Anda di halaman 1dari 8

Serambi Akademica Vol. 9, No.

11, pISSN 2337–8085


Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Desember 2021 eISSN 2657- 0998

Mitos-mitos dalam Kepercayaan Masyarakat


Nasrimi

Guru Bahasa Indonesia pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Aceh Besar


Email: nasrimi.man@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Mitos-mitos yang terdapat dalam masyarakat. Mitos-mitos
tersebut antara lain “Mitos sebenarnya, Dongeng, Cerita Rakyat, dan Legenda”.
Sesuai dengan mitos yang menjadi sumber penelitian karya ini. Maka
persamalahannya yang diteliti adalah mengenai mitos-mitos apa saja yang ada
dalam masyarakat, dan nilai apa sajakah yang terdapat dalam mitos-mitos dalam
masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Yaitu menguraikan atau mengklasifikasikan mitos-mitos, serta menelaah
nilai-nilai yang terkandung dalam mitos-mitos yang ada dalam masyarakat.
Berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan tidak mengutamakan angka-angka,
seterusnya pendekatan pengkajiannya adalah pendekatan struktural. Sementara
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah merekam,
observasi, serta wawancara. Selanjutnya teknik pengolahan data mengambil
langkah-langkah mentraskripsi mitos-mitos dengan hasil rekaman, kemudian
mengubahnya menjadi sebuah cerita atau ungkapan yang memiliki makna,
dilanjutkan dengan menganalisis nilai-nilainya, setelah itu memberikan tafsiran
terhadap data serta membuat simpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mitos-mitos yang berbentuk lisan merupakan karya sastra yang perlu dilestarikan,
agar terhindar dari kepunahan. Mitos-mitos tersebut juga mengandung banyak hal
bermanfaat bagi kehidupan manusia melalui pesan-pesan moral dan ajaran-ajaran
agama yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
Kata kunci: Mitos-mitos, kehidupan, manusia, kepercayaan, masyarakat.

PENDAHULUAN
Sastra merupakan seni bahasa dan ekspresi pikiran yang di dalamnya terdapat
ungkapan yang spontan dari perasaan yang mendalam. Yang dimaksud ekspresi pikiran di
sini adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia.
Dalam sastra juga terdapat inspirasi kehidupan yang dimateraikan dalam sebuah bentuk
keindahan. Sastra juga memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kebenaran
moral dengan sentuhan kesucian, keluasaan pandangan, dan bentuk yang mempesona
dengan unsur-unsurnya yang membangun sehingga sastra menjadi estetik. Kesusastraan
banyak terdapat dalam mitos-mitos yang ada di permukaan bumi ini, sehingga mitos-mitos
mengandung nilai-nilai estetik yang begitu kuat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2011: 749) menyatakan bahwa
mitos-mitos merupakan cerita suatu bangsa tentang dewa-dewa dan pahlawan-pahlawan
pada zaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia
dan bangsa itu sendiri dan mengandung arti yang mendalam yang diungkap secara gaib.
Mitos-mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk

2109
Nasrimi

khas binatang, bentuk topigrafi. Mitos-mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang


terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia
dewata, dan terjadinya makanan pokok. Mengenai mite terjadinya padi, dikenal adanya
Dewi Sri yang dianggap Dewi pada orang Jawa. Menurut versi Jawa Timur, Dewi Sri
adalah Putri Raja Purwacarita. Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama
Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, Sri dan Sadana disihir oleh ibu tirinya dan Sadana
diubah menjadi seekor burung layang-layang, sedangkan Sri diubah menjadi ular sawah.
Di Indonesia umumnya, dan Aceh khususnya di pedesaan berlaku begitu banyak
mitos-mitos (larangan/pantangan) seputar kehamilan, tingkah laku yang beredar di
masyarakat. Dari segi makanan, keseharian, tindak-tanduk, ataupun semua hal yang
berkaitan dengan keseharian Si Ibu hamil atau pun Si Cabang Bayi. Tradisi ini sangat kuat
diterapkan oleh masyarakat. Beberapa mitos-mitos bahkan dipercaya sebagai amanat atau
pesan dari nenek moyang yang jika dilanggar akan menimbulkan dampak/karma yang
tidak menyenangkan. Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis,
maupun dari segi aqidah, banyak mitos-mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud
dari nenek moyang semua dari nasehat atau pantangan kehamilan yang diberitahukan itu
benar secara medis maupun ilmiah, kebanyakan hanya berdasarkan mitos-mitos atau
kepercayaan saja daripada kenyataan. Seperti beberapa mitos-mitos berikut yang kerap kali
kita dengar dalam kehidupan sehari-hari yaitu: (1) Jika ia makan buah pisang kembar
(yang berdempet), ia akan melahirkan anak yang kembar. (2) Makan makanan yang pedes
akan membuat janin kepanasan. (3) Tidak boleh duduk di depan pintu. Hal itu akan
menyulitkan proses persalinan saat melahirkan. (4) Menahan selera makan saat hamil akan
membuat bayi yang dilahirkan mengiler/ngences. (5) Tidak boleh makan dalam belanga
bagi orang hamil, hal itu akan menyebabkan anaknya besar mulut. Dan masih banyak
mitos-mitos lainnya.
Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos-mitos
bermacam-macam, tentang kehamilan hanyalah supaya Si Ibu hamil maupun suami dapat
menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya menyiapkan kehamilan yang sehat, sehingga
bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginka. Terutama yang berkaitan dengan kebiasaan,
konsumsi bahan makanan, dan sebagainya. Begitu pula mitos-mitos yang menyangkut
pada tingkah atau perilaku sehari-hari, tujuannya untuk menjaga nilai-nilai kesopanan dan
sebagainya.
Richadiana Kadarisman Kartakusuma mengemukakan, bahwa mitos-mitos
memang tidak rasional tetapi lahir bukan tanpa latar pemikiran, karena manusia sebagai
makhluk berakal, sekecil apapun yang dihasilkan merupakan produk budaya disertai
gagasan sesuai lingkungan alam manusia itu hidup. Manusia dan kebudayaan senantiasa
berpelukan layaknya “sesuatu yang tidak bisa dipisahkan” Bukan kebutuhan jika mitos-
mitos sebagai produk budaya selalu ditemukan pada kebudayaan-kebudayaan yang ada di
dunia. Mitos-mitos dalam kebudayaan tersimpan di dalam realigi dan realigi merupakan
salah satu sistem dari tujuh wujud kebudayaan serta berlaku universal tidak terkecuali
bangsa modern, bangsa maju, maupun yang tradisional sekalipun. Maka mitos-mitos
merupakan bagian dari sejarah kebudayaan setiap bangsa di dunia. Pada hakikatnya, mitos-
mitos terkandung begitu banyak nilai-nilai di dalamnya, terutama nilai positif yang
2110
Serambi Akademica Vol. 9, No. 11, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Desember 2021 eISSN 2657- 0998

bertujuan untuk memperbaiki, akhlak/kesopanan atau tingkah laku, kesehatan, keindahan,


