Anda di halaman 1dari 10

Penamaan Desa Di Kabupaten Banyuwangi : Kajian Toponimi

PENAMAAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI : KAJIAN TOPONIMI

Ahmad Mujaddid Hilmy


Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
ahmadhilmy16020144036@mhs.unesa.ac.id

Agusniar Dian Savitri


Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
agusniarsavitri@unesa.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penamaan desa di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan kajian
toponimi. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah
nama-nama desa di Kabupaten Banyuwangi. Sumber data diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Banyuwangi. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik baca dan catat. Penelitian ini menggunakan
instrumen penelitian Human Instrument. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
padan intralingual. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data padan intralingual untuk menghubungkan
nama Desa di Kabupaten Banyuwangi yang telah terkumpul dianalisis berdasarkan struktur dan aspek Toponimi.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik pilah unsur penentu. Data pada penelitian ini yang telah
didapatkan akan dipilah berdasarkan unsur penentunya. Penamaan desa di Kabupaten Banyuwangi mengacu
pada tiga aspek, yaitu (1) aspek perwujudan (2) aspek kemasyarakatan dan (3) aspek kebudayaan. Contohnya
seperti Desa Sumberasri yang mempunyai leksikal inti Sumber dan termasuk kedalam perwujudan perairan.

Kata Kunci: Toponimi, nama desa, Banyuwangi

Abstract

This study aims to describe the naming of villages in Banyuwangi Regency based on toponymic studies. This
study uses a qualitative description method. The data sources in this study were the names of villages and sub-
districts in Banyuwangi Regency, the data sources were obtained from the Department of Population and Civil
Registration of Banyuwangi Regency. The data collection method in this study uses the documentation method.
Data collection techniques in this study used reading and note-taking techniques. This study used the Human
Instrument research instrument. The analysis technique used in this study is the intralingual equivalent
technique. The intralingual equivalent method is an analytical method by comparing lingual elements, both in
one language and in several different languages. This study uses intralingual equivalent data analysis techniques
to connect the sub-district names in Banyuwangi Regency that have been collected and analyzed based on the
structure and aspects of toponymy. The data analysis technique used is the determinant element sorting
technique. The data in this study that has been obtained will be sorted based on the determining elements. The
naming of villages in Banyuwangi Regency refers to three aspects, namely (1) embodiment aspects (2) social
aspects and (3) cultural aspects. For example, Sumberasri Village which has the core lexical Sumber and is
included in the embodiment of waters.

Keywords: Toponymy, village name, Banyuwangi

46
Sapala Volume 10, Nomor 1 Tahun 2023, Hlm. 46-55

beragam bisa juga memengaruhi penamaan desa di


Kabupaten Banyuwangi, proses pemberian nama juga
dipengaruhi faktor sejarah di Banyuwangi, diantaranya
Pendahuluan adalah sejarah kerajaan Blambangan yang berdiri antara
Penamaan tempat tidak terlepas dari bahasa tahun 1478 sampai 1777, dari faktor kemasyarakatan
dan sejarah dari suatu wilayah. Begitu halnya dengan juga menjadi peran penting dalam penamaan desa di
penamaan nama-nama desa yang ada di Banyuwangi. Banyuwangi, datangnya suku Madura di bagian utara
Manusia menamai tempat sesuai dengan pengalaman dan selatan Banyuwangi bisa saja memengaruhi
yang dirasakan. Nama yang diberikan terhadap suatu penamaan desa di daerah tersebut. Di Banyuwangi
tempat tersebut dapat menggambarkan kebudayaan terdapat daerah yang menggunakan bahasa Madura,
yang dimiliki masyarakat yang berdiam diri di tempat Jawa dan dialek Osing, sebab itu penamaan desa di
tersebut. Nama merupakan penanda identitas yang Kabupaten Banyuwangi menjadi menarik untuk dikaji,
paling utama pada seseorang, tempat, dan bangunan. apakah adanya bahasa Madura, Jawa dan dialek Osing
Potter dalam Sugiri (2003:55) menyatakan bahwa nama memengaruhi penamaan desa di Kabupaten
pada tahap awal sejarah bahasa, kata-kata pertama yang Banyuwangi.
dikenal adalah nama-nama. Kosasih (dalam Istiana, Beberapa penelitian terdahulu yang relevan
2012: 1) berpendapat bahwa properti pertama kali berjudul Toponimi Desa-Desa Di Desa Singosari
ketika manusia lahir di bumi ini yang diberikan oleh Kabupaten Malang oleh Muhammad Edy Thoyib,
orang tua adalah nama diri. penelitian ini bertujuan untuk melengkapi kajian
Banyuwangi merupakan suatu daerah dengan toponimi nama-nama desa di Kabupaten Malang dengan
kebudayaan yang banyak dan unik, termasuk dialek mengambil objek penelitian di Desa Singosari.
Osing yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
Banyuwangi yang ditinggali suku Osing. Adanya kualitatif data yang dikumpulkan dan dianalisis bersifat
budaya dan sejarah mempengaruhi penamaan suatu non-numerik, data dianalisis menggunakan teori
daerah tempat terjadinya kejadian sejarah tersebut. Toponimi, hasil dari penelitian ini yaitu diketahuinya
Sudaryat (dalam Istiana, 2012:16) mengemukakan kategori toponimi di beberapa Desa Desa Singosari
bahwa sistem penamaan tempat adalah tata cara atau Malang terbentuk berdasarkan latar belakang yang
aturan memberikan nama tempat pada waktu tertentu meliputi aspek perwujudan, kemasyarakatan, dan
yang bisa disebut dengan toponimi. Menurut Ruchiat kebudayaan yang mencakup 8 desa yang termasuk
(dalam Zaman, 2017:2), pemberian nama tempat kedalam aspek perwujudan, contohnya yaitu Desa
biasanya mengandung sebab atau memiliki maksud Toyomarto yang termasuk kedalam perwujudan Air,
tertentu seperti berdasarkan keadaan alam tempat Desa Gunungrejo yang termasuk kedalam perwujudan
tersebut. Rupa Bumi, Desa Banjararum, Purwoasri, Tamanharjo,
Selain keadaan alam, pemberian nama pada dan Wonorejo yang termasuk dalam perwujudan
tempat juga berdasarkan nama-nama tumbuhan, nama- Lingkungan Alam, Desa Baturetno dan Desa Watugede
nama tempat, kelompok etnis, profesi utama penduduk, yang termasuk kedalam perwujudan Benda Alam, Desa
dan nama asing. Pengetahuan yang mengkaji tentang Losari dan Tunjungtirto termasuk perwujudan Flora, 4
nama adalah Onomastika. Sibarani dan Henry (1993:8) desa yang termasuk kedalam aspek kemasyarakatan
menyatakan bahwa dalam onomastika dibagi menjadi yaitu Desa Randuagung yang termasuk kedalam
dua cabang yaitu antroponomastik dan toponimi. perwujudan Harapan Masyarakat, Desa Pagentan yang
Antroponomastik merupakan cabang ilmu termasuk kedalam perwujudan Kegiatan Masyarakat,
onomastik yang menyelidiki tentang nama orang, Desa Dengkol dan Desa Langlang yang termasuk
sedangkan toponimi merupakan cabang ilmu onomastik kedalam perwujudan Perjuangan Tokoh Masyarakat,
yang menyelidiki tentang nama tempat. Penamaan dan 3 desa yang termasuk kedalam aspek kebudayaan,
tempat atau toponimi memiliki tiga aspek, yaitu (1) yaitu Desa Ardimulyo yang termasuk kedalam
aspek perwujudan (2) aspek kemasyarakatan dan (3) perwujudan Mitos, Desa Candirenggo dan Desa
aspek kebudayaan. Ketiga aspek tersebut sangat Klampok yang termasuk kedalam perwujudan Legenda.
berpengaruh terhadap cara penamaan tempat dalam Penelitian kedua yang relevan adalah penelitan
kehidupan masyarakat (Sudaryat, 2009: 10). dari Nelen Febrianti yang berjudul Penamaan Pantai Di
Banyuwangi memiliki luas wilayah 5.782 km² dan Kabupaten Malang Sebagai Refleksi Budaya
mempunyai 28 kelurahan dan 189 desa. Penamaan desa Masyarakat Pesisir. Penelitian itu bertujuan untuk
di Banyuwangi juga tidak terlepas dari kondisi geografis mendeskripsikan bentuk penamaan pantai, makna
Banyuwangi yang diapit pegunungan dan laut, adanya pantai, dan refleksi budaya masyarakat pesisir terhadap
relief bumi berupa pegunungan, hutan, lembah, sungai, penamaan pantai di Kabupaten Malang. Metode
perbukitan, lereng, dataran tinggi, dataran rendah, pantai pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dan juga pematang memunculkan flora dan fauna yang adalah metode dokumentasi dan cakap. Teknik

