1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
E. Nilai historis makanan
tradisional merupakan
bagian dari kebudayaan.
Makanan merupakan salah
satu
F. simbol dari adat budaya
masyarakat yang
memiliki peran sebagai
bagian dari bentuk
tradisi yang dapat
G. menyeimbangkan
harmonisasi kehidupan
masa lalu dan masa kini.
Makanan tradisional
merupakan
3
H. representasi dari asimilasi
way of life terhadap
perubahan peradaban suatu
masyarakat tertentu
(Hatibie dan
I. Priyambodho, 2019).
J. Pada fase A, rentang usia
anak berkisar 6-8 tahun
merupakan fase anak
berpikir operasional
konkrit.
K. Makanan merupakan hal
terdekat yang ada dalam
kehidupan anak-anak.
Oleh karena itu, projek ini
disusun
4
L. untuk mengenalkan
kembali kebudayaan asli
Indonesia melalui
makanan tradisional
dengan menanamkan
M. nilai-nilai kearifan lokal.
N. Makanan merupakan salah
satu kebutuhan pokok
manusia. Makanan
merupakan bagian dari
sebuah
O. kebudayaan, hampir semua
daerah memiliki makanan
khas masing-masing.
Dewasa ini, makanan khas
setiap
5
P. daerah perlahan mulai
ditinggalkan seiring
perkembangan jaman.
Q. Nilai historis makanan
tradisional merupakan
bagian dari kebudayaan.
Makanan merupakan salah
satu
R. simbol dari adat budaya
masyarakat yang
memiliki peran sebagai
bagian dari bentuk
tradisi yang dapat
S. menyeimbangkan
harmonisasi kehidupan
masa lalu dan masa kini.
6
Makanan tradisional
merupakan
T. representasi dari asimilasi
way of life terhadap
perubahan peradaban suatu
masyarakat tertentu
(Hatibie dan
U. Priyambodho, 2019).
V. Pada fase A, rentang usia
anak berkisar 6-8 tahun
merupakan fase anak
berpikir operasional
konkrit.
W. Makanan merupakan hal
terdekat yang ada dalam
kehidupan anak-anak.
7
Oleh karena itu, projek ini
disusun
untuk mengenalkan
X.
9
menyeimbangkan
harmonisasi kehidupan
masa lalu dan masa kini.
Makanan tradisional
merupakan
representasi dari asimilasi
way of life terhadap
perubahan peradaban suatu
masyarakat tertentu (Hatibie
dan
Priyambodho, 2019).
Pada fase A, rentang usia
anak berkisar 6-8 tahun
merupakan fase anak
berpikir operasional konkrit.
10
Makanan merupakan hal
terdekat yang ada dalam
kehidupan anak-anak. Oleh
karena itu, projek ini
disusun
untuk mengenalkan
kembali kebudayaan asli
Indonesia melalui makanan
tradisional dengan
menanamkan
nilai-nilai kearifan lokal.
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Makanan merupakan
bagian dari sebuah kebudayaan, hampir semua daerah memiliki makanan khas
masing-masing. Dewasa ini, makanan khas setiap daerah perlahan mulai ditinggalkan
seiring perkembangan jaman. Nilai historis makanan tradisional merupakan bagian
dari kebudayaan. Makanan merupakan salah satu simbol dari adat budaya
masyarakat yang memiliki peran sebagai bagian dari bentuk tradisi yang
dapat menyeimbangkan harmonisasi kehidupan masa lalu dan masa kini.
Makanan tradisional merupakan representasi dari asimilasi way of life terhadap
perubahan peradaban suatu masyarakat tertentu (Hatibie dan Priyambodho, 2019).
Pada fase A, rentang usia anak berkisar 6-8 tahun merupakan fase anak berpikir
operasional konkrit. Makanan merupakan hal terdekat yang ada dalam kehidupan
11
anak-anak. Oleh karena itu, projek ini disusun untuk mengenalkan kembali
kebudayaan asli Indonesia melalui makanan tradisional dengan menanamkan
nilai-nilai kearifan lokal.
