Anda di halaman 1dari 15

KANDAI

Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 84—98

PENGARUH MITOS IMBU TERHADAP PELINDUNGAN ALAM LAUT


KEPULAUAN WAKATOBI
(The Effect of Imbu Myth toward Marine Conservation in Wakatobi Island)

Asrif
Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara
Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja
Anduonohu, Kendari 93231
Pos-el: as.lamadira@gmail.com
(Diterima 5 Januari 2015; Direvisi 6 April 2015; Disetujui 28 April 2015)
Abstract
The modernity of society does not constantly abolish society’s belief in myth. Myth is still
considered as a control in the society’s life. The change of community’s perspective recognizes
myth as the imperfect oral tradition, just a tale, and inappositeness to the era. In fact, some kinds
of myths are maintained for certain purposes in out of their formal text. This study focused on two
main problems, namely; 1) how was the discourse of Imbu myth for Wakatobi maritime
community? and 2) how was the effect of myth toward marine conservation in Wakatobi Islands?
Result of this study showed that maritime community in Wakatobi uphold the Imbu myth—nine-
sleeved of octopus—that be thought as a giant to destroy the ships. The sanction of Imbu could
create the positive equilibrium between human and natural marine. Marine was not arbitrarily
viewed as an economic resources, but as a natural resource, which should be protected.
Therefore, the Imbu myth should be continually discussed because it can control community’s
attitude toward marine conservation.
Keywords: Imbu myth, marine conservation, Wakatobi islands

Abstrak
Kemodernan masyarakat masa kini tidak serta-merta meniadakan kepercayaan terhadap
mitos yang melingkupi dan mengontrol kehidupan mereka. Perubahan cara pandang masyarakat
menempatkan mitos sebagai tradisi kelisanan yang tidak akurat, dongeng semata, dan tidak
sesuai dengan perkembangan zaman. Namun faktanya, beragam mitos tetap ditradisikan untuk
tujuan-tujuan tertentu di luar teks formal mitos itu sendiri. Penelitian ini menetapkan dua
masalah pokok, yakni 1) bagaimana wacana mitos Imbu dalam masyarakat maritim Wakatobi?
dan 2) bagaimana pengaruh mitos Imbu terhadap pelindungan alam laut Wakatobi. Penelitian
menemukan masyarakat maritim di Wakatobi memegang teguh mitos Imbu—gurita raksasa
berlengan sembilan—yang dianggap sebagai makhluk raksasa yang mampu merusak dan
menenggelamkan kapal. Ingatan masyarakat akan sanksi Imbu bagi para perusak alam laut
mampu menciptakan relasi keseimbangan yang positif antara manusia dan alam laut. Alam laut
tidak dipandang sebagai ladang sumber daya ekonomi yang dapat diperlakukan semena-mena,
tetapi sebagai alam yang perlu dijaga dan dihormati. Oleh karena itu, mitos Imbu perlu terus
diwacanakan karena mampu mengontrol niat dan tindakan masyarakat yang pada akhirnya
melindungi alam laut.
Kata-kata kunci: mitos, pelindungan alam laut, kepulauan Wakatobi

PENDAHULUAN budaya masyarakat lampau yang tidak


berkesesuaian lagi dengan kebudayaan
Pada masa sekarang kita masyarakat modern. Mitos dianggap
cenderung menempatkan mitos sebagai

84
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…

sebagai karya fiktif yang irasional. Isi menyebut mitos sebagai sastra lisan
mitos yang antara lain mengenai kisah yang unik. Peursen (dalam Duija, 2013,
dewa-dewa penguasa alam, cerita asal hlm. 255) menyatakan inti cerita adalah
usul, tokoh-tokoh hero, ataupun tokoh- lambang-lambang yang mencetuskan
tokoh lain yang dilambangkan dengan pengalaman manusia purba; lambang-
perwujudan dan karakter menyeramkan lambang kebaikan dan kejahatan, hidup
disebut sulit untuk dibuktikan dan kematian, dosa dan penyucian,
kebenarannya. Mitos kurang (tidak) perkawinan dan kesuburan, firdaus dan
diyakini dan tidak lagi menjadi akhirat. Dalam mitos dapat disaksikan
pedoman sebagian besar masyarakat bagaimana manusia menyusun strategi,
modern, tak terkecuali masyarakat yang mengatur hubungan antara daya-daya
bermukim di pelosok dan kepulauan. kekuatan alam semesta. Mitos adalah
Sastra lisan ini ditempatkan sebagai sebuah cerita yang memberikan
kepercayaan masyarakat lama yang pedoman dan arah tertentu kepada
tidak berkesesuaian dengan cara sekelompok orang baik disampaikan
pandang masyarakat modern. melalui cerita ataupun melalui
Kurangnya pengkajian makna pertunjukan.
dan fungsi mitos berakibat pada Pendapat-pendapat di atas
semakin memudarnya penuturan mitos menegaskan mitos tidak sekadar
di dalam berbagai kebudayaan umat wacana irasional, melainkan di dalam
manusia padahal, Ratna (2011, hlm. wacana mitos terdapat nilai dan makna
110–111) menjelaskan bahwa mitos yang membantu manusia menjalani
pada masa sekarang merupakan model kehidupan. Duija (2013, hlm. 256)
untuk bertindak yang selanjutnya mengajukan pendekatan holistik-
berfungsi memberikan makna dan nilai integral dalam rangka mendalami dan
bagi kehidupan. Demikian pula halnya memaknai suatu mitos. Menurutnya,
Santosa (2013, hlm. 97) yang menyebut analisis mitos melibatkan konteks di
mitos memiliki pesan yang tersirat yang mana mitos itu lahir dan berkembang,
dapat dimanfaatkan sebagai serta diyakini oleh pemilik cerita.
pembentukan karakter dan identitas jati Melemahnya pewacanaan mitos
diri kebangsaan, termasuk pada masa sekarang disebabkan oleh
pengembangan kearifan lokal daerah. berbagai hal antara lain sistem pranata
Mitos menggerakkan kehidupan sosial sosial budaya (adat) yang makin
dan menjadi tumpuan dalam bertindak melemah, materi kurikulum pendidikan
sebagaimana dijelaskan Barthes (dalam nasional yang kurang memberi ruang
Ratna 2011, hlm. 110-111) manusia bagi pemaknaan mitos, dan lemahnya
hidup atas dasar mitos-mitos yang ada dukungan dan partisipasi orang tua
di sekelilingnya. Menurut Barthes, dalam membina karakter anak.
manusia hidup dalam alam mitos dan Kehadiran beragam hiburan modern
bahkan dikendalikan oleh mitos. yang dapat ditonton di televisi, film,
Pemaknaan mitos tidak dilakukan media online, pusat perbelanjaan, dan
secara parsial, melainkan melibatkan tempat hiburan lain yang kurang
konteks yang melatari lahirnya mitos. berkesesuaian dengan kearifan lokal
Ratna (2011, hlm. 110) masyarakat Indonesia telah merampas
memahami mitos sebagai wacana hak-hak anak untuk memperoleh
fiksional yang dipertentangkan dengan pendidikan kebudayaannya.
wacana logos (wacana rasional), Masyarakat hari ini telah
sedangkan Santosa (2013, hlm. 47) menjelma menjadi masyarakat modern