47
Penamaan Desa Di Kabupaten Banyuwangi : Kajian Toponimi

pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik baca, dianalisis berdasarkan struktur dan aspek Toponimi.
catat, dan rekam. Metode analisis data yang digunakan Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik pilah
dalam penelitian ini yaitu metode padan. Hasil dari unsur penentu. Data pada penelitian ini yang telah
penelitian ini yaitu ditemukannya Sebagian besar bentuk didapatkan akan dipilah berdasarkan unsur penentunya.
penamaan pantai di Kabupaten Malang yang didasarkan
pada rupa bumi, dengan pola penamaan pantai yang Hasil dan Pembahasan
didasarkan pada aspek perairan, permukaan tanah atau Berdasarkan data yang ditemukan, struktur
rupa bumi, dan lingkungan alam. nama desa di Kabupaten Banyuwangi berpola
Penelitian selanjutnya yaitu penelitan dari diterangkan-menerangkan (DM). Terdapat satu leksikal
Rahmat Muhidin yang berjudul Penamaan Desa di sebagai unsur inti dan satu leksikal sebagai penjelas
Kabupaten Banyuasin dalam Persepsi Toponimi (menerangkan). Contoh pola tersebut adalah
Terestrial, penelitian ini bertujuan untuk Sumberarum, Sumber yang berarti mata air dan harum
mendeskripsikan penamaan desa di Kabupaten yang mempunyai arti harum, yang jika digabungkan
Banyuasin berdasarkan kajian toponimi terestrial. menjadi Sumber mata air yang harum.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan pola tersebut, terdapat leksikal
Hasil kajian penamaan nama desa di Kabupaten yang cenderung digunakan sebagai nama desa di
Banyuasin dapat dideskripsikan sebagai berikut. Kabupaten Banyuwangi. Leksikal tersebut terdapat pada
penamaan desa di Kabupaten Banyuasin berdasarkan tabel 1 berikut.
persepsi toponimi terestrial, nama desa yang berasal dari
nama orang, nama desa yang berasal dari nama Tabel 1 Leksikal Sebagai Inti Frasa DM
tumbuhan, nama desa yang berasal dari unsur nama No Leksikal Contoh Data
geografis yaitu karang, kebon, kuala, lalang, muara, 1. Sumber Sumberbaru, Sumberarum
pulau, rantau, rawa, rimba, tanah, talang, telang, sungai, 2. Kali Kaligondo, Kalirejo
upang, tebing, teluk, nama yang berasal dari nama 3. Karang Karangrejo, Karangsari
tanjung, nama desa yang berasal dari nama pematang, 4. Wringin Wringinpitu, Wringinrejo
nama desa yang berhubungan dengan pangkalan, nama 5. Bulu Buluagung, Bulurejo
desa yang menggunakan kata lubuk, nama desa yang 6. Kedung Kedunggebang, Kedungsari
berhubungan dengan harapan merupakan penamaan 7. Tegal Tegalrejo, Tegalsari
desa yang mengacu pada bentuk atau wujud desa yang 8. Taman Tamanagung, Tamansari
berhubungan dengan harapan. 9. Purwo Purwoasri, Purwodadi
Berdasarkan latar belakang tersebut,
10. Sido Sidodadi
permasalahan penelitian ini adalah Penamaan Desa di
11. Alas Alasbuluh
Kabupaten Banyuwangi: Kajian Topinimi, yang terbagi
12. Kebon Kebonrejo
dalam dua permasalahan khusus, yaitu 1) struktur nama
13. Watu Watukebo
desa di Kabupaten Banyuwangi; dan 2) aspek
perwujudan nama desa di Kabupaten Banyuwangi. 14. Sambi Sambirejo
15. Genteng Gentengkulon
Metode Penelitian 16. Pakis Pakistaji
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi 17. Temu Temuguruh
kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah 18. Parijatah Parijatah wetan
nama-nama desa dan kelurahan di Kabupaten 19. Lemahbang Lemahbangdewo
Banyuwangi, sumber data diperoleh dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Menurut data yang ada leksikal sumber
Banyuwangi. Metode pengumpulan data pada penelitian menjadi yang paling sering muncul dalam penamaan
ini menggunakan metode dokumentasi. Teknik desa di Kabupaten Banyuwangi namun diposisi sebagai
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan yang diterangkan, jumlah penggunaan leksikal sumber
teknik baca dan catat. Penelitian ini menggunakan berjumlah 13, sumber sendiri mempunyai makna pusat,
instrumen penelitian Human Instrument. Teknik analisis namun penggunaan leksikal sumber cenderung
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik mengarah pada mata air, seperti contoh leksikal sumber
padan intralingual. Metode padan intralingual adalah yang digunakan untuk nama Desa Sumberbaru yang
metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan mempunyai makna adanya sumber mata air yang baru
unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat pada desa tersebut, kemudian ada lagi Desa
dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang Sumbergondo, sumber yang berarti pusat keluarnya
berbeda. Penelitian ini menggunakan teknik analisis mata air dan gondo yang berarti ganda, yang jika
data padan intralingual untuk menghubungkan nama disatukan menjadi sumber mata air ganda atau adanya 2
Desa di Kabupaten Banyuwangi yang telah terkumpul sumber mata air dalam satu tempat. Namun ada juga

