MAKALAH
oleh
Dewi Astri Kamilasari
Erisa Rosepina
Isti Tri Novia
Syifa Nurul Aini
Tingkat: IA
2014
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Pola Pangan dan Budaya di Indonesia”.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................II
BAB I............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................2
C. TUJUAN..............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................3
BAB III........................................................................................................17
A. KESIMPULAN...................................................................................17
B. SARAN..............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Berdasarkan pertimbangan ini, keberadaan makanan ternyata
memberikan warna-warna kehidupan yang berbedaantara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Makanan bukan lagi sekedar
benda ekonomi yang “ hampa makna “. Makanan justru merupakan
entitas budaya yang tumbuh dan berkembang dalam tatanan
kehidupan manusia. Dengan kata lain, bila dikaitkan dengan konteks
social budaya, maka makanan itu ternyata mengandung maknayang
lebih luas dibandingkan sekedar bahan konsumsi manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
garam dapur yang aman dan layak konsumsi setiap hari adalah 2,75-3,25
g per orang.
4
Kesimpulan pemikiran ini menekankan bahwa mengonsumsi makanan
bertujuan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembanganfisiologis
seseorang. Oleh karena itu, usaha menjaga keseimbangan gizi dan/atau
konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna merupakan usaha untuk
mendukung pada tujuan makanan dari sisi fisiologis.
b. Makanan sebagai identitas kelompok
5
Khusus untuk makanan yang memilki nilai sakral, diantaranya dapat
ditemukan dalam beberapa agama atau budaya daerah Indonesia. Daging
kambing kurban dan beras zakat merupakan makanan sakral dalam
kehidupan bagi kalangan muslim. Kue sakramen merupakan makanan
sakral bagi kalangan nasrani. Sapi adalah hewan sakral bagi masyarakat
hindu. Rokok cerutu merupakan komoditas sakral bagi masyarakat Jawa
karena biasa digunakan sebagai bagian dari sesaji bagi nenek
moyangnya.
6
mengunyah permen karet sekarang diakui sebagai salah satu pilihan
untuk olahraga wajah. Sehingga pada akhirnya kepenatan hidup dapat
dikurangi.
7
sebagai makanan. Karena antangan agama, tahayul, kepercayaan
tentang kesehatan, dan suatu peristiwa yang kebetulan dalam
sejarah, ada bahan-bahan makanan bergizi baik yang tidak boleh
dimakan, mereka diklasifikasikan sebagai “bukan makanan”. Dengan
kata lain, penting untuk membedakan antara nutriment (nutriment)
dengan makanan (food). Nutriment adalah suatu konsep biokimia,
suatu zat yang mampu memelihara dan menjaga kesehatan
organisme yang menelannya. Makanan adalah konse budaya, suatu
pernyataan yang sesungguhnya mengatakan “zat ini saat bagi
kebutuhan gizi kita.” Sedemikian kuat kepercayaan-kepercayaan kita
mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap
makanan dan apa yang dianggap bukan makanan sehingga terbukti
sangat suakr untuk meyakinkan orang untuk meneysuaikan makanan
tradisional mereka demi kepentingan gizi yang baik.
Selanjutnya pilihan-pilihan pribadi lebih mengurangi lagi variasi
makanan yang disantap oleh setiap individu, karena tidak seorang pun
dari kita yang menikmati secara mutlak segala sesuatu yang diakui
oleh kebudayaan kita sebagai makanan. Pengalaman-pengalaman
masa kecil, sebagaimana yang kita catat, banyak mempengaruhi
kegemaran kita pada usia dewasa; makanan yang kita kenal semasa
kanak-kanak tetap menarik kita, sedangkan yang baru kita kenal
setelah dewasa lebih mudah untuk ditolak. Meskipun sejumlah orang
gemar mencoba-coba makanan baru, sebagian besar lagi paling
senang dengan menu yang telah dikenal. (Lihat Hall dan Hall 1939 ;
Wallen 1943).