85
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98

yang dalam kesehariannya dipaksa mencapai 3%, memaksa masyarakat di


dan/atau memaksa diri berkutat dengan kawasan itu menggantungkan sumber
kegiatan-kegiatan baru yang menyita ekonomi pada alam lautnya.
totalitas waktu, tenaga, dan pikiran. Ketergantungan yang tinggi pada alam
Masyarakat modern berpacu laut tersebut pada dasarnya mengancam
menciptakan ilmu pengetahuan dan keberadaan biota laut, terumbu karang,
teknologi modern dengan tujuan ketersediaan ikan, dan berbagai sumber
meminimalisir kendala-kendala sosial daya laut yang menopang kehidupan
yang dialami masyarakat. Sayangnya, masyarakat. Akan tetapi, hingga saat ini
usaha serius menciptakan ilmu alam laut Kepulauan Wakatobi masih
pengetahuan baru dan teknologi lestari yang pada tahun 1995,
modern terkadang tidak menghiraukan Pemerintah Pusat melalui Departemen
pengetahuan lama seperti mitos padahal Kehutanan menetapkan laut Wakatobi
mitos pernah sukses menjadi sebagai Taman Nasional Kepulauan
seperangkat cara pandang masyarakat, Wakatobi (Taman Nasional Wakatobi, t.t.,
keyakinan, pedoman hidup, dan kontrol http://wakatobinationalpark.com/statik/sej
sosial bagi masyarakat pemiliknya. arah). Pada tahun 1996, 1.390.000. ha
Kleden (dalam Suraya, 2010, laut Wakatobi ditetapkan sebagai
hlm. 5) menyatakan bahwa kalau sistem Taman Nasional.
budaya tidak lagi cukup kuat menjadi Tulisan ini berusaha mengungkap
landasan sistem sosial, maka perubahan keberadaan mitos Imbu, keberadaannya
akan terjadi. Pada lapisan material pada masa kini, dan fungsi mitos Imbu
kebudayaan, terdapat dua bagi pelindungan alam laut masyarakat
kemungkinan. Pertama, akan muncul Kepulauan Wakatobi. Mencermati
semacam entropi kebudayaan yang realitas terlindunginya alam laut
mana sistem nilai kebudayaan masyarakat Kepulauan Wakatobi
bersangkutan tidak mati, tetapi sebagaimana dipaparkan pada latar
kehilangan dayanya untuk memotivasi belakang di atas, maka dirumuskan dua
dan mengontrol sistem sosial yang ada. masalah dalam tulisan ini, 1) bagaimana
Kedua, bisa juga terjadi bahwa pewacanaan mitos Imbu dalam praktik
kekuatan kebudayaan sebagai sistem kebudayaan masyarakat Wakatobi? 2)
kognitif dan sistem normatif memang bagaimana pengaruh mitos Imbu
telah berakhir dan peranannya sekadar terhadap pelindungan alam laut
sebagai embel-embel yang berfungsi masyarakat Kepulauan Wakatobi?
sebagai hiasan lahiriah (paraphernalia) Pengkajian terhadap kedua masalah ini
yang tidak fungsional terhadap cara diharapkan mampu mengungkap cara
berpikir dan cara bertingkah laku tetapi masyarakat Kepulauan Wakatobi
masih menentukan bagaimana mereproduksi mitos Imbu dalam
seseorang atau kelompok yang hubungannya dengan upaya-upaya
memperlihatkan diri. menjaga kelestarian alam laut yang
Keberadaan mitos Imbu di tengah menjadi sumber hidup masyarakat.
masyarakat Kepulauan Wakatobi— Pemilihan mitos Imbu sebagai
sebelumnya bernama Kepulauan topik dalam tulisan ini berdasarkan
Tukang Besi—diduga sebagai salah pertimbangan bahwa mitos Imbu
satu penyokong lestarinya alam laut ditemukan dan beredar di kalangan
Kepulauan Wakatobi. Alam Kepulauan masyarakat berciri maritim itu. Alam
Wakatobi yang 97% berupa laut yang laut Kabupaten Wakatobi mencapai
berarti wilayah daratannya hanya 97% dibandingkan luas daratannya

86
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…

yang hanya 3%. Luasnya alam laut juga dijumpai di pesisir selatan
menjadikan masyarakat Kepulauan Kepulauan Filipina (Tarimana, 1995).
Wakatobi menggantungkan Profesi yang dijalani di wilayah
kehidupannya pada ketersediaan perantauan di timur Indonesia antara
sumber daya alam laut. Deskripsi lain sebagai petani dan pedagang.
tentang mitos Imbu diperoleh dari Sebaliknya, di wilayah barat Indonesia
pengisahan masyarakat Wakatobi (Kepri, Bangka Belitung, Jawa Timur,
mengenai mitos Imbu. Peneliti Singapura, dan Malaysia), perantau
membekukan cerita mitos Imbu Wakatobi bekerja sebagai nelayan,
menggunakan perekam suara, yang buruh bangunan, dan penambang timah.
selanjutnya ditranskripsi dan Tingginya angka perantauan
diterjemahkan ke dalam bahasa disebabkan oleh terbatasnya lapangan
Indonesia. Hasil rekaman cerita mitos kerja di gugusan pulau-pulau Wakatobi.
Imbu diperkaya dengan data-data Kondisi tanah yang tidak cocok
wawancara terutama mengenai persepsi dijadikan lahan perkebunan seolah
masyarakat terhadap mitos Imbu, serta memaksa penduduknya merantau ke
dikaji dengan menggunakan berbagai pulau lain, baik sebagai
pendekatan folklor modern. Folklor pedagang antarpulau ataupun sebagai
modern memperhatikan aspek lore petani atau pekerja pada sektor-sektor
ataupun folk dari folklor yang diteliti. lainnya.
Hasil kajian bersifat emik, yakni Tingginya mobilitas masyarakat
melihatnya dari sudut folk yang menjadi Kepulauan Wakatobi memanfaatkan
objek penelitian (Danandjaja, 2008). alam laut sebagai ruang pergerakan
menjadikan masyarakat kepulauan itu
MASYARAKAT KEPULAUAN sebagai salah satu suku maritim
WAKATOBI DAN MITOS IMBU (Hughes, 1984, hlm. 152; Southon,
1995, hlm. 5) di Indonesia selain suku
Kemaritiman Masyarakat Wakatobi Makassar, Bugis, Mandar, Madura, dan
Bajo. Karakteristik kemaritiman
Sejak tahun 2003 wilayah masyarakat Wakatobi tersebut juga
Kepulauan Tukang Besi menjadi daerah telah dipaparkan oleh Malihu (1998,
otonom baru bernama Kabupaten hlm. iv) yang menyebutkan beberapa
Wakatobi, terpisah dari wilayah peneliti asing misalnya Ligvoet (1878),
administrasi pemerintahan Kabupaten Dick (1975a, 1975b, 1985, 1987),
Buton. Keadaan geografis Kepulauan Horridge (1979a, 1981) Evers (1985),
Wakatobi yang 97% berupa laut Schoorl (1985), dan Liebner (1990)
mengondisikan masyarakatnya bekerja yang melakukan pengkajian tradisi
sebagai nelayan tradisional, pedagang pelayaran masyarakat Wakatobi. Di
antarpulau, dan merantau ke berbagai wilayah Timur Indonesia, masyarakat
wilayah lain di Indonesia seperti ke Wakatobi disebut sebagai masyarakat
Maluku dan Maluku Utara, Nusa paling dinamis dan ekspansif bersama
Tenggara Timur, Papua dan Papua masyarakat maritim Makassar dan
Barat, Kalimantan Timur, Kepulauan Bugis (Southon, 1995, hlm. 5; Hadara,
Riau, dan Bangka Belitung bahkan 2006, hlm. 2). La Ode Manarfa—Ketua
merantau ke Singapura, Malaysia Umum Pepelra era 1990-an—
(Zahari, 1978; Zuhdi, 2014), Brunei menyatakan jumlah perahu-perahu
Darussalam (Hadara, 2014; Munafi, layar yang beroperasi di seluruh
2014), dan komunitas-komunitas Buton Nusantara tersebar di 39 pelabuhan