48
Sapala Volume 10, Nomor 1 Tahun 2023, Hlm. 46-55

nama desa yang menggunakan leksikal sumber tapi dalam nama Desa Kebonrejo yang mempunyai makna
tidak mengarah pada mata air, contohnya Desa banyaknya kebun atau area yang ditanami tumbuhan di
Sumberberas, yang mempunyai makna tempat daerah tersebut, kemudian ada Desa Karangrejo yang
diproduksinya beras. mempunyai makna banyaknya batu karang di daerah
Lalu leksikal yang paling sedikit keluar pada tersebut. Penamaan desa juga dipengaruhi faktor
posisi yang diterangkan ada 8 yaitu Kebon, Watu, geografi yang mendukung. Namun ada juga nama desa
Sambi, Genteng, Pakis, Temu, Parijatah, Lemahbang. yang menggunakan leksikal rejo namun tidak diposisi
Masing-masing leksikal berjumlah 2 nama desa, dengan sebagai yang menerangkan melainkan sebagai yang
arti dan perwujudan yang berbeda-beda, seperti watu diterangkan, contohnya Desa Rejoagung dan Rejoasri.
yang mempunyai arti batu dan contoh desanya yaitu Kemudian leksikal paling sedikit dalam
Desa Watukebo yang mempunyai makna batu yang penggunaan nama desa di Kabupaten Banyuwangi
besar, Desa Sambirejo yang mempunyai makna banyak adalah sobo dan wangi yang masing-masing memiliki 2
tumbuhan kesambi, Desa Gentengkulon, genteng sendiri nama desa. Salah satu contohnya yaitu Desa Wonosobo
berasal dari kata genting dan kulon merupakan letak yang mempunyai makna hutan tempat orang-orang
desa tersebut, Desa Pakistaji yang mempunyai arti sering berkunjung atau berdatangan. Lalu ada Desa
banyak tumbuhan pakis besar, lalu ada Desa Temuguruh Jambewangi yang mempunyai makna adanyatumbuhan
yang mempunyai arti bertemunya saudara seperguruan, jambe atau sejenis pinang didaerah tersebut yang
Desa Parijatah wetan, Parijatah mempunyai arti aromanya wangi atau harum.
pembagian jatah padi untuk masyarakat dan wetan Dari nama desa diatas juga terdapat beberapa
merupakan letak desa tersebut, dan yang terakhir adalah nama desa yang cukup unik maknanya contohnya Desa
Desa Lemahbangdewo, lemahbang mempunyai arti Wongsorejo dimana desa tersebut dulunya bernama
tanah merah akibat pertumpahan darah dan dewo Bungkalengan dan merupakan kawasan yang dihuni
merupakan nama daerah tersebut sebelumnya yaitu oleh orang-orang madura, kemudian seseorang dari
Tegal Dewo. kerajaan Blambangan yang disebut sebagai Buyut
Dari nama desa diatas juga ditemukan nama- Wongso memimpin daerah tersebut hingga menjadi
nama desa yang cukup unik, contohnya desa Buluagung makmur, kemudian namanya diabaikan sebagai nama
dimana fokus utama dalam penamaan desa mengacu desa. Meskipun nama desa tersebut kental akan bahasa
pada bulu yang terdapat pada pohon bambu, sangat jawa namun masyarakat desa tersebut rata-rata adalah
jarang masyarakat menggunakan bulu pada bambu keturunan madura.
sebagai nama desa, namun ada beberapa daerah yang
menggunakannya salah satunya adalah desa-desa di Penamaan Desa Berdasarkan Aspek Toponimi
Kabupaten Banyuwangi. Menurut Sudaryat (2009:10) penamaan tempat
atau toponimi didasarkan pada tiga aspek, yaitu (1)
Tabel 2 Leksikal Sebagai Atribut Frasa DM aspek perwujudan; (2) aspek masyarakat; dan (3) aspek
No Leksikal Contoh Data kebudayaan. Sudaryat membagi lingkungan alam
1. Rejo Kebonrejo, Karangrejo tersebut menjadi tiga kelompok, yaitu (1) latar perairan
2. Sari Bulusari, Gombengsari (wujud perairan); (2) latar rupabumi (geomorfologis);
3. Agung Buluagung, Siliragung (3) latar lingkungan alam (biologis-ekologis). Aspek
4. Harjo Kajar Harjo, Parangharjo masyarakat dalam penamaan tempat berkaitan dengan
5. Mulyo Yosomulyo, interaksi sosial atau tempat berinteraksi sosial, termasuk
Karangmulyo kedudukan di masyarakat, pekerjaan, dan profesi
6. Baru Tamanbaru (Sudaryat, 2009:17). Serta aspek kebudayaan yang
7. Asri Temuasri berkaitan dengan unsur kebudayaan seperti mitos,
8. Kulon Parijatah kulon folklor, dan sistem kepercayaan (Sudaryat, 2009:18).
9. Anyar Kampunganyar
Tabel 3 Aspek Perwujudan Nama Desa di
10. Wetan Kalibaruwetan
Kabupaten Banyuwangi
11. Wangi Jambewangi
No Perwujudan Leksikal Inti Nama Desa
12. Sobo Wonosobo
1. Perairan Sumber Sumberasri,
Sumberarum,
Menurut data yang ada leksikal rejo menjadi
Sumberbulu
yang paling sering muncul dalam penamaan desa di
Kali Kalipait,
Kabupaten Banyuwangi namun diposisi sebagai yang
Kaligondo,
menerangkan, jumlah penggunaan leksikal rejo
Kalipuro
berjumlah 29, rejo sendiri mempunyai arti banyak atau
ramai, seperti contoh leksikal rejo yang digunakan Banyu Banyuanyar
Kedung Kedungasri,

