Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INDUSTRI KULINER

Disusun guna memenui tugas Mata Kuliah Industry Kreatif

Dosen Pengampu:

Ferani Mulianingsih, S.Pd., M.Pd.


Rudi Salam, S.Pd., M.Pd
Noviani Achmad Putri, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:

1. Amir Mukti (3601414009)


2. Rahayu Puji Lestari (3601414023)
3. Susilo Dewi (3601414038)
4. Eri Haudusohfi Mubarod (3601414050)
5. Fines Aji Prastyo Ayu (3601414047)

PROGRAM SETUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki lebih dari 17.100 pulau yang diantaranya sebanyak
6.000 telah berpenghuni serta 300 ragam suku dan etnis. Keanekaragam suku
bangsa dengan budaya, bahasa, agama, dan istiadat merupakan munculnya
keanekaragaman masakan,  makanan, dan minuman yang menjadi ciri khas
masing-masing daerah. Makanan pada Setiap daerah berfungsi sebagai identitas
suatu dareah, tak jarang jika seseorang menyebutkan jenis makanan tertentu
maka orang yang mendengar kata makanan tersebut langsung mengetahui asal
suatu daerah misalnya ketika seseorang menyebut kata Gudeg maka yang kita
tangkap pertama kali adalah kota Yogyakarta, sedangkan ketika menyebut kata
“Empek-empek” maka yang tersemat dalam benak kita adalah Kota Palembang,
Begitu seterusnya. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa makanan merupakan
identitas suatu daerah.
Salah satu yang menjadi ciri spesifik sebuah kelompok manusia adalah
makanan. Art culinary merupakan salah satu bagian dari budaya. Secara
harafiah, kuliner adalah kata yang biasa digunakan untuk merujuk pada
sesuatu yang berhubungan dengan memasak atau profesi kuliner. Kuliner
merupakan serapan dari kata Culinary yang berasal dari bahasa Inggris yang
berarti urusan dapur culinary mengacu pada kekayaan varietas makanan
tradisional, makanan, makanan kecil/ snack dan minuman yang mengacu pada
identitas regioanl dan kelompok etnik tertentu (Koentjaraningrat, 1996; 103).
Terdapat banyak keragaman makanan yang dikonsumsi sebagai akibat
berbedanya lingkungan dimana kolompok tersebut tinggal, keragaman tersebut
menyangkut bahan dasar yang tersedia, proses dalam pengolahan makanan
hingga pola dan cara dalam mengonsumsi makanan tersebut
Industri Kuliner memiliki potensi besar dalam penunjang pendapatan
negara. Munculnya berbagai makanan yang unik, adanya wisata kuliner, dan tren
kuliner sebagai gaya hidup masyarakat, menjadi bukti bahwa bisnis ini
berkembang dengan pesat. Menurut Bondan Winarno (2008) industri kuliner
di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi
wisata bagi para wisatawan mancanegara maupun lokal karena keragaman
makanan dan minumam khas yang ada disetiap daerah. Kuliner khas Indonesia
sangat beragam. Selain dari sisi harga makanan dan minumam yang ada di
dalam negeri ini lebih terjangkau dibandingkan dengan makanan luar negeri
seperti Singapora, Malaysia dan Thailand

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah dipaparkan dapat diperoleh
rumusan maslah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah muncul dan berkembangnya kuliner di Indonesia?
2. Bagaimana peran dan fungsi kuliner?
3. Bagaimana pengaruh kuliner terhadap pnedapatan Negara?