87
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98

perahu (termasuk yang beroperasi ke berbudaya agraris, penciptaan mitos


luar negeri secara gelap) ditaksir 30.000 akan terkait dengan pertanian
buah dari berbagai jenis dan ukuran. (perkebunan), hutan, ataupun sungai.
Sebagian besar perahu-perahu itu Mitos Dewi Sri (dewi kesuburan) di
berasal dari Buton yang umumnya Indonesia hanya dijumpai pada
beroperasi di seluruh wilayah masyarakat berbudaya agraris seperti
kepulauan Maluku, Irian Jaya, Nusa pada masyarakat Jawa dan di Sulawesi
Tenggara, Bali, Gresik (Jawa Timur), Tenggara pada masyarakat Tolaki.
Tegal (Jawa Tengah), Kalibaru dan Mitos Dendeangi dan Niwuwua
Pasar Ikan (Jakarta) (Lopa, 1983, hlm. merupakan dua mitos terkait
226; Munafi dan Tenri, 2002, hlm. 75). kebudayaan agraris (Muis, 2013, hlm.
Kondisi Kepulauan Wakatobi 6-8) yang ada dalam masyarakat
yang berupa gugusan pulau karang Moronene (Sulawesi Tenggara).
mendesak aktivitas masyarakat Sebaliknya, pada masyarakat
Wakatobi yang bergantung pada alam berbudaya maritim penciptaan mitos
laut. Mereka memanfaatkan sumber akan dikaitkan dengan aktivitas-
daya kelautan sebagai penopang utama aktivitas di laut seperti asal-mula
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. makhluk laut, penangkapan ikan,
Hasil tangkapan antara lain ikan dasar, pelayaran, dan perdagangan antarpulau.
pelagis, sunu, teripang, gurita dan Pada masyarakat suku Sasak di pulau
rumput laut. Selain sebagai nelayan Lombok sampai saat ini masih
tradisional, masyarakat Wakatobi menyimpan legenda tentang Putri
berprofesi sebagai pedagang antarpulau Mandalika, putri yang mengorbankan
yang membeli barang-barang sembako, dirinya menjadi santapan penduduk
pakaian, elektronik, dan perkakas dapur setempat (Taum, 2013, hlm. 187;
dari pulau Jawa yang kemudian Alaini, 2013, hlm. 111). Mitos seperti
diperjualbelikan di berbagai pulau di itu juga dikisahkan oleh masyarakat
wilayah timur Indonesia (Maluku dan Buton tentang Wandiu-diu, seorang ibu
Papua). Masyarakat Kepulauan rumah tangga yang karena kecintaan
Wakatobi menggunakan kapal-kapal pada anak-anaknya berubah menjadi
milik sendiri untuk memuat dan ikan duyung. Di Wakatobi, selain mitos
mengantarkan barang dagangan dari Imbu terdapat juga mitos yang terkait
pulau Jawa ke Indonesia Timur dan dengan aktivitas maritim seperti mitos
sebaliknya dari wilayah Indonesia Saki nu’olo ‘hantu laut’, Mo’ori nu’olo
Timur ke pulau Jawa. Hingga tahun 90- ‘Tuhannya laut’, dan mitos Koto ‘ikan
an, aktivitas kemaritiman masyarakat besar yang dapat menelan manusia’.
Wakatobi bahkan mencapai negara- Saki nu’olo diwacanakan sebagai sosok
negara tetangga seperti Singapura dan menyeramkan yang dapat mengganggu
Malaysia. Pada masa sekarang manusia di laut, sedangkan Mo’ori
intensitas masyarakat Kepulauan nu’olo dimitoskan sebagai kekuatan
Wakatobi membawa kapal ke dari langit (petir) yang dapat merusak
Singapura dan Malaysia menurun perahu yang sedang berlayar.
drastis disebabkan oleh makin ketatnya Mitos-mitos di atas tampak
penjagaan petugas negara-negara sebagai sesuatu yang tidak masuk akal
terkait di wilayah perbatasan Indonesia. atau yang oleh Ratna (2011) disebut
Pewacanaan mitos di dalam suatu sebagai wacana irasional. Oleh Barthes,
masyarakat dipengaruhi oleh latar wacana irasional itu memerlukan cara
budaya setempat. Pada masyarakat pemaknaan (dalam Duija, 2013, hlm.