49
Penamaan Desa Di Kabupaten Banyuwangi : Kajian Toponimi

Kedungwungu Banyuwangi seperti sungai, dan Wungu merupakan


2. Rupabumi Karang Karangharjo, pantulan cahaya dari langit ketika sore hari pada air
karang rejo, kedung.
karangdoro Kelompok selanjutnya yang termasuk kedalam
Tegal Tegaldlimo, Aspek Perwujudan yaitu rupa bumi, dalam kelompok ini
Tegalharjo terdapat 7 leksikal yaitu Karang, Tegal, Alas, Watu,
Alas Alasmalang Taman, Bumi Plampang, pada kelompok rupa bumi
Watu Watukebo leksikal karang merupakan leksikal yang sering muncul
Taman Tamanrejo, dalam penamaan desa di Kabupaten Banyuwangi.
Tamanagung Contoh desanya yaitu Desa Karangrejo, Desa
Bumi Bumiharjo Karangrejo merupakan desa yang terletak didekat laut
Plampang Plampangrejo dan mempunyai beberapa pantai, adanya banyak karang
3. Lingkungan Wringin Wringinpitu, membuat masyarakat sekitar menyebutnya daerah
alam (Flora) Wringinputih tersebut sebagai karangrejo, Karang yang merupakan
Bulu (Flora) Buluagung, jenis batuan laut dan Rejo yang mempunyai arti banyak
atau ramai. Leksikal selanjutnya yang termasuk aspek
Bulusari
Rupabumi yaitu leksikal Tegal, contoh desanya yaitu
Silir Siliragung
Desa Tegaldlimo, Tegal merupakan tanah lapang yang
Sambi(Flora) Sambirejo
luas, Dlimo merupakan buah delima, pada desa itu
Pakis (Flora) Pakistaji
banyak ditemuai lahan-lahan yang ditanami buah
Kebon (Flora) Kebonrejo
delima. Contoh lainnya yaitu Desa Alasmalang, Alas
Kulon (Arah Lemahbang merupakan hutan, dan Malang merupakan bahasa jawa
mata angin) kulon dari kata melintang, dimana didesa itu terdapat banyak
Wetan (Arah Kalibaruwetan hutan. Contoh selanjutnya yaitu Desa Watukebo, Watu
mata angin) merupakan batu dan Kebo merupakan binatang kerbau,
desa ini dianamakan Desa Watukebo karena adanya
Bango (Flora) Bangorejo
batu besar yang mirip seekor kerbau. Contoh
Blimbing Blimbingsari selanjutnya yaitu Tamanrejo, Taman merupakan suatu
(Flora) tempat yang ditanami bunga-bunga atau tanaman hias
Jambe (Flora) Jambewangi lainnya, dan Rejo berarti banyak atau ramai, diaman di
desa tersebut banyak sekali taman. Contoh berikutnya
Asri Kedungasri yaitu Desa Bumiharjo, Bumi merupakan tanah yang kita
Lor (Arah Benelan lor pijak dan Harjo berarti baik. Kemudian contoh terakhir
mata angin) yaitu Desa Plampangrejo, Plampang dalam Bahasa
Kidul (Arah Benelan kidul Osing merupakan pantai, dan rejo berarti ramai atau
mata angin) banyak.
Kelompok selanjutnya yang masih termasuk
kedalam Aspek Perwujudan yaitu kelompok
Dalam aspek perwujudan terdapat 3 kelompok Lingkungan alam, dimana terdapat 14 leksikal yaitu
yaitu perairan, rupa bumi, dan lingkungan alam. Wringin, Bulu, Silir, Sambi, Pakis, Kebon, Kulon,
Pada kelompok perairan terdapat 4 leksikal Wetan, Bango, Blimbing, Jambe, Asri, Lor, Kidul,
yang mengandung unsur perairan yaitu Sumber, Kali, dalam kelompok ini leksikal wringin merupakan
Kedung, Banyu, dan leksikal yang paling banyak sering leksikal yang paling sering muncul. Contoh desa yang
muncul yaitu leksikal sumber, Contoh desa pada pertama yaitu Desa Wringinpitu, Wringin merupakan
kelompok perairan yaitu Desa Kalirejo, Desa Kalirejo pohon beringin dan pitu merupakan jumlah pohon
merupakan salah satu desa yang mempunyai banyak beringin yang ada didesa itu yang berjumlah tujuh. Desa
sekali sungai-sungai kecil dimana Kali mempunyai arti yang kedua yaitu Desa Buluagung, Bulu merupakan
sungai dan Rejo berarti banyakatau ramai. Contoh bagian dari tanaman bambu yang seperti bulu, dan
lainnya adalah Desa Sumberarum, desa tersebut dulu Agung merupakan besar, dimana di desa tersebut
mempunyai sumber mata air yang harum, lalu terdapat banyak sekali bambu-bambu besar. Kemudian
masyarakat menamakan daerah tersebut Sumberarum. contoh desa yang ketiga yaitu Desa Siliragung, Silir
Contoh lainnya yaitu Desa Banyuanyar, Banyu merupakan angin, dan Agung berarti besar, dimana di
merupakan air dan Anyar merupakan baru yang berarti desa itu kondisi anginnya cukup kencang. Desa yang
adanya sumber air yang baru. Contoh terakhir yaitu keempat yaitu Desa Sambirejo, Sambi merupakan
Desa Kedungwungu, Kedung merupakan cekungan tanaman kosambi dan rejo berarti ramai atau banyak.
dipermukaan bumi yang terisi air, atau jika di Contoh desa yang kelima yaitu Desa Pakistaji, Pakis

