Anda di halaman 1dari 12

KULINER NUSANTARA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA

Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Sosial Budaya dengan
Dosen pengampu M. Januar Ibnu Adham S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Angela C. Monalisa (1510631050009)
Nahdah Khairun Najibah (1510631050084)

Kelas : 5B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017
KULINER NUSANTARA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA
Angela C. Monalisa1, Nahdah Khairun Najibah2, M. Januar Ibnu Adham3
1.2
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Singaperbangsa Karawang
3
Dosen Mata Kuliah Pendidikan Sosial Budaya Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Singaperbangsa Karawang
angellcms23@gmail.com
nahdahkhairun@gmail.com

Abstrak-Indonesia merupakan negara yang istimewa, dengan hamparan


keragamannya memunculkan berbagai macam kebudayaan yang menjadi ciri khas
bangsa Indonesia. Kebudayaan tersebut berupa upacara adat, senjata perang, pakaian
tradisional, ragam kesenian, hingga kuliner. Kuliner Indonesia mulai dikenal oleh
bangsa asing karena rasanya yang kaya akan rempah-rempah, hal tersebut yang
membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang patut dijuluki sebagai surganya
para penikmat kuliner. Perbedaan budaya membuat pengolahan produk makanan
menjadi khas di setiap daerah sehingga menghasilkan aneka jenis produk makanan
yang beraneka ragam pula, hal ini yang dapat menjadi pertimbangan kuliner menjadi
jati diri bangsa. Namun masyarakat Indonesia sendiri tidak banyak mengenal kuliner
khas Indonesia, ketidaktahuan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan
mengenai kuliner khas Indonesia. Selain itu, kita lebih banyak mengkonsumsi
makanan khas negara lain dikarenakan pandangan atas kuliner khas Indonesia yang
terkesan kuno. Berdasarkan hal tersebut diperlukan upaya agar kuliner nusantara yang
berpotensi menjadi jati diri bangsa tidak pudar, salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah mendokumentasikan persoalan kuliner Nusantara melalui buku
seperti yang pernah dilakukan presiden pertama Indonesia yaitu Presidan Soekarno.
Kata Kunci: Kuliner Indonesia, Indonesia, Jati Diri Bangsa
Abstract-Indonesia is a special country, with the expanse of its diversity bring up
various kinds of culture that characterize the Indonesian nation. Culture in the form
of traditional ceremonies, weapons of war, traditional clothes, variety of art, until the
culinary. Culinary Indonesia began to be known by foreign nations because it is rich
in spices, it makes Indonesia became one of the countries that should be called as a
paradise culinary lovers. Cultural differences make the processing of food products
to be unique in each region so as to produce various types of food products are also
diverse, this can be a culinary consideration into national identity. But the people of
Indonesia itself is not much familiar with the typical culinary Indonesia, ignorance is
due to lack of knowledge about the typical culinary Indonesia. In addition, we
consume more typical foods other countries due to the view of the typical Indonesian
cuisine that seemed old-fashioned. Based on the above, it is necessary that the
culinary effort of the archipelago that has the potential to become the national
identity does not fade, one of the efforts that can be done is to document the culinary
problems of the archipelago through a book like that of Indonesia's first president do,
Presidan Soekarno.
Keywords: Culinary Indonesia, Indonesia, National Identity