kekerabatan, dan sebagainya.
Nilai dan sastra adalah dua hal yang saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.
Karya sastra lahir dan bersumber dari kehidupan manusia yang bertata nilai agar penikmat
sastra menjadi manusia luhur, serta tahu aturan-aturan yang berlaku. Nilai dalam mitos-
mitos dklasifikasikan atas dua macam, yaitu nilai kategorial dan nilai instrumental. Suatu
nilai dikatakan bersifat kategorial jika nilai itu mengndung kategori tertentu seperti,
pengetahuan, seni, kuasa, sosial, dan ekonomi. Suatu nilai dikatakan bersifat instrumental
jika nilai itu dimaksud untuk mencapai nilai lain yang menjadi akhir tujuan. Misalnya,
sesuatu dilakukan oleh seseorang itu memiliki pengetahuan, menempatkan bahwa di dalam
tindakan tersebut terkandung nilai pengetahuan. Jika pengetahuan tersebut dicari dengan
harapan agar seseorang menjadi regilius di dalam kehidupannya. Pengetahuan tadi menjadi
instrumental (alat) mencapai regilius.
Nilai-nilai yang terdapat dalam mitos-mitos merupakan tradisi dan warisan dan
perkembangan dialogis dan dialektis dari berbagai umur dan sistem di masa lampau yang
islami, yang pada saat ini sedang mengalami proses pertumbuhan, baik sebagai akibat dari
proses integrasi maupun modernisasi yang didorong oleh perkembangan ilmu
pengetahuan. Proses pertumbuhan dan perubahan nilai-nilai tersebut dapat menjurus pada
perbaikan dan dapat pula menjurus pada kehancuran atau penyusutan.
Jelas terlihat pada masa era globalisasi ini, kesusastraan khususnya mitos-mitos
yang ada dalam masyarakat jauh menurun dibandingkan masa-masa sebelumnya.
Karenanya kita selaku generasi penerusnya berkewajiban untuk membangkitkan kembali
nilai-nilai budaya khususnya mitos-mitos dalam masyarakat. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Mitos-mitos
yang terdapat dalam masyarakat”.
Alasan penulis memilih judul tersebut adalah (1) judul tersebut menarik untuk
diteliti, (2) untuk menambah nilai-nilai kesusastraan dan wawasan bagi peneliti, (3) ingin
mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam mitos-mitos da apa maaf mitos-
mitos bagi orang yang mempercayainya, (4) daerah atau tempat peneliti untuk
mengumpulkan data.

Tujuan Peneliti
Adapun tujuan penulisan karya ini adalah untuk mendeskripsi, dan
mengklasifikasikan mitos-mitos beserta nilai-nilai mitos-mitos yang terdapat dalam
masyarakat:
1. Mengklasifikasikan mitos-mitos dalam kepercayaan masyarakat berdasarkan nilai-
nilainya.
2. Menganalisis nilai-nilai yang terkandung di dalam mitos-mitos tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu
dengan cara menelaah/mendeskripsikan mitos-mitos dalam kepercayaan masyarakat.
2111
Nasrimi

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
wawancara, yaitu wawancara struktur. Hasil wawancara ini akan dicatat ke dalam sebuah
catatan. Kemudian hasil catatan tersebut dicatat kembali ke dalam lembar transkripsi data
yang sekaligus digunakan sebagai acuan atau pedoman wawancara. Teknik pengumpulan
data menggunakan teknik studi dokumenter, observasi, wawancara, dan merekam.
Setelah data hasil penelitian diperoleh, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
teknik kualitatif untuk dapat memberikan penjelasan secara jelas dalam bentuk deskripsi
tentang mitos-mitos dalam masyarakat. Menganalisis mitos beserta nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dilakukan secara satu persatu yang diuraikan oleh informal
dengan menguraikannya dalam bentuk-bentuk yang telah diklasifikasikan. Hal ini
dilakukan agar mempermudah dalam pengolahan data.

