Anda di halaman 1dari 15

Pelestarian Wisata Budaya Tak Benda Dan Analisa Dampak

Pembangunan Pabrik Rendang di Bulgaria

ABSTRAK

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupaka Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan
pulau, bahasa dan suku budaya yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan tersebut
menjadikan Indonesia sangat kaya budayanya. Salah satu kekayaan budaya yang
dimilikinya adalah kuliner. Wilayah yang terbentang dari sabang sampai merauke
mempunyai kuliner khas masing-masing daerah dan sebagian besar merupakan warisan
yang turun temurun resepnya. Contoh kuliner yang turun temurun resepnya adalah rendang.
Rendang bahkan pernah menjadi masakan paling enak di dunia dan sudah terdaftar sebagai
makanan asli Indonesia. Hal inilah yang kemudian dijadikan alas an oleh pemerintah untuk
lebih menduniakan lagi rending sebagai kuliner asli Indonesia, khususnya di Wilayah Eropa
dengan dibangunnya pabrik rendang di Bulgaria. Rendang diharapkan bisa menjadi
representative Indonesia agar masyarakat eropa khususnya bisa lebih mengenal Indonesia.
Dengan pendirian pabrik ini memberikan dampak positif dan negative dimana disatu sisi
memberikan kesempatan makanan Indonesia lebih mendunia dan disatu sisi kekhawatiran
akan adanya kehilangan nilai otentik rendang sebagai masakan khas Indonesia. Untuk itu
diperlukan perlindungan hak kekayaan intelektual akan resep yang dimilliki masyarakat
Minangkabau. Dengan mendunianya masakan rendang, maka akan meningkatkan citra
Indonesia dan daya tarik Pariwisata sehingga bisa menaikkan jumlah kunjungan ke
Indonesia.

Kata Kunci: Rendang, Kuliner, Pariwisata, dan Pabrik Rendang di Bulgaria.