88
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…

255) yang cermat agar dapat sembilan lengan. Perbedaan lengan


mengungkap tujuan dan fungsi tersebut menempatkan Imbu sebagai
penciptaan mitos. Pendapat Barthes makhluk yang memiliki kelainan atau
tentang mitos yang disebutnya sebagai berbeda dengan makhluk sejenisnya.
cara pemaknaan dapat dihubungkan Selain berbeda dalam hal jumlah
dengan pendapat Ratna tentang mitos lengan, sosok Imbu digambarkan
yang disebutnya sebagai wacana sebagai makhluk berukuran besar
irasional. Mitos sebagai wacana (raksasa) dan memiliki tenaga (daya)
irasional memerlukan cara-cara yang mampu menciptakan gelombang
tertentu, pengungkapan, dan pengkajian besar dan mampu merusak hingga
agar fungsi mitos yang memberikan menenggelamkan kapal-kapal atau apa
makna dan nilai bagi kehidupan, saja yang dikehendakinya.
pembentukan karakter, dan identitas jati Penggambaran Imbu sebagai
diri kebangsaan (Ratna, 2011; Santosa, gurita raksasa bertenaga besar yang
2013) dapat diungkap dan dimaknai menguasai alam laut tidak hanya
bagi kehidupan masa kini dan akan ditemukan pada tradisi lisan masyarakat
datang. Kepulauan Wakatobi. Makhluk raksasa
mirip gurita tersebut mengingatkan kita
Mitos Imbu pada sebuah film berjudul Pirates of the
Caribbean yang diproduksi oleh Jerry
Mitos Imbu dilambangkan Bruckheimer. Film Pirates of the
dengan sosok makhluk yang Caribbean sangat populer dan bahkan
menyeramkan dan berbahaya. telah beberapa kali diproduksi dan
Demikian pula mitos-mitos selalu menarik untuk ditonton
kemaritiman lain seperti Saki nu’olo masyarakat dunia. Dalam film Pirates
(hantu laut), Mo’ori nu’olo (tuhannya of the Caribbean, gurita raksasa yang
laut) yang digambarkan memiliki daya disebut kraken digambarkan sebagai
merusak aktivitas di permukaan laut. makhluk laut berukuran besar yang
Mitos seperti itu akan semakin mampu merusak dan menenggelamkan
diwacanakan tatkala kondisi laut kapal-kapal berukuran besar.
sedang bergejolak, terjadi badai, angin Pendeskripsian kraken dalam film
puting-beliung, ataupun arus laut yang Pirates of the Caribbean mirip dengan
deras. Namun demikian, penggambaran pendeskripsian masyarakat Kepulauan
mitos kemaritiman yang menghadirkan Wakatobi tentang sosok Imbu yang juga
sosok berbahaya itu tidak serta-merta digambarkan sebagai makhluk mirip
mengurangi aktivitas kemaritiman gurita berukuran besar dan memiliki
masyarakat Kepulauan Wakatobi. tenaga yang dahsyat.
Mitos Imbu dan mitos kemaritiman Kemiripan penggambaran sosok
lainnya telah diakrabi melalui Imbu dalam mitos masyarakat
pemaknaan tentang fungsi mitos-mitos Kepulauan Wakatobi dengan Kraken
itu. dalam film Pirates of the Caribbean
Masyarakat Wakatobi melahirkan pertanyaan, apakah mitos
menggambarkan sosok Imbu sebagai Imbu berasal dari Eropa tempat mitos
makhluk mirip gurita (onychoteuthis Kraken berada? Levi-Stauss (dalam
engulata). Perbedaan Imbu dengan Endraswara, 2002, hlm. 111)
gurita terletak pada jumlah lengan. menjelaskan kemiripan beberapa unsur
Gurita memiliki delapan lengan, atau sebagian tokoh bukanlah sebuah
sedangkan Imbu dikisahkan memiliki kebetulan. Kemiripan juga bukan

89
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98

merupakan hasil kontak satu sama perahu layar sedang mengharapkan


lainnya antarpenulis (pencipta) tiupan angin untuk menggerakkan kapal
dongeng. Jika ada yang menganggap mereka. Perubahan kondisi alam
sebagai kebetulan, mengapa tersebut dinilai tidak biasa (tidak wajar)
keberulangan dan kemiripan itu sampai dan karena itu dimaknai sebagai bentuk
berkali-kali. Kemiripan itu ternyata dari tanda-tanda kehadiran Imbu.
hasil nalar manusia itu sendiri. Seorang Perubahan-perubahan alam seperti itu
penulis (pencipta) dongeng pada dikonsepsikan sebagai cara Imbu
dasarnya memiliki nalar yang universal. merepresi manusia agar manusia
Nalar manusia juga berisi tuntutan dan mengintrospeksi diri baik mengenai
keinginan manusia yang satu sama lain sikap, tindakan, atau tindakan-tindakan
mirip. Dari sini, berarti ada aspek lain yang mengusik alam laut. Sebagai
ketaksadaran yang memompa penulis bentuk respon atau jawaban manusia
dongeng di berbagai belahan wilayah. terhadap represi Imbu, manusia
Oleh karena itu, hampir semua penulis melarungkan sajen dan memanjatkan
tersebut memiliki dasar nalar yang doa agar terhindar dari bencana yang
sama, besar kemungkinan karyanya pun lebih besar.
ada kesamaan. Pada anak usia remaja, mitos
Sosok Imbu juga diyakini sebagai Imbu menjadi semacam “ancaman”
saudara kembar manusia dalam ujud bagi mereka yang bertindak sesuka hati
yang berbeda dan alam laut sebagai di laut, bertindak kasar, mengucapkan
tempat tinggalnya. Sumber lisan kalimat-kalimat yang tidak sopan, atau
menuturkan bahwa Imbu bermula dari berbuat tercela saat berada di lautan.
bongkahan darah kotor seorang ibu Seseorang yang melanggar norma atau
yang baru saja melahirkan. Ketika merusak alam laut akan diingati oleh
terdapat bongkahan darah yang tidak anak lain akan bahaya yang dapat
cepat menyatu dengan tanah, maka menimpa dirinya. Sosok Imbu
bongkahan darah kotor tersebut akan diwacanakan dapat hadir dan
dilarungkan ke tengah laut disertai menghukum para pelanggar etika di
dengan sesajen dan batata (pernyataan kawasan laut. Kehadiran sosok Imbu
dan pengharapan yang sungguh- merupakan teror paling menakutkan
sungguh). Sajen ditujukan kepada bagi anak-anak yang melanggar alam
segala penguasa laut, sedangkan laut di Kepulauan Wakatobi. Audifax
ungkapan batata bermaksud meminta (2005, hlm. 11) menyatakan, mitos
pelindungan agar terhindar dari segala merupakan metafora eksis di tempat
musibah di laut yang mengancam kita hidup serta menjadi bagian dari
keselamatan umat manusia. Informan pola kultural yang membentuk kita.
penelitian ini menyatakan bahwa Lebih lanjut, Audifax (2005, hlm. 8)
dirinya memiliki saudara Imbu. Di menjelaskan mitos sebagai esensi
Wakatobi, beberapa warga disebut kehidupan dan dunia atau
memiliki saudara kembar Imbu. mengekspresikan adanya nilai moral
Wacana mitos Imbu mengemuka budaya dalam kehidupan manusia.
tatkala terjadi perubahan gelombang Mitos memberi perhatian pada
laut yang membesar pada musim yang kekuatan yang mengontrol kehidupan
seharusnya kecepatan angin dan manusia dan relasi antara kekuatan
gelombang laut meneduh atau tersebut dengan manusia.
sebaliknya ketika tiba-tiba kecepatan Wacana mitos Imbu menciptakan
angin meneduh pada saat para awak relasi emosional yang kuat dan