Teknik Analisis Data


Langkah penggolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini:
1. Data yang diperoleh dari observasi dan rekaman dari hasil wawancara akan ditulis
dan ditranskripsi ke dalam bahasa Indonesia.
2. Hasil wawancara/rekaman yang telah ditranskripsi seterusnya dianalisis dan
dklasifikasikan sesuai dengan pengelompokkan jenis mitos-mitos.
3. Menganalisis nilai-nilai yang terkandung di dalam mitos-mitos tersebut.
4. Memberi tafsiran atau interprestasi terhadap data.
5. Mengolah data dan membuat masing-masing sub-masalah yang diajukan.
6. Membuat kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Pengertian Mitos
Dalam tradisi filsafat Yunani, Mitos berasal dari kata Myth, yang artinya adalah
dongeng. Mitos sering kali dihubungkan dengan legenda, kisah, atau cerita tertentu yang
bernuansa mistis atau misterius. Mitos (dalam Harjoso, 1988) adalah sistem kepercayaan
dari suatu kelompok manusia yang berdiri atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-
cerita yang suci yang berhubungan dengan masa lalu. Mitos memiliki hubungan yang erat
dengan yang gaib, karena menurut Frazer, pada mulanya manusia itu hanya
mempergunakan ilmu gaib (magi) dalam memecahkan persoalan-persoalan hidup yang
berpada di luar batas kemampuan dan pengetahuan akalnya. Mitos selalu berkaitan
dengan suatu penciptaan yang dianggap sebagai jaminan eksistensi dunia manusia. Mitos
tentang letusan Gunung Merapi misalnya, diyakini berasal dari dua kekuatan sumber
manusia, yaitu Nyi Roro Kidul (wanita) sebagai penguasa sekaligus penjaga laut Kidul,
dan Kiai Sapu Jagad (laki-laki) sebagai penguasa Gunung Merapi. Letusan Gunung
Merapi yang ditandai dengan keluarnya lava dianggap sebagai keluarnya sperma laki-laki
pada saat berhubungan dengan wanita (Kiai Saspu Jagad dengan Nyi Roro Kidul) (lihat
Misnawari, 2002: 31). Hal demikian ini sudah membentuk dalam diri seseorang atau
masyarakat yang meyakininya dan dianggap sebagai sebuah kebenaran.

2112
Serambi Akademica Vol. 9, No. 11, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Desember 2021 eISSN 2657- 0998

2. Jenis-jenis Mitos
a. Mitos Sebenarnya
Manusia berusaha sungguh-sungguh dan dengan imajinasinya menerangkan gelaja
alam yang ada, namun belum tepat, karena kurang pengetahuannya sehingga untuk bagian
tersebut orang mengaitkannya dengan seorang tokoh atau dewa/dewi.
1) Apakah pelangi itu, yakni bidadari; sepasang kekasih bunuh diri karena orang
tuanya tidak merestui hubungannya
2) Gempa bumi diduga terjadi karena Atlas, sedang memindahkan bumi dari
bahu yang satu ke bahu lainnya.
3) Gerhana bulan disangka terjadi karena bulan dimakan raksasa.
4) Bunyi guntur disangka roda kereta yang dikendarai dewa melintasi langit.

b. Cerita Rakyat
Mitos yang merupakan cerita rakyat adalah usaha manusia mengisahkan peristiwa
penting yang menyangkut kehidupan masyarakat. Karena cerita rakyat hanya disampaikan
dari mulut ke mulut, maka sulit diperiksa kebenarannya.

c. Legenda
Adapun cerita yang berdasarkan mitos disebut legenda. Dalam legenda dikemukakan
seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah. Mengenai penggolongan
legenda sampai saat ini belum ada kesatuan pendapat di antara para ahli. Jan Harold
Brunvand misalnya menggolongkan legenda menjadi empat kelompok yakni:
1) Legenda keagamaan
2) Legenda alam ghaib
3) Legenda perseorangan
4) Legenda setempat

d. Dongeng (folklor)
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata,
menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup
dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya.

3. Nilai-nilai Mitos dalam Masyarakat


a. Nilai Etika (Kesopanan)
Mitos memang kerap mengandung nilai-nilai yang begitu fenomenal dalam
masyarakat, khususnya nilai kesopanan (etika) yang berhubungan dengan tingkah laku
seseorang dalam kehidupan sehari-hari, karena pada dasarnya tujuan dari orang-orang
terdahulu menciptakan mitos bermacam-macam, terutama dalam nilai kesopanan atau nilai
tingkah laku dalam kehidupan seseorang yang pesannya disampaikan secara tidak
langsung, atau pesan yang disampaikan melalui mitos.