I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari ribuan
pulau, bahasa, suku dan budaya. Selain itu, karunia Allah SWT juga memberikan
kesuburan kepada tanah Indonesia sehingga hasil bumi berupa rempah-rempah yang sangat
melimpah di Indonesia. Kekayaan suku, budaya dan rempah-rempah inilah yang
menjadikan setiap daerah di Indonesia mempunyai makanan khas atau memiliki ciri
tersendiri untuk masing-masing daerah. Dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia
memiliki kekhasan makanan. Sebut saja ayam, tangkap dari aceh, Lemang dari Sumatra
utara, empek-empek dari Palembang, rendang dari Sumatra barat, guded dari Yogyakarta,
soto banjar dari Kalimantan selatan, coto makasar, sei daging sapi dari NTT, papeda dari
Papua dan masih banyak lagi contoh yang bisa temukan di Indonesia.
Bahan makanan yang digunakanpun sangat beragam yang menjadikannya makanan
otentik dari daerah tersebut. Ataupun bahan makananan yang sama tetapi diolah secara
berbeda dan memiliki cita rasa yang berbeda tergantung kreasi dari masyrakat setempat
dalam pengolahannya. Keberagaman makanan yang merupakan budaya masyarakat
Indonesia cukup dikenal di dunia. Hal ini bisa difahami karena Indonesia terkenal dengan
adanya renpah-rempah yang merupakan bahan pokok untuk bumbu makana yang
menghasilkan cita rasa enak. Pentingnya akan rempah dibuktikan dengan kedatangan kapal
Portugis di Pulau Ambon dan Banda untuk mencari rempah setelah mereka menguasai
Malaka pada tahun 1512 (Andaya, 2015 dalam Sujana 2019). Bangsa Portugis dalam
lawatannya untuk mencari rempah disamping tentu untuk menambah kekuasaan,
menganggap bahwa komiditi rempah-rempah ini sangat diperlukan oleh bangsa Eropa.
Setalah kedatangan Portugis, kemudian disusul oelh bangsa Eropa lain ke Ambon.
Hasil kekayaan rempah-rempah tersebut membuat Indonesia sangat kaya dengan
makanan atau masakan khas daerah. Salah satu makanan khas Indonesia yang terkenal
adalah rendang yang berasal dari Minangkabau. Dalam jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com,
Rendang merupakan salah satu dari empat jenis makanan khas indonesia yang diakui
UNESCO sebagai warisan dunia. Selain Rendang, tiga makanan khas lainnya yang masuk
sebagai warisan dunia yang diakui berasal dari Indonesia, diantaranya Nasi Goreng,
Lumpia dan Tempe. Disebutkan juga dalam beritasatu.com bahwa sejak tahun 2011
rendang sudah dinobatkan sebagai hidangan terlezat dalam daftar 50 hidangan di dunia oleh
CNN Internasional. Lalu pada tahun 2013, Rendang telah ditetapkan sebagai Warisan
Budaya Tak benda Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Rendang juga menempati posisi ke-11 sebagai makanan terenak di dunia pada
2011 dan 2021 versi CNN Travel. Makanan ini dimasak dalam waktu yang cukup lama
dengan menggunakan banyak santan dan rempah yang merupakan salah satu kekayaan
Indonesia. Masakan rendang bagi masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi, karena
hamper disetiap rumah makan Padang, kita bisa menjumpai masakan rendang yang sudah
disesuaikan dengan selera masyarakat lokal. Penyebaran rendang berkaitan dengan
maraknya rumah makan Padang yang hampir ada disetiap penjuru pelosok negeri
Indonesia.
Dengan semakin maraknya penyebaran rumah makan Padang tersebut diyakini
membuat masakan dari Minangkabau termasuk rendang menjadi disukai oleh masyarakat
secara luas baik itu di Indonesia ataupun di luar negeri. Hal ini terbukti dengan akan
dibangunnya pabrik rendang di Bulgaria. Dari Bulgaria ini diharapkan akan menjadi hub
bagi pemasaran rendang di Eropa khususnya negara-negara Balkan (money.kompas.com,
2022). Dengan pembangunan ini akan menjadi salah satu pintu untuk memasarkan potensi
Indonesia baik itu kuliner, investasi, maupun pariwisata. Karena dengan mengenal
makanan khas yang berasal dari Indonesia yakni rendang, diharapkan masyarakat Eropa
akan menjadi penasaran dan ingin tahu tentang Indonesia. Dengan demikian, diharapkan
rendang bisa menjadi alat untuk memasarkan Indonesia secara utuh.

Rumusan Masalah
Dari beberapa hal tersebut diatas, peneliti ingin mengetahui:

1. Bagaimana pelestarian masakan rendang sebagai masakan khas dari Indonesia?


2. Bagaimana analisa dampak yang ditimbulkan jika rendang dipasarkan melalui
pabrik yang dibangun di luar negeri (Bulgaria)?

II. PEMBAHASAN
Indonesia mempunyai beragam budaya yang berasal dari ribuan suku yang
membentang dari sabang sampai merauke. Dalam Wikipedia bahasa Indonesia disebutkan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal
dari bahasa Latin yaitu cultura. Sedangkan pengertian kebudayaan menurut UU
No.11/2010, Kebudayaan adalah seluruh hasil karya Bangsa Indonesia di masa lalu, masa
kini dan masa yang akan datang, yang perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan.
Sementara unsur-unsur budaya itu sendiri terdiri dari 7 (tujuh) unsur, yaitu peralatan dan
perlengkapan hidup, system mata pencaharian dan system ekonomi, system
kemasyarakatan, Bahasa, Kesenian, Sistem pengetahuan dan system religi. Melihat dari
beberapa unsur budaya di atas maka masakan rendang sudah memenuhi beberapa unsur
budaya. Sebagai salah satu warisan budaya, harus ada Undang-Undang yang mengatur
tentang perlindungan Budaya Indonesia. Rendang termasuk dalam Warisan Budaya Tak
Benda (WBTB). Menurut Permendikbud No. 106/2013 tentang Warisan Budaya Tak
Benda, Warisan Budaya Tak benda Indonesia adalah berbagai hasil praktek, perwujudan,
ekspresi pengetahuan dan keterampilan, yang terkait dengan lingkup budaya, yang
diwariskan dari generasi ke generasi secara terus menerus melalui pelestarian dan/atau
penciptaan kembali serta merupakan hasil kebudayaan yang berwujud budaya tak benda
setelah melalui proses penetapan Budaya Tak benda. Menurut permendikbud di atas,
WBTB diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya yang memerlukan langkah
pelestarian agar WBTB tersebut tetap langgeng keberadaannya.
2.1 Pelestarian Warisan Budaya Tak Benda

