Asrif
Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara
Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja
Anduonohu, Kendari 93231
Pos-el: as.lamadira@gmail.com
(Diterima 5 Januari 2015; Direvisi 6 April 2015; Disetujui 28 April 2015)
Abstract
The modernity of society does not constantly abolish society’s belief in myth. Myth is still
considered as a control in the society’s life. The change of community’s perspective recognizes
myth as the imperfect oral tradition, just a tale, and inappositeness to the era. In fact, some kinds
of myths are maintained for certain purposes in out of their formal text. This study focused on two
main problems, namely; 1) how was the discourse of Imbu myth for Wakatobi maritime
community? and 2) how was the effect of myth toward marine conservation in Wakatobi Islands?
Result of this study showed that maritime community in Wakatobi uphold the Imbu myth—nine-
sleeved of octopus—that be thought as a giant to destroy the ships. The sanction of Imbu could
create the positive equilibrium between human and natural marine. Marine was not arbitrarily
viewed as an economic resources, but as a natural resource, which should be protected.
Therefore, the Imbu myth should be continually discussed because it can control community’s
attitude toward marine conservation.
Keywords: Imbu myth, marine conservation, Wakatobi islands
Abstrak
Kemodernan masyarakat masa kini tidak serta-merta meniadakan kepercayaan terhadap
mitos yang melingkupi dan mengontrol kehidupan mereka. Perubahan cara pandang masyarakat
menempatkan mitos sebagai tradisi kelisanan yang tidak akurat, dongeng semata, dan tidak
sesuai dengan perkembangan zaman. Namun faktanya, beragam mitos tetap ditradisikan untuk
tujuan-tujuan tertentu di luar teks formal mitos itu sendiri. Penelitian ini menetapkan dua
masalah pokok, yakni 1) bagaimana wacana mitos Imbu dalam masyarakat maritim Wakatobi?
dan 2) bagaimana pengaruh mitos Imbu terhadap pelindungan alam laut Wakatobi. Penelitian
menemukan masyarakat maritim di Wakatobi memegang teguh mitos Imbu—gurita raksasa
berlengan sembilan—yang dianggap sebagai makhluk raksasa yang mampu merusak dan
menenggelamkan kapal. Ingatan masyarakat akan sanksi Imbu bagi para perusak alam laut
mampu menciptakan relasi keseimbangan yang positif antara manusia dan alam laut. Alam laut
tidak dipandang sebagai ladang sumber daya ekonomi yang dapat diperlakukan semena-mena,
tetapi sebagai alam yang perlu dijaga dan dihormati. Oleh karena itu, mitos Imbu perlu terus
diwacanakan karena mampu mengontrol niat dan tindakan masyarakat yang pada akhirnya
melindungi alam laut.
Kata-kata kunci: mitos, pelindungan alam laut, kepulauan Wakatobi
84
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…
sebagai karya fiktif yang irasional. Isi menyebut mitos sebagai sastra lisan
mitos yang antara lain mengenai kisah yang unik. Peursen (dalam Duija, 2013,
dewa-dewa penguasa alam, cerita asal hlm. 255) menyatakan inti cerita adalah
usul, tokoh-tokoh hero, ataupun tokoh- lambang-lambang yang mencetuskan
tokoh lain yang dilambangkan dengan pengalaman manusia purba; lambang-
perwujudan dan karakter menyeramkan lambang kebaikan dan kejahatan, hidup
disebut sulit untuk dibuktikan dan kematian, dosa dan penyucian,
kebenarannya. Mitos kurang (tidak) perkawinan dan kesuburan, firdaus dan
diyakini dan tidak lagi menjadi akhirat. Dalam mitos dapat disaksikan
pedoman sebagian besar masyarakat bagaimana manusia menyusun strategi,
modern, tak terkecuali masyarakat yang mengatur hubungan antara daya-daya
bermukim di pelosok dan kepulauan. kekuatan alam semesta. Mitos adalah
Sastra lisan ini ditempatkan sebagai sebuah cerita yang memberikan
kepercayaan masyarakat lama yang pedoman dan arah tertentu kepada
tidak berkesesuaian dengan cara sekelompok orang baik disampaikan
pandang masyarakat modern. melalui cerita ataupun melalui
Kurangnya pengkajian makna pertunjukan.
