh Jambewangi yang mempunyai makna adanyatumbuhan
yang mempunyai arti bertemunya saudara seperguruan, jambe atau sejenis pinang didaerah tersebut yang
Desa Parijatah wetan, Parijatah mempunyai arti aromanya wangi atau harum.
pembagian jatah padi untuk masyarakat dan wetan Dari nama desa diatas juga terdapat beberapa
merupakan letak desa tersebut, dan yang terakhir adalah nama desa yang cukup unik maknanya contohnya Desa
Desa Lemahbangdewo, lemahbang mempunyai arti Wongsorejo dimana desa tersebut dulunya bernama
tanah merah akibat pertumpahan darah dan dewo Bungkalengan dan merupakan kawasan yang dihuni
merupakan nama daerah tersebut sebelumnya yaitu oleh orang-orang madura, kemudian seseorang dari
Tegal Dewo. kerajaan Blambangan yang disebut sebagai Buyut
Dari nama desa diatas juga ditemukan nama- Wongso memimpin daerah tersebut hingga menjadi
nama desa yang cukup unik, contohnya desa Buluagung makmur, kemudian namanya diabaikan sebagai nama
dimana fokus utama dalam penamaan desa mengacu desa. Meskipun nama desa tersebut kental akan bahasa
pada bulu yang terdapat pada pohon bambu, sangat jawa namun masyarakat desa tersebut rata-rata adalah
jarang masyarakat menggunakan bulu pada bambu keturunan madura.
sebagai nama desa, namun ada beberapa daerah yang
menggunakannya salah satunya adalah desa-desa di Penamaan Desa Berdasarkan Aspek Toponimi
Kabupaten Banyuwangi. Menurut Sudaryat (2009:10) penamaan tempat
atau toponimi didasarkan pada tiga aspek, yaitu (1)
Tabel 2 Leksikal Sebagai Atribut Frasa DM aspek perwujudan; (2) aspek masyarakat; dan (3) aspek
No Leksikal Contoh Data kebudayaan. Sudaryat membagi lingkungan alam
1. Rejo Kebonrejo, Karangrejo tersebut menjadi tiga kelompok, yaitu (1) latar perairan
2. Sari Bulusari, Gombengsari (wujud perairan); (2) latar rupabumi (geomorfologis);
3. Agung Buluagung, Siliragung (3) latar lingkungan alam (biologis-ekologis). Aspek
4. Harjo Kajar Harjo, Parangharjo masyarakat dalam penamaan tempat berkaitan dengan
5. Mulyo Yosomulyo, interaksi sosial atau tempat berinteraksi sosial, termasuk
Karangmulyo kedudukan di masyarakat, pekerjaan, dan profesi
6. Baru Tamanbaru (Sudaryat, 2009:17). Serta aspek kebudayaan yang
7. Asri Temuasri berkaitan dengan unsur kebudayaan seperti mitos,
8. Kulon Parijatah kulon folklor, dan sistem kepercayaan (Sudaryat, 2009:18).
9. Anyar Kampunganyar
Tabel 3 Aspek Perwujudan Nama Desa di
10. Wetan Kalibaruwetan
Kabupaten Banyuwangi
11. Wangi Jambewangi
No Perwujudan Leksikal Inti Nama Desa
12. Sobo Wonosobo
1. Perairan Sumber Sumberasri,
Sumberarum,
Menurut data yang ada leksikal rejo menjadi
Sumberbulu
yang paling sering muncul dalam penamaan desa di
Kali Kalipait,
Kabupaten Banyuwangi namun diposisi sebagai yang
Kaligondo,
menerangkan, jumlah penggunaan leksikal rejo
Kalipuro
berjumlah 29, rejo sendiri mempunyai arti banyak atau
ramai, seperti contoh leksikal rejo yang digunakan Banyu Banyuanyar
Kedung Kedungasri,
49
Penamaan Desa Di Kabupaten Banyuwangi : Kajian Toponimi
50
Sapala Volume 10, Nomor 1 Tahun 2023, Hlm. 46-55
51
Penamaan Desa Di Kabupaten Banyuwangi : Kajian Toponimi
52
Sapala Volume 10, Nomor 1 Tahun 2023, Hlm. 46-55
tersebut merupakan lereng gunung yang licin. belakang penamaan desa ini. Yang kelimabelas ada
Selanjutnya ada Desa Segobang, Segobang sendiri Desa Lateng, diambil dari banyaknya tumbuhan
memiliki arti jalan yang dikanan kirinya adalah jurang. jelatang atau lateng yang tumbuh di daerah tersebut.