Menurut Drs. I Made Purna , M.Si. Pelestarian Warisan Budaya Tak Benda. Dalam
website https://kebudayaan.kemdikbud.go.id. Kata pelestarian sudah dikenal umum baik di
kalangan akademis, birokrat, dan masyarakat luas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
menurunkan tiga arti untuk kata “lestari”: (1) seperti keadaan semula; (2) tidak berubah ;
(3) kekal. Ketiga arti kata ini mungkin masih tepat digunakan dalam pemahaman terhadap
produksi budaya bersifat fisik (tangible) seperti BCB. Akan tetapi produk budaya yang
bersifat tan benda (intangible) seperti dalam bentuk seni dan tradisi (yang lebih
menekankan dalam bentuk ide, konsep, norma) ketiga arti tersebut sangat berlawanan
dengan sifat seni dan tradisi yang hidup. Bila arti kata lestari itu kita terapkan kepada
pelestarian seni maupun tradisi, maka kebudayaan suatu masyarakat akan mendeg, tidak
hidup sejajar dengan perkembangan budayanya. Sebab kesenian, maupun tradisi apapun
tidak ada tidak mengalami perubahan. Kamus Besar Bahasa Indonesia juga menurunkan
tiga kata “melestarikan” yaotu : (1) menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah; (2)
membiarkan tetap seperti keadaan semula : (3) mempertahankan kelangsungan (hidupnya).
Arti yang pertama dan kedua memandegkan kreativitas seni, maupun tradisi. Sedangkan
arti yang ketiga masih dapat ditafsirkan bagaimana kreativitas seni maupun tradisi
berkiprah untuk melangsungkan hidup suatu jenis kesenian maupun tradisi lainnya.

Langkah-langkah pelestarian Warisan Budaya Tak Benda juga telah diatur dalam
Permendikbud No. 106/2013 tentang Warisan Budaya Tak Benda Bab VI tentang
pelestarian WBTB Indonesia. Langkah-langkah dalam pelestarian WBTB meliputi
perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Perlindungan terhadap Warisan Budaya
Tak Benda telah diatur Pemerintah dengan menerbitkan Peraturan Presiden No.78/2007
tentang pengesahan konvensi untuk perlindungan Warisan Budaya Tak Benda.
Perlindungan Warisan Budaya Takbenda menurut Regim UNESCO
Konvensi Perlindungan terhadap Warisan Budaya Takbenda menyediakan perlindungan
sebagai upaya pelestarian dengan menggunakan
istilah ”Safeguarding” bukan “Protecting”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
konvensi Perlindungan terhadap Warisan Budaya Takbenda ini lebih bersifat “menjaga”
objek yang ada dalam lingkupnya agar tetap lestari bagi generasi umat manusia, di masa
sekarang maupun masa yang akan datang, sebagai objek kepemilikan bersama (public
domain). Dalam hal perlu dipahami bahwa tujuan perlindungan Konvensi ini adalah demi
kelestariannya bagi generasi umat manusia. Artinya, siapapun boleh memanfaatkannya,
bukan hanya kelompok yang kepadanya diberikan pengakuan kepemilikan warisan budaya
takbenda tersebut. Hal ini mengacu pada bunyi Pasal 2 ayat (3) the Convention for the
Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, dimana dimasukkan
istilah “protection” dalam pengertian “safeguarding” namun tidak disebutkan bahwa
perlindungan ini juga mencakup perlindungan nilai ekonomi yang mungkin timbul
komersialisasi objek yang dijaga. Lebih jauh, Pasal 2 ayat (3) Konvensi Perlindungan
terhadap Warisan Budaya Takbenda menjelaskan bahwa “penjagaan” lebih diartikan
sebagai serangkaian cara-cara pengupayaan yang ditujukan untuk memastikan keberadaan
warisan budaya takbenda untuk dapat terus dimanfaatkan bagi generasi mendatang. Jika
dikatakan bahwa penjagaan ini mencakup dokumentasi, identifikasi, penelitian, pelestarian,
perlindungan, promosi, pemberdayaan, dan transmisi, yang secara khusus ditempuh melalui
pendidikan formal dan non formal, berarti perlindungan pun harus diartikan sebagai
perlindungan objek dari kepunahan. Tidak ada hak eksklusif yang tersirat di dalamnya.
Dalam kasus rendang, perlindungan difungsikan agar resep asli rendang dapat diturunkan
ke generasi penerus dan tidak akan punah.

