Anda di halaman 1dari 13

Mitos Kutukan “Kartikea Singha”

Terhadap Pemimpin Negara

Oleh : Imro’atul Fitriyah


Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Tulungagung

A. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu Negara yang dulunya merupakan Negara yang
berupa kerajaan. Terdapat kerajaan – kerajaan yang besar yang mampu menaklukan
penjajahan kolonialisme belanda pada masa itu. Dengan adanya perkembangan jaman
dan pengaruh dari peninggalan Negara asing Indonesia berkembang dari era kerajaan
menjadi era demokrasi seperti saat ini, kekuasaan terbesar bukan lagi berdasarkan
kerajaan –kerajaan atau wilayah-wilayah kecil maelainkan bergabung menjadi suatu
Negara yang bernama Indonesia yang dipimpin oleh pemimpin Negara yang disebut
Presiden.
Asal mula penyatuan wilayah Nusantara tidak terlepas dari jasa kerajaan-kerajaan
terdahulu seperti kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa yaitu Mataram kuno, Kediri,
Shingasari dan Majapahit, yang terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah, kerajaan-
kerajaan tersebut memiliki karakter khas yaitu kebudayaan Hindu dan Budha yang
mewarnai sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Dari beberapa kerajaan inilah,
Majapahit muncul sebagai kerajaan yang besar, dengan para adipati-adipati, yang
dipimpin oleh seorang patih yang memiliki gagasan luhur dan agung.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Majapahit diawali dengan melakukan ekspansi
kedaerah-daerah baru untuk melakukan penaklukan atau penguasaan-penguasaan
terhadap kerajaan-kerajaan yang lain. Kegiatan ekspansi yang terkenal adalah upaya yang
dilakukan oleh Mahapatih Gadjah Mada seorang negarawan yang termashur dari kerajaan
Majapahit, yang bertujuan untuk mempersatukan Nusantara, kedalam naungan
Majapahit, dengan sumpah suci palapa, yang berbunyi : ”tidak akan makan buah pala”,
yang diartikan secara harfiah ”tidak akan makan enak serta hidup mewah jika belum bisa
mempersatukan Nusantara, kedalam naungan Majapahit, upaya yang dilakukan oleh
Gajahmada membuahkan hasil, dengan beberapa penaklukan-penaklukan yang berhasil,
antara lain beberapa daerah yang dianggap strategis dipenjuru Nusantara, dan berapa
wilayah seperti Vietnam dan Irian Jaya.1 Dapat dikatakan bahwa kerajaan majapahit
merupakan awal dari terbentuknya wilayah Nusantara yang sekarang menjadi Indonesia.
Berdasarkan riwayat tersebut tentunya Indonesia kaya akan peninggalan
penigggalan kerajaan, hampir setiap wilayah di Nusantara, dan setiap kerajaan
mempunyai kekuasaan maupun maksud tertentu dengan jumlah yang cukup besar sekitar
802 (delapan ratus dua) kerajaan terlepas kerajaan-kerajaan kecil yang tidak sempat
terhitung atau sudah hilang tilas tertelan jaman. Peninggalan tersebut dapat berupa arca,
prasasti, candi maupun dapat berupa mitos-mitos kepercayaan yang berkembang di
masyarakat.
Hampir disetiap tempat peninggalan kerajaan mempunyaai mitos yang di percayai
oleh penduduk sekitar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, arti mitos adalah cerita
suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran
tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti
mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.2
Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Popular, mitos adalah yang berhubungan dengan
kepeercayaan primitive tentang kehidupan alam gaib, yang timbul dari usaha manusia
yang tidak ilmiah dan tidak berdasarkan pada pengalaman nyata untuk menjelaskan dunia
atau alam disekitarnya. 3
Mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara
harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang, dan dalam arti yang
lebih luas bisa bermakna sebagai suatu pernyataan, disamping itu mitos juga dipadankan
dengan kata mythology dalam bahasa Inggis yang memiliki arti sebagai suatu studi atas
mitos atau isi mitos.4 Mitologi atau mitos merupakan kumpulan cerita tradisional yang
biasanya diceritakan secara dari generasi kegerasi di suatu bangsa atau rumpun bangsa
serta mensistematiskan menjadi sebuah struktur yang menceritakan semua mitos dalam

1
http ://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/2._Bahan_ajar_hindu_budha_.pdf
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1999) hal.60
3
Pilus A Partanto dan M Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya : Arkola, 2001) hal 475
4
Wadiji. Akulturasi Budaya Banjar di Banua Halat, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2011), h. 10-
11.
semua versi berkaitan dengan kebudayaan yang melingkupinya serta berbagai tanggapan
masyarakat tetang mitos tersebut.5
Meskipun terkadang mitos tidak dapat dibuktikan secara ilmiah oleh akal manusia
namun mitos memiliki fungsi yaitu untuk menerangkan . Mitos memberi gambaran dan
penjelasan tentang alam semesta yang teratur, yang merupakan latar belakang prilaku
teratur.6
Mitos mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Diantaranya yaitu a) Proses penyadaran
akan kekuatan gaib. Mitos bukanlah informasi tentang kekuatan gaib, tetapi cara
mengantisipasi, mempelajari, dan berelasi dengannya. b) Memberi garansi bagi kekinian.
