Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SKRIPSI

EKSISTENSI TARI COKEK SEBAGAI HASIL AKULTURASI ANTARA BUDAYA


TIONGHOA DENGAN BUDAYA BETAWI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam Seminar Proposal Skripsi

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab

Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Oleh:

FAJAR RIZQI

NIM. 181350019

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2022 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT, sang pencipta dan pengatur segalanya,
atas izin, rahmat dan hidaya-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa ditujukan atas Nabi Muhammad,
keluarga, para sahabat, dan siapa saja yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman

Penulisan proposal skripsi ini yang berjudul “Eksistensi Tari Cokek sebagai hasil
Akulturasi antara Budaya Tionghoa dengan Budaya Betawi” dalam penulisan ini, saya
memohon maaf apabila dalam penulisan Proposal Skripsi ini masih banyak kesalahan.

Mudah-mudahan Proosal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
khususnya bagi penulis sendiri. Oleh karena itu, saya juga dengan terbuka dan senang hati
menerima kritk dan saran dari semua pihak, guna membangun dan memperbaiki setiap
kesalahan dari proposal Skripsi ini.

Serang, 7 Februari 2021

Fajar Rizqi
OUTLINE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kajian Pustaka
E. Kerangka Pemikiran
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penelitian

BAB II SEJARAH LAHIRNYA TARI COKEK

A. Latar belakang lahirnya Tari Cokek


B. Perkembangan Tari Cokek dari masa ke masa
C. Eksistensi dan upaya pelestarian Tari Cokek masa kini

BAB III TARI COKEK SEBAGAI HASIL AKULTURASI BUDAYA MASYARAKAT


TIONGHOA DAN BETAWI

A. Perspektif Masyarakat Betawi dan Tionghoa terhadap Tari Cokek


B. Proses Akulturasi Tari Cokek melalui Budaya Tionghoa dan Betawi
C. Nilai-nilai luhur dan Nilai pendidikan sosial moral Tari Cokek bagi masyarakat

BAB IV MAKNA DAN FUNGSI STRUKTUR GERAK DAN BUSANA TARI COKEK

A. Makna dan fungsi Rangkai gerak Tari Cokek


B. Makna dan fungsi Busana Rias Tari Cokek
C. Nilai-nilai Kebudayaan yang terkandung dalam Tari Cokek
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Buddhayah yang arti lainnya
(budi dan akal). Dengan keduanya, kebudayaan bisa diciptakan manusia, dimana
dalam pengertiannya Budaya adalah hasil dari suatu akal budi yaitu yang berupa
Karya, rasa dan cipta dalam interaksinya baik dengan alam atau antara manusia
lainnya. Negara Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan yang mulanya
terbentuk dari berbagai macam keanekaragaman suku, bahasa maupun ras, sehingga
dari hal tersebut memiliki berbagai macam nilai, karakteristik dan ciri khas yang
sesuai dengan asal kebudayaan daerahnya masing-masing atau sering dikenal dengan
istilah kebudayaan daerah. 1Tentunya dalam keberagaman masyarakat yang majemuk
merupakan sesuatu yang alami bahkan harus dipandang fitrah dalam keseharian
kehidupan manusia. Pengembangan multikultularisme harus dibentuk dan ditanamkan
dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. 2
Bila kita berbicara mengenai suatu perkembangan Budaya dan munculnya
suatu Budaya, tidak terlepas dari proses campur tangan manusia dengan
lingkungannya, perdebatan munculnya Budaya dalam lingkup kehidupan manusia,
telah pula melahirkan perdebatan baru, manakah yang mendahului dan mempengaruhi
pola Budaya manusia itu, apakah lingkungan yang mempengaruhi ataukah sebaliknya
yaitu manusia yang mempengaruhi. 3
kebudayaan merupakan suatu fenomena
universal, dalam kenyataannya setiap masyarakat atau bangsa didunia ini memiliki
suatu kebudayaan, meskipun corak dan bentuknya berbeda-beda antara satu sama lain.
Setiap kebudayaan tersebut, sehingga antara
masyarakat dan kebudayaan keduanya tidak dapat dipisahkan. 4
Indonesia sebagai bangsa yang majemuk harus memiliki peranan penting
dalam menyaring nilai-nilai yang tidak perlu dalam kebudayaan, sehingga mampu
mempertahankan eksistensi Kebudayaan Indonesia. Namun dengan masuknya suatu
alur Budaya asing ke Indonesia sebagai akibat derasnya arus globalisasi sedikit
1
Herdin Muhtarom, Menelisik Kebudayaan Banten melalui pemanfaatan media virtual, Jurnal Budaya
Nusantara, Vol. 4 No. 2, 2021, hlm. 217
2
Mahdeyani dkk. Manusia dan kebudayaan (manusia dan sejarah kebudayaan, manusia dalam
keanekaragaman budaya dan peradaban, manusia dan sumber penghidupan), Universitas Islam Negeri Jambi,
jurnal manajemen pendidikan Islam, Vol. 7, no. 2, 2019, hlm. 154
3
Achmad Hidir, Antropologi Budaya perspektif Ekologi dan perubahan Budaya, “E-book”, (Riau:
pusat pengembangan pendidikan, Universitas Riau, 2009), hlm. 13
4
Mahdeyani dkk. Manusia dan kebudayaan (manusia dan sejarah kebudayaan, manusia dalam
keanekaragaman budaya dan peradaban, manusia dan sumber penghidupan), Universitas Islam Negeri Jambi,
jurnal manajemen pendidikan Islam, Vol. 7, no. 2, 2019, hlm. 155
mengancam eksistensi Kebudayaan daerah di Indonesia. pengaruh tersebut berjalan
dengan sangat cepat dan berdampak begitu luas terhadap sistem budaya di Indonesia,
adapun dampaknya dapat berupa positif maupun negatif. 5Tak terkecuali Tari Cokek
yang merupakan suatu kesenian Tari yang dimiliki bangsa Indonesia yang kini
eksistensinya harus kita tanyakan ditengah cepatnya alur globaissi seperti sekarang
ini, tentunya sebagai masyarakat yang mencintai kebudayaan bangsa Indonesia kita
harus bisa mempertahankan dan melestarian kebudayaan ditengah era globalisasi
seperti sekarang ini.
Akulturasi atau Acculturation atau bisa juga disebut culture contact, diartikan
oleh sarjana Antropologi sebagai proses sosial yang timbul bila adanya suatu
kelompok manusia dihadapkan dengan sesuatu kebudayaan tertentu dengan unsur-
unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing lambat laun akan diterima tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian budaya yang sudah ada sejak awal. 6 Untuk dapat menghasilkan sebuah
akulturasi yang baik dan benar perlu adanya suatu proses sosial, proses sosial di
tengah masyarakat yaitu ditandai dengan dinamika komuikasi.7 Akulturasi ini telah
terjadi pada budaya Betawi dengan Tionghoa melalui seni Tari Cokek.
Betawi merupakan salah satu etnis di Indonesia yang kaya dengan
keanekaragaman budaya, kultur dan bahasa. Ada berbagai macam tafsiran dan
pemahaman tentang Betawi, mulai dari yang positif hingga negatif, ada yang
mengatakan bahwasanya penduduk Betawi itu majemuk, artinya percampuran darah
berbagai suku bangsa dan bahasa asing, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa
Betawi bukanlah suatu suku bangsa, akan tetapi hanyalah komunitas dari beragam
akulturasi. Beberapa penelitian tentang masyarakat Betawi mengatakan bahwa
Kebudayaan Betawi sarat akan pengaruh budaya dari Belanda, Cina, Arab, India,
Portugis dan Sunda. Dikatakan pula bahwa baju Betawi yang berwarna merah
mengadopsi Budaya Cina. Sepintas, kata-kata dalam dialek Betawi berkesan dialek
Tionghoa.8 Orang Betawi sangat menghargai budaya turun temurun yang mereka
warisi, terbukti dengan kebanyakan warga yang masih memainkan peran kebudayaan