8
serta berapa banyak mereka harus makan agar memuaskan rasa
lapar. Dengan kata lain, nafsu makan dan lapar adalah gejala yang
berhubungan, namun juga berbeda. Nafsu makan, dan apa yang
diperlukan untuk memuaskannya, adalah suatu konsep budaya yang
dapat sengat berbeda antara suatu kebudayaan dengan kebudayaan
lainnya. Sebaliknya, lapar menggambarkan suatu kekurangan gizi
yang dasar dan merupakan suatu konsep fisiologis. Akibatnya, banyak
macam makanan yang bergizi dan penting, termasuk makanan kecil
seperti larva dan serangga, tidak termasuk dalam analisis, dan
makanan itu kelihatan kurang seimbang dengan yang sebenarnya.
9
yang bijaksana dan pengindraan jumlah yang berkelibahan antara
panas dan dingin, kesehatan dapat dipertahankan sebaik-baiknya.
4. Makanan sebagai Ungkapan dari Kesetiakawanan Kelompok
10
makanan yang ‘dipanasi’ atau ‘didinginkan’khususnya dalam kondisi-
kondisi klinis tertentu mungkin merupakan suatu bentuk dari jenis
teknik keseimbangan ini; serupa halnya, menghindari makanan
tertentu, mungkin tanpa disadari merupakan suatu teknik magis untuk
mengelakkan apa yang dipandang sebagai pengaruh-pengaruh yang
mengancam – yang bukan dari hal gizi” (Burgess dan Dean 1962: 68).
11
E. Dalam kategori yang terakhir, yaitu pantangan mengonsumsi
sebuah makanan yang bersifat permanen. Dalam ajaran
agama, terdapat beberapa jenis makanan-minuman yang
dilarang dikonsumsi secara permanen.
12
Health magazine menyebutkan Menteri Kesehatan Prancis
melaporkan angka kematian yang disebabkan oleh konsumsi
alcohol mencapai 20.000 jiwa per tahun.
4. Gaya Hidup dan Gaya Makan
Efek langsung dan tidak langsung dari kemajuan peradaban
manusia ini, terasa pula dalam bentuk perubahan gaya hidup. Bila
10mtahun yang lalu, masih banyak terlihat para pengusaha atau
karyawan makan di rumahnya sendiri serta seorang mahasiswa
atau seorang anak kecil sarapan dirumah bersama keluarga.
Dalam situasi zama seperti ini, makan bersama dengan keluarga
itu menjadi sesuatu hal yang istimewa dan didapatnya pada hari-
hari istimewa misalnya saja pada hari libur bersama.
Tingginya jam kerja atau padatnya aktivitas menyebabkan
orang harus mengubah jam makan. Efek negatifnyam bagi mereka
yang sibu tetapi kurang mampu mengelola waktu kerap menjadikan
pekerjaan sebagai alasan untuk menunda atau menangguh-
nangguhkan makan.
Berbeda dengan makanan sebagai keunggulan etnik, dalam
gaya hidup modern ini ad makanan yang dianggapnya sebagai
budaya universal. Makanan cepat saji direstoran-restoran cepat saji
merupakan satu diantara sekian banyak jenis makanan yang
muncul ke permukaan sebagai makanan global.
Ketika mnegonsumsi dua jenis makanan ini, identitas
etniknya musnah dan yang muncul adalah identitas gaya hidup
modern yang sarat dengan prinsip hidup. (1) mengutamakan
efisiensi, artinya cepat saji, (2) prinsip kuantitatif, artinya jelas
porsinya, (3) mudah prediksi, yaitu gamoang menebak kapan
berakhirnya dan (4) adanya control, pada masyarakat modern
makan bukanlah sesuatu hal yang bebas nilai.
13
E. Makanan Indonesia
Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya
dan tradisi berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar
6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya nasional
Indonesia secara umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya
dengan bumbu berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu
kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren dengan
diikuti penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan dan tradisi-
adat yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal
seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.
Pada dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal "masakan
Indonesia", tetapi lebih kepada, keanekaragaman masakan regional
yang dipengaruhi secara lokal oleh Kebudayaan Indonesia serta
pengaruh asing. Sebagai contoh, beras yang diolah menjadi nasi putih,
ketupat atau lontong (beras yang dikukus) sebagai makanan pokok
bagi mayoritas penduduk Indonesia namum untuk bagian timur lebih
umum dipergunakan juga jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar dan
Sagu. Bentuk lanskap penyajiannya umumnya disajikan di sebagian
besar makanan Indonesia berupa makanan pokok dengan lauk-pauk
berupa daging, ikan atau sayur disisi piring.