90
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…

mengikat berbagai komponen yang laut Wakatobi. Ingatan kolektif seperti


membentuk mitos Imbu. Komponen- itu telah berlangsung lama, dari
komponen itu meliputi relasi manusia generasi ke generasi, dan disampaikan
dengan alam laut, manusia (kelompok) dalam berbagai cara pengisahan.
satu dengan manusia (kelompok) Imbu sebagai mitos yang terus-
lainnya, dan relasi manusia dengan menerus diwacanakan merupakan cara
kekuatan lain di luar diri manusia. masyarakat Wakatobi menciptakan
Ketiga komponen itu merupakan suatu relasi keseimbangan agar terbina
siklus saling mengikat dan mengontrol harmonisasi antara manusia sebagai
yang bermuara pada penjagaan alam pemanfaat dan alam laut sebagai pihak
laut sebagai ladang luas yang memberi termanfaatkan. Laut sebagai penyedia
kehidupan pada umat manusia. Siklus sumber pangan masyarakat pesisir perlu
relasi itu menempatkan manusia dan wajib dilindungi kelestariannya
Wakatobi memanfaatkan alam laut agar ketersediaan pangan tetap terjaga.
untuk menopang kebutuhan hidup Sebaliknya, jika pelindungan terhadap
sehari-hari dan berinteraksi dengan alam laut tersebut melemah,
dunia luar dan pada siklus lain laut masyarakat sekitar itu sendiri yang akan
memerlukan dukungan manusia untuk menjadi penerima dampak sosialnya.
menjaga alam laut. Mitos Imbu Menyadari pentingnya
dihadirkan sebagai sarana relasi yang kelestarian alam laut, maka mitos Imbu
menciptakan hubungan yang saling terus-menerus diingat, diwacanakan,
menjaga dan menghidupi. dan menjadi memori kolektif
masyarakat Kepulauan Wakatobi.
Pelindungan Alam Laut Mitos Imbu memproduksi sejumlah
pemaknaan untuk mencapai tujuan
Intensitas aktivitas masyarakat penciptaan mitos. Pengisahan Imbu
Kepulauan Wakatobi yang dominan sebagai saudara kembar manusia
berada di wilayah laut menciptakan menggerakkan kesadaran bersama
beragam relasi, konsepsi, dan cara-cara untuk menghargai alam laut sebagai
pemanfaatan alam laut bagi alam kedua setelah daratan/pulau. Laut
kesejahteraan dan keseimbangan hidup dikonsepsikan sebagai alam tempat
masyarakat Wakatobi. Wacana mitos tinggal Imbu, “saudara manusia”, yang
Imbu melahirkan ingatan bersama perlu dijaga keberlanjutannya.
(collective memory) masyarakat Perusakan terhadap alam laut berarti
Wakatobi mengenai sesosok makhluk perusakan terhadap alam yang
yang memiliki kekuatan menghukum menghidupinya. Dalam mitos ini, laut
para pelanggar/perusak alam laut. Pada tidak diposisikan sebagai ancaman,
kondisi lain, sosok Imbu akan melainkan ditempatkan pada posisi
menciptakan relasi harmonis dan yang setara dengan alam daratan,
mencegah terjadinya gangguan pada tempat kehidupan sehari-hari umat
alam laut jika manusia sebagai manusia.
pemanfaat alam laut mampu merawat Keyakinan masyarakat Wakatobi
relasi-relasi positif. Kelestarian alam yang telah berlangsung sejak masa
laut Kepulauan Wakatobi saya duga lampau ini berdampak pada lestarinya
salah satunya disebabkan oleh ingatan alam laut Kepulauan Wakatobi. Alam
bersama tentang sosok Imbu yang laut Kepulauan Wakatobi memiliki
memicu kesadaran bersama masyarakat spesies biota laut terbaik di dunia
untuk menjaga dan merawat kelestarian dengan tingkat keragaman mencapai

91
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98

750 jenis terumbu karang, 942 spesies diperlakukan semena-mena, tetapi


ikan, 118.000 hektar kawasan karang sebagai satu bagian alam yang perlu
pantai (coral reef), dan sepanjang 48 dijaga dan dihormati. Bagi masyarakat
km karang atol dalam kondisi yang baik Wakatobi, alam laut dimaknai sebagai
(Kemendagri, 2014, sumber ekonomi yang memberi
http://www.kemendagri.go.id). Kondisi kesejahteraan, yang mematangkan
alam laut Kepulauan Wakatobi yang sikap dan perbuatan, dan sebagai ruang
masih lestari dan tingginya biota laut interaksi masyarakat Kepulauan
tersebut menarik perhatian Pemerintah Wakatobi dengan dunia luar.
Pusat yang pada akhirnya menetapkan Masyarakat Wakatobi berinteraksi
seluas 1.390.000 hektar laut Wakatobi dengan masyarakat lain dengan
sebagai Taman Laut Nasional sejak melintasi berbagai lautan. Laut
tahun 1995. Pada tahun 2012, membebaskan masyarakat Wakatobi
Kepulauan Wakatobi kembali untuk bergerak dinamis ke berbagai
ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Bumi wilayah. Oleh karena itu, menjadi
ke-8 oleh UNESCO (Sukoyo, 2014, kesadaran bersama masyarakat
http://www.beritasatu.com). Saat Wakatobi untuk aktif merawat relasi
membuka Seminar Internasional positif dengan alam laut.
Tradisi Lisan VI dan Festival Tradisi
Lisan pada bulan Desember tahun 2008 Merawat Mitos: Tantangan dan
di Wakatobi, Ir. Hugua, Bupati Peluangnya pada Masa Kini
Wakatobi, menyatakan terumbu karang
Wakatobi jauh lebih tinggi Selain mitos Imbu, Saki nu’olo,
keragamannya dibandingkan dengan di dan Mo’ori nu’olo, masyarakat
Laut Karibia dan Laut Merah. Kepulauan Wakatobi masih memiliki
Pengakuan Pemerintah Pusat sejumlah ritual yang terkait dengan
melalui Departemen Kehutanan pada mitos-mitos alam laut misalnya ritual
tahun 1995 dan UNESCO pada tahun bangka mbule-mbule (ritual
2012 tentang alam laut Kepulauan pengobatan/larung laut). Ritual ini
Wakatobi merupakan realitas merupakan ritual pengusiran roh-roh
terlindunginya alam laut Kepulauan yang dapat mengganggu ketenteraman
Wakatobi. Tidaklah berlebihan jika dan kesehatan masyarakat setempat.
kemudian keberadaan mitos tentang Roh-roh pengganggu disatukan dalam
alam laut Kepulauan Wakatobi yang perahu dan dilarungkan ke lautan luas.
sekian lama diwacanakan oleh Tempat pelaksanaan ritual yakni di
masyarakat setempat disebut sebagai pesisir laut yang bertujuan menciptakan
salah satu penyebab proses pelestarian relasi positif antara manusia dengan
itu. Mitos Imbu hadir sebagai hukum alam laut yang telah memberi
nonformal masyarakat masa lampau penghidupan yang baik.
yang mampu menjaga dan melindungi Tiap-tiap kelompok masyarakat
alam laut Wakatobi hingga masa memiliki sejumlah mitos yang makna-
sekarang. maknanya menjadi pegangan,
Kepercayaan masyarakat keyakinan, atau dasar tindakan sebelum
setempat terhadap mitos berhasil melakukan tindakan lain. Makna mitos
menjaga keberlangsungan relasi positif memengaruhi sikap dan cara pandang
antara manusia dan alam laut. Alam individu atau sekelompok masyarakat.
laut tidak dipandang sebagai ladang Menurut Barthes (dalam Ratna, 2011,
sumber daya ekonomi yang dapat hlm. 112) kita hidup dalam alam mitos,

