Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Sosial Budaya dengan
Dosen pengampu M. Januar Ibnu Adham S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
Angela C. Monalisa (1510631050009)
Nahdah Khairun Najibah (1510631050084)
Kelas : 5B
PENDAHULUAN
Indonesia, jika berbicara atau membahas mengenai Indonesia kita akan
teringat dengan Indonesia sebagai salah satu penghasil rempah-rempah terbanyak di
dunia. Karena Indonesia terkenal akan rempah-rempahnya, berdampak pula pada
pengolahan makanan khas yang kaya akan rempah-rempah. Makanan Indonesia
sangat beragam. Hal itu dikarenakan bangsa Indonesia yang terdiri atas beberapa
pulau, sehingga terdapat perbedaan dan ciri khas makanan antar daerah masing-
masing.
Jenis-jenis kuliner khas Indonesia dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu
makanan berat dan makanan ringan. Kategori makanan berat meliputi nasi beserta
lauknya, contohnya nasi uduk, nasi goring, nasi liwet, nasi kuning dan semacamnya.
Penyebaran dan pelestarian budaya tradisional Indonesia melalui kuliner di kategori
ini sudah dinilai cukup baik dengan hadirnya banyak restoran atau rumah makan yang
menyajikan beragam menu makanan barat dari berbagai daerah Indonesia. Sementara
kategori makanan ringan meliputi jenis makanan seperti jajanan pasar dan makanan
penutup atau camilan, contohnya kue kering, kue basah, macam-macam es serut atau
minuman dingin, dan lain sebagainya, penyebaran dan pelestariannya dinilai masih
jarang dan butuh perhatian lebih dari masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman di era globalisasi ini, keberadaan rumah
makan dengan ciri khas Indonesia semakin tersisih. Dengan keberadaan media yang
dapat menghimpun informasi yang diperoleh dari mana pun dalam waktu singkat,
membuat masyarakat lebih sadar akan dunia luar yang kemudian mempengaruhi gaya
hidup saat ini. Pergeseran nilai gaya hidup ini dengan anggapan bahwa makanan non-
tradisional dinilai lebih kekinian dibandingkan mengkonsumsi makanan tradisional
Indonesia, tentu membahayakan bagi tempat makan tradisional.
Di Indonesia sudah banyak makanan luar negeri yang telah tersebar luas.
Biasanya makanan tersebut diperjual-belikan di restoran-restoran yang berasal dari
luar negeri pula. Makanan luar negeri di Indonesia perlahan-lahan mulai menggeser
makanan khas Indonesia seperti sate, bakso, lalapan, rendang, klepon, kue cucur, bolu
kukus, lemper dan lain sebagainya. Makanan-makanan tersebut sudah mulai
dilupakan karena masyarakat Indonesia lebih memilih makanan-makanan yang lebih
modern yang berasal dari luar negeri seperti fried chicken, steak, burger, pizza,
hotdog, french fries, spagheti, sushi dan lain sebagainya. Masyarakat menganggap
makanan-makanan tersebut higienis, modern, dan praktis. Dengan memakan makanan
tersebut, orang akan merasa bangga karena berarti mereka akan disebut sebagai orang
yang modern dan tidak ketinggalan zaman. Sayangnya, masyarakat Indonesia
mengkonsumsi makanan luar negeri tanpa tahu bahwa tidak semua makanan cepat
saji baik untuk kesehatan, Hanya demi gengsi, mereka tidak memerhatikan bahaya
kesehatan yang akan dialami dalam jangka waktu lama.
Terdapat beberapa dampak positif dan juga dampak negatif yang ditimbulkan
oleh masuknya makanan luar negeri ke Indonesia. Tetapi jika lama-kelamaan dampak
negatif terus menyebar di kalangan masyarakat Indonesia sekarang, mungkin
makanan-makanan tradisional Indonesia akan hilang dan akan digantikan oleh
makanan-makanan luar negeri dan nantinya akan mempengaruhi memudarnya
budaya Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk melestarikan kuliner
Indonesia agar tidak hilang. Salah satunya dengan cara mendokumentasikan
persoalan kuliner Nusantara melalui buku seperti yang pernah dilakukan presiden
pertama Indonesia yaitu Presidan Soekarno.
KAJIAN TEORI
Jati Diri Nasional
Jati diri nasional adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu bangsa. Kepribadian
atau jati diri bangsa Indonesia akan berbeda dengan jati diri bangsa lain. Kepribadian
dan jati diri tersebut diadopsi dari nilai-nilai budaya dan nilai-nilai agama yang kita
yakini kebenarannya. Jati diri nasional terbentuk karena adanya pengalaman dan
sejarah yang dialami bersama. Jati diri nasional juga terbentuk melalui adanya
kerjasama antar kelompok dengan dengan identitas satu dengan yang lain yang dapat
membentuk jati diri nasional. Lahirnya suatu jati diri bangsa tidak terlepas dari
dukungan faktor obyektif, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan geografis,
ekologis, dan demografis, serta faktor subyektif, yaitu faktor-faktor historis, politis,
sosial, dan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa tersebut.
Kuliner Nusantara Sebagai Jati Diri Nasional
Indonesia merupakan negara yang istimewa, dengan hamparan keragamannya
memunculkan berbagai macam kearifan lokal, salah satunya dalam bidang kuliner.
Kekayaan kuliner Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari dulu hingga sekarang
seolah tidak ada habisnya. Beragamnya olahan yang dipadu dengan bumbu dan
rempah-rempah khas daerah membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang patut
dijuluki sebagai surganya para penikmat kuliner. Perbedaan budaya membuat
pengolahan produk makanan menjadi khas di setiap daerah sehingga menghasilkan
aneka jenis produk makanan yang beraneka ragam pula. Masakan khas daerah
memiliki ciri khas dan karakter tertentu.
Tak dapat dielakan lagi kuliner merupakan kebutuhan primer setiap manusia.
Dengan keberagaman tatanan nusantara yang dimiliki Indonesia turut mempengaruhi
kebutuhan primer pada masing-masing daerah, terutama dalam bidang kuliner.
Kuliner berarti masakan atau makanan. Menurut Peel (Chandra, 2013) makanan
merupakan bagian kunci kebudayaan suatu negara dan makan bersama memberikan
kedekatan. Definsi tersebut yang membawa kuliner menjadi salah satu budaya dan
jati diri bangsa yang perlu dilestarikan.
Kuliner sebagai budaya dan warisan bangsa telah menjadi perhatian bagi
presiden pertama Indonesia yaitu Presidan Soekarno. Pada tahun 1967, rangkuman
yang berisi persoalan kuliner Nusantara didokumentasikan melalui buku. Bahkan
buku ini disebut-sebut sebagai warisan Presiden Soekarno kepada bangsa Indonesia,
buku tersebut berjudul Mustika Rasa. Didalam buku tersebut mengulas banyak hal,
ada resep-resep makanan, dimulai dari informasi gizi, hingga menu makanan unik
yang tak umum di masa sekarang. Buku ini lahir atas gagasan bapak proklamator
Indonesia yang merasa bahwa makanan adalah persoalan penting.