50
Sapala Volume 10, Nomor 1 Tahun 2023, Hlm. 46-55

merupakan tanaman paku-pakuan dan Taji merupakan masyarakat Margomulyo


jenisnya, jadi di desa tersebut terdapat tanaman pakis 8. Tempat tinggal Kampung Kampunganyar,
besar yag mempunyai duri yang beracun. Contoh desa masyarakat Kampung
yang keenam yaitu Desa Kebonrejo, Kebon merupakan mandar,
kebun dan Rejo berarti banyak atau ramai, dimana di Kampung melayu
desa tersebut banyak terdapat kebun. Kemudian contoh 9. Keadaan Rejo Tulungrejo,
yang ketujuh yaitu Desa Lemahbang Kulon, Lemahbang masyarakat Wongsorejo
berasal dari kata lemah yang berarti tanah dan abang
yang berarti merah, tanah yang merah diakibatkan dari Dalam Aspek Kemasyarakatan terdapat 9
terbunuhnya seorang patih yang terkenal di daerah perwujudan dan 9 leksikal inti, yaitu Parijatah, Sobo,
tersebut, kemudian diikuti dengan leksikal kulon yang Pande, Singo Sari, Sido, Mulyo, Kampung, dan Rejo.
berarti barat, sesuai letak desanya. Kemudian contoh Leksikal yang paling sering banyak muncul dalam
desa yang kedelapan yaitu Desa Kalibaru Wetan, Aspek Kemasyarakatan yaitu leksikal rejo, contoh
Kalibaru berasal dari kata Kali yang berarti sungai dan desanya yaitu Desa Tulungrejo yang mempunyai makna
Baru, Kalibaru merupakan desa yang mempunyai masyarakat didesa tersebut banyak yang suka menolong
banyak sungai baru, kemudian leksikal selanjutnya yaitu satu sama lain. Kemudian leksikal kedua yang paling
Wetan yang berarti timur, sesuai dengan letak desanya. sering muncul yaitu sari, contoh dari penamaan desanya
Kemudian contoh yang kesembilan yaitu Desa yaitu Desa Bulusari, Bulu yang berarti bulu pada bambu
Bangorejo, Bango merupakan area pertanian dalam dan sari adalah pemberian nama dari pemerintah karena
Bahasa Osing dan Rejo berarti ramai atu banyak, dibangunnya krajan didaerah tersebut. Leksikal paling
dimana di desa tersebut banyak terdapat lahan pertanian. banyak ketiga yaitu leksikal mulyo, contoh nama
Contoh desa yang kesepuluh yaitu Desa Blimbingsari, desanya yaitu Desa Yosomulyo, desa ini dulunya
Blimbing merupakan tanaman belimbing yang juga bernama Desa Karangasem kemudian setelah kejadian
banyak ditemui di daerah tersebut, panggunaan kata sari PKI desa ini diubah namanya oleh Presiden Indonesia
merupakan akibat dari terbentuknya suatu krajan atau saati itu, yaitu Pak Harto menjadi Desa Yosomulyo
desa baru oleh pemerintah setempat. Contoh yang dengan harapan desa ini bisa membangun
kesebelas yaitu Desa Jambewangi, Jambe merupakan kemulyaannya sendiri. Selanjutnya leksikal yang
tanaman sejenis pinang dan Wangi merupakan aroma muncul sebagai nama desa hanya berjumlah empat
dari tanaman tersebut. Kemudian contoh keduabelas nama desa atau lebih sedikit. Leksikal selanjutnya yaitu
yaitu Desa Kedungasri, Kedung merupakan sungai dan leksikal singo, singo dalam masyarakat banyuwangi
Asri merupakan kondisi yang baik atau masih terjaga, berarti patih atau pemimpin pemerintahan seperti
sesuai dengan banyaknya sungai yang masih asri menteri, contoh desanya yaitu Desa Singotrunan atau
didaerah tersebut. Lalu contoh ketigabelas yaitu Desa Singo Taruna yang mempunyai makna patih yang
Benelan Lor, Benelan merupakan nama salah satu jenis mengurus pemuda-pemuda. Lalu ada leksikal kampung,
pohon bambu, kemudian Lor adalah tempat atu lokasi contoh desanya yaitu Desa Kampungmandar yang
desa tersebut yang mempunyai arti utara. Contoh desa mempunyai makna tempat tinggal Suku Mandar dari
terakhir yaitu desa Balenan Kidul, sama seperti Balenan Sulawesi Barat. Leksikal selanjutnya yaitu leksikal sido,
Lor, Kidul mempunyai arti selatan, tempat dimana desa contoh desanya yaitu Desa Sidodadi yang mempunyai
itu berada. makna banyak sesuatu yang diharapkan yang pasti
terjadi di desa itu. Lalu leksikal selanjutnya yang
Tabel 4 Aspek Kemasyarakatan Pada Penamaan muncul yaitu leksikal sobo, contoh desanya yaitu Desa
Desa di Kabupaten Banyuwangi Sobo yang mempunyai makna tempat yang sering
No. Perwujudan Leksikal Nama Desa dikunjungi masyarakat, atau bisa juga kebiasaan
Inti masyarakat yang saling mengunjungi tempat mereka
1. Program Parijatah Parijatah kulon satu sama lain. Kemudian lesikal terakhir yaitu leksikal
pemerintah pande, contoh desanya yaitu Panderejo yang
2. Kegiatan Sobo Sobo mempunyai makna banyak masyarakat didaerah
masyarakat tersebut yang berprofesi sebagai pandai besi.
3. Industri Pande Panderejo
4. Bentuk Singo Singotrunan, Tabel 5 Aspek Kebudayaan Pada Penamaan Desa di
pemerintahan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi
5. Kebijakan Sari Karangsari, No. Perwujudan Leksikal Inti Nama Desa
pemerintah Bulusari 1. Sejarah Purwo Purwoagung,
6. Kejadian di Sido Sidorejo, Purwodadi
masyarakat Sidodadi Genteng Genteng kulon
7. Kondisi Mulyo Yosomulyo, Lemahbang Lemahbangdewo