Sepanjang sejarahnya, Indonesia telah terlibat dalam
perdagangan dunia berkat lokasi dan sumber daya alamnya. Teknik
memasak dan bahan makanan asli Indonesia berkembang dan
kemudian dipengaruhi oleh seni kuliner India, Timur Tengah, China,
dan akhirnya Eropa. Para pedagang Spanyol dan Portugis membawa
berbagai bahan makanan dari benua Amerika jauh sebelum Belanda
berhasil menguasai Indonesia. Pulau Maluku yang termahsyur sebagai
"Kepulauan Rempah-rempah", juga menyumbangkan tanaman rempah
asli Indonesia kepada seni kuliner dunia. Seni kuliner kawasan bagian
timur Indonesia mirip dengan seni memasak Polinesia dan Melanesia.
14
Masakan Sumatera, sebagai contoh, seringkali menampilkan
pengaruh Timur Tengah dan India, seperti penggunaan bumbu kari
pada hidangan daging dan sayurannya, sementara masakan Jawa
berkembang dari teknik memasak asli nusantara. Unsur budaya
masakan China dapat dicermati pada beberapa masakan Indonesia.
Masakan seperti bakmi, bakso, dan lumpia telah terserap dalam seni
masakan Indonesia.
Beberapa jenis hidangan asli Indonesia juga kini dapat
ditemukan di beberapa negara Asia. Masakan Indonesia populer
seperti sate, rendang, dan sambal juga digemari di Malaysia dan
Singapura. Bahan makanan berbahan dasar dari kedelai seperti variasi
tahu dan tempe, juga sangat populer. Tempe dianggap sebagai
penemuan asli Jawa, adaptasi lokal dari fermentasi kedelai. Jenis
lainnya dari makanan fermentasi kedelai adalah oncom, mirip dengan
tempe tapi menggunakan jenis jamur yang berbeda, oncom sangat
populer di Jawa Barat.
15
menganjurkan orang untuk minum susu dalam masyarakat yang tidak
menganggapnya sebagai makanan atau karena kekurangan laktase,
dalam tubuhnya, orang tidak bisa meminumnya, paling sedikit sesudah
melewati masa kanak-kanak. Segi positifnya adalah bahwa
pengetahuan mengenai kepercayaan lokal tersebut dapat dipakai
dalam perencanaan perbaikan gizi. Cassel telah menunjukkan, betapa
pengidentifikasian makanan-makanan sehat dalam makanan kuno
orang Zulu dapat membangkitkan perhatian mereka terhadap makanan
dan dengan motivasi nasionalistik, bersedia menerima banyak
perubahan-perubahan demi peningkatan gizi mereka (Cassel 1955).
Kemiskinan dan kekurangan akan gizi yang memadai pada
tingkatan tertentu, membatasi kemungkinan untuk memperbaiki gizi
jutaan penduduk yang menderita kurang pangan. Sebaliknya, sungguh
mengecewakan untuk melihat, betapa seringnya praktek-praktek
budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar. Kesadaran akan
praktek-praktek demikian dan pengetahuan tentang “hambatan-
hambatan” yang harus diatasi untuk dapat merubah mereka adalah
sangat penting untuk membantu masyarakat memaksimalkan sumber-
sumber pangan yang tersedia bagi mereka. Di sinilah antropologi dapat
memberikan sumber-sumber besar kepada ilmu gizi dalam lapangan
penelitian dan pengajaran.
16
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan
tradisi berasal dari kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000
pulau dan memegang tempat penting dalam budaya nasional
Indonesia secara umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya
dengan bumbu berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai,
temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa dan gula aren
dengan diikuti penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan
dan tradisi-adat yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan
yang berasal seperti dari India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat diterima dan dapat memberikan
informasi untuk para pembacanya. Dengan penuh harapan dari
17
penulis bahwa makalah ini masih begitu jauh dari kesempurnaan
sebagai suatu karya ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
18