PENDAHULUAN
Indonesia, jika berbicara atau membahas mengenai Indonesia kita akan
teringat dengan Indonesia sebagai salah satu penghasil rempah-rempah terbanyak di
dunia. Karena Indonesia terkenal akan rempah-rempahnya, berdampak pula pada
pengolahan makanan khas yang kaya akan rempah-rempah. Makanan Indonesia
sangat beragam. Hal itu dikarenakan bangsa Indonesia yang terdiri atas beberapa
pulau, sehingga terdapat perbedaan dan ciri khas makanan antar daerah masing-
masing.
Jenis-jenis kuliner khas Indonesia dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu
makanan berat dan makanan ringan. Kategori makanan berat meliputi nasi beserta
lauknya, contohnya nasi uduk, nasi goring, nasi liwet, nasi kuning dan semacamnya.
Penyebaran dan pelestarian budaya tradisional Indonesia melalui kuliner di kategori
ini sudah dinilai cukup baik dengan hadirnya banyak restoran atau rumah makan yang
menyajikan beragam menu makanan barat dari berbagai daerah Indonesia. Sementara
kategori makanan ringan meliputi jenis makanan seperti jajanan pasar dan makanan
penutup atau camilan, contohnya kue kering, kue basah, macam-macam es serut atau
minuman dingin, dan lain sebagainya, penyebaran dan pelestariannya dinilai masih
jarang dan butuh perhatian lebih dari masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman di era globalisasi ini, keberadaan rumah
makan dengan ciri khas Indonesia semakin tersisih. Dengan keberadaan media yang
dapat menghimpun informasi yang diperoleh dari mana pun dalam waktu singkat,
membuat masyarakat lebih sadar akan dunia luar yang kemudian mempengaruhi gaya
hidup saat ini. Pergeseran nilai gaya hidup ini dengan anggapan bahwa makanan non-
tradisional dinilai lebih kekinian dibandingkan mengkonsumsi makanan tradisional
Indonesia, tentu membahayakan bagi tempat makan tradisional.
Di Indonesia sudah banyak makanan luar negeri yang telah tersebar luas.
Biasanya makanan tersebut diperjual-belikan di restoran-restoran yang berasal dari
luar negeri pula. Makanan luar negeri di Indonesia perlahan-lahan mulai menggeser
makanan khas Indonesia seperti sate, bakso, lalapan, rendang, klepon, kue cucur, bolu
kukus, lemper dan lain sebagainya. Makanan-makanan tersebut sudah mulai
dilupakan karena masyarakat Indonesia lebih memilih makanan-makanan yang lebih
modern yang berasal dari luar negeri seperti fried chicken, steak, burger, pizza,
hotdog, french fries, spagheti, sushi dan lain sebagainya. Masyarakat menganggap
makanan-makanan tersebut higienis, modern, dan praktis. Dengan memakan makanan
tersebut, orang akan merasa bangga karena berarti mereka akan disebut sebagai orang
yang modern dan tidak ketinggalan zaman. Sayangnya, masyarakat Indonesia
mengkonsumsi makanan luar negeri tanpa tahu bahwa tidak semua makanan cepat
saji baik untuk kesehatan, Hanya demi gengsi, mereka tidak memerhatikan bahaya
kesehatan yang akan dialami dalam jangka waktu lama.
Terdapat beberapa dampak positif dan juga dampak negatif yang ditimbulkan
oleh masuknya makanan luar negeri ke Indonesia. Tetapi jika lama-kelamaan dampak
negatif terus menyebar di kalangan masyarakat Indonesia sekarang, mungkin