2113
Nasrimi

b. Nilai Religius (Agama)


Unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah sejauh keberadaan sastra itu
sendiri. Seseorang yang religius adalah orang yang mencoba memahami dan menghayati
hidup dan kehidupan ini lebih sekedar yang dilahirkan saja. Ia tidak terikat pada agama
tertentu yang ada di dunia ini. Nilai-nilai keagamaan yang dimiliki oleh seseorang atau
kelompok secara langsung dapat norma-norma yang ada di dalam masyarakat
sekelilingnya.

c. Nilai Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang
ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sering juga disebut dengan
pembudayaan karena dalam arti yang luas, pendidikan berlangsung sepanjang hayat. Nilai
pendidikan atau edukatif dapat diartikan sebagai hal-hal atau sifat yang berguna yang
berkenaan dengan pendidikan. Nilai edukatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini
berkaitan dengan pendidikan religius dan pendidikan etika.
Dunia pendidikan, karakteristik mitos yang bersifat fungsional tampaknya menjadi
dominan, dimana nilai-nilai, asumsi, pedoman hidup yang mengarahkan perilaku manusia
dalam kehidupan sosial menjadi ciri utama dari sebuah mitos.

d. Nilai Keindahan (Estetika)


Keindahan merupakan salah satu upaya untuk melestarikan lingkungan, sehingga
timbulkan mitos yang mengandung nilai keindahan, yaitu: Kalau menyapa/bekerja jangan
setengah-setangah, nanti punya anak juga setengah. Sebenarnya mitos ini mengandung
pesan yang disampaikan secara tidak langsung, yaitu tidak baik bila seseorang itu
mengerjakan sesuatu pekerjaan itu setengah-setengah, alangkah baiknya mengerjakan itu
sampai selesai atau tuntas.

e. Nilai Budaya
Sedangkan istilah khusus kebudayaan berarti warisan sosial yang bercorak khusus.
Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang terbentuk dari sejumlah besar kebudayaan
masing-masing adalah karakteristik kelompok individu-individu tertentu. Manusia dalam
menjelaskan kenyataan yang tidak tampak, cenderung mengacu pada kebudayaan sebagai
seperangkat simbol yang dapat memperjelas fenomena lingkungan yang dihadapinya.

4. Ciri-ciri Mitos
Mitos adalah cerita yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi.
2) Ceritanya dianggap suci dan banyak mengandung hal-hal yang baik.
3) Tempat terjadi di dunia lain (bukan dunia seperti yang kita huni, sekarang).
4) Terjadi pada masa lampau yang sangat lama.
5) Terdapat tokoh-tokoh seperti dewa atau manusia setengah dewa.

2114
Serambi Akademica Vol. 9, No. 11, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Desember 2021 eISSN 2657- 0998

6) Ceritanya terkadang tidak logis.


7) Inti ceritanya tentang dewa atau pahlawan pada zaman dahulu.
8) Isi ceritanya mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam manusia dan
bangsa itu sendiri.
9) Ceritanya diungkapkan secara gaib.

5. Manfaat Mitos
a) Manfaat Mitos dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Pendukungnya.
Kebudayaan sebagai abstraksi pengalaman manusia bersifat dinamis dan cenderung
untuk berkembang, sejalan dengan perkembangan masyarakat pendukungnya, di sini lain
mitos juga mencerminkan kebudayaan dan cenderung menyampaikan pesan-pesan yang
bersifat transformatif, yang terpadu dalam satu mitos, ataupun bisa terwujud dalam versi
baru dalam mitos yang sama. Fungsi mitos dalam kehidupan sosial budaya masyarakat
pendukungnya adalah: (1) untuk mengembangkan simbol-simbol yang penuh makna serta
menjelaskan fenomena lingkungan yang mereka hadapi, (2) sebagai pegangan bagi
masyarakat pendukungnya untuk membina kesetiakawanan sosial di antara para anggota
agar ia dapat saling membedakan antara komunitas yang satu dan yang lain, (3) sebagai
sarana pendidikan yang paling efektif terutama untuk mengukuhkan dan menanamkan
nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan keyakinan tertentu, (4) untuk menjaga
adap/kesopanan antar sesama dalam kehidupan sehari-hari, (5) untuk
mengembangkan/membangkit kembali nilai-nilai sastra yang sudah hilang, (6) untuk
menjaga kelestarian lingkungan hidup, (7) untuk menjaga kekerabatan dan sebagainya.