Perlindungan Warisan Budaya Takbenda menurut Regim Hak Kekayaan Intelektual


Perlindungan warisan budaya takbenda dibawah Konvensi Perlindungan terhadap Warisan
Budaya Takbenda ini berbeda tipenya dibandingkan dengan perlindungan dibawah
instrumen Intellectual Property Rights (Hak Kekayaan Intelektual/HKI), dimana warisan
budaya takbenda ini dianggap sebagai kekayaan intelektual yang membutuhkan
perlindungan yang bersifat sui generis (spesifik/spesial). Perlindungan berdasarkan regim
HKI terhadap warisan budaya takbenda dapat diberikan melalui sistem yang sudah ada,
misalnya: hak cipta dan hak-hak terkait, indikasi geografis, keterangan asal, merek dan
sertifikasi tanda. Hal pembeda yang paling mendasar apabila dibandingkan dengan
Konvensi Perlindungan terhadap Warisan Budaya Takbenda adalah bahwa perlindungan
HKI memberikan:
 Defensive protection, artinya untuk mencegah orang/pihak lain diluar
komunitas/kelompok mendapatkan hak kekayaan intelektual terhadap warisan budaya
takbenda dimaksud. India, misalnya, telah memiliki database yang searchable atas obat-
obatan tradisional mereka dimana database tersebut dapat digunakan sebagai bukti awal
oleh pemeriksa paten ketika mangasses aplikasi paten. Strategi defensif ini juga dapat
digunakan untuk melindungi manifestasi budaya, misalnya simbol-simbol sakral dari
upaya penggunaannya sebagai merek dagang.
 Positive protection, adalah memberikan hak yang memberdayakan masyarakat untuk
mempromosikan/menggunakan warisan budaya takbenda mereka, mengontrol
penggunaannya, dan mendapatkan keuntungan dari eksploitasi komersilnya.
Dalam jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com Rendang merupakan salah satu dari empat jenis
makanan khas indonesia yang diakui UNESCO sebagai warisan dunia. Selain Rendang,
tiga makanan khas lainnya yang masuk sebagai warisan dunia yang diakui berasal dari
Indonesia, diantaranya Nasi Goreng, Lumpia dan Tempe. Secara internasional ada
pengakuan bahwa rendang adalah makanan khas Indonesia dari Minangkabau.