dan fungsi mitos berakibat pada Pendapat-pendapat di atas
semakin memudarnya penuturan mitos menegaskan mitos tidak sekadar
di dalam berbagai kebudayaan umat wacana irasional, melainkan di dalam
manusia padahal, Ratna (2011, hlm. wacana mitos terdapat nilai dan makna
110–111) menjelaskan bahwa mitos yang membantu manusia menjalani
pada masa sekarang merupakan model kehidupan. Duija (2013, hlm. 256)
untuk bertindak yang selanjutnya mengajukan pendekatan holistik-
berfungsi memberikan makna dan nilai integral dalam rangka mendalami dan
bagi kehidupan. Demikian pula halnya memaknai suatu mitos. Menurutnya,
Santosa (2013, hlm. 97) yang menyebut analisis mitos melibatkan konteks di
mitos memiliki pesan yang tersirat yang mana mitos itu lahir dan berkembang,
dapat dimanfaatkan sebagai serta diyakini oleh pemilik cerita.
pembentukan karakter dan identitas jati Melemahnya pewacanaan mitos
diri kebangsaan, termasuk pada masa sekarang disebabkan oleh
pengembangan kearifan lokal daerah. berbagai hal antara lain sistem pranata
Mitos menggerakkan kehidupan sosial sosial budaya (adat) yang makin
dan menjadi tumpuan dalam bertindak melemah, materi kurikulum pendidikan
sebagaimana dijelaskan Barthes (dalam nasional yang kurang memberi ruang
Ratna 2011, hlm. 110-111) manusia bagi pemaknaan mitos, dan lemahnya
hidup atas dasar mitos-mitos yang ada dukungan dan partisipasi orang tua
di sekelilingnya. Menurut Barthes, dalam membina karakter anak.
manusia hidup dalam alam mitos dan Kehadiran beragam hiburan modern
bahkan dikendalikan oleh mitos. yang dapat ditonton di televisi, film,
Pemaknaan mitos tidak dilakukan media online, pusat perbelanjaan, dan
secara parsial, melainkan melibatkan tempat hiburan lain yang kurang
konteks yang melatari lahirnya mitos. berkesesuaian dengan kearifan lokal
Ratna (2011, hlm. 110) masyarakat Indonesia telah merampas
memahami mitos sebagai wacana hak-hak anak untuk memperoleh
fiksional yang dipertentangkan dengan pendidikan kebudayaannya.
wacana logos (wacana rasional), Masyarakat hari ini telah
sedangkan Santosa (2013, hlm. 47) menjelma menjadi masyarakat modern
85
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98
86
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…
yang hanya 3%. Luasnya alam laut juga dijumpai di pesisir selatan
menjadikan masyarakat Kepulauan Kepulauan Filipina (Tarimana, 1995).
Wakatobi menggantungkan Profesi yang dijalani di wilayah
kehidupannya pada ketersediaan perantauan di timur Indonesia antara
sumber daya alam laut. Deskripsi lain sebagai petani dan pedagang.
tentang mitos Imbu diperoleh dari Sebaliknya, di wilayah barat Indonesia
pengisahan masyarakat Wakatobi (Kepri, Bangka Belitung, Jawa Timur,
mengenai mitos Imbu. Peneliti Singapura, dan Malaysia), perantau
membekukan cerita mitos Imbu Wakatobi bekerja sebagai nelayan,
menggunakan perekam suara, yang buruh bangunan, dan penambang timah.
selanjutnya ditranskripsi dan Tingginya angka perantauan
diterjemahkan ke dalam bahasa disebabkan oleh terbatasnya lapangan
Indonesia. Hasil rekaman cerita mitos kerja di gugusan pulau-pulau Wakatobi.
Imbu diperkaya dengan data-data Kondisi tanah yang tidak cocok
wawancara terutama mengenai persepsi dijadikan lahan perkebunan seolah
masyarakat terhadap mitos Imbu, serta memaksa penduduknya merantau ke
dikaji dengan menggunakan berbagai pulau lain, baik sebagai
pendekatan folklor modern. Folklor pedagang antarpulau ataupun sebagai
modern memperhatikan aspek lore petani atau pekerja pada sektor-sektor
ataupun folk dari folklor yang diteliti. lainnya.
