Anda di halaman 1dari 7

KEARIFAN LOKAL MAKANAN TRADISIONAL DI NEGARA INDONESIA

Devi Tri Ratna Sari


225800014
dtri2451@gmail.com

Abstrak
Makanan tradisional terkesan kurang diminati oleh masyarakat Indonesia dan kalah dengan makanan
modern. Dan juga masyarakat Indonesia kurang mengetahui tentang makanan tradisional. Kurangnya
pengetahuan tentang makanan tradisional membuat bingung karena mereka belum mendapatkan
informasi tentang itu di rumah. Meskipun makanan tradisional disajikan di restoran khusus dengan
suasana yang nyaman dan penyajian yang baik, mereka merasa tidak lebih menyukai makanan
tradisional daripada makanan modern.
Kata kunci: Indonesia, makanan tradisional, persepsi konsumen.

Abstract
Traditional food seems less attractive to Indonesian people and inferior to modern food. And also
Indonesian people do not know about traditional food. The lack of knowledge about traditional food
makes them confused because they have not received information about it at home. Even though
traditional food is served in a special restaurant with a comfortable atmosphere and good
presentation, they feel they prefer traditional food over modern food.
Keywords: Indonesia, traditional food, consumer perceptions.

I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Masalah
Cara hidup masyarakat sering mengubah perilaku dan budaya mereka. Makanan yang
dipandang sebagai salah satu identitas suatu bangsa tidak menutup kemungkinan adanya
perubahan nilai bagi manusia yang ada. Serangan ini dapat menyebabkan kehancuran suatu
bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa banyak anak muda yang memilih makanan non
tradisional dan ikut serta dalam mengubah kancah makanan tradisional. makanan yang tidak
enak dan sangat populer di kalangan pelajar dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal
ini terlihat dari tingginya kepadatan lalu lintas restoran modern (franchise makanan
internasional) dan supermarket yang dikelola oleh mahasiswa bahkan keluarga. Sementara
itu, bisnis makanan tradisional mulai ditinggalkan seolah tidak menarik.
I.II Rumusan Masalah
1. Makanan tradisional yang berasal dari negara Indonesia mulai dilupakan
2. Generasi muda yang tidak suka dengan makanan tradisional yang berasal dari negara
Indoneisa
3. Makanan tradisional yang mulai kurang peminatnya
I.III Tujuan
1. Mengangkat kembali makanan tradisional yang berasal dari negara Indonesia
2. Menambah wawasan bagi generasi muda tentang makanan tradisional yang berasal dari
negara Indonesia
3. Mengenalkan Kembali makanan tradisional kepada generasi muda tentang makanan
tradisional yang berasal dari negara Indonesia

II. LANDASAN TEORI


II.I Penelitian terdahulu yang relevan
Peneliti mengambil contoh jurnal Dwi Lestari dan Sri Susanti dari Universitas Kristen
Satya Wacana pada tahun 2016 yang melakukan penelitian yang berjudul “Makanan
Tradisional Sambel Tumpang (Pergeseran Cara Penyajian)” dalam Prosiding Sanskerta:
Semarak Sejarah Kebudayaan Sebelas Maret. Dalam jurnal tersebut dibahas pergeseran cara
penyajian sambel tumpang di Boyolali yang awalnya dihidangkan untuk masyarakat biasa
sekarang sudah mulai dikenal dan dihidangkan untuk masyarakat umum di kalangan yang
lebih tinggi. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu
sama-sama mengungkap sejarah suatu makanan tradisional dan pergeseran cara penyajian
makanan tradisional tersebut. Namun perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yaitu mengkaji makanan horokhorok sebagai pengganti makanan pokok
masyarakat Jepara pada masa pendudukan Jepang, makna, cara penyajiannya, dan proses
pembuatan dari makanan tradisional. Dwi Abadi dari Universitas Sebelas Maret pada tahun
2016 melakukan penelitian berjudul “Daerah Istimewa Gudeg”. Dalam penelitian ini
diungkap bagaimana sejarah lahirnya makanan gudeg dan perjalanan bagaimana makanan
gudeng dapat menjadi salah satu ikon Kota Yogyakarta. Relevansi penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada titik dimana kedua penelitian ini sama-
sama mengungkap tentang sejarah suatu makanan tradisional yang berasal dari suatu
wilayah dan perjalanan makanan tersebut hingga menjadi makanan khas di wilayahnya.
Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu selain membahas tentang
sejarah makanan tradisional, peneliti 7 juga membahas tentang proses pembuatan, makna
dan cara penyajiannya serta bagaimana perasaan dan pandangan masyarakat terhadap
makanan horok-horok yang saat itu dikonsumsinya pada masa pendudukan Jepang.

