Anda di halaman 1dari 7

MITOS AIR TIGA RASA: KAJIAN ETNOSAINS

Nuroini Najmiya Nafisa


Universitas Sebelas Maret

Abstrak
Di Kabupaten Kudus masih terdapat banyak sekali mitos yang berkembang, salah satu
mitos yang masih dipercaya dan dilestarikan hingga saat ini adalah mitos air tiga rasa. Mitos
air tiga rasa ini berasal dari Desa Japan. Sumber air tiga rasa ini memiliki tiga rasa yang
berbeda-beda yakni rasa tawar, rasa bersoda seperti sprite, dan rasa yang seperti arak. Namun
apabila ketiga rasa dari air tersebut dicampur jadi satu maka rasanya akan berubah menjadi
air tawar. Hal itulah yang membuat adanya perbedaan anggapan antara masyarakat umum
dan masyarakat setempat. Penelitian ini memiliki rtujuan guna mengetahui sejarah mitos air
tiga rasa, anggapan masyarakat mengenai mitos air tiga rasa, dan pengaruh mitos air tiga rasa
terhadap masyarakat sekitar. Metode penelitian yang digunakan yakni metode deskriptif
kualitatif. Sumber penelitian adalah masyarakat Desa Japan dan pengunjung sumber air tiga
rasa. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Hasil penelitiannya
adalah sejarah dari mitos air tiga rasa yang masih dilestarikan dan diwariskan hingga saat ini
adalah petilasan yang ditinggalkan oleh alim ulama’ yang bernama Syeh Hasan Syadily.
Kemudian mucullah anggapan dari masyarakat mengenai mitos air tiga rasa tersebut.
Anggapan masyarakat yang muncul berbeda-beda ada yang mengatakan bahwa itu adalh
budaya yang sudah diwariskan sejak zama dulu secara turun temurun sampai sekarang dan
masih di lestarikan. Ada pula yang beranggapan bahwa itu adalah salah satu kekuasaan dari
Allah SWT. Selain anggapan dari masyarakat, pengaruh yang ditimbulkan adanya mitos air
tiga rasa ini dirasakah oleh warga setempat. Mereka sekarang memiliki pekerjaan dan
penghasilan, seperti membuka warung, menjadi tukang ojek, dan menjadi tukang parkir.

Kata Kunci: Mitos Air Tiga Rasa, Anggapan Masyarakat, Pengaruh Mitos Air Tiga Rasa

PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di seluruh dunia
ini terjadi di era globalisasi seperti sekarang ini. Salah satu yang negara yang mengalami
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini adalah Indonesia dan tanda
yang dimunculkan adalah semakin baiknya tingkat pendidikan yang telah dicapai oleh
masyarakat. Sejalan dengan semakin baiknya tingkat pendidikan masyarakat dan teknologi
yang mendukung, maka pemikiran yang dimiliki masyarakat akan lebih logis dalam
bertingkah laku. Perihal semacam ini nampak dari masyarakat yang lebih berpikir
menggunakan logika dalam memecahkan masalahnya, misalnya jika masyarakat sakit mereka
lebih memutuskan untuk yakin kepada dokter daripada percaya dengan dukun, di mana pada
zaman dulu sebelum adanya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
masyarakat lebih memilih dukun dalam mengobati penyakit. Semakin berkembangnya
budaya di masyarakat semakin rasional pula pemikiran masyarakat, hal ini menunjukkan
bahwa kebudayaan adalah suatu hal yang dinamis atau sering berubah-ubah.
[1]
Kebudayaan adalah suatu hal yang bersifat kompleks yang didalamnya melingkupi
pengetahuan, moral, kepercayaan, hukum adat, dan keahlian serta kerutinan yang didapatkan
manusia selaku anggota masyarakat (Tylor dalam Soekanto:1990: 188). Kebudayaan
merupakan hasil yang diperoleh dari pemikiran masyarakat yang melingkupi banyak hal
sehingga pemikiran masyarakat akan berubah mengikuti perubahan kebudayaan.
Masyarakat masih mempertahankan salah satu unsur kebudayaan yakni sistem
kepercayan. Masyarakat menjadikan sistem kepercayaan ini sebagai pedoman karena
termasuk ke dalam peninggalan leluhur yang wajib senantiasa dilindungi serta dilestarikan
meskipun zaman sudah berubah, seperti di zaman modern sekarang ini. Adanya kepercayaan
yang diberikan masyarakat terhadap kekuatan yang besar lebih darinya. [2]Oleh karena itu,
masyarakat melaksanakan bermacam perihal guna meraih kedamaian dalam hidup (Sujarwa,
2001: 139).
Masyarakat menganut keyakinan pada daya besar yang memberikan dorongan kepada
masyarakat agar percaya dengan hal yang bersifat ghaib, seperti upacara memuja tempat yang
dikeramatkan di mana hingga saat ini masih dilaksanakan dan terikat dengan mitos di
dalamnya. [3]Mitos pada umumnya menceritakan bagaimana terjadinya alam semesta dan
seisinya (Bascom dalam Danandjaya, 2002: 51). Mitos yaitu cerita yang mengisahkan
mengenai peristiwa alam dan aktivitas manusia yang dapat memberikan panduan dan arahan
terhadap tingkah laku dari sekelompok masyarakat. Kisah itu dipaparkan dan diungkapkan
melalui kesenian misalnya pementasan wayang. Mitos ini memberi arah terhadap perilaku
masyarakat dan sebagai pedoman atau norma bagi mereka. [4]Melalui mitos ini, masyarakat
dapat ikut serta dalam mengambil bagian terhadap kejadian yang terjadi di sekelilingnya dan
dapat juga memperhatikan daya yang diberikan dari kekuatan alam (Hariyono, 1996: 72).
Mitos memiliki kaitan erat antara fenomena dunia nyata dengan dunia gaib dalam
kaitannya dengan manusia. Di lingkungan masyarakat kepercayaan itu tumbuh dan
diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Di era modern seperti
saat ini masih banyak ditemukan mitos yang berkembang dan dilestarikan oleh masyarakat.
Mitos tersebut lebih sering dijumpai di daerah-daerah Kemungkinan adanya sebuah
perbedaan dan keyakinan terhadap mitos yang dipercaya, karena masih banyak lapisan
masyarakat yang masih mempercayainya. Perbedaan masyarakat mungkin terjadi di jalan
cerita atau kekuatan mistik yang dimiliki mitos tersebut. Oleh karenanya, tanpa adanya
peraturan yang jelas dalam mempercayai mitos dan tidak dapat di logika dengan akal, baik itu
berupa kelakuan masyarakat ataupun kejadian alam gaib yang diwariskan secara turun
temurun secara lisan dari generasi ke generasi selanjutnya.
Terkait dengan mitos, di Jawa Tengah lebih tepatnya di Kabupaten Kudus masih
banyak dijumpai mitos yang berkembang dan dipercaya, misalnya mitos terhadap air tiga rasa
yang terletak dilingkungan makan Raden Umar Sa’id (Sunan Muria). Sumber air tiga rasa ini
berada di sisi utara makam Raden Umar Sa’id dan di atas ojbek wisata air terjun Montel.