51
Penamaan Desa Di Kabupaten Banyuwangi : Kajian Toponimi

Temu Temuguruh Klatak


Gombolirang
Dalam aspek kebudayaan hanya terdapat 1 Sepanjang
perwujudan yaitu sejarah, dlam perwujudan sejarah 3. Lingkungan Alam Karetan (Flora)
terdapat 4 leksikal inti yaitu Purwo, Genteng, Kemendung
Lemahbang, Temu. Contoh dari desanya sendiri yaitu (Flora)
Purwoagung, penamaan Desa Purwoagung sendiri Gambiran (Flora)
akibat dari pecahan Alaspurwo yang dulunya Kembiritan (Flora)
merupakan sebuah kerajaan, kemudian daerah-daerah Bubuk (Flora)
sekitarnya terpecah namun teteap mempertahankan Pengatigan (Fauna)
nama purwo sebagai nama desa. Selanjutnya ada Desa Bareng (Fauna)
Genteng kulon, Desa Gentengkulon berasal dari kata Labanasem (Flora)
Genting dan Kulon, Genting sendiri dipilih karena di
Pondoknongko
daerah tersebut pernah terjadi infansi belanda, maka dari (Flora)
itu keadaan di daerah tersebut sangat genting, kulon
Dadapan (Flora)
sendiri adalah barat, lokasi desa tersebut. Lalu ada Desa
Gumirih (Flora)
Lemahbang kulon, lemahbang mempunyai arti tanah
Kemiri (Flora)
merah akibat peperangan dan terbunuhnya seorang patih
Glagah (Flora)
didaerah tersebut, lalu kulon adalah barat, lokasi desa
tersebut. Dan yang terakhir adalah Desa Temuguruh, Kemiren (Flora)
Temuguruh diambil dari kata Temu dan Guru, dua Lateng (Flora)
leksikal ini berasal dari pertemuan 3 saudara Pengantigan
seperguruan, yaitu Mbah Mangku, Mbah Jayeng dan (Fauna)
Mbah H. Yusuf, tempat tersebut merupakan tempat Ketapang (Flora)
pengungsian pejuang pada zaman belanda, dan 3 orang
tersebut merupakan 3 orang yang dituakan.
Namun ada juga nama desa yang menggunakan
satu leksikal dimana leksikal yang dipakai adalah Dalam aspek perwujudan terdapat 3 kelompok
leksikal inti saja, berbeda dari nama-nama desa yaitu perairan, rupa bumi, dan lingkungan alam.
sebelumnya yang memakai pola diterangkan- Terdapat 4 leksikal sekaligus nama desa dalam
menerangkan, nama desa ini hanya menggunakan satu Perwujudan Perairan, yaitu Grajagan, Sembulungan,
leksikal namun memiliki makna yang bisa berdiri Bomo, dan Tambong. Berikut penjelasan keempat nama
sendiri. desa tersebut. Desa Grajagan, Grajakan merupakan air
Berdasarkan penjelasan tersebut, nama desa di yang mengalir secara deras. Kemudian Desa
Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam beberapa aspek Sembulungan, Sembulungan merupakan titik terdalam
toponimi sebagai berikut. pada laut. Lalu Desa Bomo, Bomo sendiri adalah
kedung air yang sangat besar. Yang terakhir adalah
Tabel 6 Pembangian Aspek Toponimi Nama Desa di Desa Tambong, Tambong merupakan sungai besar yang
Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Perwujudan memiliki waduk didalamnya.
No. Perwujudan Nama Desa
1. Perairan Grajagan Kelompok selanjutnya yaitu Rupa Bumi, dalam
Sembulungan kelompok Rupa Bumi terdapat 14 leksikal dan juga
Bomo nama desa, diantaranya yaitu Pendarungan, Gambor,
Bayu, Kenzo, Gumuk, Licin, Segobang, Pakel, Grogol,
Tambong
Giri, Telemung, Klatak, Gombolirang. Berikut
2. Rupa Bumi Pendarungan
penjelasan singkat nama-nama desa tersebut. Desa
Gambor
Pendarungan, Pendarungan adalah sebuah area yang
Bayu
sangat terpencil di kaki gunung. Lalu ada Desa Gambor,
Kenjo
Gambor merupakan sebuah lapangan atau area yang
Gumuk sangat luas. Selanjutnya Desa Bayu, Bayu sendiri dalam
Licin bahasa sansakerta memiliki arti angin, dimana desa ini
Segobang merupkan desa yang berangin. Kemudian ada Desa
Pakel Kenzo, Kenzo merupakan sebutan untuk area yang
Grogol sangat hijau. Desa Gumuk, Gumuk merupakan
Giri gundukan bukit yang tidak terlalu tinggi. Lalu ada Desa
Telemung Licin, dinamakan licin karena struktur jalan atau area