Hasil kajian bersifat emik, yakni Tingginya mobilitas masyarakat
melihatnya dari sudut folk yang menjadi Kepulauan Wakatobi memanfaatkan
objek penelitian (Danandjaja, 2008). alam laut sebagai ruang pergerakan
menjadikan masyarakat kepulauan itu
MASYARAKAT KEPULAUAN sebagai salah satu suku maritim
WAKATOBI DAN MITOS IMBU (Hughes, 1984, hlm. 152; Southon,
1995, hlm. 5) di Indonesia selain suku
Kemaritiman Masyarakat Wakatobi Makassar, Bugis, Mandar, Madura, dan
Bajo. Karakteristik kemaritiman
Sejak tahun 2003 wilayah masyarakat Wakatobi tersebut juga
Kepulauan Tukang Besi menjadi daerah telah dipaparkan oleh Malihu (1998,
otonom baru bernama Kabupaten hlm. iv) yang menyebutkan beberapa
Wakatobi, terpisah dari wilayah peneliti asing misalnya Ligvoet (1878),
administrasi pemerintahan Kabupaten Dick (1975a, 1975b, 1985, 1987),
Buton. Keadaan geografis Kepulauan Horridge (1979a, 1981) Evers (1985),
Wakatobi yang 97% berupa laut Schoorl (1985), dan Liebner (1990)
mengondisikan masyarakatnya bekerja yang melakukan pengkajian tradisi
sebagai nelayan tradisional, pedagang pelayaran masyarakat Wakatobi. Di
antarpulau, dan merantau ke berbagai wilayah Timur Indonesia, masyarakat
wilayah lain di Indonesia seperti ke Wakatobi disebut sebagai masyarakat
Maluku dan Maluku Utara, Nusa paling dinamis dan ekspansif bersama
Tenggara Timur, Papua dan Papua masyarakat maritim Makassar dan
Barat, Kalimantan Timur, Kepulauan Bugis (Southon, 1995, hlm. 5; Hadara,
Riau, dan Bangka Belitung bahkan 2006, hlm. 2). La Ode Manarfa—Ketua
merantau ke Singapura, Malaysia Umum Pepelra era 1990-an—
(Zahari, 1978; Zuhdi, 2014), Brunei menyatakan jumlah perahu-perahu
Darussalam (Hadara, 2014; Munafi, layar yang beroperasi di seluruh
2014), dan komunitas-komunitas Buton Nusantara tersebar di 39 pelabuhan
87
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98
88
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…
89
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98
90
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…
91
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98
92
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…
bahkan dikendalikan oleh mitos. Alam kearifan dan pengetahuan lokal itu.
semesta dipenuhi oleh dugaan, saran, Anak usia dini hingga level Sekolah
dan interpretasi dalam pengertian yang Dasar (SD) mengenal dengan baik
lebih luas. Setiap objek dalam posisi karakter-karakter film kartun Kesatria
yang sangat tertutup dengan sengaja Baja Hitam, mereka begitu runut
dirahasiakan dapat berubah ke dalam menceritakan ulang tayangan
bentuk oral (kelisanan) yang secara Doraemon dan Nobita, cermat
bebas dapat ditafsirkan. menyebutkan satu per satu pemeran
Pada masa sekarang, merawat tokoh utama dalam kartun Upin dan
mitos bukan perkara mudah. Generasi Ipin. Demikian pula halnya peserta
muda sebagai objek pewacanaan mitos didik level SMP dan SMA yang aktif
dalam rangka pembentukan karakter menjadi pengonsumsi berbagai sinetron
telah berada pada posisi berjarak Korea yang disuguhkan di televisi-
dengan mitos. Generasi muda televisi. Mereka akan merasa tidak gaul
cenderung mengisi kekosongan ketika tidak mengenal nama-nama
kegiatan dengan membaca komik yang personel grup band Korea, lengkap
berlatar budaya asing, menonton dengan sejarah grup band itu. Begitu
sinetron, atau bermain game online di ada konsernya di Indonesia, mereka
warung-warung internet. Membaca mati-matian mencari uang untuk bisa
komik asing bukan berarti sesuatu yang membeli tiket yang harganya tentu
negatif, namun perlu tidak murah. Akibatnya, generasi muda
menyeimbangkannya dengan sebagai pelanjut estafet pembangunan
pemahaman akan budaya lokal bangsa menjadi asing dengan berbagai
misalnya mengenal dan memahami mitos yang ada. Segala mitos dipandang
mitos-mitos di sekitarnya. sebagai kepercayaan lama, kuno, dan
Mitos-mitos yang beredar di sekadar dongeng yang tidak
tengah masyarakat luas sebagian besar berkesesuaian dengan kebutuhan
telah memudar seiring dengan masyarakat kekinian.
terbatasnya ruang untuk mewacanakan Mitos dan segala produk budaya
mitos-mitos itu. Meningkatnya aktivitas masa lampau tidak semuanya
keseharian masyarakat kekinian bertentangan dengan zaman kekinian.