Mitos mempresentasikan sebagai peristiwa yang pernah ada, dan mengandung saran serta
antisipatif bagi kekinian. c) Mitos merentangkan cakrawala epistemologis dan ontologis
tentang realitas. Mitos memberikan penggambaran tentang dunia, tentang asal-mulanya,
tetapi bukan seperti ilmu sejarah modern. Ruang dan waktu mitologis hanyalah konteks
untuk berbicara tentang awal dan akhir, atau asal-muasal dan tujuan kehidupan, dan
bukan ruang dan waktu faktual.7
Fungsi utama mitos bagi kebudayaan primitif adalah menggungkapkan,
mengangkat dan merumuskan kepercayaan, melindungi dab memperkuat moralitas,
menjamin efisiensi ritus, serta memberikan peraturan-peraturan praktis untuk menuntun
manusia. 8
Mitos yang mewarnai kehidupan orang jawa memang cukup banyak, pola piker
mitologis ini tampaknya dipengaruhi oleh paham dan kepercayaan yang mereka anut.
Orang jawa kuno biasanya menganut paham kejawen yang mengandung aturan-aturan
atau pantangan-pantangan tertentu. Mitos yang berkembang di jawa juga sangat erat
kaitanya dengan keyakinan dan kepercayaan.
Mitos merupakan cerita suci yang berbentuk simbolik simbolik yang
mengisahkan serangkaian kisah nyata dan imajiner menyangkut asal-usul dan perubahan-
perubahan alam dan dunia, dewa-dewi, kekuatan-kekuatan gaib, manusia, pahlawan dan
masyarakat. Adapun ciri-ciri mitos-mitos yang sering berkembang yaitu : a) Mitos yang
memiliki sifat suci atau sacral karena merupakan tokok yang dipuja yaitu mitos Kanjeng
Ratu Kidul , b) mitos yang bekembang hanya di dunia mitos dan bukan dalam kedalam
dunia nyata atau kehidupan sehari-hari, c) banyak mitos di jawa yang menunjuk pada
5
Kurzweil Edith. Jaringan Kuasa Strukturalisme dari Levi-Strauss sampai Foucault, terj. Nurhadi dari
“The Age of Structuralisme From Levi-Strauss to Foucault”.(Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010), h. 21-22.
6
Haviland Wiliam A. Antropology, diterjemahkan R. G Soekadjo, Antropologi ( Jakarta : Penerbit
Erlangga, 1993) hal. 229
7
Simon Fransiskus. Kebudayaan dan Waktu Senggang. ( Yogyakarta : Jalasutra, 2016) hal. 45
8
Robin. Agama dan Mitos : Dari Imajinasi Kreatif Menuju Realitas Yang Dinamis. Dalam ( El-Harakah
Jurnal Budaya Islam, Vol.9, No.3, ) hal .194
peristiwa penting masa lampau, d) kebenaran mitos tidak penting sebab cakrawala dan
zaman mitos tidak terbatas pada kemungkinan- kemungkinan dan batasan-batasan dunia
nyata ini, e) selain itu mitos juga dapat berupa kutukan-kutukan yang diyakini akan
kekuatanya. 9
Hal ini terjadi pula pada daerah kediri yang memiliki mitos yang sampai saat ini
masih dipercayai oleh masyarakat dan kyalayak umum mitos tersebut diantara adalah
mitos yang menyebutkan bahwa wilayah Kediri mempunyai kutukan kepada para
pemimpin yang singgah atau melewati Kediri maka dia akan lengser dari jabatanya.
Di Kediri mitos presiden RI yang dilarang datang ke kota Kediri sepertinya masih
kuat dipercaya, mitos terebut meyakini bahwa presiden RI yang nekat ke sana bakal
lengser. Dari enam presiden di negeri ini, hanya Soekarno, BJ Habibie, Abdurrahman
Wahid atau Gusdur dan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY yang berani masuk ke
Kediri.