1.3 TUJUAN PENULIASAN


Berdarakan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kuliner di indonesia
2. Mengetahui Peran fungi kuliner
3. Untuk mengidentifikasi pengaruh kuliner terhadap pendapatan negara.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN KULINER INDONESIA


Kuliner merupakan sebuah istilah baru dari kata makanan dan
berhubungan erat juga dengan kata masakan dan dapur. masyarakat lebih
mengenal istilah kuliner dengan “Jajanan Tradisional”, “Makanan Tradisional”
atau “Hidangan Tradisional”. Pengenalan budaya suatu daerah tidak akan pernah
terlepas dari segi kuliner tradisional yang menjadi suguhan khas suatu daerah.
Masakan Indonesia kebanyakan mendapat pengaruh dari seni kuliner
yang berasal dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa melalui suatu
perdagangan. Pengaruh tersebut terjadi karena pada Awal Masehi, jalur
perdagangan telah beralih ke jalur laut, sehingga secara tidak langsung
perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Sehingga dari situlah
Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan dan terjadilah kontak atau
hubungan antara Indonesia dengan India dan Cina. Hal inilah yang menjadi
salah satu penyebab masuknya budaya India dan Cina ke Indonesia sehingga
menghasilkan lintas budaya, khususnya dari segi kuliner.
Pengaruh negara-negara lain terhadap kuliner Indonesia dapat dilihat
dalam tabel berikut:

No Negara Pengaruh yang dibawa


1. India lada hitam, kunyit, sereh, bawang merah, kayu
manis, kemiri, ketumbar, dan asam jawa
2. Cina jahe, daun bawang, dan bawang putih
mikacang kedelai dan berbagi sayuran
3. Arab Munculnya makanan sate yang kaya akan
rempah-rempah
4. Meksiko Lada
5. Karibia Singkong
6. Amerika Kentang, Cabai, dan kacang