Pengembangan Warisan Budaya Tak Benda

Sebagai langkah pelestarian berikutnya adalah pengembangan WBTB. Inilah yang


mungkin akhir-akhir ini menjadi fenomena dunia kuliner, yaitu rencana dibangunnya
pabrik rendang di Bulgaria. Langkah ini bisa diartikan sebagai langkah pengembangan
rendang sebagai WBTB. Kolaborasi lembaga KBRI Indonesia-Bulgaria ini berkerjasama
dengan perusahaan terkemuka, Bella Ltd. Sehingga nantinya Bulgaria akan menjadi area
utama tempat pabrik rendang didirikan untuk menjangkau pasar Eropa. Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut Program Spice Up The World telah
membuahkan hasil. Aroma rempah dan citarasa masakan khas Indonesia khususnya
rendang semakin dilirik dunia. Pabrik rendang yang akan dibangun di Bulgaria ini memiliki
kapasitas produksi 600 ton daging rendang per bulan. Nilai investasi proyek ini bahkan
mencapai US$ 3 juta. Indonesia Spice Up The World adalah program pemerintah yang
melibatkan berbagai lembaga, sebagai salah satu upaya menumbuhkan pemasaran produk
bumbu dan pangan olahan juga rempah Indonesia. Alasan pemilihan rendang sebagai
makanan yang akan di produksi dan dipasarkan di Bulgaria adalah karena pernah ada suatu
program acara televisi yang menanyangkan acara masak memasak rendang di Eropa.
Rendang itu akan disesuaikan dengan lidah orang Eropa dengan diampurkan roti juga keju.
Melihat adanya peluang untuk memasarkan Rendang di pasar Eropa, Indonesia
mengusulkan kerjasama dengan Bulgaria untuk mengenalkan Rendang agar diproduksi
lebih luas di Eropa. Rendang yang saat ini termasuk dalam 30 ikon kuliner Indonesia
pernah menempati posisi makanan terlezat di dunia. Menjadikan rendang merupakan
pilihan paling potensial dari semua makanan yang ada. Menurut kepercayaan orang
Minangkabau, rendang memiliki tiga filosofi utama, yakni kesabaran karena proses
pembuatannya memakan waktu cukup lama. Pembuatan rendang yang membutuhkan
banyak waktu menandakan makna bahwa setiap orang Minang itu harus memiliki
kesabaran luas, bijak, dan menghargai segala proses. Sebab semua hal pasti harus dilakukan
bertahap entah itu untuk meraih kesuksesan atau sekadar membuat rendang. Harus ada
ketekunan demi menghasilkan kualitas rendang yang baik. Rendang dibuat menggunakan
daging sapi segar. Menilik dari catatan sejarah, sapi merupakan lambang penting bagi adat
Minangkabau. Unsur-unsur yang digunakan dalam pembuatan rendang berkaitan dengan
makna adat Minangkabau dan kepercayaan masyarakatnya yang mendalam.
Pemanfaatan Warisan Budaya Tak Benda

Salah satu langkah pelestarian WBTB sesuai Permendikbud RI No.106/2013 adalah


pemanfaatan WBTB. Dalam pasal 14 disebutkan bahwa:

1. Pemanfaatan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia untuk kepentingan pendidikan


agama, social, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan.

2. Pemanfaatan Warisan Budaya Takbenda Indonesia untuk kepentingan pendidikan


agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan.

3. Pemanfaatan Warisan Budaya Takbenda Indonesia dilakukan melalui:

a. penyebarluasan informasi nilai Warisan Budaya Takbenda Indonesia, karakter,


dan pekerti bangsa;
b. pergelaran dan pameran Warisan Budaya Takbenda Indonesia dalam rangka
penanaman nilai tradisi dan pembinaan karakter dan pekerti bangsa; dan
c. pengemasan bahan kajian dalam rangka penanaman nilai Warisan Budaya
Takbenda Indonesia serta pembinaan karakter dan pekerti bangsa.
Dalam kaitan dengan rendang, pemanfaatan WBTB Indonesia dengan rencana dibangunnya
pabrik rendang di Bulgaria lebih bertujuan untuk kepentingan ekonomi, ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kebudayaan. Dari sektor ekonomi diharapkan akan adanya ekspor rempah-
rempah bumbu rendang dari Indonesia ke Bulgaria. Kemudian dari sektor Ilmu
Pengetahuan dan teknologi, Indonesia bisa belajar dari Negara Eropa bagaimana mengolah
makanan tradisional diproduksi secara modern, adanya pertukaran pengetahuan cara
pengolahan makanan. Sementara manfaat dari sisi kebudayaan adalah lebih untuk
mengenalkan budaya Indonesia melalui kuliner, dengan harapan bisa lebih mengenalkan
kekayaan rempah Indonesia dan mempromosikan Indonesia di Eropa yang berdampak
positif suatu saat mereka akan berkunjung ke Indonesia/untuk meningkatkan jumlah
pengunjung/wisatawan dari Eropa.