Mitos serupa juga terjadi di Wilayah Bojonegoro, konon dari 6 presiden yang
berani masuk wilayah Bojonegoro hanya Soekarno. Namun mitos tersebut tidak telalu
kuat terdengar dibandingkan di Kediri. Tatapi para pemuka agama maupun tetua dulu
yang menyebut pantang dalam peperangan lebih dulu menyeberangi bengawan sore
( sekarang bengawan solo ). Barang siapa yang telebih dahulu menyebrang pasti bakal
kalah. Kisah ini terbukti dalam kisah peperangan hebat di Bengawan Solo yang
menewaskan Arya Penangsang alias Aryo Jipang, penguasa Kabupaten Jipang.
B. Metode Penelitian
Penelitian mengenai mitos kutukan kartikea Singga terhadap pemimpin Negara
ini tidak terikat tempat penelitian. Hal ini dikarenakan kegiatan wawancara yang
dilakukan dengan narasumber yang berbeda dan di tempat yang berbeda pula. Bentuk
penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Adapun strategi yang digunakan
adalah strategi tunggal terpancang yang memfokuskan mengenai kebenaran dan
kepeercayaan masyarakat akan mitos kutukan tersebut.
Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen dan narasumber seperti
pengarang, ahli sejarah, budayawan setempat maupun masyarakat sekitar. Mengacu pada
sumber data maka teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik analisis
dokumen (content analysis) dan teknik wawancara. Untuk menguji keabsahan digunakan
triangulasi sumber data dan teori.
Adapun mengenai teknik analisis data menggunakan model analisis jalinan atau
mengalir (flow model of analysis) dari Miles dan Huberman. Analisis data dalam
9
Endraswara Suwandi. Falsafah Hidup Jawa : Menggali Mutiara Kebijakan Intisari Filsafat Kejawaan.
( Yogyakarta : Penerbit Cakrawala, 2012) hal. 194
penelitian ini meliputi tiga komponen, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan
simpulan. Mengenai prosedur penelitian dibagi menjadi empat tahap berikut: 1) tahap
persiapan; 2) tahap pengumpulan data; 3) tahap analisis data; 4) tahap akhir.10
C. Hasil Pembahasan
Mitos memang sudah melekat sejak lama di bumi Nusantara, terlebih di jawa.
Mitos didefinisiskan sebagai prosa rakyat yang menceritakan kisah-kisah lama berisi
penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya. Bagi sebagian
masyarakat mitos diangap bemar-benar terjadi. Misalnya mitos keangkeran dua kota
yakni Kediri dan Bojonegoro di Jawa Timur yang menjadi pantangan bagi presiden RI
untuk dikunjungi.
Kota Kediri saat ini diangap sebagai wilayah “wingit” yang tak boleh didatangi
oleh presiden Rebublik Indonesia. Menurut mitos yang berkembang di masyarakat
barang siapa pemimpin yang berani singgah atau melewati wilayah Kediri akan lengser
dari jabatan yang sedang didudukinya dan apabila masih dalam masa pencalonan maka
akan gagal dalam pencalonannya.
Hal tersebut dibuktikan dengan dari keenam presiden hanya beberapa yang berani
datang ke Kediri, yaitu Ir. Soekarno, BJ Habibi dan Gus Dur, dan keduanya akhirnya
diturunkan dari kursi presiden dengan cara politik.
Menurut penelusuran sejarah membenarkan bahwa “wingitnya” kota Kediri
dibanding dengan kota lain cukup besar bagi penguasa Nusantara. Hal tersebut
dikarenakan adanya mitos dari kutukan Kartikea Singha” . Kartikea Singha merupakan
suami dari Ratu Shima yang pada saat itu merupakan penguasa di Kerajaan kalingga
( Kerajaan Daha, Pra Mataram Hindu abad ke-6) di Keling Kepung Kabupaten Kediri.
Kutukannya sangat jelas, “ Barang siapa kepala Negara yang tidak suci benar masuk
wilayah kota Kediri maka dia akan jatuh” begitulah menurut Kyai Ngabehi Agus
Sunyoto, budayawan penulis Atlas Walisongo yang diwawancarai oleh salah satu sumber
berita Merdeka.com.
Dijelaskan menurut penuturan Mas Agus dalam surat kabar merdeka.com pada
masa pemerintahan Kartikea Singha, sebagai kepala Negara di telah menyusun kitab
tentang hukum pidana pertama di nusantara yang diberi nama Kalingga Dharmasastra
terdiri dari 119 pasal.