5
Donny Ermawan, pengaruh globalisasi terhadap eksistensi daerah di kebudayaan Indonesia, Jurnal
Kajian Lemhannas RI, edisi 23, 2017, hlm. 6-7
6
Koentjaraningrat, Pengantar ilmu Antropologi, E-book, (Jakarta, Aksara Baru, 1980), hlm. 247
7
Ali Abdul Rodzik, Akulturasi Budaya Betawi dengan Tionghoa, “Skripsi” Jurusan Komunikasi dan
penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008, hlm. 248
8
Mita Purbasari, Indahnya Betawi, Jurusan desain Komunikasi visual, fakultas komunikasi dan visual,
universitas Bina Nusantara, 2010, Jurnal Humaniora, Vol. 1 no. 1. Hlm. 2
yang diwariskan dari masa ke masa. Suku Betawi sebagai warga asli Jakarta
tersingkarkan oleh kaum pendatang, dan mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke
wilayah-wilayah terdekat seperti Banten dan Jawa Barat. berbagai kesenian Betawi
digemari dan dapat berkembang oleh khalayak umum, bukan hanya masyarakat
Betawi, kesenian Betawi tersebut seperti halnya Tari Cokek, Lenong, Tari Topeng
Betawi, Tari Silat dan masih banyak lagi. 9Kemilau Kebudayaan Betawi yang
berakulturasi dengan Budaya Tionghoa mendorong penulis untuk mencari lebih tahu
lebih banyak informasi tentang hubungan antara Budaya Betawi dengan Tionghoa,
baik melalui Sejarah, penduduk, kesenian dan kultur keseharian mereka.
Bicara Budaya Etnis Tionghoa, bisa dikatakan hidup dan berkembang seirama
dengan perkembangan bangsa Indonesia,10 baik itu latar belakang, budaya, sejarah,
adat istiadat, wilayah domisisli, karakteristik etnik Tionghoa bisa mempengaruhi dan
memposisikan diri dengan budaya sekitar tanpa mengurangi identitas budayanya. 11
Budaya Tionghoa meresap erat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, Kebudayaan
Tionghoa merupakan budaya gabungan dari berbagai suku bangsa yang bersatu
membentuk kebudayaan China itu sendiri, Kebudayaan Etnis Tionghoa sendiri telah
berasimilasi dengan kebudayaan indonesia, namun corak khas dari kebudayaan etnis
Tionghoa, tetap melekat sebagai sumber kebudayaan dari China. 12
Etnis Tionghoa
turut menjadi bagian dari pembentukan masyarakat Betawi yang berperan dalam
asimilasi kebudayaan Betawi itu sendiri, kesenian Tari Cokek adalah hasil dari
asimilasi tersebut, adapun perubahan bentuk dan fungsi Tari Cokek dari waktu ke
waktu turut dipengaruhi kebijakan masyarakat dan pemerintahan. 13contohnya adalah
dalam salah satu kesenian Betawi yang telah berakulturasi yaitu Tari Cokek yang
akan menjadi pembahasan dalam skripsi ini.
Tari Cokek merupakan salah satu kesenian Betawi yang sifatnya dinamis, Tari
Cokek merupakan salah satu kesenian khas Betawi yang menjadi bagian dari budaya
betawi itu sendiri yang dihasilkan melalui proses akulturasi atau bisa dikatakan
9
Hermansyah Muhasyim, mengenal seni dan budaya betawi, “E-book” (Jakarta Timur, Lestari
Kiranatama: 2011), hlm. 11-12
10
Olivia, ringkasan umum kebudayaan masyarakat Tionghoa di Indonesia, (Depok, PT Kanisius:
2020), hlm. 2
11
Symphoni Akelba Christian, Identitas Budaya orang Tionghoa Indonesia, Jurnal Cakrawala
Mandarin, vol. 1, no. 1, 2017, hlm. 12
12
Bima Renditya Wardana, Akulturasi Budaya masyarakat Tionghoa dengan masyaraiat pribumi di
desa karagturi, kecamatan Lasem, kabupaten Rembang, “skripsi” jurusan politik dan kewarganegaraan fakultas
ilmu sosial, Universitas Negeri Seamarang, 2017. Hlm. 23
13
Nurul Rohmawati, Cokek sebagai pengaruh Penetration pasipique etnis Tionghoa di Betawi, Jurnal
Budaya Etnika, vol. 2 no. 1, 2018, hlm. 21
terpengaruhnya suatu budaya oleh kebudayaan lainnya. Adapun dalam pembahasan
Skripsi ini yaitu terjadinya suatu proses akulturasi antara budaya Betawi dengan
budaya Tionghoa.14 Tari cokek sebenarnya merupakan sebuah Tari sosial atau
pergaulan yang berfungsi sebagaI hiburan. Tari cokek biasanya dipertunjukkan ketika
ada acara-acara besar seperti pernikahan, sunatan atau penyambutan tamu-tamu
spesial yang datang.15 Seiring dengan perubahan zaman dan sifat kebudayaan yang
bersifat dinamis, sehingga Tari Cokek sudah banyak mengalami perubahan karena
adanya faktor pengaruh dari Budaya lain dan globalisasi yang saat ini kita alami.
Perubahan Tari Cokek terlihat dari gerak, kostum, rias, dan musik pendukung tarian
Cokek itu sendiri. 16
makna komunikasi nonverbal pada Tari Cokek mengalami
perubahan makna yang sebelumnya memiliki unsur negatif berkaitan dengan
sensualitas dan minuman keras sekarang ini telah hilang dan berganti dengan pesan
moral dan bertujuan untuk hiburan semata. 17
Skripsi ini membahas eksistensi Tari Cokek sebagai salah satu warisan
Budaya Betawi yang merupakan hasil akulturasi dengan budaya masyarakat
Tionghoa. Dalam penelitian ini tentunya akan dijelaskan bagaimana kebudayaan
masyarakat Tionghoa bisa mempengaruhi Tari Cokek, dalam penelitian ini juga
memaparkan pandangan dari dari kedua masyarakat yaitu Betawi dan Tionghoa. Serta
usaha-usaha pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah agar
eksistensi dari Tari Cokek tetap terjaga, penelitian ini juga bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana pengaruh Budaya Tionghoa pada Tari Cokek, juga
menjelaskan bagaimana asal mula hingga perkembangan Tari Cokek hingga saat ini
oleh masyarakat Tionghoa dan Betawi, disamping itu penelitian ini juga di harapkan
dapat menjadikan suatu ketertarikan bagi penulis dan pembaca mengenai Tari ini.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, ada beberapa poin
yang perlu diteliti mengenai EKSISTENSI TARI COKEK SEBAGAI HASIL
AKULTURASI ANTARA BUDAYA BETAWI DENGAN TIONGHOA, dari
14
Nurul Rohmawati, Fenomena Tari Cokek di Jakarta, Institut seni budaya Indonesia, Jurnal Ilmiah
seni budaya, vol. 1, no. 2, 2016, hlm. 100
15
Clarissa Amelnda, Eksistensi Tari cokek sebagai hasil akulturasi antara budaya betawi dengan
Tionghoa, “Makalah non seminar” fakultas ilmu pengetahuan Budaya Program Studi China, Depok, 2014, hlm.-
16
Sri Ayu Yunuarti, Tari Cokek di sanggar sinar Betawi padepokan taman mini Jakarta Timur,
:skripsi” Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia, 2014. Hlm. -
17
Muhammad Irfan Noerochman, makna komunikasi nonverbal dalam kesenian Tari Cokek suku
Betawi, “Thesisi Diplooma” Universitas komputer Indonesia, 2017. hlm -
judul tersebut kemudian diuraikan menjadi bebrapa sub permasalahan yakni sebagai
berikut;
1. Bagaimana Sejarah lahirnya Tari Cokek?
2. Bagaimanakah proses terjadinya akulturasi budaya masyarakat Tionghoa
dan Betawi melalui Tari Cokek?
3. Apa makna dan fungsi struktur gerak dan busana Tari Cokek ?

C. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan diatas
tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Sejarah lahirnya Tari Cokek
2. Untuk mengetahui proses terjadinya akulturasi budaya masyarakat
Tionghoa dan Betawi melalui Tari Cokek
3. Untuk mengetahui makna dan fungsi gerak dan busana Tari Cokek
D. Kajian Pustaka
Terdapat beberapa Kajian Pustaka terdahulu yang penulis temukan dalam
mengkaji tentang kesenian Tari Cokek ada beberapa skripsi dan Jurnal. Namun, untuk
saat ini penulis belum menemukan buku khusus yang membahas Tari Cokek. Akan
tetapi, ada beberapa buku yang hanya membahas Kebudayaan masyarakat Betawi dan
Tionghoa yang memang dalam perjalanannya berakulturasi satu sama lain. Berikut
Kajian`Pustaka yang penulis temukan diantaranya:
Terdapat beberapa tulisan yang mengkaji Tari Cokek yang penulis temukan,
salah satunya yang membahas dan mencoba menguraikan beberapa budaya Tionghoa
yang dapat kita lihat di Indonesia, kebudayaan Tionghoa kemudian berkembang dan
berbaur menjadi budaya etnis Tionghoa Indonesia dengan ragam ciri khas masing-
masing kemudian membentuk budaya baru yang mengandung kearifan budaya lokal.
Kajian ini penulis temukan di buku karya Olivia, S. E., M.A. yang berjudul
Ringkasan umum Kebudayaan masyarakat Tionghoa di Indonesia, dan buku karya
Hermansyah Muhasyim SE dan Iwan Solihin, S.T. yang berjudul Mengenal seni dan
Budaya Betawi, dalam buku tersebut membahas mengenai Betawi secara mendalam.
Baik, Sejarah Betawi, wilayahnya, Seni, Budaya, Perkampungan Betawi, batik dan
pakaian adat Betawi. Buku tersebut bisa menambahkan khasanah pengetahuan
mengenai kebudayaan Betawi salah satunya ialah Tari Cokek.
Membahas tentang Konsep penciptaan dan tahapan Tari Cokek melalui
gerakan. Baik itu konsep dasar Tari, konsep dasar tari dan busana maupun tata rias
penari. Kajian ini penulis temukan dalam skripsi karya Gita Indah Hapsari yang
berjudul NCIBOHAN dan ada juga skrispsi karya Sri Ayu Yunuarti yang berjudul
Tari Cokek di sanggar sinar Betawi padepokan taman mini Jakarta Timur, dalam
skripsi tersebut membahas berdasarkan pengamatan terhadap apresiasi seni Budaya
khas Betawi, mengenai bagaimana latar belakang lahirnya Tari Cokek, penyajian Tari
Cokek masa kini segi gerak dan sebagainya yang fokus penelitiannya berpusat di
padepokan Taman Mini Jakarta Timur.
Jurnal yang penulis temukan yang membahas mengenai Tari Cokek sebagai
salah satu kesenian Betawi yang mengalami dinamika sebagaimana kesenian lainnya,
dinamika tersebut terletak pada penyajian pertunjukkan Tari Cokek dan peran Tari
Cokek sekarang ini yang dijadikan sebuah karya kreasi baru yang relatif lebih disukai
masyarakat fokus penelitian jurnal ini di Jakarta. kajian ini penulis temukan dalam
jurnal karya Nurul Rohmwati yang berjudul Fenomena Tari Cokek di Jakarta.dan
Jurnal Karya Nurul Rohmaawati yang berjudul cokek sebagai pengaruh penetration
pasipique etnis Tionghoa di Betawi, yang membahas proses aklurasi Budaya Betawi
dan Tionghoa dengan cara damai tanpa adanya paksaan, penetration pasique
berdasarkan pembacaan penelitian terhadap kesenian cokek yang menjadi bagian
unsur Kebudayaan Betawi sebagai bentuk signifikan masyarakat Betawi.

E. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mencoba mencari tahu tentang suatu identifikasi kebudayaan
yang berakulturasi satu sama lain, untuk mencari tahu jawaban dari penelitian ini
perlu didapatkan dan dijelaskan teori yang berkaitan dengan judul penelitian ini.
Melalui kerangka pemikiran, peneliti bisa menggambarkan pola pikir dengan
menggabungkan teori atau konsep dengan fenomena yang ingin diteliti. Kerangka
pemikiran menggambarkan suatu urutan penyelesaian masalah dengan cara-cara
menemukan jawaban penelitian. Berikut kerangka pemikiran yang coba peneliti
uraikan;
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, arti kata eksistensi ialah keberadaan,
keadaan, adanya.18 Kata dasar eksistensi adalah eksist yang berasal dari bahasa latin
yaitu ex yang berarti keluar dan sister yang berarti sendiri. Jadi bisa disimpulkan
18
kamus besar bahasa Indonesia KBBI, “eksistensi” Diakses dari: Https://kbbi.web.id/eksistensi.html
eksistensi adalah sendiri atau bisa diartikan dengan keluar dari dirinya sendiri,
manusia sadar dengan dirinya sendiri, ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pemikiran
seperti ini bila dalam bahasa Jerman disebut dengan dasein (da artinya disana, sein
artinya berada). Tentunya eksistensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
eksistensi budaya.19 Selanjutnya Eksistensi kesenian memiliki kontribusi terhadap
identitas pada peradaban budaya masyarakat. Tentunya eksistensi memiliki makna
yang sangat luas cakupannya. Namun, dalam penelitian ini eksistensi hanya akan
dilihat dari sudut pandang budaya dilingkungan masyarakat suku Betawi dan Etnis
Tionghoa melalui Tari Cokek.
Secara harfiah, bisa dikatakan tari adalah sebuah proses penciptaan gerak
tubuh yang berirama dengan diirngi musik yang berlandaskan rasa dan karsa. Menurut
Soedarsono, seni tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan dalam
bentuk gerakan tubuh yang ritmis dan indah. Sementara itu menurut Yulianti Parani
tari merupakan gerak ritmis seluruh atau sebagian dari tubuh yang baik secara
individu maupun dilakukan secara berkelompok yang disertai ekspresi tertentu. 20
Menurut sumber yang peneliti dapatkan dari buku Mengenal seni tari, tari adalah
ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media
gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ekspresi ungkapan si
pencipta.21 Tari juga adalah suatu unsur kebudayaan yang tidak akan lepas dalam
kehidupan masyarakat, sebab tari merupakan satu kesatuan yang utuh didalamnya. 22

