Abstract
The society of Banyuwangi has the unique term of tradisional and snack. The unique is on the names of
traditional food and snack, also related to the tradition of Banyuwangi's society. This research is using kualitatif
method. Data is derived from the traditional food and snack maker and community leader who understand about
the terms of traditional food and snack in Banyuwangi. The description below is getting from the research that
have been doing: the term' form of traditional food and snack can be classified into word and phrase, and the
term of traditional food and snack related to Banyuwangi's society tradition, can be classified in to 12 there are:
1) a new house tradition, 2) the angaged tradition, 3) the wedding tradition, 4) a “tingkeban” tradition, 5) the
birth tradition, 6) a “selapan” tradition, 7) a “turun tanah” tradition, 8) a death's man tradition, 9) a “maulid
Nabi” tradition, 10) a “suro” tradition, 11) a “bersih desa” tradition, 12) a “kebo- keboan” tradition.
Keywords: traditional food and snack, ethnolinguistics, osengese, the society tradition.
Abstrak
Masyarakat Banyuwangi mempunyai istilah-istilah makanan dan jajanan tradisional yang unik. Keunikan
tersebut terletak pada nama-nama makanan dan jajanan tradisional serta terkait dengan tradisi Masyarakat
Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari para pembuat makanan
dan jajanan tradisional dan tokoh masyarakat yang memahami mengenai istilah-istilah makanan dan jajanan
tradisional di Banyuwangi. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh deskripsi sebagai berikut: Bentuk
istilah makanan dan jajanan tradisional dapat diklasifikasikan menjadi kata dan frasa dan istilah makanan dan
jajanan tradisional kaitannya dengan tradisi masyarakat Banyuwangi dapat diklasifikasikan menjadi 12, yaitu:
1) tradisi pindah rumah, 2) tradisi lamaran (meminang), 3) tradisi perkawinan, 4) tradisi tujuh bulanan
(Tingkeban) , 5) tradisi hari kelahiran, 6) tradisi selapan bayi, 7) tradisi turun tanah (mudun lemah), 8) tradisi
orang meninggal, 9) tradisi Maulid Nabi, 10) tradisi bulan suro, 11) tradisi bersih desa, 12) tradisi kebo-
keboan.
Kata Kunci: makanan dan jajanan tradisional, etnolinguistik, bahasa Osing, tradisi mas
digunakan dalam tahap penyediaan data, yaitu metode tersebut untuk mengetahui beberapa istilah makanan
observasi dan metode cakap. Metode cakap (wawancara) tradisional atau nama-nama makanan tradisional menurut
teknik dasarnya adalah teknik pancing, maksudnya peneliti klasifikasinya. Adapun contoh istilah makanan dan jajanan
harus dengan segenap kecerdikan dan kemampuannya tradisional yang peneliti temukan. Istilah gedhang goreng
mememancing seseorang atau beberapa orang untuk [gәdʰaŋ gorᴈŋ] berasal dari bentuk dasar gedhang dan
berbicara, dan untuk mendapatkan data-data yang goreng . Istilah gedhang, mempunyai makna “salah satu
diperlukan (Sudaryanto, 1988:7). Dalam teknik sadap ini jenis buah-buahan” dan kata goreng, mempunyai makna
peneliti mendapatkan data dengan menyadap penggunaan “menggoreng dengan minyak”. Istilah gedhang goreng,
bahasa tuturan yang terjadi antarmasyarakat dan diikuti mempunyai makna “jenis panganan”.
dengan teknik lanjutan. Teknik lanjutan metode cakap
Selain contoh beberapa kosakata tersebut, terdapat
adalah teknik cakap semuka (CS), teknik rekam, dan teknik
pula contoh lain yang dapat peneliti jelaskan yaitu berupa
catat. Tahap yang kedua adalah tahap analisis data yaitu
kata dan frasa. Berikut istilah-istilah makanan dan jajanan
metode deskriptif. Hasil dari analisis ini akan menjadi
tradisional dalam bentuk kata yang peneliti temukan.
deskripsi jawaban dari masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini, yaitu tentang pemakaian istilah makanan Tabel 4.1 Kumpulan kata istilah makanan dan jajanan
dan jajanan tradisional pada masyarakat di Kabupaten tradisional
Banyuwangi. Selain itu, juga menggunakan metode padan.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik dasar berupa NO KATA FONETIS JENIS
teknik Pilah Unsur Penentu (PUP) dan yang digunakan 1 angsle [aŋsle] makanan
hanya teknik padan referensial. Teknik padan referensial
digunakan untuk membagi satuan lingual kata dan frasa 2 apem [apǝm] jajanan
menjadi berbagai jenis dan fungsi untuk makna leksikal.