Mas agus mencontohkan, dalam system kerajaan jaman dahulu seorang raja
adalah kepala Negara, sedangkan patih adalah kepala pemerintahan. “ Gajah Mada adalah
kepala pemerintahan, dia pernah menjadi Bhre Daha penguasa Kediri. Karena niatnya

10
Sugioyono. Metode Penelitian Kuantitatif. ( Bandung : Alfabeta, 2014) hal .94
suci maka dia semakin kuat dan mampu membawa kejayaan nusantara meski ia dari
kerajaan Majapahit” kata Mas Agus.11
Ketika Gajah Mada menjado Bhre Daha di Kediri ( Daha / Dahanapura ibukota
Kediri yang artinya Kota Api- Sekarang Jalan Dhoho jantung Ibukota Kediri ), Gajah
Mada ikut menyempurnakan Kalingga Darmasastra karya Kartikea Singha Kepala
Negara Kerajaan Kalingga di abad ke-6, setelah sebelumnya disempurnakan pada masa
Wisnuwardana di zaman Singgasari dengan Kitab Undang-Undang yang diberi nama
Purwadigama Darmasastra yang terdiri dari 174 pasal.
Gajah Mada adalah orang yang suci, selain gagah berani sebagai Maha Patih
Majapahit dia juga meneruskan menyempurnakan kitab Undang-undang untuk Majapahit
yang ia susun pada masa berkuasa menjadi raja perwakilan di Kediri dengan Gelar Bhre
Daha. Kitab itu bernama Kutara Manawa Darmasastra yang terdiri dari 227 pasal. Kitab
inilah pula yang membawa kejayaan pada Majapahit, karena aturanya sangat ketat,”
ungkap Mas Agus.
Adapun lokasi dari kerajaan kalingga sendiri belum diketahui pasti ada yang
menyebutkan kerajaan kalingga berada di jepara Jawa Tengah, akan tetapi diperjelas
kembali bahwa Ratu Shima memang berasal dari Jepara atau yang dikenal dengan
Kalingga Utara. Sedangkan Suaminya yaitu Kartikea Singha berasal dari Keling kepung
Kediri atau yang biasa dikenal dengan Kalingga Selatan. Dalam sejarah nusantara di
daerah Keling Kepung pernah kembali Berjaya pada periode akhir Majapahit, tatkala
kerajaan itu mengalami disintegrasi rupanya penguasa Kediri bangkit kembali dan pada
tahun 1474 berhasil mmenumbangkan hemogemi Majapahit.
Pada tahun 1527 jawa dalam keadaan pecah belah dan kekuasaan majapahit
berakhir kemudian bergeser kembali ke Kediri ( Daha ) dengan pusat Pemerintahan di
Keling Kepung Kediri di bawah kekuasaan Dinasti Girindrawardana dengan nama
kerajaanya yaitu Wilwatika Daha Jenggala Kadiri, seperti yang dikatakan dalam Prasasti
Jiu pada tahun 1486. Namun kerajaan ini pun berakhir akibat perluasan Islam, oleh
intervensi Giri yang menganggap dinasti yang berkuasa bukanlah kelanjutan dari dinasti
yang memerintah Majapahit terdahulu.
Pada saat Indonesia merdeka pada tahun 1945, hanya Ir. Soekarno, Bj Habibi dan
Gus dur yang berani masuk wilayah Kediri, presiden setelahnya hampir tidak pernah
datang ke wilayah Kediri. Menurut Intelegen TNI maupun Polri membenarkan hal
tersebut, mereka menyebutkan “ kalaupun berani mereka hanya masuk wilayah pinggiran

11
Mubarok Imam. 2014. Cerita di Balik Mitos Presiden Takut Masuk Wilayah Kediri. Dalam
http://www.google.com/amp/s/m.merdeka.com/amp/peristiwa/cerita -di-balik-mitos-presiden-takut-masuk-wolayah-
kediri.html diakses pada 31 Mei 2019 pukul 8.07
Kediri tetapi tidak berani masuk jantung pemerintahan. Rata-rata mereka selalu was-was.
“ kata sumber merdeka.com12
Uniknya dari kutukan tersebut tidak hanya berlaku pada pemimpin di luar daerah,
pasalnya ada sendiri porsi sendiri untuk para pejabat di Kediri seperti yang diungkapkan
oleh Ki Tuwu yang merupakan salah satu pengamat sejarah kota Kediri sekaligus
seorang paranormal, menyatakan bahwa Kediri ini adalah kota Wingit dan semua pihak
mengakuinya. “ Sabdo nya Kartikea Singha itu masih berlaku di Kediri. Begitupun jika
ada pejabat di kota Kediri yang berani membawa harta dari kota Kediri dengan cara yang
tidak halal maka dia akan keluar dari kota Kediri dengan tidak punya apa-apa, “
tambahnya.