2.2 Analisa Dampak Dibangunnya Pabrik Rendang di Bulgaria


Mengenai rencana dibangunnya pabrik rendang di Bulgaria, saat ini peneliti akan
menganalisa dampak yang ditimbulkan dari rencana pembangunan pabrik tersebut. Danpak
yang ditimbulkan adanya pabrik rendang di Bulgaria, penulis kelompokan menjadi dua,
yaitu dampak positif dan dampak negative.
A. Dampak Positif
Beberapa hasil analisa dampak positif adanya pabrik rendang di Bulgaria, antara lain:
a. Meningkatnya kerjasama antara Indonesia dengan Bulgaria dalam hal ekspor
rempah-rempah. Hal ini dikarenakan untuk memproduksi rendang dengan
kapasitas ratusan ton, maka akan dibutuhkan ratusan ton rempah-rempah/bumbu
yang digunakan dalam pembuatan rendang. Hal ini akan sangat menguntungkan
Indonesia dari sisi ekonomi.
b. Meningkatnya Awareness Indonesia di Eropa. Indonesia dapat menggunakan
rendang sebagai sarana promosi pariwisata Indonesia. Mendunianya rendang
akan semakin membuat Indonesia lebih terdengar lagi di masyarakat Eropa yang
harapannya akan terjadi eksodus wisata besar-besaran dari Eropa ke Indonesia di
masa yang akan datang. Diplomasi budaya dalam bidang kuliner untuk
dimanfaatkan sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia
merupakan strategi Pariwisata yang cukup penting. Karena Indonesia memiliki
banyak jenis makanan yang memiliki cita rasa yag berbeda berdasarkan tingkat
kemajemukan budaya daerah tersebut sehingga dapat memperkenalkan Indonesia
ke dunia luar (Astuti dan Anggraeni, 2018). Di sisi lain bahwa kuliner menjadi
alat promosi Pariwisata, wisata kuliner saat ini menjadi hal yang sangat penting
untuk dimasukkan dalam rencana perjalanan wisata dibanding hanya
mengunjungi landmark yang sudah terekspos atau belanja. Saat ini wisatawan
ingin mengekplorasi kuliner dalam memilih suatu destinasi wisatanya (Kautsar
dalam Sunaryo 2019).
c. Mempercepat kebangkitan ekonomi serta membuka peluang usaha sekaligus
lapangan kerja bagi pelaku UMKM kuliner di Indonesia untuk menembus pasar
ekspor. Program ini telah menjadi role model baru untuk pengembangan pasar
ekspor produk Indonesia untuk lebih mendekati pasar dunia. Ini sangat bagus
untuk kemajuan bangsa kita, karena selama ini Indonesia hanya terkenal dengan
pulau Balinya saja.
d. Adanya transfer knowledge dari Eropa ke Indonesia dalam Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. Dampak positif ini sangat bermanfaat bagi Indonesia di masa
yang akan datang, yaitu belajar bagaimana mengolah makanan khas
tradisional/daerah dengan teknologi modern. Termasuk dalam hal pengemasan,
life-time product dan pemasarannya. Transfer knowledge ini dapat bermanfaat
bagi kemajuan industry kuliner Indonesia yang selama ini sebagian besar
pengolahan makanan daerah di Indonesia masih menggunakan cara tradisional.