3 awug-awug [awUg-awUg] jajanan
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap
penyajian analisis data. Metode penyajian hasil analisis 4 bagiak [bagia?] jajanan
data ada dua, yaitu metode formal dan informal
5 bergedel [bǝrgǝdel] makanan
(Sudaryanto, 1993:145). Metode formal adalah perumusan
dengan tanda atau lambang-lambang atau an artificial 6 bikang [bikaŋ] jajanan
language. Tanda yang dimaksud adalah kurung kurawal
({...}), kurung siku ([...]), kurung biasa ((...)), dan tanda 7 bindhol [binḍɔl] jajanan
kurung miring (/.../). Metode informal adalah penyajian 8 blendhung [blǝnḍUŋ] jajanan
hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa
atau melalui susunan kalimat yang disebut dengan a 9 bungkuk [bUŋkU?] jajanan
natural language (Sudaryanto, 1993:145). Berdasarkan 10 cenil [cǝnIl] jajanan
uraian singkat tersebut, hasil analisis data penelitian ini
dipaparkan dengan menggunakan metode penyajian formal 11 dodol [dɔdɔl] jajanan
dan informal dengan teknik a natural language serta an 12 gathot [gaṭɔt] jajanan
artificial language yaitu dianalisis dengan menggunakan
rangkaian kata-kata biasa dan penggunaan lambang 13 getas [gǝtas] jajanan
tertentu. 14 gethuk [gǝṭU?] jajanan
kepal dibentuk bulat). Istilah kelepon tersebut termasuk pewarna (hitam), parutan kelapa, gula merah. Istilah lanun
kata benda. Hal itu dapat dibuktikan dengan menambahkan tersebut termasuk kata benda. Hal itu dapat dibuktikan
kata yang/ sing (Jawa) + kata sifat, sehingga bentuknya dengan menambahkan kata yang/ sing + kata sifat,
menjadi Anang nggodog kelepon sing manis. Jadi, istilah sehingga bentuknya menjadi Gogon mangan lanun sing
kelepon tersebut dapat dikategorikan sebagai kata benda. manis. Jadi, istilah lanun tersebut dapat dikategorikan
Penamaan kue kelepon tersebut berdasarkan bentuknya sebagai kata benda. Penamaan kue lanun tersebut berasal
bulat kecil dan bertabur dengan parutan kelapa, sehingga dari daerah kangean yang mempunyai simbolis solidaritas
jajanan tersebut dinamakan kelepon. kelompok untuk melawan kejahatan, sehingga kue tersebut
diberi nama kue lanun.
Istilah kolek [kɔlǝ?] adalah panganan yang dibuat
dari buah pisang, ubi, nangka yang direbus dengan santan Pada penelitian selanjutnya ada beberapa istilah
dan gula. Bahan yang digunakan kolek dalam istilah makanan dan jajanan tradisional berupa frasa yang peneliti
jajanan tradisional adalah sebagai berikut: pisang, ubi, temukan. Nama-nama makanan dan jajanan tradisional
nangka, direbus, santan, gula. Istilah kolek tersebut tersebut antara lain: gethuk lindri, jenang grendul,
termasuk kata benda. Hal itu dapat dibuktikan dengan jenang merah, jenang putih, jenang suroh, kembang
menambahkan kata yang/ sing (Jawa) + kata sifat, sehingga goyang, madu mongso. Penjelasan dari beberapa makanan
bentuknya menjadi Nunuk tuku kolek sing manis. Jadi, dan jajanan tradisional tersebut dapat diuraikan sebagai
istilah kolek tersebut dapat dikategorikan sebagai kata berikut.
benda. Penamaan kue kolek tersebut yaitu kolek berasal Istilah gethuk lindri [gǝṭU? lindri] berasal dari BD
dari kata Khalik yang berarti sang pencipta langit dan gethuk dan lindri.. Istilah gethuk adalah salah satu jenis
bumi, Allah SWT. Lalu, kolak diartikan dengan makanan. Istilah lindri berasal dari kosakata BJ yang
mendekatkan diri kepada sang pencipta semesta alam, mempunyai makna cantik (molek). Istilah gethuk lindri
Allah SWT, sehingga makanan tersebut dinamakan kolek. adalah panganan yang terbuat dari ubi yang dikukus hingga
empuk lalu dilumatkan kemudian di campur dengan gula,
Istilah kopyor [kɔpyɔr] adalah panganan yang
garam, vanili dan pewarna makanan, kemudian
dibuat dari bihun, roti, nangka dan gula kemudian
dimasukkan kedalam gilingan, lalu ditaburi parutan kelapa.
dicampur dengan santan, dibungkus kemudian dikukus.