Konon mitos tersebut masih benar-benar dipercaya masyarakat setempat sampai
saat ini, bila presiden melewati wilayah jantung kota Kediri maka ia akan lengser. Entah
kebetulan atau tidak, tetapi beberapa presiden yang berkunjung ke Kediri sebelum
Presiden Susilo Bambang Yudoyono ( SBY ) selalu lengser. Presiden Ir. Soekaro, BJ.
Habibie dan Abdul Rahman Wahid ( Gus Dur ), lengser setelah tidak lama berkunjung ke
kota tahu itu. Yang masih lekat dalam ingatan, tiga hari usai melakukan kunjungan kerja
ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Presiden Abdul Rahman Wahid lengser dari
jabatanya. Begitu juga dengan Presiden BJ Habibie yang lengser setelah tak lebih dari
tiga bulan datang ke Kediri. Keangkeran Kota Kediri juga diakui Presiden Soeharto dan
Bahkan selama pemerintahan Bapak Soeharto selama 32 tahun , beliau tidak pernah
mengijakkan kaki ke Kediri.
Dalam riwayat Babat Kadiri, konon terdapat kutukan lain dalam kerajaan Kediri
tatkala terlibat dalam peperangan dengan musuh, yang bunyinya “ Jika pasukan Kediri
menyerah musuh di daerah lawan akan lebih dulu selalu memenangkan pertempuran,
akan tetapi sebliknya jika musuh langsung menyerah pada daerah jantung kerajaan maka
musuh itu akan selalu mendapat kejayaan yang gemilang.”
Mungkin karna kutukan-kutukan tersebut para Presiden RI tidak berani memasuki
wilayah Kediri terutama jatung kota Kediri, mereka selalu menghindari untuk singgah ke
kota Kediri setiap perjalanan di wilayah jawa timur. Ada yang menafsirkan tatkala ada
presiden yang berani singgah di Kediri maka posisi mereka bakal mudah diserang oleh
musuh atau lawan politiknya.
Masyarakat sekitar mengaitkan kutukan-kutukan tersebut dengan beberapa
tempat yang berada di Kediri, misalnya Simpang Lima Gumul di Kediri, yang dipercayai
sebagai pusat Kerajaan Kediri. Sementara kisah lain mengaitkan mitos dengan kutukan

12
Ibid
Sungai Brantas yang menjadi tapal batas Kerajaan Kediri, yakni bila ada raja, yang kini
disebut presiden, masuk ke Kediri melewati sungai Brantas maka akan lengser.
Mitos kutukan tersebut juga dipercayai oleh Presiden SBY yang mendengar cerita
tersebut kemudian menghormatinya dan memilih melewati jalan melingkar lewar Blitar
sebelum ke Kediri untuk menemui korban letusan Gunung Kelud.13 Awalnya kedatangan
Presiden SBY dianggap sebuah keberanian oleh sebagian masyarakat, hal ini dikarenakan
mitos yang santer terdengar begitu kuat bahwa Kediri merupakan kota angker yang
dikunjungi Presiden. Warga Desa Segaran Kecamatan Wates menyangsikan, apakah
Presiden SBY akan benar-benar datang ke Kediri atau hanya berkunjung ke Blitar, yang
juga pada saat letusan Gunung Kelud dijadikan sebagai tempat pengungsian. Benar saja
Presiden SBY datang ke Kediri namun dengan Trik yaitu memutar melewati Blitar untuk
menuju lokasi pengungsian di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Tujuannya agar
tidak melewati Sungai Brantas dan Jantung Kota Kediri.14
Yang baru- baru ini terjadi yaitu kunjungan kerja yang dilakukan Bapak Presiden
Joko widodo ke Jawa timur pada 3-4 Januari 2019. Wilayah yang di kunjungti oleh
Bapak Jokowi yaitu Blitar, Tulungagung, Trengalek dan Ponorogo. 15 Lagi-lagi kota
Kediri kembali tidak dikunjungi oleh Presiden RI. Dalam kunjungannya ke Jawa Timur
Presiden Jokowi akan meresmikan tiga proyek pembangunan pemerintahan pusat di
wilayah Tulungagung dan pembagian sertifikat tanah di Blitar. Tiga proyek di
Tulungagung diantaranya yaitu dua rumah susun di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
dan Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Stikip) PGRI Tulungangung
serta pembangunan Jembatan Ngujang 2.16
Kediri saat ini akan direncanakan membangun Bandara Kediri yang digadang-
gadang akan menjadi proyek besar dan Proyek Strategis Nasional (PSN). Pernyataan
tersebut dilontarkan oleh Menteri koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjahitan
saat berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, kota Kediri. Lokasi proyek
bandara Kediri yaitu berada di sebelah barat Sungai Berantas, Kabupatem Kediri.