Pengaruh India terhadap masakan Nusantara, dapat ditelusuri lewat


hubungan antara Kesultanan Mughal dengan Aceh sekitar abad 15 hingga
abad 16. Beberapa pengaruh Mughal diduga dapat ditemukan dalam masakan
pedas dan bersantan. Kegemaran orang Indonesia akan makanan pedas
semakin diperkaya dengan diperkenalkannya cabai dari benua Amerika oleh
pedagang Spanyol sejak abad ke-16. Sejak saat itu, sambal menjadi bagian
penting dalam masakan Indonesia.
Masakan Indonesia dengan pengaruh India diduga terdapat dalam
cacahan sayur nangka yang dapat ditemui di daerah Pekalongan, Wonosobo, dan
Temanggung. Masakan ini berasal dari wilayah-wilayah bekas daerah kerajaan
Hindu awal di Jawa yaitu Kalingga. Kerajaan Sunda dan Kesultanan Banten telah
dikenal seluruh dunia sebagai penghasil utama lada hitam dengan kualitas
terbaik. Kemaharajaan bahari seperti Sriwijaya dan Majapahit berkembang dan
makmur berkat perdagangan rempah-rempah. Kemudian VOC juga meraih
keuntungan besar dari perdagangan rempah dunia.
Sepanjang Indonesia terlibat dalam perdagangan dunia berkat lokasi
dan sumber daya alamnya dalam menghasilkan bahan-bahan makanan yang
berkualitas. Sehingga mneghasilkan beberapa penemuan baru dalam dunia
kuliner seperti tahu dan tempe, dan oncom yang merupakan makanan dengan
bahan dasar kedelai. Selain itu makanan khas Indonesia tidak pernah lepas dari
rempah-rempah seperti Pala, kapulaga, cengkeh, laos, dan sebaginya yang
menjadi ciri utamanya.
2.2 PERAN DAN FUNGSI MAKANAN
Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan
konsumsi makanan sehari-hari karena setiap orang memerlukan makanan
yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana
hingga makanan yang berkelas tinggi dan mewah. Semua itu, membutuhkan
pengolahan yang serba berkualitas dan bergizi. Sebenarnya kuliner
merupakan bagian/sub daripada esensi gastronomi. Kuliner atau makanan
memiliki berbagai fungsi penting bagi kehidupan manusia adapun fungsi–fungsi
dari makanan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Kesehatan
Fungsi makanan untuk kseahatan yaitu: memberikan tenaga atau
energi pada tubuh makhluk hidup sehingga dapat melakukan aktivitasnya
sehari-hari.Sumber pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit.Sumber
pembangun tubuh, baik untuk pertumbuhan maupun perbaikantubuh. Sebagai
sumber bahan pengganti sel-sel tua yang usang dimakan usia.
2. Status politik dan kekuasaan
Makanan juga dapat digunakan sebgai tolak kekuasaan atau setatus politik
seseorang. seseorang yang memilki setatus sosial yang tinggi maka orang
tersebut akan menggunakan keriteria-keiteria tertentu dalam menentukan
makanan Misalnya pejabat atau instansi pemerintah yang menggelar ’gelar
makanan tradisional’ untuk menggali kearifan tradisional, hal tersebut juga
sebagai salah satu alat untuk mencari legitimasi.
3. Menunjukkan status ekonomi
Beberapa hal yang dapat dikaitkan dengan pernyataan ini, antara lain:
a. Status ekonomi mempengaruhi status gizi, yang dengan mudah dapat
dilihat dari kondisi kesehatan bayi dan balita pada suatu daerah.
b. Pilihan tempat makan dapat menunjukkan status ekonomi seseorang,
walaupun status ekonomi juga dapat dinilai dari hal lain. Contoh : Orang
yang memilih makan di PKL cenderung dikategorikan sebagai orang
dengan status ekonomi menengah ke bawah, sedangkan yang makan di
restoran cenderung dikategorikan sebagai orang dengan status ekonomi
menengah ke atas.
4. Menunjukkan status social
Peralatan makan yang digunakan dapat menunjukkan status sosial
pemakainya. Masing–masing negara memiliki peralatan makan yang khas
dan menentukan status sosial pemakainya tetapi ada pula yang tidak
berpengaruh pada status sosial pemakainya. Contohnya antara lain:
a. Peradaban Barat memiliki peralatan makan yang rumit (berkembang kira-
kira awal abad ke-15) dan alat makan tersebut menunjukkan status sosial
pemakainya. Cara makan bagi orang Barat juga terkait dengan struktur
sosial.
b. Peradaban Cina menggunakan alat makan berupa sumpit, tetapi alat
makan ini tidak menunjukkan status sosial pemakainya.
c. Peradaban Jawa sejak awal tidak mengenal alat makan tertentu
(menggunakan tangan) dan hal ini tidak menunjukkan status sosial
seseorang.
5. Menunjukkan budaya
Harris dan Moran (1982) mengemukakan bahwa “cara memilih,
menyiapkan dan memakan makanan sering berbeda antara budaya yang satu
dengan budaya yang lainnya”.Makanan merupakan salah satu karakteristik
budaya.Makanan adalah salah satu bentuk yang disentuh oleh budaya. Dalam
berbagai kebudayaan di dunia menurut Koentjaraningrat (1998) makanan
dapat dilihat dari cara memasak dan cara penyajiannya. Mungkin bahan
mentahnya sama, tetapi dalam cara memasak dan penyajiannya berbeda dan
mungkin namanya pun berbeda. Mengubah cara makan seseorang dari
kelompok budaya satu ke kelompok budaya lain tidaklah mudah, meskipun
bahan mentahnya sama tetapi kalau cara pengolahannya berbeda akan berbeda
pula rasanya, dan belum tentu seseorang dari budaya lain bersedia
makan.Makanan, dalam kebudayaan terdiri dari:
a. Makanan utama contohnya beras, jagung atau sagu.
b. Makanan tambahan contohnya ikan, banyak digunakan oleh kelompok
etnik di luar Jawa. Pengolahan makanan pada masing–masing budaya juga
berbeda, misalnya:
1. Masyarakat Sunda sering dijumpai ikan diolah dengan digoreng
kering.
2. Minangkabau atau Padang, ikan diolah dengan menggunakan santan
kental, misal dimasak rendang atau kari.
3. Etnik Batak, Nias, Manado, Banjar dan Aceh seringkali memasak
makanan dengan rasa pedas.
6. Menunjukkan kepadatan penduduk
Pernyataan ini terkait juga dengan status ekonomi pada suatu daerah
atau negara. Makanan yang dikonsumsi oleh negara yang memiliki
penduduk padat dan tergolong negara miskin, tentunya berbeda dengan
negara maju yang tingkat perekonomiannya lebih baik. Sehingga status gizi
pada negara miskin tergolong buruk dan hal ini disebabkan karena makanan
yang dikonsumsi.
7. Menandai perubahan zaman
Makanan instan yang banyak bermunculan di pasaran menunjukkan
bahwa zaman sudah semakin modern serta menuntut kecepatan dan serba
instan.