Bahan yang digunakan gethuk lindri dalam istilah
Dilihat dari segi bentuk dan makna, istilah kopyor
makanan tradisional adalah sebagai berikut: ubi, pewarna
memiliki kesamaan bentuk dan makna dengan istilah yang
makanan, garam, gula, vanili, parutan kelapa. Istilah
digunakan pada jajanan tradisional. Bahan kopyor dalam
gethuk lindri tergolong frasa. Hal itu dapat dibuktikan
istilah jajanan tradisional adalah sebagai berikut: roti,
dengan memisahkan kedua istilah tersebut. Istilah gethuk
nangka, bihun, gula, santan, bungkus (daun pisang),
lindri dalam istilah jajanan tradisional termasuk kata
kukusan. Istilah kopyor tersebut termasuk kata benda. Hal
benda. Hal itu dapat dibuktikan dengan menambahkan kata
itu dapat dibuktikan dengan menambahkan kata yang/ sing
yang/ sing + kata sifat, sehingga bentuknya menjadi Udin
+ kata sifat, sehingga bentuknya menjadi Kiki nggawe
tuku gethuk lindri sing kuning. Jadi, istilah gethuk lindri
kopyor sing manis. Jadi, istilah kopyor tersebut dapat
tersebut dikategorikan sebagai kata benda. Penamaan kue
dikategorikan sebagai kata benda. Penamaan kopyor
gethuk lindri tersebut berdasarkan wujud benda yang
tersebut berdasarkan isi dari kopyor yang banyak dan
warni-warni yang cantik, sehingga kue tersebut dinamakan
kuahnya sedikit yang memiliki rasa yang manis dan segar,
gethuk lindri.
sehingga makanan tersebut dinamakan kopyor.
Istilah jenang grendul [jǝnaŋ grendUl] berasal
Istilah kucur [kUcUr] adalah panganan yang dari BD jenang dan grendul. Istilah jenang adalah
dibuat dari tepung beras kemudian diberi pewarna makanan panganan yang dibuat dari tepung. Istilah grendul,
digoreng dengan minyak goreng berbentuk seperti serabi. memiliki makna bulat-bulat kecil. Istilah jenang grendul
Bahan yang digunakan kucur dalam istilah jajanan adalah panganan yang terbuat dari tepung ketan, garam
tradisional adalah sebagai berikut: tepung ketan, pewarna, dan kapur sirih dicampur dan dibentuk bulat-bulat
gula, penggorengan. Istilah kucur tersebut termasuk kata kemudian dicampurkan kedalam gula merah yang sudah
benda. Hal itu dapat dibuktikan dengan menambahkan kata cair dan direbus kembali, saat penyajian dicampur dengan
yang/ sing + kata sifat, sehingga bentuknya menjadi Momo santan. Bahan yang digunakan jenang grendul dalam
nggoreng kucur sing abang. Jadi, istilah kucur tersebut istilah makanan tradisional adalah sebagai berikut: tepung
dapat dikategorikan sebagai kata benda. Penamaan kue ketan, gula jawa, garam, kapur sirih, santan. Istilah jenang
kucur tersebut berdasarkan kerupaan benda dengan hal grendul tergolong frasa. Hal itu dapat dibuktikan dengan
yang diacukan, yaitu mirip bibir yang manyun (nyucur) dan memisahkan kedua istilah tersebut. Istilah jenang grendul
proses pembuatannya dikucur, sehingga jajanan tersebut dalam istilah jajanan tradisional termasuk kata benda. Hal
dinamakan kue kucur. itu dapat dibuktikan dengan menambahkan kata yang/ sing
+ kata sifat, sehingga bentuknya menjadi Herman tuku
Istilah lanun [lanUn] adalah panganan yang
jenang grendul sing sitik. Jadi, istilah jenang grendul
dibuat dari tepung beras, yang dicampur pewarna hitam
tersebut dikategorikan sebagai kata benda. Penamaan kue
kemudian dikukus dan diberi parutan kelapa dan gula
tersebut berdasarkan wujud benda yang dibentuk bulat-
merah cair. Bahan yang digunakan lanun dalam istilah
jajanan tradisional adalah sebagai berikut: tepung beras,
bulat (grendul), sehingga kue tersebut dinamakan jenang dikategorikan sebagai kata benda. Penamaan makanan
grendul. tersebut berdasarkan proses pembuatan yang dibuat setiap
Istilah jenang abang [jǝnaŋ abaŋ] berasal dari BD bulan suroh atau bulan pertama di tarikh Hijriah , sehingga
jenang dan abang. Istilah jenang adalah panganan yang kue tersebut dinamakan jenang suro.