berdampak pada kurangnya perhatian Produk pengetahuan dan kearifan lokal
masyarakat terhadap tradisi (kebiasaan) masa lampau justru hadir sebagai energi
lama, pengetahuan tradisional, adat- bagi kehidupan manusia masa kini,
istiadat, termasuk mitos yang bahkan juga masa yang akan datang
membentuk dan memengaruhi pranata (Ratna, 2011, hlm. 84). Ahli tradisi
sosial suatu kelompok masyarakat. lisan dari Universitas Udayana Bali itu
Orang tua dan tokoh masyarakat yang menegaskan bahwa kehidupan masa
menjadi garda terdepan dalam kini adalah akumulasi masa lampau
mewacanakan mitos, menghabiskan sebagai pengalaman terdahulu.
waktu dengan aktivitas keseharian yang Pendapat Ratna tersebut selaras dengan
pada akhirnya menjauhkan mereka dari realitas yang terjadi di Kepulauan
proses merawat dan mewariskan mitos. Wakatobi yang mana kelestarian alam
Sekolah sebagai lembaga laut Wakatobi salah satunya disebabkan
pendidikan formal yang sebenarnya oleh hadirnya wacana mitos yang
dapat memahamkan peserta didik akan membangun prinsip-prinsip pelestarian
nilai positif merawat mitos juga tidak alam lautnya. Lestarinya alam laut
berpihak pada pemanfaatan berbagai Wakatobi sejalan dengan hasil
93
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98
penelitian Ahmad Sukri Ahkap yang mitos kepada peserta didik. Lingkungan
meneliti keterjagaan hutan dan sungai sekolah dapat diposisikan sebagai ruang
di kawasan Lelap Menduk, pulau pewacanaan dan pemaknaan mitos
Bangka. Menurutnya, keberadaan nilai- sekaligus pewarisan mitos itu. Jika
nilai lokal menjadi faktor pendukung tidak, harapan pewacanaan mitos
dan jaminan keterjagaan hutan dan sebagai ruang kultural membangun
sungai di pulau Bangka (Ahkap, 2011, peradaban dan pelindungan alam akan
hlm. xiii). sulit terwujud. Pada tingkatan
Kurikulum Tingkat Satuan perguruan tinggi, pengkajian mitos
Pendidikan (KTSP) ataupun Kurikulum pada jurusan-jurusan yang terkait ilmu
2013 membuka harapan budaya atau sastra perlu mendapat
tereksplorasinya berbagai pengetahuan perhatian serius. Mahasiswa perlu
dan kearifan lokal masyarakat sekitar dibekali cara mengungkap dan
sekolah. Kurikulum 2013 mendorong memahami fungsi mitos yang dapat
peserta didik agar mampu dengan baik dimulai dari mitos-mitos yang
melakukan observasi, bertanya, dituturkan di sekitar tempat tinggal
bernalar, dan menekankan perhatian mereka. Jika pewacanaan dan
pada fenomena alam, sosial, seni, dan pengkajian mitos pada tingkatan
budaya. Guru dapat memanfaatkan pendidikan dasar, pendidikan
sejumlah pengetahuan dan kearifan menengah, dan pendidikan tinggi
lokal masyarakat setempat sebagai diabaikan, maka sama halnya dengan
bahan pendukung materi pelajaran. melakukan penghilangan sejumlah
Guru bersama dengan peserta didiknya kearifan lokal, pengetahuan lokal, dan
memiliki ruang dan waktu yang cukup konsepsi berpikir masyarakat lampau.
untuk mewacanakan dan memaknai Kita akan kehilangan pustaka lisan
mitos-mitos lokal sebagai pengetahuan yang di dalamnya mengoleksi
dan kearifan lokal yang berguna bagi pengetahuan lampau yang nilai-nilai
pelestarian alam dan kesejahteraan positifnya dapat didayagunakan bagi
masyarakat. Dengan pendekatan pengembangan masyarakat saat ini dan
tematik-integratif, peserta didik akan berikutnya.