makanan-makanan tradisional Indonesia akan hilang dan akan digantikan oleh
makanan-makanan luar negeri dan nantinya akan mempengaruhi memudarnya
budaya Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk melestarikan kuliner
Indonesia agar tidak hilang. Salah satunya dengan cara mendokumentasikan
persoalan kuliner Nusantara melalui buku seperti yang pernah dilakukan presiden
pertama Indonesia yaitu Presidan Soekarno.
KAJIAN TEORI
Jati Diri Nasional
Jati diri nasional adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu bangsa. Kepribadian
atau jati diri bangsa Indonesia akan berbeda dengan jati diri bangsa lain. Kepribadian
dan jati diri tersebut diadopsi dari nilai-nilai budaya dan nilai-nilai agama yang kita
yakini kebenarannya. Jati diri nasional terbentuk karena adanya pengalaman dan
sejarah yang dialami bersama. Jati diri nasional juga terbentuk melalui adanya
kerjasama antar kelompok dengan dengan identitas satu dengan yang lain yang dapat
membentuk jati diri nasional. Lahirnya suatu jati diri bangsa tidak terlepas dari
dukungan faktor obyektif, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan geografis,
ekologis, dan demografis, serta faktor subyektif, yaitu faktor-faktor historis, politis,
sosial, dan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa tersebut.
Kuliner Nusantara Sebagai Jati Diri Nasional
Indonesia merupakan negara yang istimewa, dengan hamparan keragamannya
memunculkan berbagai macam kearifan lokal, salah satunya dalam bidang kuliner.
Kekayaan kuliner Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari dulu hingga sekarang
seolah tidak ada habisnya. Beragamnya olahan yang dipadu dengan bumbu dan
rempah-rempah khas daerah membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang patut
dijuluki sebagai surganya para penikmat kuliner. Perbedaan budaya membuat
pengolahan produk makanan menjadi khas di setiap daerah sehingga menghasilkan
aneka jenis produk makanan yang beraneka ragam pula. Masakan khas daerah
memiliki ciri khas dan karakter tertentu.
Tak dapat dielakan lagi kuliner merupakan kebutuhan primer setiap manusia.
Dengan keberagaman tatanan nusantara yang dimiliki Indonesia turut mempengaruhi
kebutuhan primer pada masing-masing daerah, terutama dalam bidang kuliner.
Kuliner berarti masakan atau makanan. Menurut Peel (Chandra, 2013) makanan
merupakan bagian kunci kebudayaan suatu negara dan makan bersama memberikan
kedekatan. Definsi tersebut yang membawa kuliner menjadi salah satu budaya dan
jati diri bangsa yang perlu dilestarikan.
Kuliner sebagai budaya dan warisan bangsa telah menjadi perhatian bagi
presiden pertama Indonesia yaitu Presidan Soekarno. Pada tahun 1967, rangkuman
yang berisi persoalan kuliner Nusantara didokumentasikan melalui buku. Bahkan
buku ini disebut-sebut sebagai warisan Presiden Soekarno kepada bangsa Indonesia,
buku tersebut berjudul Mustika Rasa. Didalam buku tersebut mengulas banyak hal,
ada resep-resep makanan, dimulai dari informasi gizi, hingga menu makanan unik
yang tak umum di masa sekarang. Buku ini lahir atas gagasan bapak proklamator
Indonesia yang merasa bahwa makanan adalah persoalan penting.