92
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…

bahkan dikendalikan oleh mitos. Alam kearifan dan pengetahuan lokal itu.
semesta dipenuhi oleh dugaan, saran, Anak usia dini hingga level Sekolah
dan interpretasi dalam pengertian yang Dasar (SD) mengenal dengan baik
lebih luas. Setiap objek dalam posisi karakter-karakter film kartun Kesatria
yang sangat tertutup dengan sengaja Baja Hitam, mereka begitu runut
dirahasiakan dapat berubah ke dalam menceritakan ulang tayangan
bentuk oral (kelisanan) yang secara Doraemon dan Nobita, cermat
bebas dapat ditafsirkan. menyebutkan satu per satu pemeran
Pada masa sekarang, merawat tokoh utama dalam kartun Upin dan
mitos bukan perkara mudah. Generasi Ipin. Demikian pula halnya peserta
muda sebagai objek pewacanaan mitos didik level SMP dan SMA yang aktif
dalam rangka pembentukan karakter menjadi pengonsumsi berbagai sinetron
telah berada pada posisi berjarak Korea yang disuguhkan di televisi-
dengan mitos. Generasi muda televisi. Mereka akan merasa tidak gaul
cenderung mengisi kekosongan ketika tidak mengenal nama-nama
kegiatan dengan membaca komik yang personel grup band Korea, lengkap
berlatar budaya asing, menonton dengan sejarah grup band itu. Begitu
sinetron, atau bermain game online di ada konsernya di Indonesia, mereka
warung-warung internet. Membaca mati-matian mencari uang untuk bisa
komik asing bukan berarti sesuatu yang membeli tiket yang harganya tentu
negatif, namun perlu tidak murah. Akibatnya, generasi muda
menyeimbangkannya dengan sebagai pelanjut estafet pembangunan
pemahaman akan budaya lokal bangsa menjadi asing dengan berbagai
misalnya mengenal dan memahami mitos yang ada. Segala mitos dipandang
mitos-mitos di sekitarnya. sebagai kepercayaan lama, kuno, dan
Mitos-mitos yang beredar di sekadar dongeng yang tidak
tengah masyarakat luas sebagian besar berkesesuaian dengan kebutuhan
telah memudar seiring dengan masyarakat kekinian.
terbatasnya ruang untuk mewacanakan Mitos dan segala produk budaya
mitos-mitos itu. Meningkatnya aktivitas masa lampau tidak semuanya
keseharian masyarakat kekinian bertentangan dengan zaman kekinian.
berdampak pada kurangnya perhatian Produk pengetahuan dan kearifan lokal
masyarakat terhadap tradisi (kebiasaan) masa lampau justru hadir sebagai energi
lama, pengetahuan tradisional, adat- bagi kehidupan manusia masa kini,
istiadat, termasuk mitos yang bahkan juga masa yang akan datang
membentuk dan memengaruhi pranata (Ratna, 2011, hlm. 84). Ahli tradisi
sosial suatu kelompok masyarakat. lisan dari Universitas Udayana Bali itu
Orang tua dan tokoh masyarakat yang menegaskan bahwa kehidupan masa
menjadi garda terdepan dalam kini adalah akumulasi masa lampau
mewacanakan mitos, menghabiskan sebagai pengalaman terdahulu.
waktu dengan aktivitas keseharian yang Pendapat Ratna tersebut selaras dengan
pada akhirnya menjauhkan mereka dari realitas yang terjadi di Kepulauan
proses merawat dan mewariskan mitos. Wakatobi yang mana kelestarian alam
Sekolah sebagai lembaga laut Wakatobi salah satunya disebabkan
pendidikan formal yang sebenarnya oleh hadirnya wacana mitos yang
dapat memahamkan peserta didik akan membangun prinsip-prinsip pelestarian
nilai positif merawat mitos juga tidak alam lautnya. Lestarinya alam laut
berpihak pada pemanfaatan berbagai Wakatobi sejalan dengan hasil

93
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98

penelitian Ahmad Sukri Ahkap yang mitos kepada peserta didik. Lingkungan
meneliti keterjagaan hutan dan sungai sekolah dapat diposisikan sebagai ruang
di kawasan Lelap Menduk, pulau pewacanaan dan pemaknaan mitos
Bangka. Menurutnya, keberadaan nilai- sekaligus pewarisan mitos itu. Jika
nilai lokal menjadi faktor pendukung tidak, harapan pewacanaan mitos
dan jaminan keterjagaan hutan dan sebagai ruang kultural membangun
sungai di pulau Bangka (Ahkap, 2011, peradaban dan pelindungan alam akan
hlm. xiii). sulit terwujud. Pada tingkatan
Kurikulum Tingkat Satuan perguruan tinggi, pengkajian mitos
Pendidikan (KTSP) ataupun Kurikulum pada jurusan-jurusan yang terkait ilmu
2013 membuka harapan budaya atau sastra perlu mendapat
tereksplorasinya berbagai pengetahuan perhatian serius. Mahasiswa perlu
dan kearifan lokal masyarakat sekitar dibekali cara mengungkap dan
sekolah. Kurikulum 2013 mendorong memahami fungsi mitos yang dapat
peserta didik agar mampu dengan baik dimulai dari mitos-mitos yang
melakukan observasi, bertanya, dituturkan di sekitar tempat tinggal
bernalar, dan menekankan perhatian mereka. Jika pewacanaan dan
pada fenomena alam, sosial, seni, dan pengkajian mitos pada tingkatan
budaya. Guru dapat memanfaatkan pendidikan dasar, pendidikan
sejumlah pengetahuan dan kearifan menengah, dan pendidikan tinggi
lokal masyarakat setempat sebagai diabaikan, maka sama halnya dengan
bahan pendukung materi pelajaran. melakukan penghilangan sejumlah
Guru bersama dengan peserta didiknya kearifan lokal, pengetahuan lokal, dan
memiliki ruang dan waktu yang cukup konsepsi berpikir masyarakat lampau.
untuk mewacanakan dan memaknai Kita akan kehilangan pustaka lisan
mitos-mitos lokal sebagai pengetahuan yang di dalamnya mengoleksi
dan kearifan lokal yang berguna bagi pengetahuan lampau yang nilai-nilai
pelestarian alam dan kesejahteraan positifnya dapat didayagunakan bagi
masyarakat. Dengan pendekatan pengembangan masyarakat saat ini dan
tematik-integratif, peserta didik akan berikutnya.
lebih peka dan tanggap terhadap Uraian di atas menekankan
perubahan sosial terutama yang terjadi perlunya merawat dan mewariskan
pada tingkat lokal. Peserta didik tidak keberadaan mitos yang oleh masyarakat
lagi menjadi asing pada kebudayaan modern dinilai sebagai sesuatu yang
sendiri. Peserta didik hadir sebagai ketinggalan zaman, kuno, tidak ilmiah,
pemilik dan pewaris berbagai dan tak bermakna. Mitos sebaiknya
pengetahuan dan kearifan lokal, diperlakukan sebagai cara pandang atau
mengenali, memahami, dan konsep hidup yang bertujuan positif
mengembangkannya untuk bagi pembentukan karakter, sebagai
kesejahteraan masyarakat setempat. alat kontrol sosial, ataupun sebagai cara
Kurikulum memberi ruang lain untuk melindungi alam dari usaha-
kepada guru untuk memanfaatkan usaha yang mengganggu interaksi
ketersediaan nilai-nilai lokal sebagai kehidupan manusia dengan alam. Tidak
bahan pembelajaran. Guru memiliki semua mitos masih berkesesuaian
waktu yang cukup lama untuk dengan zaman. Namun demikian, masih
mengeksplorasi berbagai mitos yang banyak mitos yang masih selaras
beredar di tengah-tengah masyarakat dengan situasi dan kebutuhan kekinian.
dan menanamkan nilai-nilai kearifan Manusia hidup di tengah-tengah mitos