Pembebasan lahan seluas 500 hektar dilakukan untuk menhindari Gunung Klotok, yang

13
Ridwan Muhamad. 2014. Presiden SBY Menjinakkan Kutukan Kediri. Dalam
http://www.google.com/amp/s/www.lendaindonesia.com/2014/02/08/presiden-sby/menjinakkan-kutukan-
kediri.html/amp diakses pada 31 Mei 2019 pukul 8.18
14
Detik News. http;//m.detik.com/news/berita/d-844431/kedatngan-sby-ke-kediri-dan-mitos-lengser-3-
presiden diakses pada 31 Mei 2019 pukul 8.25
15
Kompas. 2019. 3-4 januari , Jokowi Kunjungi Blitar, Tulungagung, Trengalek, Ponorogo. Dalam
http://regional.kompas.com/read/2019/01/03/10324301/3-4-januari-jokowi-kunjungi-blitar-tulungagung-trengalek-
ponorogo diakses pada 30 Mei 2019 Pukul 19.54
16
Muttaqin Andhar. 2019. Jokowi Kunker 2 Hari di Jatim, Bagi Sertifikat dan Resmikan Jembatan. Dalam
http://m.detik.com/news/berita-jawa-timur/d-4369006/jokowi-kunker-2-hari-di-jatim-bagi-sertifikat-dan-resmikan-
jembatan diakses pada 31 Mei 2019 pukul 9.01
merupakan sumber sejarah dan berkembangnya mitos-mitos di Kediri. Keberadaan
Bandara Kediri diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat sekitarnya.
Pengadaan Bandara Kediri juga dibiyayai oleh pabrik rokok PT Gudang Garam Tbk
Kediri sebesar Rp 10 Triliun. Dalam penyampaian proyek besar dan Strategis skala
Nasional tersebut Presiden Jokowi mewakilkannya kepada para Mentrinya. Nampaknya
mitos kutukan tersebut masih berlaku pada tahun 2019 ini. 17
Kisah mitos yang serupa juga terjadi di Bojonegoro, konon dari 6 presiden yang
berani masuk wilayah Bojonegoro hanya Soekarno. Namun mitos tersebut tidak telalu
kuat terdengar dibandingkan di Kediri. Tatapi para pemuka agama maupun tetua dulu
yang menyebut pantang dalam peperangan lebih dulu menyeberangi bengawan sore
( sekarang bengawan solo ). Barang siapa yang telebih dahulu menyebrang pasti bakal
kalah. Kisah ini terbukti dalam kisah peperangan hebat di Bengawan Solo yang
menewaskan Arya Penangsang alias Aryo Jipang, penguasa Kabupaten Jipang.
Arya Panangsang tewas bersama kudanya si Gerak Rimpang, setelah dikeroyok
oleh prajurit Sultan Panjang, Sultan Hadiwijaya alias Maskarebet atau jaka Tingkir.
Dalam cerita buku Babad Tanah Jawi yang disusun oleh W.L Oltof di Leiden, Belanda
pada Tahun 1941, untuk membunuh Arya Panangsang memang tidak mudah karena
memiliki kesaktian tiada tanding, namun akhirnya Arya Panangsang mati dicacah pedang
dan tombak setelah dia melanggar kutukan, yakni menyerang lebih dulu dengan
menyebrang bengawan.18

D. Simpulan
Kediri merupakan wilayah yang ditakuti oleh para Presiden Republik Indonesia.
Kediri dianggap kota “wingit”, hal tersebut dikarenakan adanya mitos kutukan kerajaan
kediri yang dipercayai oleh masyarakat sekitar bahkan khalayak umum. Menurut mitos
yang berkembang di masyarakat barang siapa pemimpin yang berani singgah atau
melewati wilayah Kediri akan lengser dari jabatan yang sedang didudukinya dan apabila
masih dalam masa pencalonan maka akan gagal dalam pencalonannya.
Berdasarkan penelusuran sejarah membenarkan bahwa “wingitnya” kota Kediri
dibanding dengan kota lain cukup besar bagi penguasa Nusantara. Hal tersebut
dikarenakan adanya mitos dari kutukan Kartikea Singha” . Kartikea Singha merupakan
suami dari Ratu Shima yang pada saat itu merupakan penguasa di Kerajaan kalingga
17
Berita Jatim. 2018. Ditandatangani Jokowi Bandara Kediri Jadi Pproyek Strategis Nasional. Dalam
http://m.kumparan.com/amp/beritajatim/ditandatangani-jokowi-bandara-kediri-jadi- proyek-strategis-nasional-
27431110790547100. Diakses pada 30 Mei 2019 pukul 19.57
18
Mubarok Imam . 2014. Cerita di Balik Mitos Presiden Takut Masuk Wilayah Kediri. Dalam
http://www.google.com/amp/s/m.merdeka.com....