Kemudian ada Desa Pakel, Pakel merupakan area terjal Desa keenambelas yaitu Desa Pengantigan, asal-usul
yang berada di pegunungan. Desa Grogol, diambil dari namanya sama seperti Desa Pengatigan. Yang terakhir
area desa yang merupakan area berbatu atau orang- adalah Desa Ketapang, banyaknya tumbuhan ketapang
orang sering menyebutnya grogol. Desa selanjutnya menjadi alasan utama dinamakannya daerah tersebut
yaitu Desa Giri, Giri merupakan nama dataran tinggi, Desa Ketapang.
atau orang dulu menyebutnya Gunung Giri. Desa
selanjutnya yaitu Desa Telemung, Telemung adalah
area yang mempunyai struktur tanah yang Tabel 8 Pembagian Aspek Toponimi Nama Desa di
bergelombang. Desa keduabelas yaitu Desa Klatak, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan
yang mempunyai arti tanah yang kering. Kemudian desa Kemasyarakatan
selanjutnya yaitu Desa Gombolirang, Gombolirang No. Perwujudan Nama Desa
merupakan tempat yang dulu banyak ditemukan 1. Tempat kegiatan Pesanggaran
welirang atau belerang. Dan yang terakhir adalah Desa masyarakat Gitik
Sepanjang, Sepanjang merupakan dataran yang panjang. Gendoh
2. Tempat tinggal Kradenan
Kelompok selanjutnya dalam Aspek masyarakat Tukangkayu
Perwujudan yaitu Lingkungan Alam, ada 17 leksikal Patoman
sekaligus nama desa pada kelompok Lingkungan Alam, Kabat
berikut penjelasan singkat nama desa pada kelompok Gintangan
ini. Yang pertama ada Desa Karetan, Karetan sendiri
3. Organisasi Setail
berasal dari kata Karet, dimana pada daerah ini dulunya
masyarakat
merupakan hutan karet yang sangat luas. Desa kedua
4. Fasilitas Gladak
yaitu Desa Kemendung, Kemendung merupakan nama
Mojopanggung
dari salah satu pohon kepundung yang hanya berbuah
Kandangan
saat musim mendung, atau musim hujan. Desa ketiga
Sarongan
yaitu Desa Gambiran, diambil dari kata Gambir yang
merupakan nama sebuah jenis tumbuhan. Kemudian 5. Kegiatan Rogojampi
yang keempat adalah Desa Kembiritan, diambil dari masyarakat Padang
kata Kembirit yang merupakan nama pohon yang Bulusan
banyaktumbuh di daerah tersebut. Lalu selanjutnya ada 6. Tempat tinggal Kedaleman
Desa Bubuk, dinamakan Bubuk karena banyak pohon pemerintahan Banjar
yang dimakan serangga, sehingga pohon-pohon tersebut Kepatihan
menjadi bubuk. Desa keenam yaitu Desa Pengatigan, Temenggungan
dinamakan Pengatigan karena banyak ditemukan telur Badewang
hewan, atau masyarakat menyebutnya Tigan. Desa 7. Fenomena di Balak
ketujuh yaitu Desa Bareng, Bareng adalah telur ayam masyarakat Bengkak
ketika masih didalam perut ayam dan belum keluar. Sraten
Desa selanjutnya yaitu Desa Labanasem, dinamakan 8. Keadaan tempat Songgon
Labanasem karena banyaknya pohon asem yang tumbuh Sragi
didaerah tersebut. Lalu yang kesembilan adalah Desa Paspan
Pondoknongko, sesuai namanya, Desa Pondoknongko Jelun
banyak ditemui pohon nangka. Kemudian desa yang Mangir
kesepuluh yaitu Desa Dadapan, banyaknya daun dadap 9. Program Badean
membuat daerah itu disebut Dadapan. Desa kesebelas pemerintah Aliyan
adalah Desa Gumirih, Gumirih merupakan nama Benculuk
tumbuhan rambat yang banyak ditemui di daerah
tersebut. Selanjtnya ada Desa Kemiri, sesuai dengan
namanya, adanya pohon kemiri jadi latar belakang nama Dalam Aspek Kemasyarakatan terdapat 9
desa ini. Desa ketigabelas yaitu Desa Glagah, perwujudan dan 32 leksikal sekaligus nama desa, yaitu
banyaknya tumbuhan gelagah jadi latar belakang Kandangan, Pesanggaran, Gitik, Gendoh, Sarongan,
dinamakannya daerah tersebut sebagai Desa Glagah. Kradenan, Tukangkayu, Patoman, Benculuk, Setail,
Desa keempatbelas yaitu Desa Kemiren, sama seperti Gladak, Mojopanggung, Rogojampi, Padang,
Desa Kemiri, banyaknya tumbuhan kemiri jadi latar Kedaleman, Banjar, Kepatihan, Temenggungan, Balak,
53
Penamaan Desa Di Kabupaten Banyuwangi : Kajian Toponimi
Bengkak, Cantuk, Songgon, Sragi, Paspan, Jelun, diketahui terdapat 3 aspek yaitu Aspek Perwujudan,
Badean, Gintangan, Sraten, Badewang, Mangir, Aspek Kemasyarakatan, dan Aspek Kebudayaan. Dalam
Bulusan. Perwujudan Tempat tinggal pemerintahan, Aspek Perwujudan terindentifikasi terdapat 4 leksikal
Keadaan tempat dan Tempat tinggal masyarakat dalam Perwujudan Perairan, 7 Perwujudan Rupa Bumi,
mempunyai leksikal terbanyak yaitu 5, dalam 14 Perwujudan Lingkungan Alam. Sedangkan dalam
Perwujudan Tempat tinggal pemerintahan terdapat Aspek Kemasyarakatan teridentifikasi terdapat 9
Kedaleman, Banjar, Kepatihan, Temenggungan, dan perwujudan dan 9 leksikal inti, yaitu Program
Badewang. dari Keadaan tempat ada Songgon, Sragi, pemerintah, Kegiatan masyarakat, Industri, Bentuk
Paspan, Jelun, dan Mangir. Dari Tempat tinggal pemerintahan, Kebijakan pemerintah, Kejadian di
masyarakat ada Kradenan, Tukangkayu, Patoman, masyarakat, Kondisi masyarakat, Tempat tinggal
Kabat, dan Gintangan Lalu Kemudian perwujudan yang masyarakat, Keadaan masyarakat. Sementara dalam
paling sering muncul kedua yaitu dari perwujudan Aspek Kebudayaan teridentifikasi terdapat 1
Fasilitas ada Gladak, Mojopanggung, Kandangan, perwujudan dan 4 leksikal inti, perwujudan dalam
Sarongan. Aspek Kebudayaan adalah Perwujudan Sejarah. Namun
Leksikal paling sedikit yang termasuk kedalam ada juga temuan nama desa yang tidak menggunakan
Perwujudan dalam Aspek Kemasyarakatan ada Setail, pola terstruktur atau hanya menggunakan satu leksikal.