Gambar 1. Sumber: Bukubukulawas.com


Buku Mustika Rasa mungkin pantas disebut kitab kuliner Nusantara, karena
memiliki tebal 1.123 halaman. Buku yang memuat sekitar 1.600 resep masakan
Nusantara itu ternyata membutuhkan waktu sekitar 7 tahun untuk menyusunnya.
Proyek penyusunan buku Mustika Rasa menjadi proyek yang tidak main-main.
Pasalnya, dibutuhkan penelitian di laboratorium dan melacak berbagai resep masakan
di berbagai pelosok kota dan desa untuk menyajikan data ke publik akan warisan
tradisional seni masakan Indonesia. Kala itu Presiden Soekarno mengutus istrinya,
Hartini, untuk merangkum buku Mustika Rasa. Soekarno juga mengumpulkan ahli
kuliner, ahli gizi, dan pamong praja desa untuk membantu merangkum buku Mustika
Rasa.
Namun sayangnya terjadi Gerakan 30 September pada 1965, yang membuat
buku kuliner tersebut kemudian diterbitkan terburu-buru setahun kemudian. Buku
sederhana yang merupakan hasil pemikiran dan penelitian para ahli selama bertahun-
tahun ini benar-benar mencerminkan kuliner Indonesia. Dimana dalam buku tersebut
mampu merestorasi gambaran resep masa lalu yang menjadi gambaran dan identitas
tentang seni masakan bangsa Indonesia. Buku tersebut menjadi bukti bahwa Presiden
Soekarno menginginkan Indonesia memiliki jati diri melalui kuliner.
PEMBAHASAN
Globalisasi membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap berbagai
bidang dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya perubahan pada selera
santapan kuliner. Tidak dapat dipungkiri warisan resep masakan tradisional masa
lampau kini kurang mendapat perhatian di masyarakat, khususnya kalangan generasi
muda. Saat ini masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda cenderung lebih
memilih makanan Korea, Jepang, China dan barat yang dianggap memiliki nilai
tambah dan “gengsi”. Fenomena tersebut kemungkinan terjadi karena adanya
pandangan terhadap kuliner nusantara sebagai suatu kebudayaan yang ketinggalan
jaman dan kurang bergengsi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Adiasih dan Brahmana, tahun 2015 di Surabaya yang menunjukan bahwa dari sisi
konsumsi, mahasiswa mau mengkonsumsi makanan tradisional jika harganya
terjangkau dan rasanya enak.
Di sisi lain rendahnya nilai gengsi pada makanan tradisional menyebabkan
makanan ini kurang diminati. Kemudian untuk pertanyaan “Apakah mahasiswa akan
selalu memilih makanan tradisional?” didapati bahwa mereka lebih memilih makanan
asing seperti: makanan Jepang (sushi, ramen), makanan Korea, makanan Eropa
(pizza, steak). Hal ini disebabkan karena mereka merasa ada nilai tambah dalam
makanan ini berbentuk rasa yang enak, serta gengsi yang didapatkan ketika mereka
memakan makanan ini.
Jika hal ini terus berlangsung, maka kebudayaan Indonesia semakin lama akan
semakin terkikis oleh kebudayaan asing. Hilangnya resep masakan warisan
tradisional sekaligus menghilangkan identitas bangsa berkaitan dengan masakan khas
nusantara sebagai suatu produk budaya yang bernafaskan kearifan lokal diwarisi
secara turun menurun. Hal tersebut sebaiknya menjadi perhatian khusus bagi
pemerintah. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Membuat industri makanan berbasis kuliner nusantara
Di samping menjadi kebutuhan primer, kuliner telah berubah menjadi industri
gaya hidup dan bagian dari perkembangan industri kreatif yang mengedepankan nilai-
nilai kreativitas, estetika, tradisi, dan budaya. Berdasarkan hasil survei Badan Pusat
Statistika Indonesia persentase rata-rata pengeluaran per kapita pada kelompok
barang makanan di daerah perkotaan meningkat tiap tahunnya, tercatat pada tahun
2016 mengalami peningkatan sebesar 2,02% dari tahun sebelumnya. Hal ini layak
menjadi pertimbangan bagi para wirausahawan untuk menjajaki usaha kuliner.
Dengan mengusung industri makanan berbasis kuliner nusantara, para
wirausahawan bukan hanya mampu mendapatkan keuntungan namun juga turut andil
dalam pelestarian budaya bangsa. Namun, ada beberapa hal yang mungkin perlu
menjadi perhatian para wirausahawan, seperti cara pemasaran makanan, penyajian
makanan, serta design interior yang mampu menarik pangsa pasar dari berbagai
kalangan.
2. Eksistensi televisi sebagai media sosialisasi
Media merupakan salah satu yang memiliki peran penting dalam pemasaran
produk kuliner. Di Indonesia, media massa memiliki peran penting dalam
pembentukan karakter masyarakat, seperti televisi, internet, majalah, koran, dan lain
sebagainya. Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistika Indonesia, pada tahun
2015 tercatat persentase penduduk berusia 10 tahun keatas yang menonton televisi
sebesar 91,47%, tertinggi dibanding penggunaan media lainnya. Angka tersebut
menunjukan bahwa dari berbagai jenis media yang ada, televisi merupakan salah satu
dari kesekian banyak media yang cukup diminati karena mampu menyuguhkan
informasi populer yang dibutuhkan masyarakat, seperti gaya hidup, kuliner, wisata,
dan sebagainya. Hal tersebut dapat dijadikan peluang untuk mensosialisasikan
berbagai macam kuliner tradisonal Indonesia.
3. Pembuatan komik kuliner nusantara
Komik merupakan media yang tidak asing lagi dikalangan remaja. Dengan
gambar yang menarik dan bahasa yang ringan membuat komik banyak digemari
anak-anak, remaja, hingga dewasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Alkatiri (2005:
65) di Indonesia komik berkembang menjadi media populer yang mudah dicerna,
cepat menyebar, dan mudah diterima oleh berbagai kalangan dan usia.
Komik bukan hanya berfungi sebagai sarana hiburan semata, melainkan dapat
dijadikan sarana edukasi, salah satunya untuk memperkenalkan kuliner nusantara
sebagai jati diri bangsa. Dengan pengemasan yang menarik dan bahasan yang ringan,
komik kuliner nusantara dapat dijadikan solusi untuk mensosialisasikan berbagai
macam kuliner nusantara. Ide pembuatan komik kuliner nusantara ini telah diusung
salah satunya oleh Shabrina, dkk dalam upaya pelestarian kuliner tradisional di
Surabaya.