Lebih tepatnya di Dukuh Rejenu, Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, apabila
memalui pesanggrahan Colo sekitas 3 km.sumber air tiga rasa ini memiliki tiga jenis air yang
berbeda, yakni rasa tawar-tawar masam, rasa yang mirip dengan minuman bersoda seperti
minum “sprite”, dan rasa yang mirip seperti tuak atau arak. Apabila ketiga jenis air tersebut
dicampur menjadi satu, maka rasanya akan berubah menjadi air tawar. Mitos air tiga rasa ini
dipercaya dapat memberikan banyak khasiat di setiap rasanya bagi orang yang meminumnya.
Dulunya mitos tentang air tiga rasa ini hanya tumbuh di Desa Japan saja, tapi saat ini
mitos air tiga rasa ini berkembang sampai di luar Desa Japan bahkan di luar Kota Kudus
seperti di Demak, Semarang, dan lainnya. Sampai sekarang mitos tentang air tiga rasa ini
masih dipercaya masyarakat, dan semakin hari semakin banyak yang mengunjunginya
dikarenakan banyak yang penasaran dan ingin tahu mengenai mitos tersebut. Pengunjung
yang datang sangat beragam mulai dari segi jenis kelamin, segi usia, segi pekerjaan, dan dari
segi pendidikan. Pola pikir yang tidak sama tidak dimiliki oleh masyarakat yang beragam
sehingga mitos tentang air tiga rasa ini memiliki pandangan yang berbeda satu sama lain.
Anggapan atau anggapan masyarakat ini muncul karena adanya dorongan baik yang berasal
dari dalam diri maupun dari orang lain. Mitos air tiga rasa ini adalah salah satu dari berbagai
macam dorongan yang lain bagi masyarakat di sekelilingnya. Masyarakat yang datang ke
sana akan membagikan anggapan yang berbeda-beda dari setiap orang berdasarkan pemikiran
yang berbeda. Tingkat keyakinan yang dimiliki masyarakat terhadap mitos yang masih
berkembang adalah anggapan religi mengenai mitos air tiga rasa ini. Mitos air tiga rasa ini
dapat dikaji melalui kajian etnosains.
Etnosains sebagai sebuah perkembangan dalam ilmu antropologi, terdapat antropologi
kognitif dengan metode etnografi yang sudah banyak dikenal dan dilakukan oleh antropolog.
Antropolog pertama yang populer yaitu W.H.R. Rivers yang berasal dari Inggris dan Franz
Boas yang berasal dari Amerika. Metode wawancara yang digunakan secara khas pada tahap
ini biasa disebut dengan istilah “genealgonical method”. Di mana teknik etnografi yang
utama digunakan adalah teknik wawancara panjang dan berkali-kali dengan informan kunci
lebih dari satu. [5]Tipe penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan gambaran masa lalu
dari suatu kelompok di masyarakat (Spradley, 2006).
Etnosains dipandang sebagai pengetahuan yang diakumulasi dari pengalaman yang
dimiliki oleh setiap rasa tau suku bangsa, dan tidak dipandang sebagai bentuk fisik. Telaah
etnosains lebih mengarah kepada telaah yang mengkaji perilaku masyarakat terhadap
lingkungannya dengan sudut pandang sosial dan anggapan dari masyarakat lokal dengan
menggunakan bahasa lokal.
[6]
Menurut W.H. Goodenough (dalam Ahimsa, 1964), konsep etnosains adalah sebuah
konsep yang mengacu pada kebudayaan yang mengatakan jika kebudayaan tidak memiliki
wujud fisik, tetapi kebudayaan yang berbentuk pengetahuan yang ada dalam diri masyarakat.
etnosains lebih banyak mengkaji pendataan untuk mengetahui susunan yang ada
dilingkungan dan apa yang dirasa penting oleh suatu ras atau suku bangsa. Setiap suku
bangsa yang memiliki perbedaan akan dibuatkan klasifikasinya dan hal tersebut akan
dicerminkan melalui leksikon atau kata-kata yang mengacu pada benda, aktivitas, atau juga
struktur sintaksisnya guna mempresentasikan pengalaman yang unik dan berbeda.
Setelah mengetahui secara mendalam tentang mitos air tiga rasa tersebut, maka
peneliti akan mengkaji mengenai bagaimana sejarah mitos air tiga rasa, persepsi masyarakat
terhadap mitos, dan pengaruhnya bagi masyarakat di sekitarnya.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang
digunakan terdapat dua sumber data yakni data primer dan data sekunder. Data primer berupa
informan penelitian yakni juru kunci sumber air tiga rasa, sesepuh Desa Japan, pengunjung
sumber air tiga rasa, dan warga masyarakat. Sedangkan data sekundernya yakni berupa buku,
artikel, dan penelitian yang relevan. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara dan
observasi lapangan.