dibuat dari tepung. Istilah abang, memiliki makna warna Istilah kembang goyang [kǝmbyaŋ goyaŋ] berasal
merah. Istilah jenang abang adalah panganan yang terbuat dari BD kembang dan goyang. Istilah kembang, memiliki
dari beras yang diaduk dalam air mendidih kemudian makna bunga. Istilah goyang, memiliki makna bergerak
dicampur dengan gula merah dan daun pandan dan berayun-ayun. Istilah kembang goyang adalah panganan
disajikan dengan siraman air santan. Bahan yang yang terbuat dari tepung beras, gula, garam, telur dan wijen
digunakan jenang abang dalam istilah makanan tradisional dicampur jadi satu hingga menjadi adonan, kemudian
adalah sebagai berikut: beras, gula merah, daun pandan, cetakan seperti bunga dicelupkan dalam adonan lalu
santan. Istilah jenang abang tergolong frasa. Hal itu dapat digoreng dalam minyak. Bahan yang digunakan kembang
dibuktikan bahwa kedua kata tersebut terdiri dari gabungan goyang dalam istilah makanan tradisional adalah sebagai
dua kata yang tidak melebihi batas fungsi. Istilah jenang berikut: tepung beras, gula, garam, telur, penggorengan,
abang dalam istilah jajanan tradisional termasuk kata cetakan (menggunakan cetakan yang berbentuk bunga lalu
benda. Hal itu dapat dibuktikan dengan menambahkan kata digoyang-goyang). Istilah kembang goyang tergolong
yang/ sing + kata sifat, sehingga bentuknya menjadi Bendo frasa. Hal itu dapat dibuktikan bahwa kedua kata tersebut
tuku jenang abang sing manis. Jadi, istilah jenang abang terdiri dari gabungan dua kata yang tidak melebihi batas
tersebut dikategorikan sebagai kata benda. Penamaan fungsi. Istilah kembang goyang dalam istilah jajanan
makanan tersebut berdasarkan proses pembuatanya salah tradisional termasuk kata benda. Hal itu dapat dibuktikan
satunya menggunakan gula merah , sehingga kue tersebut dengan menambahkan kata yang/ sing + kata sifat,
dinamakan jenang abang. sehingga bentuknya menjadi Hary masak kembang goyang
Istilah jenang putih [jǝnaŋ pUtIh] berasal dari BD sing gosong. Jadi, istilah kembang goyang tersebut
jenang dan putih. Istilah jenang adalah panganan yang dikategorikan sebagai kata benda. Penamaan makanan
dibuat dari tepung. Istilah putih, memiliki makna warna tersebut berdasarkan proses pembuatan yang dibuat dengan
putih. Istilah jenang putih adalah panganan terbuat dari cara menggoreng dengan menggoyang-goyangkan cetakan
beras atau tepung diberi garam daun pandan dan santan yang berbentuk bunga tersebut, sehingga kue tersebut
diaduk hingga lembut. Bahan yang digunakan jenang dinamakan kembang goyang.
putih dalam istilah makanan tradisional adalah sebagai Istilah madu mongso [madU mɔŋsɔ] berasal dari
berikut: beras atau tepung, daun pandan, santan. Istilah BD madu dan mongso. Istilah madu, memiliki makna
jenang putih tergolong frasa. Hal itu dapat dibuktikan cairan yang banyak mengandung zat gula yang dihasilkan
bahwa kedua kata tersebut terdiri dari gabungan dua kata oleh lebah atau bunga. Istilah mongso berasal dari kosakata
yang tidak melebihi batas fungsi. Istilah jenang putih BJ mangsa atau sasaran. Istilah madu mongso adalah
dalam istilah jajanan tradisional termasuk kata benda. Hal panganan yang terbuat dari tape ketan hitam, santan, gula
itu dapat dibuktikan dengan menambahkan kata yang/ sing dan garam diaduk jadi satu didalam wajan hingga kental
+ kata sifat, sehingga bentuknya menjadi Bendot membeli kemudian diletakkan di kertas yang sudah diolesi minyak .