12
ke dalam tahap aksi nyata. Pada tahap ini, peserta didik akan berkolaborasi dengan
guru, teman dan keluarga untuk membuat sebuah festival makanan tradisional.
Dimulai dari menentukan makanan yang akan dikaji, wawancara dengan
narasumber, menemukan nilai-nilai pada makanan tradisional, latihan membuat
makanan tersebut di rumah dan membuat poster terkait makanan tradisional. Di akhir
projek, peserta didik akan melakukan refleksi kelompok terkait kegiatan yang sudah
dilakukan dan refleksi diri terkait dengan pemahamannya terhadap makanan
tradisional. Melalui projek ini, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan tiga
dimensi dari Profil Pelajar Pancasila yakni Kreatif, Gotong Royong dan
Kerjasama beserta elemen-elemen yang terkait.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
a. Kuliner Tradisional
1. Masakan Tradisional
Makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuh oleh setiap
orang. Makanan merupakan kebutuhan manusia untuk menunjang kelangsungan
hidup yang berguna untuk pertumbuhan dan membangun sel tubuh, menjaga agar
tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Dapat dikatakan bahwa fungsi
makan secara umum antara lain makanan sebagai sumber tenaga, makanan sebagai
bahan pembangun serta pertumbuhan tubuh, dan makanan sebagai pengatur aktivitas
tubuh. Oleh karena itu, setiap makhluk hidup membutuhkan makan untuk
kelangsungan hidupnya. Tradisi berasal dari bahasa latin yaitu tradisio, yang berarti
kabar atau penerusan. Tradisi dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang diturunkan
secara turun-temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tradisional dapat diartikan
sebagai sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada
norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Tradisional juga dapat
didefiniskan sebagai suatu kebiasaan yang berasal dari leluhur yang diturunkan
secara turun temurun dan masih banyak dijalankan oleh masyarakat saat ini. Sesuatu
atau seseorang dikatakan tradisional jika sikap, cara berpikir, tindakan, atau 10
karakteristik lainnya mengikuti adat, kebiasaan, atau norma yang diwariskan secara
turun-temurun.
Menurut Murdijati (2017), makanan tradisional ini dapat dikategorikan
menjadi tiga kelompok, antara lain: 1) Makanan tradisional yang hampir punah,
Makanan tradisional yang hampir punah ini langka dan hampir jarang dapat ditemui
mungkin disebabkan karena ketersediaan bahan dasarnya mulai sulit atau 11
masyarakat pembuatnya mulai tidak mengerjakan lagi atau terdesak oleh produk
makanan lain, contohnya karangan, cethot, entog-entog, getas, es semlo, dan hawuk-
hawuk. 2) Makanan tradisional yang kurang populer, Kelompok makanan tradisional
yang kurang popular adalah makanan tradisional yang masih mudah ditemui, tetapi
14
makin tidak dikenal dan cenderung berkurang penggemarnya, dianggap mempunyai
status sosial lebih rendah dalam masyarakat, contohnya kethak, adrem, wedang tahu,
lemet, bothok sembukan, dan bajigur. 3) Makanan tradisional yang popular (tetap
eksis). Kelompok makanan tradisional yang popular merupakan makanan tradisional
yang tetap disukai masyarakat dengan bukti banyak dijual , laku, dan dibeli oleh
konsumen bahkan beberapa menjadi ikon daerah tertentu seperti gudeg, emping
melinjo, gatot, thiwul, tempe benguk, kipo, dan sate klathak. Saat ini masyarakat
sedang merasakan akibat perubahan pola konsumsi makanan, baik di negara maju
maupun berkembang, peran makanan tradisional untuk membangun pola makan
sehat sangat diperlukan. Dokumentasi masyarakat tradisional diharapkan mampu
memberikan informasi bagi generasi muda untuk mengenal dan menyadari
pentingnya memanfaatkan produk negeri sendiri untuk membangun kesehatan dan
kehidupannya.
Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan,
spesifik, beraneka macam dan jenis yang mencerminkan potensi alam daerah
masing-masing. Makanan tidak hanya sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan
gizi seseorang, tetapi juga berguna untuk mempertahankan hubungan antar manusia,
dapat pula dijual dan dipromosikan untuk menunjang pariwisata yang selanjutnya
dapat mendukung pendapatan suatu daerah. Hal ini membuktikan bahwa di
Indonesia tidak hanya dikatakan akan kaya akan alamnya, namun juga segala
keaneka ragaman budaya dan makanan yang ada. Masing-masing wilayah maupun
suku bangsa di Indonesia memiliki makanan tradisional yang berpotensi untuk
dijadikan daya tarik daerahnya. Namun demikian tidak sedikit pula makanan
tradisional yang sebenarnya sangat berpotensi tersebut tidak terjaga kelestariannya
dan bahkan mungkin sudah tidak dikenal lagi oleh sebagian besar penduduknya
(Minta Harsana, 2005). Di sekolah, pendidikan tentang makanan tradisional masih
kurang diberikan dan disosialisasikan kepada siswa. Pengenalan tentang makanan
tradisional kepada siswa diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa tentang
makanan 14 tradisional, menumbuhkan rasa memiliki terhadap keanekaragaman
yang ada di daerahnya, menjadikan siswa lebih mencintai kebudayaan didaerahnya,
dan mengajak siswa untuk dapat melestarikan budaya maupun makanan tradisional
yang ada.
2. Jajanan Tradisional
Jajanan tradisional merupakan jenis makanan tradisional yang berupa
makanan ringan berupa penganan. Jenis makanan untuk jajanan ini biasa dipakai
15
sebagai makanan selingan. Pada umumnya makanan ini sebagai penambah
kebutuhan gizi sehari-hari di samping menu pokok (Fatmalina Febri, 2006).
Jajanan tradisional sering disebut juga jajanan pasar meskipun berukuran kecil
merupakan bagian dari bagian dari tradisi bangsa Indonesia yang perlu dijaga
dan dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan lokal untuk memajukan wisata
kuliner dalam pariwisata Indonesia
3. Minuman Tradisonal
Minuman adalah salah satu kebutuhan hidup yang penting dan harus
dipenuhi. Secara umum, minuman merupakan segala sesuatu yang dapat
dikonsumsi dan dapat menghilangkan rasa haus dan dahaga. Menurut Vivienne
Kruger (2014), minuman tradisional yang masih bertahan ratusan tahun hingga
sampai saat ini masih menggunakan gula merah dan rempah-rempah. Minuman
Indonesia menurut jenisnya dibedakan menjadi dua yaitu minuman panas dan
dingin. Minuman panas ada dua macam yaitu minuman panas tidak berisi (teh,
kopi, coklat, jeruk) dan minuman panas berisi (bajigur, wedang ronde, sekoteng
dan wedang ublek). Sedangkan minuman dingin juga ada dua macam yaitu
minuman dingin tidak berisi (es sirup, es limun, es beras kencur) dan minuman
dingin berisi 23 (dawet, es campur, es buah).
16
Sumatera punya banyak banget nama makanan khas dengan cita rasa
yang menggoyang lidah. Dalam buku Kuliner Indonesia yang ditulis oleh
Murdijati Gardjito, Rhaesfaty Galih Putri, Swastika Dewi , ada kemiripan
pada makanan populer di tiap daerah di Sumatera. Hampir seluruh makana
tersebut mengandung santan, meski terdapat variasi penggunaan bumbu.