2.3 PERAN INDUSTRI KULINER TERHADAP PENDAPATAN NEGARA

Menurut teori kebutuhan Maslow, pangan merupakan salah satu


kebutuhan dasar manusia atau basic needs. Karena termasuk kebutuhan dasar,
maka pemenuhan terhadap pangan menjadi hal mutlak jika manusia ingin tetap
bisa menjaga keberlangsungan hidupnya. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi,
manusia baru akan bisa memikirkan untuk mencapai kebutuhan lainnya.
Kebutuhan bersosialisasi (social needs), percaya diri (self esteem) dan aktualisasi
diri (self actualization) merupakan tiga teratas kebutuhan manusia.
Namun, hal tersebut tampaknya tidak berlaku lagi sekarang. Pangan
bukan lagi produk konsumsi untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia
semata. Pangan saat ini menjadi sebuah gaya hidup baru di kalangan masyarakat.
Pangan berubah menjadi sebuah industri kuliner yang memberikan tidak hanya
cita rasa tapi juga kebutuhan lain manusia untuk bersosialisasi maupun
beraktualisasi. Sebab, industri kuliner yang berkembang saat ini juga
menyediakan ruang bagi konsumen untuk bisa berkumpul dengan komunitasnya
melalui layanan ruangan maupun jasa lainnya.
Industri kuliner saat ini tumbuh sangat subur di Indonesia. Ada beberapa
hal yang mengindikasikan hal tersebut. Hal ini setidaknya terlihat dari pola
konsumsi masyarakat yang mulai bergeser ke masakan dan minuman jadi (BPS,
2012). Selain itu, dari tahun ke tahun, usaha makanan atau restoran terus
meningkat. Sumbangan atau kontribusi sektor kuliner yang masuk dalam kategori
Perdagangan, Hotel dan Restoran dalam PDB juga cukup besar. Tiga sektor
utama pembentukan PDB pada tahun 2008 – 2012 adalah Sektor Pertanian;
Industri Pengolahan; dan Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Ketiga sektor
tersebut mempunyai peran lebih dari separuh dari total perekonomian yaitu
sebesar 56,3% pada tahun 2008, 55,0% (2009), 53,8% (2010) dan 52,8% (2011)
serta 52,3%.Pada semester I tahun 2012. Pada tahun 2011 Sektor Industri
Pengolahan memberi kontribusi terhadap total perekonomian sebesar 24,3%,
Sektor Pertanian 14,7%, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13.8%;
sama halnya pada semester I tahun 2012 komposisi ini tidak mengalami
perubahan yaitu Sektor Industri Pengolahan sebesar 23,6%, Sektor Pertanian
15,0%, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,7% (Data Strategis BPS,
2012).
Pada tahun 2006 saat roadmap industri kreatif disusun, sektor kuliner
belum masuk menjadi salah satu bagian dari industri strategis yang akan
dikembangkan. Hanya ada 14 subsektor yang menjadi perhatian utama
pemerintah (Kemendag, 2008). Saat itu industri fesyen dan periklanan adalah
penyumbang terbesar dalam pertumbuhan industri kreatif di Indonesia. Namun
pada tahun 2011, posisi itu bergeser dan digantikan oleh industri kuliner yang
sudah masuk menjadi subsektor ke 15 dalam industri kreatif. Subsektor kuliner
menyumbangkan pendapatan terbesar bagi industri kreatif di Indonesia atau
sekitar 32,2% dari total kontribusi industri kreatif terhadap PDB pada 2011 atau
sekitar Rp169,62 triliun. Baru kemudian diikuti fesyen dan periklanan (Investor
Daily, 2012).
Masuknya industri kuliner ke dalam bagian dari pengembangan industri
kreatif di Indonesia merupakan kesadaran dari pemerintah akan besarnya potensi
yang ada didalamnya. Selain karena jumlah penduduk Indonesia sebagai pasar
domestik yang besar, Indonesia pun kaya akan keragaman lokal, yaitu beraneka
makanan traditional di tiap daerah. Pertumbuhan restoran atau usaha makanan di
beberapa daerah di Indonesia semakin memperjelas hal ini.
Beberapa Provinsi di Indonesia seperti Sumatera Utara, Riau, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Bali merupakan daerah yang
mempunyai industri kuliner cukup besar. Namun terbesar masih diduduki oleh
DKI Jakarta yang jumlahnya hingga ribuan. Padahal untuk daerah lain, potensi
kuliner lokal masih banyak. Oleh sebab itu, ke depan sektor kuliner masih akan
terus berkembang asalkan potensi lokal ini terus diberdayakan atau difasilitasi.
BAB III