( Pra Mataram Hindu abad ke-6) di Keling Kepung Kabupaten Kediri. Kutukannya
sangat jelas, “ Barang siapa kepala Negara yang tidak suci benar masuk wilayah kota
Kediri maka dia akan jatuh” begitulah menurut Kyai Ngabehi Agus Sunyoto, budayawan
penulis Atlas Walisongo.
Menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa Kerajaan Kalingga (Daha) yang
dipimpin oleh Kartikea Singha menjalin hubungan kerjasama yang erat dengan kerajaan
Majapahit yang pada saat itu menunjuk Maha Patih Gajah Mada untuk mejadi Raja
Perwakilan di Kediri. Gajah Mada memberikan kontoibusinya dengan ikut
menyempurnakan Kitab Kalingga Darmasastra karya Kartikea Singha Kepala Negara
Kerajaan Kalingga di abad ke-6, setelah sebelumnya disempurnakan pada masa
Wisnuwardana di zaman Singgasari dengan Kitab Undang-Undang yang diberi nama
Purwadigama Darmasastra yang terdiri dari 174 pasal.
Ketika Gajah Mada adalah menjadi raja perwakilan di Kediri, dia diberi gelar
Bhre Daha penguasa Kediri. Karena niatnya suci maka dia semakin kuat dan mampu
membawa kejayaan nusantara meski ia dari kerajaan Majapahit”
Pada tahun 1527 jawa dalam keadaan pecah belah dan kekuasaan majapahit
berakhir kemudian bergeser kembali ke Kediri ( Daha ) dengan pusat Pemerintahan di
Keling Kepung Kediri di bawah kekuasaan Dinasti Girindrawardana dengan nama
kerajaanya yaitu Wilwatika Daha Jenggala Kadiri, seperti yang dikatakan dalam Prasasti
Jiu pada tahun 1486. Namun kerajaan ini pun berakhir akibat perluasan Islam, oleh
intervensi Giri yang menganggap dinasti yang berkuasa bukanlah kelanjutan dari dinasti
yang memerintah Majapahit terdahulu.
Berakirnya masa kejayaan kerajaan tidak menjadi akhir dari berkembangnya
mitos kutukan dari Kartikea Singha, hal tersebut berkembang hingga era kemerdekaan
pada Tahun 1945 bahkan hingga sekarang. Hal tersebut dibuktikan dengan dari semua
presiden RI hanya Ir. Soekarno, Bj. Habibie dan Gus dur yang berani masuk wilayah
Kediri, presiden setelahnya hampir tidak pernah datang ke wilayah Kediri. Kalaupun
berani mereka hanya masuk wilayah pinggiran Kediri tetapi tidak berani masuk jantung
pemerintahan. Rata-rata mereka selalu was-was. Bahkan pada saat Presiden SBY
melakukan kunjungannya Gunung Kelud paska ledakan gunung meletus beliau lebih
memilih jalan memutar melewati blitar untuk menemui korban letusan Gunung Kelud.
Selain itu Presiden Jokowi baru-baru ini melakukan kunjungan kerja di wilayah Jawa
Timur juga tidak singgah di wilayah Kediri dan dalam peninjauan Proyek Bandara Kediri
Presiden Jokowi mewakilkan pada Menteri Koordinator Kemaritiman.
Hal uniknya dari kutukan tersebut tidak hanya berlaku pada pemimpin di luar
daerah, pasalnya ada sendiri porsi sendiri untuk para pejabat di Kediri “ Sabdo nya
Kartikea Singha itu masih berlaku di Kediri. Begitupun jika ada pejabat di kota Kediri
yang berani membawa harta dari kota Kediri dengan cara yang tidak halal maka dia akan
keluar dari kota Kediri dengan tidak punya apa-apa, “.
Kisah mitos yang serupa juga terjadi di Bojonegoro, konon dari 6 presiden yang
berani masuk wilayah Bojonegoro hanya Soekarno. Namun mitos tersebut tidak telalu
kuat terdengar dibandingkan di Kediri. Tatapi para pemuka agama maupun tetua dulu
yang menyebut pantang dalam peperangan lebih dulu menyeberangi bengawan sore
( sekarang bengawan solo ). Barang siapa yang telebih dahulu menyebrang pasti bakal
kalah. Kisah ini terbukti dalam kisah peperangan hebat di Bengawan Solo yang
menewaskan Arya Penangsang alias Aryo Jipang, penguasa Kabupaten Jipang.