Jumlah bumbu yang digunakan dalam beragam kuliner Sumatera setidaknya
ada 128 macam. Semakin ke selatan, jumlah bumbu yang digunakan semakin
sedikit. Ini nunjukin kalau semakin ke utara, makanan khasnya memiliki
rempah yang lebih kaya misalnya Rendang, pempek, es aya aka, ikan asam
padeh, roco timun, lupis medan, roti canai, tekwan,es tebak dll
17
BAB III
MANAJEMEN KEUANGAN
A. Penilaian Produk
No Aspek yang di nilai Skor**
. 1 2 3 4
1 Perencanaan Bahan untuk Kemasan v
2 Proses Pengemasan
a. Persiapan alat dan bahan v
b. Teknik pengemasan v
c. K3(Kerapihan,Kebersihan,Kreatifitas) v
3 Hasil Produk yang di kemas
a. Bentuk Fisik
v
b. Bahan
v
c. Warna v
Total 24/28 x 100 = 85,7
Keterangan:
*aspek yang dinilai sesuai dengan jenis produk yang dibuat
**Skor diberikan tergantung dari ketepatan dan kelengkapan, proses dan hasil. Semakin
lengkap dan tepat perencanaan, proses dan hasil semakin tinggi perolehan skor.
1= tidak baik
2= kurang baik
3= baik
4= sangat baik
18
Nilai
NO Aspek Penilaian Tidak Puas Puas Sangat Puas
1 Kemampuan menawarkan produk (Abillity) v
2 Sikap (Attitude) v
3 Penampilan (Appearance) v
4 Perhatian (Attention) v
5 Tindakan (Action) v
6 Tanggungjawab (Accountability) v
Harga jual = biaya bahan baku modal + (biaya bahan baku modal x markup)
Misalnya kamu ingin menjual minuman kopi susu dengan modal Rp10.000. Persentase
keuntungan yang ingin dicapai adalah 20 persen. Jadi, kamu perlu membanderol kopi susu
dengan harga sebagai berikut:
Harga jual = Rp10.000 + (Rp10.000 x 20%)
Harga jual = Rp12.000
19
Sendok Rp. 2.000,-
Jumlah Rp. 67.000,-
D. Sumber Dana
Sumber dana yang kami gunakan untuk modal awal dengan mengumpulkan
uang masing - masing sebesar Rp. 50.000,-/anggota.
20
BAB IV
LEMBAR KERJA SISWA
a. Penilaian Produk
No. Aspek yang di nilai Skor**
1 2 3 4
1 Perencanaan Bahan untuk Kemasan
2 Proses Pengemasan
d. Persiapan alat dan bahan
e. Teknik pengemasan
f. K3(Kerapihan,Kebersihan,Kreatifitas)
3 Hasil Produk yang di kemas
b. Bentuk Fisik
c. Bahan
d. Warna
Total
Keterangan:
*aspek yang dinilai sesuai dengan jenis produk yang dibuat
**Skor diberikan tergantung dari ketepatan dan kelengkapan, proses dan hasil. Semakin
lengkap dan tepat perencanaan, proses dan hasil semakin tinggi perolehan skor.
1= tidak baik
2= kurang baik
3= baik
4= sangat baik
b. Penilaian Pelayanan prima
Nilai
NO Aspek Penilaian Tidak Puas Puas Sangat Puas
1 Kemampuan menawarkan produk ( Abillity)
21
2 Sikap ( Attitude)
3 Penampilan (appearance)
4 Perhatian (attention)
5 Tindakan (action)
6 Tanggungjawab (accountability)
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda (v) pada kolom sesuai pilihan anda
Keterangan : Tidak Puas (TP), Puas ( P) , Sangat Puas ( SP)
Total
Laba/rugi
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut kami usaha ini perlu banyak pertimbangan lagi, dari segi kemasan
dan ukuran, serta keunikan dan kreatifitas maupun inovasi. Kurangnya rasa
percaya diri bagi kami membuahkan hasil yang sedikit fatal, perlu banyak
pembelajaran lagi dalam usaha ini, serta dukungan rasa percaya diri bagi kami.
Perhitungan dan ketelitian dalam membuat usaha ini yang harus di perhatikan,
sehingga tidak terjadi kekeliruan seperti usaha yang saat ini kami coba, dengan
ukuran dan inovasi serta kreatifitas yang belum mampu kami kuasai. Kami
menyadari bahwa usaha yang telah kami coba ini telah mengalami sedikit
kekeliruan yang berawal dari kurangnya rasa percaya diri.
23