fifidamayanti197408@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kota Lawang mempunyai banyak tempat wisata menarik, salah satunya yaitu Pemandian Sumber
Polaman, yang terletak di Desa Sumber Polaman. Pada Desa Sumber Polaman tersebut terdapat
beberapa aktivitas budaya masyarakat yang membentuk ruang budaya. Masyarakat setempat
melakukan upacara adat ritual desa untuk menghormati arwah leluhur pendiri desa serta sebagai
permohonan kepada Tuhan untuk kemakmuran masyarakat desa Polaman. aktivitas budaya tersebut
dikenal sebagai ritual budaya barikan. Waktu dan. ruang pada ritual Barikan membentuk pola
permukiman tradisional masyarakat desa Polaman. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian
ini adalah Metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pola permukiman yang terbentuk akibat dari adanya aktivitas budaya yang
membentuk ruang budaya. Dengan mengetahui pola permukiman yang terbentuk maka akan dapat
ditentukan bentuk pelestarian yang cocok bagi ruang-ruang permukiman yang digunakan maupun
pelestarian budaya barikan itu sendiri.
Kata Kunci: ruang budaya, upacara adat barikan, Desa Sumber Polaman
ABSTRACT
Lawang city has many interesting sights, one of which is the source Polaman Baths, located in Sumber
Polaman. In the Village of Polaman there are some cultural activities that make up the cultural
space. Local communities do village ritual ceremonies to honor ancestors founders of the village as
well as a petition to God for the prosperity of rural communities Polaman. The cultural activities are
known as cultural ritual barikan. Time and Barikan ritual space in the traditional settlement pattern
forming Polaman rural communities. The research method in this study is descriptive-qualitative
method with an etnographic approach. This study aims to identify patterns formed by the settlement
of the cultural activities that make up the cultural space. By knowing the settlement pattern is formed
it will be determined the shape of preservation suitable for spaces used settlements and cultural
preservation barikan itself.
1. Pendahuluan
Gambar 3. Bentuk Fisik dari Permukiman Desa Polaman Lawang Mencirikan Permukiman
Perdesaan
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 9 Oktober 2015
Polaman mempunyai 3 kolam utama dan beberapa deretan arca peninggalan masa
lampau yang dipasang rapi di daerah barat dari pemandian, tujuannya untuk diperlihatkan
pada pengunjung agar dapat dipelajari oleh generasi penerus kita. Di kanan-kiri sumber air
berupa kolam-kolam untuk pemandian anak-anak, kolam masjid, tempat pemeliharaan ikan
dan teratai.
Kolam yang biasa dipakai untuk mandi atau berenang berada di depan, di sebelah
selatan, sementara kolam utara dan kolam barat penuh dengan ikan-ikan yang membuat
kolam tersebut tidak memungkinkan digunakan untuk kepentingan berenang (Putro, 2014).
2.1 Ruang
Suatu permukiman merupakan wujud interaksi antara manusia dengan lingkungan
sekitarnya. Laurens dalam Yuanita, et al., menyatakan bahwa manusia dan lingkungan saling
mempengaruhi karena lingkungan bukan hanya sebagai wadah manusia beraktivitas, namun
juga merupakan bagian integral dari pola perilaku manusia. Salah satu bentuk permukiman
adalah permukiman tradisional. Permukiman ini sering direpresentasikan sebagai tempat
yang masih memegang nilai-nilai adat dan budaya yang dihubungkan dengan nilai-nilai
kepercayaan atau agama yang bersifat khusus atau unik pada masyarakat tertentu yang
berakar dari tempat tertentu pula di luar determinasi sejarah (Crysler dalam Sasongko, 2005).
Terbentuknya hunian karena adanya proses pembentukan hunian sebagai wadah fungsional
yang dilandasi oleh pola aktivitas manusia serta pengaruh setting rona lingkungan, baik yang
bersifat fisik maupun nonfisik yang mempengaruhi pola kegiatan dan proses pewadahannya.
Salah satu perwujudan hasil adaptasi manusia adalah adanya penggunaan ruang-ruang
permukiman dalam menjalankan aktivitasnya. Hal ini terjadi karena ruang adalah sesuatu
Gambar 9. Makam Jayadursa (Mbah Direkso) Terletak di Pinggir Jalan Indrokilo Barat
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 9 Oktober 2015
Pada bulan September diadakan tradisi bersih desa, suatu ritual desa untuk
mengenang dan menghormati arwah leluhur desa sebagai pendiri desa. Upacara adat ini
dilakukan secara gotong royong untuk membersihkan desa. Pada malam-malam tertentu, di
tempat sumber air banyak digunakan orang untuk bersemedi atau melakukan ritual tertentu
dengan maksud tertentu (lelaku) sambil memberi makan ikan yang hidup di mata air dan
menyediakan sarana sesaji yang berisi daun sirih dan biji pinang (bumbu kinang). Apabila
keinginannya terkabulkan, ia akan kembali dan menggelar kenduri untuk makan bersama
warga sekitar (Wurianto, 2009).