6. Peranan Mitos dalam Masyarakat


Dalam masyarakat, mitos berperan sebagai pelindung dari sesuatu yang tidak
diinginkan dan sebagai pengingat kepada orang-orang di sekitar, seperti dikatakan oleh
Minsarwati dalam bukunya yang berjudul “Mitos Merapi dan Kearifan Ekologi”.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan jenis-jenis mitos dan analisis nilai mitos yang terdapat dalam
masyarakat. Mitos sebenarnya “Dongeng”, dan “Cerita Rakyat”. Dan nilai-nilai yang
terdapat di dalam mitos tersebut, seperti “Nilai Kesopanan”, Nilai Religius”, Nilai
Keindahan”, Nilai Sosial, dan “Nilai Pendidikan”. Maka menghasilkan beberapa
kesimpulan.
Mitos-mitos yang terdapat dalam masyarakat, umumnya menggambarkan suatu
karya sastra yang menyimpan banyak pesan atau nilai yang positif yang dapat kita jadikan
sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, dan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa mitos-mitos yang berbentuk lisan merupakan karya sastra yang perlu dilestarikan,
diindahkan agar terhindar dari kepunahan. Mitos-mitos tersebut juga mengandung banyak
hal bermanfaat bagi kehidupan manusia melalui pesan-pesan moral dan ajaran-ajaran
agama yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh mitos yang
2115
Nasrimi

mengandung nilai kesopanan, seperti: “Duduk di muka pintu dapat suami/istri tua”. “Tidur
terlungkup dan jika kakinya dinaikkan ke atas, itu sama dengan mendoakan kedua orang
tuanya cepat meninggal”. Dan masih banyak mitos-mitos lainnya yang dapat kita jadikan
sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Ahimsa Putra, Heddy Shri. 2001. Strukturalisme Levi-Strauss. Mitos dan Karya Sastra.
Yogyakarta.
Andrew Beatty. 2001. Variasi Agama di Jawa. Di terjemahkan oleh A. Fidyani Saifuddin.
Jakarta: Raja Grafindo.
Bainar, Hajjah dkk. 2006. Ilmu Sosial Budaya dan Kealaman Dasar. Jakarta: Jenki Sastra.
Djakfar, Idris dkk. 1994. Nilai dan Manfaat Sastra Daerah Jambi. Jakarta: Depdikbud.
Dananjaja, James. 1997. Foklore Indonesia. Jakarta: Grafiti Press
Dananjaja, James. 2002. Foklore Indonesia. Jakarta: Grafiti Press.
Estem, Mursal. 1993. Sastra Indonesia dan Subkultur. Bandung: Angkasa.
Endaswara, Suwardi. 2005. Gambaran Mitos dalam Kehidupan Orang Jawa. Yogyakarta:
Pustaka Widyatama.
Endaswara, Suwardi. 2005. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Fox. J. James. 1986. Bahasa Sastra dan Sejarah. Jakarta: Djambatan.
Hasan, Fuad. 1987. Metode Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Jambatan.
KBBI. 2001. Ciri-ciri Mitos. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
L.K. Ara. 2008. Ensikolopedi Aceh, Adat, Hikayat dan Sastra. Banda Aceh: Gmaj.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Cerita Rakyat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Suwando, Tirto. 1994. Nilai-nilai Budaya Sastra Jawa. Jakarta: Balai Pengembangan
Bahasa.
Syarif, M, Sanusi. 2003. Leuen Pukat dan Panglima La’ot dalam Kehidupan Nelayan di
Aceh. CCSP Jakarta: Yayasan Rumpun Bambu.
Arkoun, Muhammed. 1999. Membongkar Wacana Hegemonik dalam Islam dan Post
Modernisme, terj. Surabaya: Al-Fikr.

2116

Anda mungkin juga menyukai