B. Dampak Negatif
Beberapa hasil analisa dampak positif adanya pabrik rendang di Bulgaria, antara lain:
a. Terjadinya kerjasama ekonomi melalui ekspor rempah/bumbu pembuat masakan
rendang juga bisa memunculkan dampak negative, yaitu munculnya kartel atau
monopoli pengekspor rempah. Jika hal ini terjadi, maka kebermanfaatan secara
ekonomi akan lebih menguntungkan segelintir oknum, sementara petani tidak akan
bisa menikmati hasil penjualan rempah secara langsung. Untuk mengantisipasi hal
ini perlu dibuatkan kebijakan pemerintah yang tegas terhadap para oknum/kartel
yang mungkin timbul adanya ekspor rempah ke Bulgaria. Dampak CPO dalam
kasus minyak goring juga sangat memungkinkan terjadi dalam kasus rempah untuk
rendang.
b. Pergeseran Rasa Otentik Rendang. Dalam hukum pasar, maka produk akan
menyesuaikan selera pasar. Karena rendang dipasarkan di Eropa, bisa jadi rasa yang
akan dibuat di pabrik Bulgaria akan menyesuaikan dengan lidah pasar eropa. Jika
hal ini terjadi, maka keaslian rasa rendang akan bergeser dan jauh dari aslinya.
Secara hokum dagang, hal ini sudah sering terjadi, misal untuk Wingko Babad khas
Semarang, saat ini sangat bervariasi rasanya, selain rasa asli, muncul juga rasa
durian, coklat, dan lain-lain. Dalam kasus rendang, sangat memungkinkan akan
muncul varian rasa baru, misal rendang keju, spicy rendang, salty rendang dan lain-
lain yang mengarah ke lidah pasar eropa. Pergeseran rasa otentik ini harus
diimbangi dengan pelestarian rendang asli di daerah asalnya. Sehingga resep asli
akan diturunkan turun temurun dan tidak punah, sehingga generasi yang akan
datang pun tahu rasa asli rendang minangkabau.
Selain munculnya dampak positif dan negative, yang diperlukan dalam pelestarian rendang
sebagai makanan khas Indonesia dari Minangkabau adalah melindungi resep asli rendang
dengan melibatkan masyarakat asli minang, mendaftarkannya secara hak paten dan
merahasiakan bumbu kunci sebagai strategi bisnis. Contoh kasus: sampai saat ini Coca-cola
merahasiakan resep caramelnya, meskipun pabriknya berdiri di seluruh penjuru dunia dan
terbukti sampai sekarang masih eksis sebagai perusahaan penghasil softdrink terbesar di
dunia. Langkah strategis ini perlu diimplementasikan agar resep asli Indonesia juga
menggunakan rempah khas Indonesia yang tidak bisa didapatkan di negara-negara lain.

III. KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut diatas, beberapa kesimpulan yang peneliti ambil antara lain:
1. Rendang termasuk dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Menurut
Permendikbud No. 106/2013 tentang Warisan Budaya Tak Benda, Warisan Budaya
Tak benda Indonesia adalah berbagai hasil praktek, perwujudan, ekspresi
pengetahuan dan keterampilan, yang terkait dengan lingkup budaya, yang
diwariskan dari generasi ke generasi secara terus menerus melalui pelestarian
dan/atau penciptaan kembali serta merupakan hasil kebudayaan yang berwujud
budaya tak benda setelah melalui proses penetapan Budaya Tak benda. Menurut
permendikbud di atas, WBTB diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya yang
memerlukan langkah pelestarian agar WBTB tersebut tetap langgeng
keberadaannya.
2. Langkah-langkah pelestarian Warisan Budaya Tak Benda juga telah diatur dalam
Permendikbud No. 106/2013 tentang Warisan Budaya Tak Benda Bab VI tentang
pelestarian WBTB Indonesia. Langkah-langkah dalam pelestarian WBTB meliputi
perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan.
3. Rencana pembangunan pabrik rendang di Bulgaria mempunyai dampak positif dan
negative. Dampak positif yang timbul, antara lain: Meningkatnya kerjasama antara
Indonesia dengan Bulgaria dalam hal ekspor rempah-rempah, meningkatnya
Awareness Indonesia di Eropa, Mempercepat kebangkitan ekonomi serta membuka
peluang usaha sekaligus lapangan kerja bagi pelaku UMKM kuliner di Indonesia
untuk menembus pasar ekspor dan adanya transfer knowledge dari Eropa ke
Indonesia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Adapun beberapa dampak
negative yang timbul antara lain: munculnya kartel atau monopoli pengekspor
rempah dan pergeseran Rasa Otentik Rendang.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti dan Anggraeni, 2018. “ Gastrodiplomacy Sebagai Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata Kuliner
Indonesia Dalam Mendukung Program Asean Tourism Strategic Plan (AST). Seminar Nasional dan
Diskusi Panel Multidisiplin Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Jakarta