52
Sapala Volume 10, Nomor 1 Tahun 2023, Hlm. 46-55

tersebut merupakan lereng gunung yang licin. belakang penamaan desa ini. Yang kelimabelas ada
Selanjutnya ada Desa Segobang, Segobang sendiri Desa Lateng, diambil dari banyaknya tumbuhan
memiliki arti jalan yang dikanan kirinya adalah jurang. jelatang atau lateng yang tumbuh di daerah tersebut.
Kemudian ada Desa Pakel, Pakel merupakan area terjal Desa keenambelas yaitu Desa Pengantigan, asal-usul
yang berada di pegunungan. Desa Grogol, diambil dari namanya sama seperti Desa Pengatigan. Yang terakhir
area desa yang merupakan area berbatu atau orang- adalah Desa Ketapang, banyaknya tumbuhan ketapang
orang sering menyebutnya grogol. Desa selanjutnya menjadi alasan utama dinamakannya daerah tersebut
yaitu Desa Giri, Giri merupakan nama dataran tinggi, Desa Ketapang.
atau orang dulu menyebutnya Gunung Giri. Desa
selanjutnya yaitu Desa Telemung, Telemung adalah
area yang mempunyai struktur tanah yang Tabel 8 Pembagian Aspek Toponimi Nama Desa di
bergelombang. Desa keduabelas yaitu Desa Klatak, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan
yang mempunyai arti tanah yang kering. Kemudian desa Kemasyarakatan
selanjutnya yaitu Desa Gombolirang, Gombolirang No. Perwujudan Nama Desa
merupakan tempat yang dulu banyak ditemukan 1. Tempat kegiatan Pesanggaran
welirang atau belerang. Dan yang terakhir adalah Desa masyarakat Gitik
Sepanjang, Sepanjang merupakan dataran yang panjang. Gendoh
2. Tempat tinggal Kradenan
Kelompok selanjutnya dalam Aspek masyarakat Tukangkayu
Perwujudan yaitu Lingkungan Alam, ada 17 leksikal Patoman
sekaligus nama desa pada kelompok Lingkungan Alam, Kabat
berikut penjelasan singkat nama desa pada kelompok Gintangan
ini. Yang pertama ada Desa Karetan, Karetan sendiri
3. Organisasi Setail
berasal dari kata Karet, dimana pada daerah ini dulunya
masyarakat
merupakan hutan karet yang sangat luas. Desa kedua
4. Fasilitas Gladak
yaitu Desa Kemendung, Kemendung merupakan nama
Mojopanggung
dari salah satu pohon kepundung yang hanya berbuah
Kandangan
saat musim mendung, atau musim hujan. Desa ketiga
Sarongan
yaitu Desa Gambiran, diambil dari kata Gambir yang
merupakan nama sebuah jenis tumbuhan. Kemudian 5. Kegiatan Rogojampi
yang keempat adalah Desa Kembiritan, diambil dari masyarakat Padang
kata Kembirit yang merupakan nama pohon yang Bulusan
banyaktumbuh di daerah tersebut. Lalu selanjutnya ada 6. Tempat tinggal Kedaleman
Desa Bubuk, dinamakan Bubuk karena banyak pohon pemerintahan Banjar
yang dimakan serangga, sehingga pohon-pohon tersebut Kepatihan
menjadi bubuk. Desa keenam yaitu Desa Pengatigan, Temenggungan
dinamakan Pengatigan karena banyak ditemukan telur Badewang
hewan, atau masyarakat menyebutnya Tigan. Desa 7. Fenomena di Balak
ketujuh yaitu Desa Bareng, Bareng adalah telur ayam masyarakat Bengkak
ketika masih didalam perut ayam dan belum keluar. Sraten
Desa selanjutnya yaitu Desa Labanasem, dinamakan 8. Keadaan tempat Songgon
Labanasem karena banyaknya pohon asem yang tumbuh Sragi
didaerah tersebut. Lalu yang kesembilan adalah Desa Paspan
Pondoknongko, sesuai namanya, Desa Pondoknongko Jelun
banyak ditemui pohon nangka. Kemudian desa yang Mangir
kesepuluh yaitu Desa Dadapan, banyaknya daun dadap 9. Program Badean
membuat daerah itu disebut Dadapan. Desa kesebelas pemerintah Aliyan
adalah Desa Gumirih, Gumirih merupakan nama Benculuk
tumbuhan rambat yang banyak ditemui di daerah
tersebut. Selanjtnya ada Desa Kemiri, sesuai dengan
namanya, adanya pohon kemiri jadi latar belakang nama Dalam Aspek Kemasyarakatan terdapat 9
desa ini. Desa ketigabelas yaitu Desa Glagah, perwujudan dan 32 leksikal sekaligus nama desa, yaitu
banyaknya tumbuhan gelagah jadi latar belakang Kandangan, Pesanggaran, Gitik, Gendoh, Sarongan,
dinamakannya daerah tersebut sebagai Desa Glagah. Kradenan, Tukangkayu, Patoman, Benculuk, Setail,
Desa keempatbelas yaitu Desa Kemiren, sama seperti Gladak, Mojopanggung, Rogojampi, Padang,
Desa Kemiri, banyaknya tumbuhan kemiri jadi latar Kedaleman, Banjar, Kepatihan, Temenggungan, Balak,