PENUTUP

Kuliner atau yang identik dengan makanan merupakan kebutuhan dasar bagi
kehidupan manusia. Kuliner saat ini tidak hanya berperan sebagai sarana kebutuhan
vital manusia akan tetapi saat ini kuliner telah menjadi gaya hidup masyarakat.
Kuliner saat ini memliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusai seperti fungsi
kesehatan, cermin setatus sosial, politik, kepadatan penduduk, dan perubahan zaman.
Indonesia yang terdiri dari berbagai latar belakang, menjadikan Indonesia kaya akan
kuliner. Kuliner di Indonesia dapat dijadikan identitas suatu daerah. Keberadaan
makan teradisioanal yang ada di Indonesia pada dasranya merupakan hasil pengaruh
dari negara-negara lain seprti cina, india, amerika, arab, dan sebagainya. Kuliner saat
ini memliki kontribusi besar dalam pendapatan negara. Bahkan kontribusi kuliner
terhadap pendapatan negara saat ini hampir sama dengan sekor gas dan minyak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. BAB 11 Tinjauan Pustaka Umum Kuliner. tersedia pada:http//e-


jurnal.unjy.ac.id. diakses pada 3 Mei 2017 pada 13.10
Anonim. Bab II Wisata Kuliner di Kota Bandung. tersedia
pada:Http//elib.unikom.ac.id. Di Akses pada 3 Mei 2017 pukul 13.20.
Besra, Eri. 2012. Potensi Wisata Kuliner dalam mendukung Pariwisata di Kota
Padang. tersedia pada: http//jurnal.umsu.ac.id. Dalam Jurnal Riset
Akuntansi dan Bisnis. Vol 12 No.1. Hal 74-101. Diakses pada 3 Mei 2017
pukul 13.15.

Investor Daily. 2012. Kuliner Beri Pendapatan Terbesar Bagi Industri Kreatif.
Diakses dari http://www.investor.co.id/ Pada 5 Mei 2017 Pukul 18.30.
Kelompok Kerja Indonesia Design Power – Departemen Perdagangan. 2008.
Rencana Kerja Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025. Departemen
Perdagangan RI. tersedia pada :http://www.budpar.go.id. pada 4 Mei 2017
pada 05.15.
Kurniawan, Fajri. 2010. Potensi Wisata Kuliner dalam Pengembangan Pariwisata di
Yogyakarta. Solo: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Munifa dkk. 2015. Gizi Kuliner Dasar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anonim. 2010. Perkembangan Usaha Restoran / Rumah Makan Berskala Menengah


Dan Besar Menurut Provinsi Tahun 2007. Tersedia di
http://www.budpar.go.id. Diakses pada 5 Mei 2017 pukul 18.45
Primasari, Astri. Promosi Kuliner Lokal Sebagai Daya Jual Pariwisata Indonesia
untuk Backpacker Asing. Bandung: Fakultas Seni Rupa ITB.
Rahmawaty, Utami. Pelestarian Budaya Indonesia Melalui Pembangunan Fasilitas
Pusat Jajanan Tradisional Jawa Barat. Bandung: ITB.
Soenardi, Tuti. 2014. Aspek Kuliner dan Citarasa Makanan pada Pelayanan
Gizi.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai