2019030901
2019
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis telah
menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Akulturasi Budaya Asing Terhadap
Masakan Nusantara". Alhamdulillah tepat pada waktunya dengan mata pelajaran
dasar Bahasa Indonesia. Makalah ini berisikan makalah penulisan yang bergerak
di bidang Kuliner dan Budaya. Oleh karena itu, penulis berharap semoga makalah
ini bisa menambah pengetahuan kepada para pembaca.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar………………………………………………………….... i
Daftar Isi………………………………………………………………...… ii
BAB 1 Pendahuluan…………………………………………………....... 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………......3
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………3
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………..3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masakan Indonesia memiliki sejarah panjang meskipun
kebanyakan dari mereka tidak terdokumentasi dengan baik, dan sangat
bergantung pada praktek lokal dan tradisi lisan. Contoh yang jarang
terjadi, ditunjukkan oleh masakan Jawa yang agak memiliki tradisi kuliner
yang terdokumentasi dengan baik. Keragaman berkisar dari bakar batu
kuno atau ubi bakar dan babi hutan yang dipraktekkan oleh suku Papua di
Indonesia bagian timur, hingga masakan perpaduan Indonesia
kontemporer yang canggih. Keragaman etnis kepulauan Indonesia
memberikan kombinasi yang eklektik - pencampuran budaya lokal Jawa,
Sunda, Bali, Minang, Melayu dan tradisi masakan asli lainnya, dengan
berabad-abad bernilai kontak asing dengan pedagang India, migran Cina,
dan kolonial Belanda.Beras telah menjadi kebutuhan pokok bagi
masyarakat Indonesia, karena relief abad ke-9 Borobudur dan Prambanan
menggambarkan pertanian padi di Jawa kuno. Hidangan kuno disebutkan
di banyak prasasti Jawa dan sejarawan telah berhasil mengartikan sebagian
dari mereka. Prasasti-prasasti dari Medang Mataram sekitar abad 8 sampai
10 menyebutkan beberapa hidangan kuno, antara lain sate (daging sate
kerbau cincang, mirip dengan sate lilit Bali hari ini), masakan madura
(daging kerbau direbus dengan gula aren manis), dan dundu puyengan
(belut dibumbui dengan kemangi lemon). Juga berbagai masakan (daging
panggang) kbo (kerbau), kijang / knas (rusa) atau wḍus (kambing).
Hidangan sayuran kuno lainnya termasuk rumwah-rumwah (lalap),
dudutan (sayuran mentah) dan tetis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian makanan nusantara ?
2. Apa pengertian akulturasi budaya?
3. Bagaimana proses terjadinya makanan nusantara?
4. Bagaimana terjadinya akulturasi budaya?
5. Apa saja hasil dari akulturasi budaya?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Multikulturalisme
1. Pengertian Multikulturalisme
Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa apa pun hasil karya manusia
dapat disebut sebagai bagian dari kebudayaan. Misalnya, ketika
menghadiri wisuda kelulusan sekolah, sebagian besar perempuan
Indonesia akan memakai baju kebaya, sedangkan pihak laki-lakimemakai
jas bewarna hitam. Oleh karena itu, kebaya dan jas bisa dikatakan sebagai
budaya dalam bentuk karya manusia.
b) Akulturasi Budaya
Istilah akulturasi, atau acculturation atau culture contact,
mempunyaiberbagai arti di antara para sarjana antropologi, tetapi
semua sepaham bahwa konsep itu mengenai proses sosial yang
timbul bila suatu kelompok manusiadengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatukebudayaan
asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsurkebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu
sendiri (Koentjaraningrat, 2010: 89).
Proses sosial yang terjadi bila manusia dalam suatu masyarakat
dengan suatu kebudayaan tertentu dipengaruhi oleh unsur-unsur
dari suatu kebudayaan asing yang sedemikian berbeda sifatnya,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tadi lambat-laun
diakomodasikan dan integrasikan kemdalam kebudayaan itu
sendiri tanpa kehilangan kepribadian dari kebudayaan sendiri,
disebut penelitian mengenai gejala akulturasi.
PEMBAHASAN
a) Sup brenebon
2. Bistik.
3. Lapis Legit
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolonialisme Belanda yang ada di Jawa pada abad ke 19
memunculkan kebudayaan baru yakni kebudayan Indis, salah satunya
terdapat dalam resep masakan Jawa. Meski budaya Jawa khususnya resep
masakan Jawa mendapat pengaruh dan pergeseran budaya namun tidak
membuahkan perubahan yang sangat tajam. Perubahan dan pengaruh
budaya Jawa dari budaya asing selalu disaring dan disesuaikan dengan
kepribadian orang – orang Jawa yakni dengan menggunakan local genius.
Proses akulturasi budaya Belanda – Jawa pada kuliner sup dan bistik
terjadi karena adanya adaptasi masyarakat belanda yang menetap di Jawa
dan begitu pula sebaliknya yang saling menyesuaikan.
Masakan Jawa kebanyakan menggunakan bahan lokal yang mudah
didapatkan. Kalaupun masakan tersebut berasal dari luar biasanya
mengalami adaptasi dengan menggunakan bahan lokal. Memasak dengan
menggunakan bahan lokal dapat mensuplai keberadaan bahan baku
maupun bahan pendukung tidak bergantung pada negara lain. Menu
masakan Sup dan Bistik Jawa yang ada beraneka rasa di Jawa merupakan
hasil dari adopsi resep masakan Eropa (Belanda). Sup, Bistik dan Lapis
Legit Jawa merupakan hasil akulturasi budaya, yakni perpaduan resep
Eropa dan resep masakan Jawa. Meskipun hasil perpaduan dari dua
budaya, yakni paduan resep masakan Eropa (Belanda) dengan resep
masakan Jawa, namun Sup, Bistik dan Lapis Legit Jawa yang ada di Jawa
ini memiliki ciri khas sendiri dan berbeda dengan ala Eropa (Belanda).