II.II Teori yang digunakan


II.II.I Teori social
Metode Fuocauldian, yang menganut teori social dan Michael Foucault sebagai
pengganti konsep tradisional histooris yang disebut dengan “ahistorical” atau
“antiquarian” (Sukoharsono, 1998).
II.II.II Menurut Muhilal, 1995 dalam Adiasih,2015 dan Winarno, 1993 dalam Adiasih,2015
Makanan tradisional adalah warisan makanan yang diturunkan dan telah membudaya
di masyarakat Indonesia (Muhilal, 1995 dalam Adiasih,2015), pekat dengan tradisi
setempat (Winarno, 1993 dalam Adiasih,2015), menimbulkan pengalaman sensorik
tertentu dengan nilai gizi yang tinggi (Europen Communities, 2007 dalam Adiasih.
II.II.III Menurut Fardiaz D (1998)
Menurut Fardiaz D (1998), makanan tradisional adalah makanan dan minuman,
termasuk jajanan serta bahan campuran atau bahan yang digunakan secara tradisional,
dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah dan diolah dari resep-resep yang
telah lama dikenal oleh masyarakat setempat dengan sumber bahan local serta
memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat.

III. METODE PENELITIAN


Pada artikel ini menggunakan jenis penelitian kualitatif kemudian penelitian ini
menggunakan metode dekriptif yang dimana pada penelitian ini mendeskripsikan tentang
makanan tradisional yang berasal dari negara Indonesia lebih tepatnya pada daerah Surabaya.
Dan juga medeskripsikan tentang bagaiamana pandangan masyarakat Indonesia mengenai
masakan tradisional Indonesia serta daya tarik masakan tradisional terhadap generasi muda
pada saat ini atau bisa dibilang pada zaman modern.
IV. PEMBAHASAN
IV.I Ciri-ciri makanan tradisional
Makanan dapat dikatakan menjadi makanan tradisional apabila makanan tersebut
merupakan warisan dan merupakan ciri khas dalam suatu daerah. Pada dasarnya
makanan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dari daerah tempat tinggalnya
sehingga setiap daerah memiliki ciri khas makanannya masing masing. Sebagai
contohnya antara lain makanan di daerah pegunungan dengan makanan di daerah
pesisir pantai. Daerah pegunungan memiliki ketersediaan bahan makanan berupa
variasi jenis tumbuhan yang dominan seperti umbi-umbian, padi, kacangkacangan,
dan sebagainya. Sebaliknya di daerah pantai ketersediaan bahan makanan banyak
yang berasal dari laut seperti ikan, udang, cumi, dan lain sebagainya. Cara pengolahan
pada resep makanan tradisional dan cita rasanya umumnya sudah bersifat turun
temurun, serta sedikit sekali adanya inovasi produk. Menurut Sosroningrat (1991),
makanan tradisional mempunyai ciri-ciri antara lain:
1. Resep makanan yang diperoleh secara turun-temurun dari generasi
pendahulunya,
2. Penggunaan alat tradisional tertentu di dalam pengolahan masakan tersebut
(misalnya masakan harus diolah dengan alat dari tanah liat),
3. Teknik olah masakan merupakan cara pengolahan yang harus dilakukan untuk
mendapatkan rasa maupun rupa yang khas dari suatu masakan.
Sedangkan menurut Djoko Sutanto dkk (1995), makanan tradisional diartikan sebagai
jenis makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat menurut golongan suku bangsa dan
wilayah spesifik berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Diolah menurut resep-resep makanan yang telah dikenal dan diterapkan secara turun-
temurun dalam system sosial keluarga/ masyarakat bersangkutan.

2. Diolah dari bahan-bahan makanan yang tersedia setempat baik merupaka usaha tani
sendiri maupun yang tersedia dalam system pasar setempat

3. Rasa dan tekstur makanan-makanan tersebut memenuhi selera anggotaanggota


khusus keluarga bersangkutan
Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan, spesifik, beraneka
macam dan jenis yang mencerminkan potensi alam daerah masing-masing. Makanan tidak
hanya sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan gizi seseorang, tetapi juga berguna untuk
mempertahankan hubungan antar manusia, dapat pula dijual dan dipromosikan untuk
menunjang pariwisata yang selanjutnya dapat mendukung pendapatan suatu daerah. Hal ini
membuktikan bahwa di Indonesia tidak hanya dikatakan akan kaya akan alamnya, namun juga
segala keaneka ragaman budaya dan makanan yang ada. Masing-masing wilayah maupun
suku bangsa di Indonesia memiliki makanan tradisional yang berpotensi untuk dijadikan daya
tarik daerahnya. Namun demikian tidak sedikit pula makanan tradisional yang sebenarnya
sangat berpotensi tersebut tidak terjaga kelestariannya dan bahkan mungkin sudah tidak
dikenal lagi oleh sebagian besar penduduknya (Minta Harsana, 2005). Di sekolah, pendidikan
tentang makanan tradisional masih kurang diberikan dan disosialisasikan kepada siswa.
Pengenalan tentang makanan tradisional kepada siswa diharapkan dapat menambah
pengetahuan siswa tentang makanan 14 tradisional, menumbuhkan rasa memiliki terhadap
keanekaragaman yang ada di daerahnya, menjadikan siswa lebih mencintai kebudayaan
didaerahnya, dan mengajak siswa untuk dapat melestarikan budaya maupun makanan
tradisional yang ada.