53
Penamaan Desa Di Kabupaten Banyuwangi : Kajian Toponimi

Bengkak, Cantuk, Songgon, Sragi, Paspan, Jelun, diketahui terdapat 3 aspek yaitu Aspek Perwujudan,
Badean, Gintangan, Sraten, Badewang, Mangir, Aspek Kemasyarakatan, dan Aspek Kebudayaan. Dalam
Bulusan. Perwujudan Tempat tinggal pemerintahan, Aspek Perwujudan terindentifikasi terdapat 4 leksikal
Keadaan tempat dan Tempat tinggal masyarakat dalam Perwujudan Perairan, 7 Perwujudan Rupa Bumi,
mempunyai leksikal terbanyak yaitu 5, dalam 14 Perwujudan Lingkungan Alam. Sedangkan dalam
Perwujudan Tempat tinggal pemerintahan terdapat Aspek Kemasyarakatan teridentifikasi terdapat 9
Kedaleman, Banjar, Kepatihan, Temenggungan, dan perwujudan dan 9 leksikal inti, yaitu Program
Badewang. dari Keadaan tempat ada Songgon, Sragi, pemerintah, Kegiatan masyarakat, Industri, Bentuk
Paspan, Jelun, dan Mangir. Dari Tempat tinggal pemerintahan, Kebijakan pemerintah, Kejadian di
masyarakat ada Kradenan, Tukangkayu, Patoman, masyarakat, Kondisi masyarakat, Tempat tinggal
Kabat, dan Gintangan Lalu Kemudian perwujudan yang masyarakat, Keadaan masyarakat. Sementara dalam
paling sering muncul kedua yaitu dari perwujudan Aspek Kebudayaan teridentifikasi terdapat 1
Fasilitas ada Gladak, Mojopanggung, Kandangan, perwujudan dan 4 leksikal inti, perwujudan dalam
Sarongan. Aspek Kebudayaan adalah Perwujudan Sejarah. Namun
Leksikal paling sedikit yang termasuk kedalam ada juga temuan nama desa yang tidak menggunakan
Perwujudan dalam Aspek Kemasyarakatan ada Setail, pola terstruktur atau hanya menggunakan satu leksikal.
yang termasuk kedalam Organisasi masyarakat, Setail Dari Aspek Perwujudan teridentifikasi terdapat 4
sendiri merupakan sebutan untuk organisasi masyarakat leksikal dalam Perwujudan Perairan, 14 leksikal dalam
yang terdiri dari orang-orang yang dianggap nakal dan Perwujudan Rupa Bumi dan 17 leksikal dalam
tidak berguna, akhirnya mereka membuat perkumpulan Perwujudan Lingkungan Alam. Lalu dari Aspek
yang disebut Setail untuk membuktikan bahwa mereka Kemasyarakatan teridentifikasi terdapat 9 perwujudan
bisa berguna bagi masyarakat. dan 32 leksikal, dengan rincian, 3 leksikal dalam
Perwujudan Tempat Kegiatan Masyarakat, 5 leksikal
Tabel 9 Pembagian Aspek Toponimi Nama Desa di dalam Perwujudan Tempat Tinggal Masyarakat, 1
Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Kebudayaan leksikal dalam Perwujudan Organisasi Masyarakat, 4
No. Perwujudan Nama desa leksikal dalam Perwujudan Fasilitas, 3 leksikal dalam
1. Alat memasak Cantuk Kegiatan Masyarakat, 5 leksikal dalam Perwujudan
2. Sejarah Blambangan Tempat Tinggal Pemerintahan, 3 leksikal dalam
Cluring Perwujudan Fenomena di Masyarakat, 5 leksikal dalam
Bunder Perwujudan Keadaan Tempat, dan 3 leksikal dalam
Tampo Perwujudan Program Pemerintah. Selanjutnya dalam
Jajag Aspek Kebudayaan teridentifikasi terdapat 3
Dasri perwujudan dan 13 leksikal dengan rincian, 1 leksikal
Macan Putih dalam Perwujudan Alat Memasak, 1 leksikal dalam
Perwujudan Alat Kesenian dan 13 leksikal dalam
Boyolangu
Perwujudan Sejarah.
Penataban
Kelir
DAFTAR PUSTAKA
Bajulmati
Sudaryat, Yayat dkk. 2009. Toponimi Jawa Barat
3. Alat kesenian Kluncing
(berdasarkan cerita rakat). Bandung: Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.
Dalam Aspek Kebudayaan terdapat 3 Muhammad Edy Thoyib. 2021. Toponimi Desa-Desa di
perwujudan, yaitu Alat memasak, Sejarah, dan Alat Desa Singosari Kabupaten Malang. Malang:
kesenian. Dalam perwujudan Sejarah terdapat 11 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
leksikal dan menjadi yang terbanyak dalam Aspek Malang.
Kebudayaan, kebanyakan dari leksikal yang dipakai Mulyono, & Wuryaningrum, R. (2021). Ideological
untuk nama desa dalam Perwujudan Sejarah Meaning of Lamongan Batik Motifs (Semiotic
berhubungan dengan Kerajaan Blambangan. Prespective). International Journal of Social
Sciences and Humanities Invention, 8(12), 6726–
Penutup 6734. https://doi.org/10.18535/ijsshi/v8i12.03
[Diakses pada 18 Januari 2023]
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat Nelen Febrianty. 2020. Penamaan Pantai Di Kabupaten
diketahui bahwa banyak nama desa di Kabupaten Malang Sebagai Refleksi Budaya Masyarakat
Banyuwangi terdapat 12 Leksikal yang termasuk Pesisir. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
kedalam leksikal sebagai atribut frasa DM dan 19
leksikal inti frasa DM. Sementara itu dari segi Toponimi

54
Sapala Volume 10, Nomor 1 Tahun 2023, Hlm. 46-55

Rahmat Muhidin. 2020. Penamaan Desa di Kabupaten


Banyuasin dalam Persepsi Toponimi Terestrial.
Palembang: Balai Bahasa Sumatera Selatan.
L. Prima Pandu Pertiwi, Suyanto, Sri Puji Astuti. 2020.
Toponimi Nama-Nama Desa di Kabupaten
Ponorogo (Kajian Antropolinguistik). Semarang:
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro.
Catur Liskah Kartika. 2020. Penamaan Jalan di Kota
Madya Surabaya: Kajian Toponimi. Surabaya:
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya.
Iis Rohmawati. 2019. Toponymy and Culturan Value of
Village Names in Bojong. Cianjur: Universitas
Suryakancana.
Banyuwangikab.go.id. Daftar Kecamatan Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi. [diakses pada 3 Juni
2022].
https://banyuwangikab.go.id/pemerintahan/kecamata
n

55

Anda mungkin juga menyukai