Tari pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas dan hasil cipta masyarakat
dari bentuk-bentuk kebudyaan yang telah ada. memahami suatu konsep dalam tari
merupakan aspek terpenting dalam mempelajari suatu seni tari. 23 Dalam penelitian ini
akan terfokus pada kajian Tari Cokek sebagai sumber bahasan penelitian ini.
Deskripsi Tari Cokek adalah salah satu tarian yang klasik dari masyarakat Betawi di
Jakarta maupun Tangerang. Tarian ini merupakan suatu tarian pergaulan masyarakat
Betawi untuk memeriahkan adat atau pesta mereka. Seperti dijelaskan di latar

19
Nurnaningsih, Eksistensi budaya Cempe kaneve (pertukaran seperangkat pakaian bayi)
dimasyarakat desa O’o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima tahun 2019. “SKRIPSI” Program studi pendidikan
Geografi FAKULTAS KEGuruan dan ilmu pendidikan Universitas muhammadiyah mataram. 2019. Hlm. 9
20
Dinas pendidikan, pemuda, olahraga dan pariwisata, Kamus istilah tarian melayu, (Banyuain: p. Ratu
bangsawan, 2018). Hlm. ix
21
Keni Andewi, Mengenal seni tari, (Semarang: Mutiara aksara, 2019), hlm. 2
22
Muryanto, mengenal seni Tari Indonesia, (semarang: Alprin, 2019), Hlm. 1
23
Keni Andewi, Mengenal seni tari, (Semarang: Mutiara aksara, 2019), hlm. 1
belakang bahwasanya Tari Cokek merupakan perpaduan antara unsur tari tradisional
Tionghoa, Sunda, Betawi, dan juga Pencak Silat. 24
Istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin yaitu acculturate yang berarti
tumbuh dan berkembang bersama. Sedangkan secara umum pengertian akulturasi
adalah perpaduan antar budaya yang dikemudian hari menghasilkan suatu kebudayaan
baru tanpa menghilangkan unsur asli dari kebudayaan tersebut. Menurut kamus besar
Bahasa Indonesia Akulturasi budaya adalah hasil interaksi manusia berupa
percampuran antara berbagai macam kebudayaan secara perlahan-lahan menuju
kepada suatu bentuk budaya baru. Menurut Koentjaningrat, akulturasi adalah proses
sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah
kembali ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
budaya itu sendiri.25 Akulturasi Budaya yang terpusat pada penelitian ini terfokus
kepada akluturasi yang terjadi antara Budaya masyarakat Betawi dan Tionghoa
sebagai hasil aulturasi dari budaya tersebut adalah Tari Cokek yang menjadi topik
pembahasan penelitian ini.
Kata “budaya” atau “kebudayaan” atau “kultur” dalam bahasa Inggris culture
dan dalam bahasa Chinese Wenhua. Budaya dalam bahasa Tionghoa berasal dari dua
huruf yaitu wen dan hua, yang dalam pengertian kamus bahasa Mandarin modern
artinya keseluruhan kekayaan material, dan kekayaan immaterial yang diciptalan oleh
umat manusia dalam proses sejarah perkembangannya bermasyarakat. Kekayaan
immaterial adalah karya, sastra, seni, pendidikan, ilmu pengetahun dan lain
sebagainya. Tionghoa atau bisa disebut Tionghwa adalah sebutan di Indonesia untuk
orang-orang dari suku atau bangsa Tiongkok, orang-orang yang berasal dari China
dan pergi merantau biasanya disebut sebagai orang Tionghoa perantauan 26 atau
Hoakio27. Kata Tionghoa sendiri akhirnya merujuk pada sebuah masyarakat yang
tidak sepenuhnya Cina. 28
kebudayaan Tionghoa dalam hal ini merujuk kepada suatu

24
Ilham setyo Nugroho, Tari Cokek sebagai kesenian Betawi, universitas negeri Malang Fakultas
Teknik urusan Teknik Elektro, 2016, hlm -
25
Mage Budiana Setiawan dkk. Akulturasi Kebudayaan pada masyarakat di wilayah 3T: Peran PKBM
terhadap perubahan sosial budaya masyarakat, kementerian pendidikan dan kebudayaan, 2017, hlm. 1
26
Sugiri kusteja, istilah Tiongkok, Tionghoa, China, Chinese, dan China, diakses dari; http://budaya-
tionghoa.net. Pada tanggal 16 februaru 2022.
27
Istilah untuk Cina perantauan
28
Olivia, ringkasan umum kebudayaan masyarakat Tionghoa di Indonesia, (Depok, PT Kanisius:
2020), hlm. -
jenis kebudayaan peranakan Tionghoa yang berakulturasi dan berasimilasi dengan
kebudayaan yang ada di Indonesia dan selanjutnya berkembang. Kebudayaan
Tionghoa adalah mahakarya yang berasal dari orang Tionghoa dalam sejarah
perkembangannya yang amat panjang dan merupakan kristalisasi kecerdasan serta
daya cipta orang Tionghoa. 29
Kata Betawi berasal dari kata ‘Batavia’ yaitu merujuk pada nama lama kota
jakarta pada masa Hindia Belanda. kata Betawi dipakai untuk suatu suku asli yang
menghuni daerah Jakarta dan sekitarnya. Suku Betawi sebenarnya berasal dari hasil
perkawinan antar etnis dan bangsa lain di masa lalu. Kelompok etnis ini lahir dari
perpaduan berbagai macam kelompok etnis lain yang sudah dahulu menghuni Jakarta.
Seperti orang Sunda, Arab, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, Melayu dan
Tionghoa. Namun, secara biologis bagi keturunan kaum beradarh campuran aneka
suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavialah yang telah mengaku
sebagai orang Betawi. Orang yang dikatakan suku Betawi itu sebenarnya terhitung
pendatang baru di Jakarta. 30
Kebudayaan Betawi meliputi berbagai aspek kehidupan
masyarakat Betawi yang merupakan hasil atau gagasan dan karya baik fisik maupun
non fisik berupa kesenian, adat istiadar, folklor kesastraan dan bahasa. 31
Betawi
memiliki seni dan kebudayaan yang beragam salah satunya adalah Tari Cokek yang
menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini.