yang termasuk kedalam Organisasi masyarakat, Setail Dari Aspek Perwujudan teridentifikasi terdapat 4
sendiri merupakan sebutan untuk organisasi masyarakat leksikal dalam Perwujudan Perairan, 14 leksikal dalam
yang terdiri dari orang-orang yang dianggap nakal dan Perwujudan Rupa Bumi dan 17 leksikal dalam
tidak berguna, akhirnya mereka membuat perkumpulan Perwujudan Lingkungan Alam. Lalu dari Aspek
yang disebut Setail untuk membuktikan bahwa mereka Kemasyarakatan teridentifikasi terdapat 9 perwujudan
bisa berguna bagi masyarakat. dan 32 leksikal, dengan rincian, 3 leksikal dalam
Perwujudan Tempat Kegiatan Masyarakat, 5 leksikal
Tabel 9 Pembagian Aspek Toponimi Nama Desa di dalam Perwujudan Tempat Tinggal Masyarakat, 1
Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Kebudayaan leksikal dalam Perwujudan Organisasi Masyarakat, 4
No. Perwujudan Nama desa leksikal dalam Perwujudan Fasilitas, 3 leksikal dalam
1. Alat memasak Cantuk Kegiatan Masyarakat, 5 leksikal dalam Perwujudan
2. Sejarah Blambangan Tempat Tinggal Pemerintahan, 3 leksikal dalam
Cluring Perwujudan Fenomena di Masyarakat, 5 leksikal dalam
Bunder Perwujudan Keadaan Tempat, dan 3 leksikal dalam
Tampo Perwujudan Program Pemerintah. Selanjutnya dalam
Jajag Aspek Kebudayaan teridentifikasi terdapat 3
Dasri perwujudan dan 13 leksikal dengan rincian, 1 leksikal
Macan Putih dalam Perwujudan Alat Memasak, 1 leksikal dalam
Perwujudan Alat Kesenian dan 13 leksikal dalam
Boyolangu
Perwujudan Sejarah.
Penataban
Kelir
DAFTAR PUSTAKA
Bajulmati
Sudaryat, Yayat dkk. 2009. Toponimi Jawa Barat
3. Alat kesenian Kluncing
(berdasarkan cerita rakat). Bandung: Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.
Dalam Aspek Kebudayaan terdapat 3 Muhammad Edy Thoyib. 2021. Toponimi Desa-Desa di
perwujudan, yaitu Alat memasak, Sejarah, dan Alat Desa Singosari Kabupaten Malang. Malang:
kesenian. Dalam perwujudan Sejarah terdapat 11 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
leksikal dan menjadi yang terbanyak dalam Aspek Malang.
Kebudayaan, kebanyakan dari leksikal yang dipakai Mulyono, & Wuryaningrum, R. (2021). Ideological
untuk nama desa dalam Perwujudan Sejarah Meaning of Lamongan Batik Motifs (Semiotic
berhubungan dengan Kerajaan Blambangan. Prespective). International Journal of Social
Sciences and Humanities Invention, 8(12), 6726–
Penutup 6734. https://doi.org/10.18535/ijsshi/v8i12.03
[Diakses pada 18 Januari 2023]
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat Nelen Febrianty. 2020. Penamaan Pantai Di Kabupaten
diketahui bahwa banyak nama desa di Kabupaten Malang Sebagai Refleksi Budaya Masyarakat
Banyuwangi terdapat 12 Leksikal yang termasuk Pesisir. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
kedalam leksikal sebagai atribut frasa DM dan 19
leksikal inti frasa DM. Sementara itu dari segi Toponimi
54
Sapala Volume 10, Nomor 1 Tahun 2023, Hlm. 46-55
55