94
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…

yang antara manusia dan mitos di warung internet dengan mencipta


keduanya saling mengendalikan. mitos baru. Si ibu menggambarkan
sosok-sosok orang-orang jahat yang
Posisi Mitos dalam Masyarakat berkeliaran di luar rumah, misalnya
Modern kolor ijo, potom-poto (gerombolan),
kelompok penculik, dan hantu malam
Pada masyarakat modern, Jumat. Para orang tua dengan bebas
sebagian kalangan menempatkan mitos menciptakan karakter-karakter orang
sebagai kepercayaan lama yang tidak jahat untuk menakuti anak-anak yang
berkesesuaian lagi dengan tujuan akhirnya adalah agar anak-anak
perkembangan ilmu pengetahuan dan menaati anjuran orang tua.
teknologi saat ini. Mitos dianggap Kedua contoh di atas merupakan
hanya cocok untuk kehidupan bentuk-bentuk penciptaan dan
masyarakat lampau di mana ilmu pewacanaan mitos pada masyarakat
pengetahuan dan teknologi tidak modern. Mitos ditinggalkan tetapi pada
semaju seperti pada masa sekarang. saat yang bersamaan mitos terus-
Mitos tidak lebih dari sebuah dongeng menerus dicipta. Mitos pada dasarnya
dan penanda budaya dalam tradisi lisan bergerak mengikuti perkembangan
masyarakat niraksara. Berbagai zaman. Manusia terus-menerus
pandangan yang menempatkan mitos mencipta mitos, bahkan mitos
sebagai karya kuno menjadi mengontrol sebagian perilaku hidup
terakumulasi dalam suatu sikap yang manusia di masa sekarang sebagaimana
membentuk pandangan negatif setiap orang tua dan orang dewasa yang
terhadap keberadaan mitos pada masa mencipta mitos bagi anak usia dini.
sekarang. Sikap negatif terhadap Manusia modern belum sepenuhnya
berbagai mitos berdampak pada dapat meninggalkan mitos. Mereka
memudarnya pewacanaan mitos, masih berkutat dalam kehidupan
penelaahan mitos, dan pelestarian mitos modern yang sebagian di antaranya
di tengah-tengah masyarakat modern. dikontrol oleh mitos ciptaan mereka.
Kondisi ini merupakan gejala umum di Perilaku mencipta mitos dalam
berbagai wilayah di Indonesia termasuk masyarakat modern didasari
pada masyarakat Kepulauan Wakatobi. pertimbangan bahwa mitos merupakan
Mitos dalam masyarakat modern cara alternatif untuk menuntun,
Wakatobi berada pada posisi ambigu. mengajari, atau mengarahkan seseorang
Di satu sisi mitos dipahami sebagai pada tujuan yang dikehendaki oleh
cerita dongeng yang tidak pencipta mitos.
berkesesuaian dengan zaman modern Demikian pula halnya dengan
seperti saat ini. Pada sisi lain, sebagian masyarakat Kepulauan
masyarakat Wakatobi terus Wakatobi yang masih mewacanakan
memproduksi dan mewacanakan mitos. mitos Imbu di masa masyarakat
Sebagai contoh, pertama, seorang ibu menjalani kehidupan modern ini. Mitos
mencipta mitos hantu laut hanya untuk Imbu dipahami sebagai cara atau pola
mencegah anaknya berenang di laut mendidik masyarakat untuk menjaga
dalam. Perilaku mencipta mitos seperti alam laut dan menjaga etika/moralitas
ini masih aktif dilakukan oleh orang selama berada di tengah laut. Tujuan
dewasa yang ditujukan kepada anak- rasional dan positif seperti itu
anak usia dini. Kedua, seorang ibu mendorong suatu mitos untuk lebih
mencegah anaknya bermain video game berdaya tahan di masa modern ini,

95
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98

sebaliknya mitos-mitos yang sulit bagi masyarakat masa kini dan akan
dirasionalisasi berpotensi melemah. datang. Mitos dengan segala bentuknya
Artinya, modernitas suatu masyarakat memberi pemaknaan melalui cara-cara
tidak serta-merta akan menghilangkan yang unik akan relasi manusia dengan
sejumlah mitos yang pernah melingkupi alam. Makna, pengetahuan, dan
kepercayaan masyarakat itu. kearifan lokal disampaikan melalui
Keberlanjutan mitos pada masyarakat dalam mitos dengan cara yang samar.
modern ditentukan oleh kemanfaatan Mitos merupakan cara masyarakat
mitos itu bagi masyarakat lampau menyampaikan makna yang
pendukungnya. Jika suatu mitos oleh Ratna (2011) disebut sebagai
memiliki perang penting dalam produk budaya masa lampau masih
kebudayaan suatu masyarakat, maka memiliki kesinambungan dengan masa
mitos itu cenderung akan kekinian. Menurut Ratna kehidupan
dipertahankan. masa kini adalah akumulasi masa
Mitos Imbu dalam tradisi lisan lampau sebagai pengalaman terdahulu.
masyarakat Wakatobi bukan ingin Oleh karena itu, mitos sebagai salah
mengukuhkan keberadaan sosok satu bentuk pengetahuan dan kearifan
misterius kraken tetapi lebih pada lokal perlu terus diwacanakan agar
upaya meningkatkan harmonisasi nilai-nilai kebermanfaatannya dapat
manusia dengan alam sekitarnya. terus dinikmati oleh masyarakat masa
Persaudaraan manusia dengan kraken kini dan akan datang.
merupakan simbolitas dari hubungan Pewacanaan mitos Imbu bersama
manusia dengan alam laut. Alam laut mitos dan ritual kemaritiman lainnya
sebagai penyedia sumber daya alam yang telah berlangsung lama berperan
yang memberi kemanfaatan bagi penting dalam melindungi alam laut.
masyarakat Wakatobi perlu dijaga agar Pelindungan alam laut pada dasarnya
segala sumber daya alam yang ada di merupakan usaha untuk melindungi
alam laut tetap berkesinambungan. keberlanjutan hidup umat manusia di
Hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Sikap bijak terhadap alam
didasari oleh falsafah budaya setempat laut perlu dipahami sebagai upaya
yang menempatkan pihak lain sebagai menciptakan relasi harmonis antara
bagian dari diri sendiri. Jika merusak manusia sebagai pemanfaat laut dan
alam laut berarti merusak diri sendiri, laut sebagai pihak yang termanfaatkan.
sebaliknya jika merawat alam laut Mitos Imbu berfungsi menjaga relasi
berarti merawat cadangan sumber daya kedua pihak itu, yakni manusia dan
alam demi keberlanjutan hidup manusia alam laut.
pada masa-masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
Ahkap, S. A. (2011). Flora penyusunan
Keberadaan sejumlah mitos vegetasi hutan desa di wilayah
pelestarian alam laut yang banyak kuasa penambangan PT Timah
tersebar di tengah-tengah masyarakat Tbk sebagai wujud konservasi
seharusnya tetap dirawat dan lingkungan menurut kearifan
dimanfaatkan bagi keberlanjutan lokal. Tesis. Program
pembangunan dan kesejahteraan Pascasarjana Universitas Gadjah
masyarakat. Mitos tidak sekadar cerita Mada. Yogyakarta.
lama yang tidak memiliki nilai manfaat