Gambar 11. Aktivitas Warga Sehari-hari sebagai Petani dan Peternak Memanfaatkan
Sumber Air/Telaga Polaman sebagai Pengairan Sawah
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 9 Oktober 2015
Ditinjau dari pola tata guna lahannya, bentuk perdesaan di Polaman Lawang
membentuk desa terpusat. Pengertian bentuk desa terpusat yaitu, desa yang banyak dijumpai
di wilayah pegunungan. Wilayah pegunungan biasanya dihuni oleh penduduk yang berasal
dari keturunan yang sama sehingga antara sesama warga masih merupakan saudara atau
kerabat. Hal ini berlaku di Desa Polaman, dimana hubungan kekerabatan antar tetangga
sangat kental, karena mereka masih bersaudara.
Prasarana pada tingkat sedang mulai memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Pola tumbuh bangunan tidak beraturan dalam satu lokasi dan tanpa perencanaan. Hal yang
demikian akanmuncul gang gang kecil yang selanjutnya menjadi kawasan kampung yang
padat.
Gambar 14. Solid Void dengan Massa Bangunan Rata-rata Satu Lantai
Sumber: Data yang diolah, 9 Oktober 2015
Terdapat lahan antar bangunan yang secara tidak sengaja membentuk ruang sebagai
open space.
Gambar 15. Tatanan Massa Bangunan Menyebar dan Berkelompok Mengikuti Pola Aliran
Sungai, Orientasi Bangunan Menghadap Jalan
Sumber: Data yang diolah, 9 Oktober 2015
Gambar 17. Akses Jalan Utama dan Jalan Menuju Kampung Padat Desa Polaman Lawang
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 9 Oktober 2015
Aksesibilitas jaringan jalan menuju lokasi rumah warga tumbuh secara natural dan
merupakan kerjasama pemerintah dan swadaya masyarakat. Pola pertumbuhan jaringan
jalan utama dan jalan kampung sejalan dengan tumbuhnya rumah yang dibangun.
RT 3
RT 4
Gambar 20. Peta Batas Wilayah RT 03 dan RT 04, RW10 Desa Polaman
Sumber: data yang diolah dan Google Maps, 2013
Gambar 21. Gambar Pola Sirkulasi Acara Ritual Barikan di Desa Polaman
Sumber: Observasi Lapang, 2015
4. Simpulan
Dalam arsitektur, ruang tidak hanya berarti fisik saja dan tidak begitu saja lahir tanpa
pemahaman ruang dan elemen lain yang berhubungan seperti kondisi sosial budaya maupun
kejiwaan dalam hubungan antar individu dan dengan lingkungannya. Bentuk dan ruang tergantung
pada persepsi seseorang terhadap batas-batas spasial yang didefinisikan oleh elemen-elemen
Daftar Pustaka
Ardianti, Intan, Antariksa, Wulandari, Lisa Dwi. 2014. Teritorial Ruang Sosial Budaya pada
Permukiman Etnis Madura-Hindu Dusun Bongso Wetan Gresik. Prosiding Seminar Nasional
Arsitektur Pertahanan 2014, Insting Teritorial dan Ruang Pertahanan, ISBN 978-602-
71099-0-2.
Carmona. 2003. “Public Space Urban Space” The Dimention of Urban Design. London:
Architectural Press London.
Cresswell, Jhon W., (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research. Ney Jersey: Person Education, Inc.
Indeswari, Ayu, Antariksa, Pangarsa, Galih Widjil, Wulandari, Lisa Dwi. 2013. Pola Ruang
Bersama pada Permukiman Madura Medalungan di Dusun Baran Randugading. Jurnal
RUAS, Volume 11 No.1, Juni 2013. ISSN 1693-3702.37.
Iswadi, Slamet. 2012. Sumber Air Polaman. Dalam http://mlebulawang.blogspot.com. Diakses
tanggal 30/09/2015.
Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press.
Laurens, J.M. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT. Grasindo.
Nasir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Norberg-Schulz, C. 1979. Genius Loci. New York: Electa/Rizolly.
Prasasti, Shinta. 2015. Wilayah Lawang di Masa Klasik. Dalam
www.Prasastishinta.blogspot.com. Diakses tanggal 16/10/2015.
Putro, Anjar. 2014. Kecantikan Alam Polaman, Misteri dan Sejarah. Dalam www. acaraapa.com.
Diakses tanggal 30/09/2015.
Rapoport, A. 1977. Human Aspect of Urban Form, Towards a Man- Environment Approach to
Urban Form and Design. New York: Pergamon Press.
Rapoport, A. 1969. House, Form and Culture. New York: Prentice Hall.
Sasongko, Ibnu. 2005. Pembentukan Struktur Ruang Permukiman Berbasis Budaya (Studi
Kasus: Desa Puyung - Lombok Tengah). Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 33, No. 1, Juli
2005: 1 – 8.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.
Tuan, Yi-Fu. 1977. Space and Place, The Anthropology of Architecture in South-Esat Asia.
Singapore: Kyodo Printing.
Warsito, Hermawan. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wurianto, Arif Budi. 2009. Aspek Budaya pada Upaya Konservasi Air dalam Situs
Kepurbakalaan dan Mitologi Masyarakat Malang. HUMANITY, Volume IV, Nomor 2, Maret
2009, Hal. 80-88