Anda di halaman 1dari 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

“Bhinneka Tunggal Ika”, sebagai kesatuan pandangan, ideologi dan falsafah hidup
bangsa Indonesia yang mengandung makna “beraneka ragam namun tetap
satu (Indonesia)”. Didasari oleh latar belakang sosial budaya, geografi dan sejarah yang
sama, majemuknya bangsa Indonesia selalu terlihat dari beragamnya suku bangsa, agama,
sampai bahasa. Sensus Penduduk 2010 memperlihatkan struktur dan komposisi penduduk
Indonesia menurut suku bangsa bahwa suku Jawa yang berasal dari Pulau Jawa bagian
tengah hingga timur sebagai kelompok suku terbesar dengan populasi sebanyak 85,2 juta
jiwa atau sekitar 40,2 persen dari populasi penduduk Indonesia. Sedangkan, suku Sunda
dari Pulau Jawa Barat menduduki tingkat kedua sebagai suku bangsa terbesar dengan
jumlah mencapai 36,7 juta jiwa atau 15,5 persen. Suku Batak menyusul sebagai terbesar
ketiga dengan jumlah mencapai 8,5 juta jiwa atau 3,6 persen yang berasal dari Pulau
Sumatra bagian tengah utara.

Melalui segala rupa suku bangsa yang masing-masingnya terlekat kebudayaan di


kehidupan sosial masyarakat suku tersebut, juga didukung dengan negara Indonesia yang
dikenal sebagai negeri penghasil rempah yang melimpah, kuliner nusantara saat ini sudah
menarik pengakuan/perhatian dari dunia. Sumber daya alam yang melimpah, struktur
geografis, serta melimpahnya kekayaan membuat masakan Indonesia begitu beragam.
Masakan yang diciptakan pun selalu memiliki kaitan yang erat dengan asal daerahnya.

“Yen dielem atimu ojo memper” adalah kepanjangan yang menjadi asal usul dari
lemper. Kerap disajikan dalam berbagai acara, lemper memiliki makna ketika mendapat
pujian dari orang lain, hati tidak boleh menjadi sombong atau membanggakan diri.
Makanan yang terbuat dari ketan dengan isian ayam suwir atau abon (gebingan) ini tidak
hanya memiliki makna rendah hati, segala elemen di dalamnya pun memiliki makna
tersendiri. Ketan sebagai bahan utama pembuatan lemper merupakan singkatan dari
“ngraketaken paseduluran” yang dipercaya orang Jawa berarti merekatkan persaudaraan.
Bahkan tusuk bambu yang terdapat pada kedua ujung lemper dan pembungkus daun
pisang diibaratkan sebagai rukun islam dan iman serta segala sifat buruk sehingga jika
pembungkus lemper dibuka, dimaksudkan kita harus membersihkan diri dari sifat buruk
terlebih dahulu sebelum mencapai kemuliaan hidup.

Makanan tradisional seperti lemper ini mewakili rasa kesenangan yang telah menjadi
budaya, kepercayaan, identitas serta merupakan simbol warisan kekayaan budaya daerah
tertentu (Yulia et al. 2018). Warisan kekayaan budaya tersebut menjadi salah satu potensi
di Indonesia yang menjadi pembedah antara negara lain. Studi menunjukan bahwa
makanan tradisional memiliki kontribusi positif bagi kesehatan karena dari segi
komposisinya memiliki beragam nutrisi yang berbeda (Du Plooy et al. 2018). Namun, ada
kekhawatiran yang muncul diantara negara–negara mengenai akan potensi hilangnya
makanan dan pengetahuan tentang makanan tradisional di kalangan generasi mudah
(Sharif et al. 2012).
Berbagai upaya telah dilakukan terutama mempromosikan makanan tradisional
Indonesia melalui berbagai media seperti secara online, media sosial, brosur, iklan, dan
sebagainya. Namun, nyatanya banyak orang lebih menyukai makanan yang dinilai tidak
biasa atau jarang ditemukan. Onigiri sebagai makanan khas jepang yang tersedia di
beberapa minimarket lebih menarik banyak peminat dibanding lemper yang tersedia di
setiap pojok pasar. Padahal kedua makanan tersebut hampir mirip jika dilihat dari bahan
utama pembuatannya.

Untuk mengatasi kurangnya pemasaran dan minat masyarakat untuk mengeal


makanan tradisional ini, kita dapat memulai langkah baru melalui pendekatan yang lebih
modern, salah satunya adalah dengan mulai memproduksi lemper dan memasarkan
lemper di supermarket. Seperti yang kita lihat saat ini, banyak orang yang mulai
mengenal dan mencoba onigiri karena kemudahan aksesnya yang dipasarkan melalui
supermarket. Kita dapat mulai memanfaatkan dengan mencoba ide ini untuk
mengenalkan makanan tradisional kepada generasi-generasi muda. Produk lemper yang
kita pasarkan harus lah tetap konsisten dalam menjaga kualitas dan ciri khas rasanya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikemukakan
dari program ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan lemper khas Jawa?
2. Bagaimana prospek usaha produk lemper khas Jawa?
3. Bagaimana cara inovatif memasarkan produk lemper khas Jawa?

1.3. Tujuan
Tujuan dari program kewirausahaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pembuatan lemper khas Jawa.
2. Mengetahui prospek usaha produk lemper khas Jawa.
3. Mengetahui cara inovatif pemasaran produk lemper khas Jawa.

1.4. Manfaat
Beberapa manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa:
a. Dapat membuat produk lemper khas Jawa.
b. Terciptanya wirausaha baru bagi mahasiswa untuk menjadi pengusaha.
2. Bagi Petani dan Masyarakat:
a. Memberikan solusi kurangnya pemasaran dan minatnya masyarakat terhadap
produk lemper khas Jawa.
b. Meningkatkan produksi makanan tradisional, khususnya produk lemper khas
Jawa.
c. Dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar.

1.5. Luaran
Luaran yang diharapkan dalam program ini adalah sebagai berikut :
1. Laporan Kemajuan
2. Laporan Akhir
3. Produk Usaha
Dafpus:
https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/keragaman-indonesia

Anda mungkin juga menyukai