F. Metode Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah budaya, yaitu segala sesuatu yang memang
berkaitan dengan perilaku manusia dan keyakinannya. Termasuk didalamnya terdapat
banyal hal yaitu bahasa, ritual, seni, interaksi manusia yang ada dalam kebudayaan itu
sendiri dan tahapan kebudayaan. Dalam penelitian ini akan menggunakan penelitian
Antropologi Budaya32 dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor mendifinisikan metode kualitatif adalah

29
Liu Wellin, pengertian budaya: budaya Tionghoa, forum budaya dan sejarah Tionghoa, diakses dari
http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/1876-pengenrtian -budaya-budaya-tionghoa, pada tanggal 16
februari 2022
30
Hermansyah Muhasyim, mengenal seni dan budaya betawi, “E-book” (Jakarta Timur, Lestari
Kiranatama: 2011), hlm.2
31
Budiman Mahmud Mustofa, strategi pengembangan kebudayaan Betawi di era revolusi industri 4.0,
‘Seminar Nasional teknologi terapan onovasi dan rekayasa’, program studi pariwisata universitas indonesia,
2019, hlm. 415
32
Antropologi Budaya lebih berhubungan dengan seni, literatur, sastra tentang bagaimana suatu
kebudayaan mempengaruhi pengalaman diri sendiri dan kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman
yang lebih lengkap terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat.
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sementara itu, pendekatan
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik itu fenomena ilmiah atau
rekayasa manusia. 33
Antropologi Budaya menjelaskan hubungan timbal balik antara
manusia dan kebudayaan pada suatu masa dan ruang tertentu.. 34
Antroplogi Budaya
fokus pada studi antropologi yang mempelajari kebudayaan, interaksi, cara hidup
manusia dengan masyarakat. menurut Koenjtaningrat (1958), antropologi budaya
terdiri dari 4 sub-ilmu, salah satunya adalah culture and personality yang membahasa
karakteristik pribadi manusia dengan kebudayaannya. 35
antropologi budaya
bertujuam mempelajari manusia dalam berkebudayaan. Metode ini digunakan untuk
penelitian bagaimana manusia dalam hal ini suku Betawi dan Tionghoa bisa
mempengaruhi kebudayaan melalui akulturasi yaitu Tari Cokek.
Metode pengumpulan data merupakan langkah penting dalam melakukan
penelitian, karena data yang terkumpul akan dijadikan bahan analisis dalam suatu
penelitian. Metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan
menggunakan teknik-teknik berikut ini:
1. Teknik Pengunpulan Data
a. Kajian kepustakaan
Kajian pustaka tentunya harus meninjau seluruh permasalahan
penelitian, sehinggan dengannya dapat mendukung pembahasan dan
pemecahan masalah secara tuntas. Ini dapat berkaitan dengan
memanfaatkan berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan penelitian,
contohnya dari buku, jurnal, skripsi, dan sumber-sumber yang berupa
media masa lainnya. 36
b. Observasi atau pengamatan terlibat (participant observation)
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data melalui metode
kualitatif. Observasi berrati mengumpulkan data langsung dari lapangan.
Data yang diobservasi bisa berupa gambaran tentang sikap, kelakuan,
perilaku, sikap, tindakan keeluruhan interaksi antar manusia, proses
33
Moleong, L, J. Metode penelitian kualitataif, (Bandung: Rosdakarya, 2000), hlm. 4
34
Miko Siregar, Antropologi Budaya, fakultas bahasa sastra dan seni Universitas Negeri padang, 2008,
6
35
Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan, metode penelitian antropologi Budaya masyarakat,
diakses dari: https://bbksda-papuabarat.com, pada tanggal 17 februari 2022
36
Moh. Kasiram, Metodologi penelitian, (Yogyakarta: UIN Mailiki Press, 2008), hlm.103
observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti.
Dalam hal ini, tentunya peneliti akan mencoba mengamati dengan terjun
langsung ke lapangan37 tentang bagaimana sikap dan perilaku masyarakat
Betawi dan Tionghoa terhadap Tari Cokek, bagaimana terjadinya
akulturasi Budaya antara Suku Betawi dan Tionghoa. Oleh karena itu,
observasi menjadi teknik penelitian yang penting dalam penelitian
kualitatif ini, untuk bisa memperoleh informasi yang lengkap tentang
Eksistensi Tari Cokek sebagai hasil Akulturasi antara Budaya Tionghoa
dengan Betawi.
c. Wawancara
` Wawancara merupakan salah satu teknik yang biasa digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatu proses interaksi pewawancara dan
sumber informasi yang ingin kita dapatkan melalui berkomunikasi secara
langsung. Metode ini juga merupakan proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden, dalam wawancara bertujuan
mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain berkaitan dengan individu
yang ada dalam organisasi. Dengan wawancara peneliti bisa mendapatkan
data yang lebih banyak sehingga peneliti bisa memahami budaya melalui
bahasa dan ekspresi yang diinterview. 38
Pada haikatnya wawancara
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalan tentang
sebuah tema yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah penelitian mengenai
Eksistensi Tari Cokek sebagai hasil akulturasi antara budaya Tionghoa dan
Betawi.
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan menganalisis atau melihat dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain oleh subjek. Dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media
37
Conny R. Semiawan, Metode penelitian Kualitatif jenis, karakteristik, dan keunggulannya, (Jakarta:
pt. Grasindo, 2010), hlm. 112
38
Iryana dan Risky Kawasary, Teknik pengumpulan data metode kualitatif, Jurusan Ekonomi Syariah,
sekolah tinggi ekonomi syariah, Sorong. Hlm. 4-5
tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek
yang bersangkutan. Dengan metode ini peneliti mengumpulkan data dari
dokumen yang sudah ada, sehingga peneliti dapat memperoleh catatan-
catatan yang berhubungan dengan penelitian, metode dokumentasi ini
dilakuan untuk mendapatkan data-data atau sumber yang belum
didapatkan melalui metode observasi dan wawancara. 39
2. Teknik Analisis Data
Salah satu tahapan yang dilakukan oleh peneliti dengan pendekatan
kualitatif adalah analisis data. Analisis data merupakan bagian yang sangat
penting dalam sebuah penelitian, karena dari analisis tersebut akan
menemukan sebuah temuan, baik temuan substansif atau formal. Analisis
bermakna analisa berarti pemisahan atau pemeriksaan yang teliti. Karena
itu dapat dipahami bahwasanya analisis adalah bentuk upaya menganalisa
atau memeriksa sesuatu secara teliti. Dalam konteks penelitian, analisis
data dapat dimaknai sebagai kegiatan membahas dan memahami data guna
menemukan makna, tafsiran dan kesimpulan tertentu dari keseluruhan data
dalam penelitian. Analisis data juga dapat dimaknai sebagai proses
menyikapi data, menyusun, memilah dan mengolahnya kedalam suatu
susunan yang sistematis dan bermakna.
Pelaksanaan analisis data pada penelitian kualitatif merupakan proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga bisa
dipahami dengan mudah, dan temuannya bisa diinformasikan kepada
orang lain. 40
3. Penulisan Laporan
Penulisan laporan merupakan inti dari serangkain kegiatan yang
telah dilakukan oleh seorang peneliti dengan maksud memaparkan hasil
penelitian secara logis dan kronologis sehingga hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Penulisan laporan merupakan cara penulisan
dan pemaparan hasil penelitian budaya yang telah dilakukan. Tentunya
penulisan laporan harus ditulis dengan jelas mengacu pada metode