jenang putih yang gurih. Jadi, istilah jenang putih tersebut Bahan yang digunakan madu mongso dalam istilah
dikategorikan sebagai kata benda. Penamaan makanan makanan tradisional adalah sebagai berikut: tape ketan
tersebut berdasarkan proses pembuatanya yang tidak hitam, santan, gula, garam, kertas minyak, penggorengan.
menggunakan gula atau bahan yang lainnya hanya Istilah madu mongso tergolong frasa. Hal itu dapat
menggunakan santan dan garam jadi warnanya putih , dibuktikan bahwa kedua kata tersebut terdiri dari gabungan
sehingga kue tersebut dinamakan jenang putih. dua kata yang tidak melebihi batas fungsi. Istilah madu
Istilah jenang suro [jǝnaŋ surɔ] berasal dari BD mongso dalam istilah jajanan tradisional termasuk kata
jenang dan suro. Istilah Istilah jenang adalah panganan benda. Hal itu dapat dibuktikan dengan menambahkan kata
yang dibuat dari tepung. Istilah suro, memiliki makna yang/ sing + kata sifat, sehingga bentuknya menjadi Dery
nama bulan pertama di tarikh Hijriah. Istilah jenang suro nggawe madu mongso sing gosong. Jadi, istilah madu
adalah panganan yang tebuat dari beras dan garam diaduk mongso tersebut dikategorikan sebagai kata benda.
hingga lembut diberi kari dan taburan kacang tanah, Penamaan makanan tersebut berdasarkan proses pembuatan
bawang, seledri, bergedel, dan krupuk. Bahan yang yang dibuat dengan cara menggoreng dengan menggoyang-
digunakan jenang suro dalam istilah makanan tradisional goyangkan cetakan yang berbentuk bunga tersebut,
adalah sebagai berikut: beras, garam, kari, taburan (kacang sehingga kue tersebut dinamakan madu mongso.
tanah, bawang, seledri, bergedel, krupuk). Istilah jenang
suro tergolong frasa. Hal itu dapat dibuktikan bahwa kedua 4.2 Deskripsi Hubungan Makanan dan
kata tersebut terdiri dari gabungan dua kata yang tidak Jajanan Tradisional dengan Tradisi
melebihi batas fungsi. Istilah jenang suro dalam istilah
jajanan tradisional termasuk kata benda. Hal itu dapat
Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi
dibuktikan dengan menambahkan kata yang/ sing + kata Menurut klasifikasinya serta asal-usul dan
sifat, sehingga bentuknya menjadi Adek mangan jenang hubungan makanan dan jajanan tradisional dengan tradisi
suroh sing gurih. Jadi, istilah jenang suro tersebut yang ada di masyarakat tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut. Tradisi atau upacara merupakan salah satu wujud perempuan dengan maksud meminta anak gadis orang
peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan untuk dijadikan istri. Jajanan yang digunakan dalam tradisi
sosial yang hanya dimiliki oleh warga masyarakat tersebut antara lain: wajik, sumping (nagasari), dan lemet.
pendukungnya dengan jalan mempelajarinya (Purwadi,
Jajanan tersebut diatas tidak semuannya memiliki
2005:1). Ada cara atau mekanisme tertentu dalam tiap
nilai simbolis dalam suatu tradisi melamar. Tetapi jajanan
masyarakat untuk memaksa tiap warganya mempelajari
apa saja yang memiliki sifat lengket atau jangget (Jawa).
kebudayaan yang didalamnya terkandung norma-norma
Supaya kedua belah pihak yang bersangkutan itu tetap
serta nilai kehidupan yang berlaku dalam tata pergaulan
lengket atau menempel.
masyarakat yang bersangkutan. Tradisi mengandung nilai
filsafat yang tinggi dengan menggunakan berbagai 4.2.3 Tradisi Perkawinan
makanan dan jajanan tradisional yang berbeda-beda dengan
Perkawinan merupakan tradisi yang dilakukan
suatu harapan yang baik.