Gambar 2. Sumber: Jurnal Art Nouveau


4. Membuat acara festival kuliner nusantara
Festival umumnya merupakan acara yang megah dan ramai. Hal ini dapat
menarik perhatian masyarakat dari berbagai kalangan. Festival kuliner nusantara
sendiri sebenarnya pernah diadakan di Indonesia, namun baru diadakan di beberapa
wilayah saja. Diharapkan festival kuliner nusantara ini dapat diadakan di seluruh
wilayah yang ada di nusantara.
5. Game bertajuk kuliner nusantara
Selain sebagai sarana hiburan, game juga dapat menjadi saran edukasi yang
menyenangkan dan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Game bertajuk kuliner
nusantara ini sebenarnya telah direalisasikan dengan adanya game “waroenk
ekspres”. Berdasarkan penelitian Heriyanto ( Chandra, 2013 ) membuktikan bahwa
game tersebut menimbulkan ketertarikan masyarakat mengenai kuliner Indonesia.
Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi para pembuat game untuk dapat membuat
inovasi-inovasi terbaru mengenai game bertajuk kuliner nusantara.
6. Website kuliner nusantara
Kemajuan teknologi dan menjamurnya pengguna internet di Indonesia dapat
dijadikan peluang untuk mempromosikan kuliner nusantara. Berdasarkan data
Internet World Statistics, US Census Bureau tahun 2014 ( Fela, R.F., dkk, 2014 ) dari
total populasi Indonesia sebanyak 251.160.124 orang, sejumlah 38.191.873 orang
merupakan pengguna internet aktif. Selain itu, jumlah peningkatan pengguna internet
di Indonesia mencapai 15% dari tahun 2013 dengan penggunaan rata-rata 2 jam 54
menit. Hasil survei dan wawancara yang dilakukan Fela, R.F., dkk juga menunjukan
bahwa banyak orang membutuhkan website kuliner nusantara yang lengkap dan
representatif.
Data tersebut dapat dijadikan acuan bahwa internet saran yang cukup tepat
untuk mempromosikan kuliner nusantara melalui website resmi. Layaknya bidang-
bidang lain yang memiliki website resmi dari pemerintahan, pembuatan website
kuliner nusatara yang resmi dibuat oleh pemertintah layak dipertimbangkan sebagai
upaya pelestarian warisan budaya dan mempertahankan identitas bangsa.
Beberapa upaya yang telah dipaparkan diatas sebagian telah terealisasi, namun
realisasi tersebut baru ada di beberapa daerah saja. Diharapkan kedepannya ide-ide
kreatif dan inovatif terus bermunculan dan terealisasi di segala penjuru nusantara agar
kuliner nusantara tetap terjaga kelestariannya, dan Indonesia tidak kehilangan jati
dirinya.
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian teori dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
setiap bangsa memiliki jati diri yang berbeda-beda. Indonesia sendiri pun meliki jati
diri yang juga dapat dipandang sebagai identitas bangsa. Salah satu dari jati diri
Indonesia adalah kuliner dengan bumbu khas yang kaya akan rempah-rempah.
Makanan merupakan kebutuhan primer yang dibutuhkan setiap orang. Tak terkecuali
bangsa Indonesia. Indonesia yang terkenal dengan Negara yang kaya akan rempah-
rampah mengakibatkan Indonesia memliki banyak makanan khas daerah yang
berbeda-beda. Mulai dari Sabang sampai Merauke setiap daerah yang ada di
Indonesia memliki makanan khas pembeda daerah nya masing-masing.