96
Asrif: Pengaruh Mitos Imbu Terhadap Pelindungan…

Alaini, N. N. (2013). Cerita rakyat of the economic regulation of


“Putri Mandalika” sebagai sarana inter-island shipping. Thesis.
pewarisan budaya lokal dan local Department Maritime Studies.
genius suku Sasak. Dalam University of Wales.
Suwardi Endraswara dkk. (Ed.).
Kemendagri. (2014). Bupati Wakatobi
Prosiding. Folklor dan folklife
wakili Indonesia di Teipei.
dalam kehidupan dunia modern:
Diperoleh dari
111—119. Yogyakarta: Ombak. http://www.kemendagri.go.id/pa
Audifax. (2005). Mite Harry Potter: ges/profil-
Psikosemiotika dan misteri daerah/kabupaten/id/74/name/sul
simbol di balik kisah Harry awesi-
Potter. Jogjakarta: Jalasutra. tenggara/detail/7404/buton.
Danandjaja, J. (2008). Folklor Lopa, B. (1982). Hukum laut,
Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, pelayaran, dan perniagaan.
dan lain-lain. Jakarta: PT Pustaka Bandung: Alumni.
Utama Grafiti.
Malihu, L. (1998). Buton dan tradisi
Duija, I. N. (2013). Mitos I Ratu Ayus maritim: Kajian sejarah tentang
Mas Manembah: Pendekatan pelayaran tradisional di Buton
Theo-Antropologi. Dalam Timur (1957—1995). Tesis.
Suwardi Endraswara (Editor), Program Studi Ilmu Sejarah,
Folklor Nusantara: Hakikat, Program Pascasarjana
bentuk, dan fungsi (hlm. 242- Universitas Indonesia. Depok.
262). Yogyakarta: Ombak.
Muis, E. W. (2013). Tumbuhan
Endraswara, S. (2002). Metodologi moronene dalam mitos
penelitian sastra: Epistemologi, masyarakat Moronene. Dalam
model, teori, dan aplikasi. Suwardi Endraswara dkk. (Ed.).
Yogyakarta: CAPS. Prosiding. Folklor dan folklife
Hadara, A. (2006). Dinamika pelayaran dalam kehidupan dunia modern:
5—13. Yogyakarta: Ombak.
tradisional orang Buton
Kepulauan Tukang Besi. Munafi, L. O. (2014). Eksistensi barata
Makalah. Konferensi Nasional Kaledupa dalam semesta sejarah
Sejarah VIII 2006. Jakarta: dan budaya Buton. Makalah.
Panitia Konferensi. Seminar Budaya Wakatobi.
_____. (2014). Gau Satoto dalam Wangi-Wangi: Pemerintah
perspektif sejarah Wakatobi. Kabupaten Wakatobi.
Makalah. Seminar budaya Munafi, L. O. & Tenri, A. (2002).
Wakatobi. Wangi-Wangi: Tradisi perantauan orang Buton:
Pemerintah Kabupaten Wakatobi. Suatu kajian strukturalisme.
Hughes, D. E. (1984). The Indonesian Laporan Penelitian. Baubau:
cargo sailing vessels and the Universitas Dayanu Ikhsanuddin.
problem of technology choice for Ratna, N. K. (2011). Antropologi
sea transport in a developing sastra: Peranan unsur-unsur
country: A study of the kebudayaan dalam proses kreatif.
consequences of perahu Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
motorisation policy in the context

97
Kandai Vol. 11, No. 1, Mei 2015; 84—98

Santosa, E. (2013). Mitologi, dongeng Program Pascasarjana Kajian


kepemimpinan sebagai fungsi Budaya Universitas Udayana.
komunikasi kebudayaan. Dalam Denpasar.
Suwardi Endraswara (Ed.) Tarimana, A. (1995). Sejarah daerah
Folklor nusantara: Hakikat,
Sulawesi Tenggara. Kendari:
bentuk, dan fungsi: 46–97.
Pemda Tk. I Sultra.
Yogyakarta: Ombak.
Taman Nasional Wakatobi. (t.t.).
Southon, M. (1995). The navel of the
Sejarah Taman Nasional
perahu: Meaning and values in Wakatobi. Diperoleh dari
the maritime trading economy of
http://wakatobinationalpark.com/
a Butonese village. Thesis.
statik/sejarah.
Research School of Pacific and
Asian Studies. The Australian Taum, Y. Y. (2013). Berbagai Mitos
National University. Canberra. tentang laut: Mengungkap konsep
bahari bangsa Indonesia. Dalam
Sukoyo, Y. (2014). Bupati Wakatobi Suwardi Endraswara dkk. (Ed.).
wakili Indonesia di pertemuan
Prosiding. Folklor dan Folklife
kepala daerah se-Asia Pasifik. dalam Kehidupan Dunia Modern
Diperoleh dari
(hlm. 183-191). Yogyakarta:
http://www.beritasatu.com/nasio Ombak.
nal/206960.
Zahari, A. M. (1977). Sejarah dan adat
Suraya, R. S. (2010). Kearifan lokal
Fiy Darul Butuni. Jakarta:
Kasalasa dalam tradisi Depdikbud.
perladangan berpindah pada
komunitas petani etnis Muna, Zuhdi, S. (2014). Nasionalisme, laut,
Kabupaten Muna, Provinsi dan sejarah. Jakarta: Komunitas
Sulawesi Tenggara. Tesis. Bambu.

98

Anda mungkin juga menyukai