secara sakral oleh keluarga kedua belah pihak untuk
Masyarakat Banyuwangi merupakan masyarakat merayakan hari pernikahan anak laki-laki dan perempuan
multikultural, multientik, dan multibahasa. Penduduk yang akan menikah. Biasanya upacara perkawinan ini
Banyuwangi beragam. Mayoritas adalah Suku Osing, dilangsungkan kalau sudah mendapat perhitungan hari
namun terdapat Suku Madura dan Suku Jawa yang cukup baik dari pihak gadis berdasarkan perhitungan kelahiran/
signifikan, serta terdapat minoritas Suku Bali, Suku neptu (Jawa), nilai nama dari kedua calon mempelai dan
Mandar dan Suku Bugis. Suku Osing merupakan penduduk sebagainya. Kemudian hal tersebut diberitahukan pada
asli Kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai pihak laki-laki dengan berganti pihak perempuan datang
sebuah sub-suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan berkunjung pada keluarga laki-laki. Jajanan yang
BO, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua BJ. digunakan pada tradisi tersebut antara lain; mendhut,
Dalam kondisi yang demikian, masyarakat di Kabupaten kucur, wingka, bubur putih. Jajanan tersebut sebagai
Banyuwangi dapat digolongkan dalam masyarakat simbol dan harapan agar proses perkawinan atau
campuran. Dalam hal ini, akan membawa dampak pada pernikahan tersebut berjalan dengan lancar dan diberi
kondisi kebahasaannya, dari masing-masing bahasa berkah dari Tuhan YME.
tersebut memiliki variasi yang berbeda-beda. Bukan hanya
4.2.4 Tradisi Tujuh Bulanan (Tingkeban)
dalam kebahasaan saja, tetapi memilki tradisi atau upacara
yang bervariasi. Tujuh bulanan merupakan tradisi yang dilakukan
untuk menandai tujuh bulan kehamilan salah satu kerabat
Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi memiliki
atau keluarga.sebagai rasa syukur dan harapan supaya
beberapa bentuk tradisi yang dilakukan sampai sekarang,
diberikan keselamatan bagi bayi yang dikandung dan
khususnya pada masyarakat yang berdomisili di Kabupaten
ibunya. Masyarakat di Banyuwangi menyebutnya tolak-
Banyuwangi. Tradisi yang ada di Kabupaten Banyuwangi
balak. Makanan yang digunakan pada tradisi tersebut yaitu
tersebut diantaranya: Tradisi pindah rumah (rumah baru),
jenang procot. Makanan tersebut memiliki nilai simbolis
tradisi lamaran (meminang), tradisi perkawinan, tradisi
dalam tradisi tujuh bulanan. Makanan tersebut akan
tujuh bulanan (hamil tujuh bulan), tradisi selapan bayi
diuraikan sebagai berikut;
(kelahiran), tradisi turun tanah, tradisi orang meninggal,
tradisi maulid nabi, tradisi bulan suro, tradisi bersih desa, Jenang procot merupakan salah satu jenis
tradisi kebo-keboan. makanan yang terbuat dari ketan yang dibungkus dengan
daun pisang. Jenang procot biasanya digunakan sebagai
4.2.1 Tradisi Pindah Rumah (Rumah Baru)
simbol dan harapan agar sang bayi dapat lahir dengan
Pindah rumah merupakan tradisi sedekah mudah dan lancar.
makanan dan doa bersama, yang bertujuan untuk memohon
4.2.5 Tradisi Hari Kelahiran
keselamatan dan ketentraman rumah untuk ahli keluarga
yang menyelenggarakan. Makanan yang digunakan dalam Hari kelahiran merupakan tradisi yang dilakukan
tradisi tersebut yaitu pecel pitik. Makanan tersebut untuk kelahiran bayi. Peringatan hari kelahiran tersebut
memiliki nilai simbolis dalm tradisi pindah rumah. dilakukan sesuai dengan tanggal pasaran Jawa saat bayi
Makanan tersebut akan diuraikan sebagai berikut; pecel tersebut lahir. Makanan yang digunakan pada tradisi
pitik adalah pecel ayam kampung muda, istilah ayam tersebut jenang merah dan jenang putih agar diberikan
kampung muda ini adalah ayam yang umurnya menginjak keselamatan bagi bayi dan orang tuanya. Biasanya tradisi
usia bertelur, tradisi keagamaan yang di lakukan oleh tersebut dilaksanakan pada angka ganjil. Dalam hal ini
sebagian warga setempat yaitu dengan mengundang ganjil tersebut kalau dibagi dua aka nada sisanya, tetapi
tetangga tetangga sekitarnya untuk berkumpul dan kalau dilakukan pada angka genap, maka angka genap
mendoakan rumah baru yang ditinggali agar selamat dari tersebut kalau dibagi dua tidak akan menyisakan hasil.