IV.II Wawasan tentang makanan tradisional


Makanan tradisional dapat memiliki definisi yang beraneka ragam. Makanan
tradisional adalah warisan makanan yang diturunkan dan telah membudaya di
masyarakat Indonesia (Muhilal, 1995), pekat dengan tradisi setempat (Winarno,
1993), menimbulkan pengalaman sensorik tertentu dengan nilai gizi yang tinggi
(Europen Communities, 2007). Makanan tradisional juga dapat didefinisikan sebagai
makanan umum yang biasa dikonsumsi sejak beberapa generasi, terdiri dari hidangan
yang sesuai dengan selera manusia, tidak bertentangan dengan keyakinan agama
masyarakat lokal, dan dibuat dari bahan-bahan makanan dan rempah-rempah
yang tersedia lokal (Sastroamidjojo, S. 1995). Almli et al (2010) mendefinisikan
makanan tradisional sebagai produk makanan yang sering dimakan oleh nenek
moyang sampai masyarakat sekarang. Sementara itu Hadisantosa (1993),
mendefinisikan makanan tradisional sebagai makanan yang dikonsumsi oleh
golongaan etnik dan wilayah spesifik, diolah berdasarkan resep yang secara turun
temurun. Bahan baku yang digunakan berasal dari daerah setempat sehingga makanan
yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat.Makanan Jawa Timur,
terutama Surabaya sangat dipengaruhi oleh masakan Madura. Madura adalah
produsen utama garam sehingga rasa asin banyak memengaruhi masakan Surabaya.
Pengaruh Arab dan masakan India pengaruh juga dapat ditemukan di masakan
Surabaya. Macam-macam kuliner khas Surabaya tersebut sebagian besar berbahan
dasar petis. Rasa petis yang gurih dan aroma yang sedikit amis membuat masakan
mempunyai rasa yang unik. Contoh makanan Surabaya antara lain rawon, rujak
cingur, semanggi, lontong kupang, sate karak (Widodo,2010).
V. SIMPULAN
Dari judul artikel yang saya buat yaitu “KEARIFAN LOKAL MAKANAN TRADISIONAL
DI NEGARA INDONESIA” dapat di tarik kesimpulan bahwa makanan tradisional yang ada
di negara Indonesia ini sebenernya banyak sekali akan tetapi tidak semua orang mengerti dan
mengetahui tentang makanan tradisional padahal makanan tradisional itu bisa juga rasanya
lebih enak daripada makanan modern atau fastfood. Dan juga dari segi Kesehatan makanan
tradisional lebih banyak gizinya dan jarang juga makanan tradisional mengandung pengawet
sehingga bisa dikatakan makanan tradisional itu lebih sehat untuk tubuh manusia.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Lasander, C. (2013). Citra merek, kualitas produk, dan promosi pengaruhnya terhadap
kepuasan konsumen pada makanan tradisional. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(3).
Adiasih, P., & Brahmana, R. K. (2015). Persepsi terhadap makanan tradisional Jawa Timur:
Studi awal terhadap mahasiswa perguruan tinggi swasta di Surabaya. Kinerja, 19(2), 114-127.
Dewi, T. K. S. (2011). Kearifan Lokal Makanan Tradisional: Rekonstruksi Naskah Jawa dan
Fungsinya dalam Masyarakat. Manuskripta, 1(1), 161-182.
Sempati, G. P. H., & Lastariwati, B. (2017). Persepsi dan perilaku remaja terhadap makanan
tradisional dan makanan modern. Journal of Culinary Education and Technology, 6(4).
Harefa, D. (2020). Pemanfaatan Sole Sebagai Media Penghantar Panas Dalam Pembuatan
Babae Makan Khas Nias Selatan. Kommas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2),
87-91.
VII. LAMPIRAN
1. Makanan tradisionaal yang berasal dari Surabaya

2. Makanan tradisional yang berasal dari Madura

Anda mungkin juga menyukai