39
Haris Herdiansyah, Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial, e-book (Jakarta selatan:
Salemba Humanika, 2019), hlm. 118
40
Sirajuddin Saleh, Analisis Data Kualitatif, (Bandung: Pustaka Ramadhan, 2017), hlm. 74-75
penulisan dan sistematika tertentu dengan bahasa yang lugas dan jelas.
41

G. Sistematika Penulisan
Berdasarkan pembahasan ini, peneliti menguraikan hal-hal yang memang
mendasari pada penulisan ini yang tentunya berguna untuk memperoleh gambaran
yang jelas dan menyeluruh mengenai karya tulis ini, maka peneliti mencoba
memberikan gambarang secara ringkas, sistematika penulisan ini disussun dalam lima
bab, yaitu sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, mencakup; Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, Metodologi Penelitian,
Sistematika Penulisan.

Bab II Sejarah Lahirnya Tari Cokek, Mencakup; Latar belakang lahirnya Tari
Cokek, Perkembangan Tari Cokek dari masa ke masa, Eksistensi dan upaya
pelestarian Tari Cokek masa kini

Bab III Tari Cokek sebagai hasil Akulturasi Budaya masyarakat Tionghoa dan
Betawi, Mencakup; Perspektif Masyarakat Betawi dan Tionghoa terhadap Tari
Cokek, Proses Akulturasi Tari Cokek melalui Budaya Tionghoa dan Betawi, Nilai-
nilai luhur dan Nilai pendidikan sosial moral Tari Cokek bagi masyarakat

Bab IV Makna dan Fungsi struktur Gerak dan Busana Tari Cokek, Mencakup;
Makna dan fungsi Rangkai gerak Tari Cokek, Makna dan fungsi Busana Rias Tari
Cokek, Nilai-nilai Kebudayaan yang terkandung dalam Tari Cokek

Bab V Penutup, Mencakup; Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
41
Pudharti, Cara penulisan laporan penelitian, Media Litbangkes, Vol. 1, no. 2, 1991, hlm.11
Andewi, Keni, 2019, Mengenal seni tari, Semarang: Mutiara aksara

Budiana, Mage Setiawan dkk. 2017, Akulturasi Kebudayaan pada masyarakat di wilayah 3T:
Peran PKBM terhadap perubahan sosial budaya masyarakat, kementerian
pendidikan dan kebudayaan

Herdiansyah, Herdiansyah, 2019, Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial, e-


book, Jakarta selatan: Salemba Humanika.

Hidir, Achmad, 2009, Antropologi Budaya perspektif Ekologi dan perubahan Budaya, “E-
book”, Riau: pusat pengembangan pendidikan, Universitas Riau.