mara bahaya. harapan bagi orang tua melaksaakan pada angka ganjil
supaya kehidupannya kelak, anak tersebut dapat
4.2.2 Tradisi Lamaran (Meminang)
menyisakan atau menabung dan hidupnya tidak boros.
Melamar atau meminang merupakan sebuah
tradisi yang dilakukan oleh pihak laki-laki ke pihak
4.2.6 Tradisi Selapan Bayi peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan
penghormatan kepada Nabi Muhammad. Biasanya dalam
Selapan merupakan tradisi yang dilakukan pada
tradisi maulid nabi, masyarakat di Kabupaten Banyuwangi
35 hari setelah melahirkan. Pada tradisi tersebut, biasanya
menggunakan simbol dengan bunga telur (kembang ndog),
bersamaan memberi nama untuk bayi yang dilahirkan.
karena waktu nabi Muhammad lahir bunga yang masih
Jajanan yang digunakan pada tradisi tersebut antara lain
kuncup langsung mekar, dan ayam-ayam yang ada di dunia
ketupat, lepet, pisang goreng, jenang merah, jenang
bertelur. Pembuatan bunganya sendiri merupakan hiasan
putih.
dari bambu yang dihias menyerupai bunga dan di
Jajanan ketupat lepet merupakan suatu istilah tengahnya dibuat runcing untuk tempat telur.
jajanan yang sering digunakan dalam tradisi. Ketupat lepet
4.2.10 Tradisi Bulan Suro
sebagai simbol denga harapan agar diberi keselamatan bagi
bayi tersebut. Untuk jajanan pisang goreng, bubur merah, Pada hari pertama dalam kalender Jawa di bulan
bubur putih merupakan jajanan pelengkap pada tradisi Sura atau Suro di mana bertepatan dengan 1 Muharram
selapan. dalam kalender hijriyah, karena Kalender jawa yang
diterbitkan Sultan Agung mengacu penanggalan Hijriyah
4.2.7 Tradisi Turun Tanah (Mudun Lemah)
(Islam). Sebagian masyarakat di Kabupaten Banyuwangi
Turun tanah merupakan tradisi yang dilakukan yang menggunakan malam suro sebagai saat yang tepat
ketika bayi berusia tujuh bulan dan diperkenankan untuk untuk melakukan pengajian. Makanan yang digunakan
menyentuh tanah. Tetapi, anak tersebut tidak boleh dalam tradisi tersebut yaitu jenang suro. Bulan suro sendiri
langsung diturunkan ke tanah karena dikhawatirkan sakit. disebut bulan keramat jadi jenang suro memiliki nilai
Orang dulu menganggap tanah itu dingin dan simbolis agar terhindar dari balak atau mala petaka.
dikhawatirkan bayi tersebut akan sakit, sehinnga
4.2.11 Tradisi Bersih Desa (Pembersihan Desa)
dibutuhkan sebuah tradisi yang dinamakan mudun lemah.
Biasanya jajanan yang digunakan pada acara tersebut Bersih desa merupakan tradisi untuk menjaga
jenang merah dan jenang putih dan sebagainya. Jajanan keselamatan para warga desa dari gangguan hal-hal yang
tersebut merupakan sebuah simbol dan harapan agar anak ghaib, gangguan penyakit dan bencana. Dalam tradisi
mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupannya. tersebut makanan yang dipakai adalah nasi tumpeng yang
tradisi yang dilakukan pada acara turun tanah tersebut akan tujuannya agar membersihkan desa dan warga dari
diuraikan sebagai berikut; setelah acara tersebut selesai halangan atau kesusahan supaya menjadi tentram dan
dilanjutkan dengan menaikkan anak tersebut pada tangga aman.