Adapun kesimpulan dari Mitos Kutukan Kartikea Singha Terhadap Pemimpin
Negara yaitu mitos kutukan tersebut masih dipercaya oleh masyarakat sekitar maupun
luar daerah hal tersebut dibuktikan dengan masih enggannya para pemimpin Negara
( Presiden RI ) untuk memasuki wilayah Kediri baik sekedar leawat maupun melakukan
kunjungan kerja di Kediri. Kalaupun mereka berani mereka memilih jalan memutar agar
tidak melewati Jantung Kota Kediri ( yang sekarang Jalan Dhoho ) dan Sungai Brantas
sebagai tempat yang di duga sumber dari Kutukan Tersebut.
Namun masyarakat boleh percaya atau boleh juga tidak, terlepas dari mitos yang
belum tentu kebenarannya dalam ilmiah, tetapi kita sebagai bangsa yang berbudaya
tentunya wajib melestarikan budaya-budaya leluhur kita. Tentu kita harus saling
menghargai dan menghormati budaya-budaya maupun mitos yang berkembang di suatu
daerah, termasuk mitos yang ada di wilayah Kediri ini.

DAFTAR PUSTAKA
Berita Jatim. 2018. Ditandatangani Jokowi Bandara Kediri Jadi Pproyek Strategis
Nasional. Dalam http://m.kumparan.com/amp/beritajatim/ditandatangani-jokowi-bandara-kediri-
jadi- proyek-strategis-nasional-27431110790547100. Diakses pada 30 Mei 2019 pukul 19.57
Detik News. http;//m.detik.com/news/berita/d-844431/kedatngan-sby-ke-kediri-dan-
mitos-lengser-3-presiden diakses pada 31 Mei 2019 pukul 8.25
Endraswara Suwandi. 2012. Falsafah Hidup Jawa : Menggali Mutiara Kebijakan
Intisari Filsafat Kejawaan. Yogyakarta : Penerbit Cakrawala.
Haviland Wiliam A. 1993. Antropology, diterjemahkan R. G Soekadjo, Antropologi
Jakarta : Penerbit Erlangga.
http ://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/2._Bahan_ajar_hindu_budha_.pdf
Kompas. 2019. 3-4 januari , Jokowi Kunjungi Blitar, Tulungagung, Trengalek,
Ponorogo. Dalam http://regional.kompas.com/read/2019/01/03/10324301/3-4-januari-jokowi-
kunjungi-blitar-tulungagung-trengalek-ponorogo diakses pada 30 Mei 2019 Pukul 19.54
Kurzweil Edith. 2010. Jaringan Kuasa Strukturalisme dari Levi-Strauss sampai
Foucault, terj. Nurhadi dari “The Age of Structuralisme From Levi-Strauss to Foucault”,
.Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010. hal. 21-22.
Mubarok Imam. 2014. Cerita di Balik Mitos Presiden Takut Masuk Wilayah Kediri.
Dalam http://www.google.com/amp/s/m.merdeka.com/amp/peristiwa/cerita -di-balik-mitos-
presiden-takut-masuk-wolayah-kediri.html diakses pada 31 Mei 2019 pukul 8.07
Muttaqin Andhar. 2019. Jokowi Kunker 2 Hari di Jatim, Bagi Sertifikat dan Resmikan
Jembatan. Dalam http://m.detik.com/news/berita-jawa-timur/d-4369006/jokowi-kunker-2-hari-
di-jatim-bagi-sertifikat-dan-resmikan-jembatan diakses pada 31 Mei 2019 pukul 9.01
Pilus A Partanto dan M Dahlan Al Barry. 2001. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya :
Arkola
Ridwan Muhamad. 2014. Presiden SBY Menjinakkan Kutukan Kediri. Dalam
http://www.google.com/amp/s/www.lendaindonesia.com/2014/02/08/presiden-sby/menjinakkan-
kutukan-kediri.html/amp diakses pada 31 Mei 2019 pukul 8.18
Robin. Agama dan Mitos : Dari Imajinasi Kreatif Menuju Realitas Yang Dinamis. dalam
El-Harakah Jurnal Budaya Islam, Vol.9, No.3. hal .194
Simon Fransiskus. 2016. Kebudayaan dan Waktu Senggang. Yogyakarta : Jalasutra
Sugioyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar
Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Wadiji. 2011. Akulturasi Budaya Banjar di Banua Halat. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher

Anda mungkin juga menyukai