Akan tetapi semakin berkembangnya zaman, masyarakat Indonesia lebih
tertarik untuk pergi ke restoran luar dari pada restoran dalam negri. Dan juga akibat
dari semakin canggihnya teknologi yang dapat mengakses segala tempat makanan
yang kekinian, sehingga membuat masyarakat Indonesia yang tinggi akan gengsi ikut
pergi ke restaurant masakan luar negri. Selain itu dampak dari globalisasi juga
membuat pecinta makanan khas berkurang akibat gengsi masyarakat Indonesia yang
menganggap jika tidak pergi ke restaurant luar negri tidak ‘kekinian’.
Maka dari itu penulis menganjur beberapa solusi yang mungkin dapat
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan diatas. Solusi yang ditawarkan oleh
penulis antara lain; 1)membuat industri makanan berbasis kuliner nusantara, 2)
Eksistensi televisi sebagai media sosialisasi, 3) Pembuatan komik kuliner nusantara, 4)
Membuat acara festival kuliner nusantara, 5) Game bertajuk kuliner nusantara, 6)
Website kuliner nusantara. Jika bukan kita sebagai bangsa Indonesia sendiri yang
melastarikan kebudayaan Indonesia, salah satunya kuliner khas Indonesia maka
budaya bangsa akan satu persatu menghilang dan mengakibatkan bangsa Indonesia
tidak meliki kulines khas yang merupakan jati diri bangsa. Sebagai generasi bangsa
yang masih muda, mari kita lestarikan peninggalan budaya-budaya luhur kita. Agar
tidak hilang jati diri bangsa Indonesia dan kita dapat meneruskan makanan khas
hingga ke anak cucu kita
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka dari Buku
Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. (2011). Pendidikan
Kewarganegaraan Paradigma Terbaru untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta
Daftar Pustaka dari Jurnal
Adiasih, P., & Brahmana, R.K.M.R. (2015). Persepsi terhadap Makanan Tradisional
Jawa Timur: Studi Awal terhadap Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta di
Surabaya. Jurnal KINERJA. Vol.19 No.2: 112-125
Chandra, N.E. (2013). Perancangan Game Pengenalan Kuliner Indonesia Berbasis
Android dengan Memanfaatkan Teknologi Augmented Reality. Salatiga: TI
Universitas Kristen Satya Wacana
Fela, R.F., dkk. (2014). Promosi Makanan Khas Indonesia Melalui Wirausaha Jasa
Berbasis Website Indonesia-Food.com. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Shabrina, M., Karsam., & Yosep, S.P. (2016). Perancangan Buku Komik Kuliner
Surabaya Sebagai Upaya Melestarikan Kuliner Tradisional. Jurnal Art Nouveau.
Vol.5 No.2.
Daftar Pustaka dari Website
BPS (Badan Pusat Statistik). (2017). Website: https://www.bps.go.id/. [ diakses pada
03 Desember 2017 pukul 20:31 ]
Fariha, Ahda. (2017). Warisan Soekarno dalam Kitab Kuliner Indonesia. Website:
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/02/14/warisan-soekarno-dalam-
kitab-kuliner-indonesia. [ diakses pada 02 Desember 2017 pukul 19:25 ]
Nurkholifah. (2017). Website: http://nurkholifah114.blogspot.co.id/2016/01/makalah-
pengaruh-globalisasi-terhadap_75.html. [ diakses pada 6 Desember 2017 pukul
20:14 ]
Zuardin. Diversitas Kuliner Serta Kedaulatan Bangsa. Website:
http://www.uinsby.ac.id/kolom/id/82/diversitas-kuliner-serta-kedaulatan-
bangsa. [ diakses pada 01 Desember 2017 pukul 19:33 ]

Anda mungkin juga menyukai