satu persatu. selanjutnya anak tersebut didudukkan di atas
4.2.12 Tradisi Kebo-keboan
kursi dengan harapan derajat anak lebih tinggi daripada
orang tuanya. lalu anak tersebut dilanjutkan dengan air Kebo-keboan digelar setahun sekali pada bulan
bunga kemudian dimasukkan ke dalam sangkar (kurungan Muharam atau Suro (penanggalan Jawa). Bulan ini
ayam) yang di dalamya terdapat bermacam benda misalnya; diyakini memiliki kekuatan magis. Tradisi ini untuk
alat tulis, Al-Qur’an, uang, dsb. Barang yang pertama kali meminta kesuburan tanah, panen melimpah, serta terhindar
diambil anak tersebut sebagai simbol bagi kehidupannya dari malapetaka baik yang akan menimpa tanaman maupun
kelak. manusia yang mengerjakannya. Makanan yang digunakan
pada tradisi atau selamatan adalah nasi tumpeng dan
4.2.8 Tradisi Orang Meninggal
aneka jenang. Dalam tradisi kebo-keboan tersebut
Meninggal dunia (mengirim doa) merupakan mengagungkan Dewi Sri atau yang dipercayainya sebagai
sebuah hajatan yang dilakukan ketika ada tetangga atau simbol kemakmuran. Tujuan dilaksanakan tradisi tersebut
kerabat meninggal dunia dan saat mengirim doa agar adalah agar warga yang sakit menjadi sembuh. Hama yang
arwah keluarga diterima Tuhan YME. Jajanan yang menyerang tanaman padi sirna. Jadi ritual kebo-keboan
digunakan pada tradisi orang meninggal tersebut yaitu selalu dilaksanakan dan dilestarikan. Mereka takut terkena
apem dan sumping (nagasari). Jajanan tersebut memiliki musibah jika tidak melaksanakannya.
nilai simbolis. Jajanan tersebut biasanya digunakan untuk
tradisi kerabat yang sudah meninggal atau kirim doa. Kue
apem tersebut sebgai simbol payung untuk orang yang Kesimpulan
sudah meninggal, sedangkan sumping (nagasari) sebagai
simbol bantal, yaitu sebagai bantalnya orang yang sudah Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan
meninggal. sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penggunaan istilah
4.2.9 Tradisi Maulid Nabi makanan dan jajanan tradisional pada masyarakat di
Kabupaten Banyuwangi ada yang berbentuk kata dan frasa
Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang semuanya mempunyai makna. Nama-nama makanan
yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 dan jajanan tradisional yang berupa kata adalah: klepon,
Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Perayaan Maulid kolek, kopyor, kucur, lanun.Sedangkan nama-nama
Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat makanan dan jajanan tradisional yang berupa frasa tersebut
Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, antara lain: gethuk lindri, jenang grendul, jenang merah,
jenang putih, jenang suroh, kembang goyang, madu Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Metode dan Aneka
mongso. Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta:
Makanan dan jajanan tradisional juga terdapat Universitas Gadjah Mada.
hubungan dengan tradisi yang ada pada masyarakat di
Kabupaten Banyuwangi. Dalam hal ini, tradisi tersebut
sebagian besar dapat ditemukan pada masyarakat Osing
dan masyarakat Jawa yang berdomisili di Kabupaten
Banyuwangi. Tradisi tersebut di antaranya: tradisi pindah
rumah (rumah baru), tradisi lamaran (meminang), tradisi
perkawinan, tradisi tujuh bulanan (hamil tujuh bulan),
tradisi selapan bayi (kelahiran), tradisi turun tanah, tradisi
orang meninggal, tradisi maulid nabi, tradisi bulan suro,
tradisi bersih desa, tradisi kebo-keboan. Dari beberapa
Tradisi atau upacara yang berkaitan dengan daur
kehidupan manusia, baik itu pada masyarakat Osing atau
masyarakat Jawa yang berdomisili di Kabupaten
Banyuwangi terjadi percampuran, sehingga sering terjadi
perbedaan maupun persamaan diantara keduanya.
Pada bentuk makanan dan jajanan tradisional
tidak semuanya digunakan dalam suatu tradisi atau
upacara, hanya bentuk makanan dan jajanan tradisional
tertentu yang digunakan karena bentuk makanan dan
jajanan tradisionl tersebut merupakan simbolisme yang
melambangkan suatu harapan yang baik. Dasar-dasar
penamaan makanan dan jajanan tradisional sebagian
berasal dari proses pembuatan, bahan yang digunakan,
peniruan bunyi, sifat benda, dan kemiripan benda dengan
hal lain yang menyerupai wujud benda tersebut.
Daftar Pustaka