Kasiram, Moh, 2008, Metodologi penelitian, Yogyakarta: UIN Mailiki Press.

Koentjaraningrat, 1980, Pengantar ilmu Antropologi, E-book, Jakarta, Aksara Baru, 1980.

Mahmud Mustofa, Budiman, 2019, strategi pengembangan kebudayaan Betawi di era


revolusi industri 4.0, ‘Seminar Nasional teknologi terapan onovasi dan rekayasa’,
program studi pariwisata universitas indonesia

Muryanto, 2019, mengenal seni Tari Indonesia, semarang: Alprin.

Muhasyim, Hermansyah, 2011, mengenal seni dan budaya betawi, “E-book” Jakarta Timur,
Lestari Kiranatama.

Moleong, L, J. 2000, Metode penelitian kualitataif, Bandung: Rosdakarya.

Olivia, 2020, ringkasan umum kebudayaan masyarakat Tionghoa di Indonesia, Depok, PT


Kanisius.

R. Semiawan, Conny, 2010, Metode penelitian Kualitatif jenis, karakteristik, dan


keunggulannya, Jakarta: pt. Grasindo.
Setyo Nugroho, Ilham, 2016, Tari Cokek sebagai kesenian Betawi, universitas negeri Malang
Fakultas Teknik urusan Teknik Elektro.

Saleh, Sirajudin, 2017, Analisis Data Kualitatif, Bandung: Pustaka Ramadhan.

Siregar, Miko, 2008, Antropologi Budaya, fakultas bahasa sastra dan seni Universitas Negeri
padang.

B. Jurnal dan Skripsi


.

Abdul Rodzik, Ali, 2018, Akulturasi Budaya Betawi dengan Tionghoa, “Skripsi” Jurusan
Komunikasi dan penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

Akelba Christian, Symphoni, Identitas Budaya orang Tionghoa Indonesia, Jurnal Cakrawala
Mandarin, vol. 1, no. 1, 2017.

Amelinda, Clarissa, 2014, Eksistensi Tari cokek sebagai hasil akulturasi antara budaya
betawi dengan Tionghoa, “Makalah non seminar” fakultas ilmu pengetahuan
Budaya Program Studi China.

Ayu Yunuarti, Sri, 2014, Tari Cokek di sanggar sinar Betawi padepokan taman mini Jakarta
Timur, :skripsi” Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia.

Dinas pendidikan, pemuda, olahraga dan pariwisata, 2018, Kamus istilah tarian melayu,
Banyuain: p. Ratu bangsawan.

Ermawan, Donny, pengaruh globalisasi terhadap eksistensi daerah di kebudayaan


Indonesia, Jurnal Kajian Lemhannas RI, edisi 23, 2017.
Irfan Noerochman, Muhammad, 2017, makna komunikasi nonverbal dalam kesenian Tari
Cokek suku Betawi, “Thesisi Diplooma” Universitas komputer Indonesia.
Iryana dan Kawasary, Risky, Teknik pengumpulan data metode kualitatif, Jurusan Ekonomi
Syariah, sekolah tinggi ekonomi syariah, Sorong.

Mahdeyani dkk. Manusia dan kebudayaan (manusia dan sejarah kebudayaan, manusia
dalam keanekaragaman budaya dan peradaban, manusia dan sumber
penghidupan), Universitas Islam Negeri Jambi, jurnal manajemen pendidikan
Islam, Vol. 7, no. 2, 2019.

Muhtarom, Herdin, Menelisik Kebudayaan Banten melalui pemanfaatan media virtual, Jurnal
Budaya Nusantara, Vol. 4 No. 2, 2021.

Nurnaningsih, 2019, Eksistensi budaya Cempe kaneve (pertukaran seperangkat pakaian


bayi) dimasyarakat desa O’o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima tahun 2019.
“SKRIPSI” Program studi pendidikan Geografi FAKULTAS KEGuruan dan ilmu
pendidikan Universitas muhammadiyah mataram.

Pudharti, Cara penulisan laporan penelitian, Media Litbangkes, Vol. 1, no. 2, 1991.

Purbasari,Mita, Indahnya Betawi, Jurusan desain Komunikasi visual, fakultas komunikasi


dan visual, universitas Bina Nusantara, Jurnal Humaniora, Vol. 1 no. 1, 2010.

Renditya Wardana, Bima, 2017, Akulturasi Budaya masyarakat Tionghoa dengan


masyaraiat pribumi di desa karagturi, kecamatan Lasem, kabupaten Rembang,
skripsi, jurusan politik dan kewarganegaraan fakultas ilmu sosial, Universitas
Negeri Seamarang.

Rohmawati, Nurul, Cokek sebagai pengaruh Penetration pasipique etnis Tionghoa di


Betawi, Jurnal Budaya Etnika, vol. 2 no. 1, 2018.

C. Internet

Kamus besar bahasa Indonesia KBBI, “eksistensi” Diakses dari:


Https://kbbi.web.id/eksistensi.html
Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan, metode penelitian antropologi Budaya
masyarakat, diakses dari: https://bbksda-papuabarat.com, pada tanggal 17 februari
2022

Sugiri kusteja, Sugiri, istilah Tiongkok, Tionghoa, China, Chinese, dan China, diakses dari;
http://budaya-tionghoa.net. Pada tanggal 16 februaru 2022.

Wellin, Liu, pengertian budaya: budaya Tionghoa, forum budaya dan sejarah Tionghoa,
diakses dari http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/1876-pengenrtian -
budaya-budaya-tionghoa, pada tanggal 16 februari 2022

Anda mungkin juga menyukai