lebih peka dan tanggap terhadap Uraian di atas menekankan
perubahan sosial terutama yang terjadi perlunya merawat dan mewariskan
pada tingkat lokal. Peserta didik tidak keberadaan mitos yang oleh masyarakat
lagi menjadi asing pada kebudayaan modern dinilai sebagai sesuatu yang
sendiri. Peserta didik hadir sebagai ketinggalan zaman, kuno, tidak ilmiah,
pemilik dan pewaris berbagai dan tak bermakna. Mitos sebaiknya
pengetahuan dan kearifan lokal, diperlakukan sebagai cara pandang atau
mengenali, memahami, dan konsep hidup yang bertujuan positif
mengembangkannya untuk bagi pembentukan karakter, sebagai
kesejahteraan masyarakat setempat. alat kontrol sosial, ataupun sebagai cara
Kurikulum memberi ruang lain untuk melindungi alam dari usaha-
kepada guru untuk memanfaatkan usaha yang mengganggu interaksi
ketersediaan nilai-nilai lokal sebagai kehidupan manusia dengan alam. Tidak
bahan pembelajaran. Guru memiliki semua mitos masih berkesesuaian
waktu yang cukup lama untuk dengan zaman. Namun demikian, masih
mengeksplorasi berbagai mitos yang banyak mitos yang masih selaras
beredar di tengah-tengah masyarakat dengan situasi dan kebutuhan kekinian.
dan menanamkan nilai-nilai kearifan Manusia hidup di tengah-tengah mitos
94
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…
95
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98
sebaliknya mitos-mitos yang sulit bagi masyarakat masa kini dan akan
dirasionalisasi berpotensi melemah. datang. Mitos dengan segala bentuknya
Artinya, modernitas suatu masyarakat memberi pemaknaan melalui cara-cara
tidak serta-merta akan menghilangkan yang unik akan relasi manusia dengan
sejumlah mitos yang pernah melingkupi alam. Makna, pengetahuan, dan
kepercayaan masyarakat itu. kearifan lokal disampaikan melalui
Keberlanjutan mitos pada masyarakat dalam mitos dengan cara yang samar.
modern ditentukan oleh kemanfaatan Mitos merupakan cara masyarakat
mitos itu bagi masyarakat lampau menyampaikan makna yang
pendukungnya. Jika suatu mitos oleh Ratna (2011) disebut sebagai
memiliki perang penting dalam produk budaya masa lampau masih
kebudayaan suatu masyarakat, maka memiliki kesinambungan dengan masa
mitos itu cenderung akan kekinian. Menurut Ratna kehidupan
dipertahankan. masa kini adalah akumulasi masa
Mitos Imbu dalam tradisi lisan lampau sebagai pengalaman terdahulu.
masyarakat Wakatobi bukan ingin Oleh karena itu, mitos sebagai salah
mengukuhkan keberadaan sosok satu bentuk pengetahuan dan kearifan
misterius kraken tetapi lebih pada lokal perlu terus diwacanakan agar
upaya meningkatkan harmonisasi nilai-nilai kebermanfaatannya dapat
manusia dengan alam sekitarnya. terus dinikmati oleh masyarakat masa
Persaudaraan manusia dengan kraken kini dan akan datang.
merupakan simbolitas dari hubungan Pewacanaan mitos Imbu bersama
manusia dengan alam laut. Alam laut mitos dan ritual kemaritiman lainnya
sebagai penyedia sumber daya alam yang telah berlangsung lama berperan
yang memberi kemanfaatan bagi penting dalam melindungi alam laut.
masyarakat Wakatobi perlu dijaga agar Pelindungan alam laut pada dasarnya
segala sumber daya alam yang ada di merupakan usaha untuk melindungi
alam laut tetap berkesinambungan. keberlanjutan hidup umat manusia di
Hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Sikap bijak terhadap alam
didasari oleh falsafah budaya setempat laut perlu dipahami sebagai upaya
yang menempatkan pihak lain sebagai menciptakan relasi harmonis antara
bagian dari diri sendiri. Jika merusak manusia sebagai pemanfaat laut dan
alam laut berarti merusak diri sendiri, laut sebagai pihak yang termanfaatkan.
sebaliknya jika merawat alam laut Mitos Imbu berfungsi menjaga relasi
berarti merawat cadangan sumber daya kedua pihak itu, yakni manusia dan
alam demi keberlanjutan hidup manusia alam laut.
pada masa-masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
Ahkap, S. A. (2011). Flora penyusunan
Keberadaan sejumlah mitos vegetasi hutan desa di wilayah
pelestarian alam laut yang banyak kuasa penambangan PT Timah
tersebar di tengah-tengah masyarakat Tbk sebagai wujud konservasi
seharusnya tetap dirawat dan lingkungan menurut kearifan
dimanfaatkan bagi keberlanjutan lokal. Tesis. Program
pembangunan dan kesejahteraan Pascasarjana Universitas Gadjah
masyarakat. Mitos tidak sekadar cerita Mada. Yogyakarta.
lama yang tidak memiliki nilai manfaat
96
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…
97
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98
98