Drs. I Made Purna, M.Si. Pelestarian Warisan Budaya Tak Benda.


https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/pelestarian-warisan-budaya-tak-benda/. Diakses
tanggal 22 Mei 2022. Pukul 19.30 WIB.

http://pudiklat.kemendag.go.id/v2019/article/perlindungan-terhadap-warisan-budaya-takbenda. Diakses
tanggal 23 Mei 2022. Pukul 15.00 WIB.

https://www.merdeka.com/peristiwa/pabrik-segera-dibangun-di-bulgaria-rendang-akan-invasi-eropa.html.
Diakses tanggal 23 Mei 2022. Pukul 16.00 WIB.

https://jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-1012299012/rendang-masuk-jenis-makanan-khas-
indonesia-diakui-unesco-sebagai-warisan-budaya-dunia?page=3. Diakses tanggal 23 Mei 2022.
Pukul 17.00 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama. Diakses 28 Mei 2022. Pukul 14.00 WIB.

http://pusdiklat.kemendag.go.id/v2019/article/perlindungan-terhadap-warisan-budaya-takbenda. Diakses 25
Mei 2022. Pukul 19.00 WIB.

https://www.kompas.tv/article/274881/rendang-goes to europe-angkat-citra-kuliner-nusantara-ke-dunia,
diakses pada 21 Mei 2022 pukul 20.05.

Indonesia. UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomer 6055, Sekretariat Negara

Kompas.com. 2022. “Bulgaria Bakal Bangun Pabrik Rendang, Kapasitas Produksi Capai 600 Ton Per Bulan”,
https://money.kompas.com/read/2022/02/04/190601226/bulgaria-bakal-bangun-pabrik-rendang-
kapasitas-produksi-capai-600-ton-per. diakses 25 Mei 2022 pukul 19.00

Patji, Abdul Rachman, 2010. “Pengembangan dan Perlindungan Kekayaan Budaya Daerah: Respon
Pemerintah Indonesia Terhadap Adanya Klaim Oleh Pihak Lain”. Jurnal Masyarakat & Budaya,
Edisi Khusus

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2007 tentang Pengesahan Convention For The Safe
Guarding Of Intangible Cultural Heritage (Konvensi Untuk Perlindungan Warisan Budaya
Takbenda).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2013 tentang Warisan
Budaya Tak Benda Indonesia.
Sujana Ujon, 2019. “Rekonstruksi Jalur Pelayaran Kapal-kapal Eropa Abad ke 16 Hingga ke-17 di Kepulauan
Riau (Reconstruction of the European Ship Routes in the 16th to 17th Century in Maluku
Archipelago”. Jurnal Arkeologi Papua Vol. 11 No.10, Ternate: Balai Pelestarian Cagar Budaya
Maluku Utara

Sunaryo, Nonny Aji, 2019. “Potensi Wisata Kuliner di Indonesia: Tinjauan Literatur”. Seminar Nasional
INOBALI 2019 Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora

Setya, Devi.(26 Maret 2022).“Keren! Rendang Goes To Europe Hadirkan Pabrik Rendang di
Bulgaria”,https://food.detik.com/info-kuliner/d- 6001689/kerenrendang-goes-to-europe-hadirkan-
pabrik-rendang-di-bulgaria. Diakses tanggal 23 Mei 2022 Pukul 18.30 WIB.

Supriatna Y. Rendang Masuk Jenis Makanan Khas Indonesia Diakui UNESCO Sebagai Warisan Budaya
Dunia. https://jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-1012299012/rendang-masuk-jenis-
makanan-khas-indonesia-diakui-unesco-sebagai-warisan-budaya
dunia#:~:text=Berikut%20adalah%20makanan%20khas%20Indonesia,pada%20Selasa%2C%2027%
20Juli%202021.&text=Diantaranya%20adalah%20Rendang%2C%20makanan%20khas,yang%20ber
ada%20di%20peringkat%20pertama. Diakses tanggal 22 Mei 2022. Pukul 19.00 WIB.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Yuwanti, Sri.(2022).“Modul Manajemen Budaya”.

Anda mungkin juga menyukai