HASIL DAN ANALISIS


A. Sejarah dari Mitos Air Tiga Rasa
Sumber air tiga rasa terletak di Desa Japan, berkenaan dengan pertama kali
terbentuknya sumber air tiga rasa ini terdapat beberapa informan yang akan memberikan
informasinya dan berbeda antara satu sama lain. Berikut ini merupakan sejarah sumber air
tiga rasa berdasarkan wawancara dengan juru kunci yakni Bp. Sami’un.
“Pada awalnya ada seorang syech yang bernama Syeh Hasan Syadily. Beliau datang
ke gunung muria untuk belajar dan menuntut ilmu kepada Raden Umar Sa’id (Sunan
Muria). Kemudian oleh Sunan Muria, Syeh Hasan Syadily disarankan untuk pergi ke
lereng Gunung Muria bagian utara, daerah tersebut bernama Dukuh Rejenu. Syeh
Hasan Syadily merupakan seorang alim ulama’ yang memiliki banyak sekali santri
untuk berguru kepada beliau. Semakin hari santri yang datang untuk berguru semakin
banyak, karena inilah Syeh Hasan Syadily memiliki inisiatif untuk mendirikan mushola
dan sekaligus tempat berwudhu yang terdekat. Kemudian Syeh Hasan Syadily langsung
menancapkan tongkatnya ke tanah dan keluarlah sumber air. Sumber air tersebut yang
sampai sekarang disebut dengan sumber air tiga rasa.”
Berdasarkan cerita di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sumber air tiga rasa ini
terbentuk dan berkaitan dengan Syeh Hasan Syadily karena beliau adalah muria dari Raden
Umar Sa’id yang berdakwah menyiarkan agama Islam di tengah hutan yakni di Dukuh
Rejenu. Dalam perkembangan ajaran islam yang disampaikan oleh Syeh Syadily berkembang
sangat bagus dan membutuhkan tempat yang cukup untuk beribadah. Terbentuklah sebuah
mushola yang dibangun oleh Syeh Hasan Syadily beserta tempat untuk berwudhu yang
terletak di atas bukit. Setelah tempat beribadah sudah tersedia, Syeh Hasan Syadily kemudian
mencari sumber air dan akhirnya beliau menemukan sumber air itu dengan cara menancapkan
tongkatnya ke tanah dan muncullah tiga sumber air. Hal semacam ini juga dituturkan oleh
sesepuh dari desa tersebut yakni Bp. Qasim.
“Pada zaman dulu, setip benda yang mempunyai kekuatan pasti akan mudah dipercaya
oleh masyarakat. Maka orang tua pada zaman dulu memberitahukan mengenai sumber
air tiga rasa secara turun temurun dari genersi ke generasi selanjutnya melalui lisan.”
Sudah sangat lama bahkan bertahun-tahun keberadaan sumber air tiga rasa dan makam
Syeh Hasan Syadily tidak banyak orang yang mengetahuinya. Namun semenjak makam Syeh
Hasan Syadili dan sumber air tiga rasa ini diketahui oleh banyak orang, kini mulai dikenal di
lingkungan masyarakat. Pada waktu itu tempatnya belum bersih seperti sekarang ini dan
masih belum ada warung yang buka sehingga masih jarang pengunjung yang datang untuk
berkunjung ke sana. Untuk nama sumber air tiga rasa ini merupakan atas inisiatif dari
masyarakat sendiri. Sumber air tiga rasa ini adalah sumber air yang tidak pernah kering mulai
dulu hingga saat ini dan masyarakat biasanya menyebutnya dengan nama “mbelik”. Sumber
air tiga rasa ini resmi dibuka untuk umum pada tahun 2000 dan saat ini jalan dan tempatnya
sudah bersih. Namun dalam perjalanan menuju ke sumber harus hati-hati dikarenakan
jalannya licin dan curam, serta sudah dapat dilalui menggunakan sepeda motor.
Hari yang biasa ramai dikunjungi oleh masyarakat yakni hari Kamis dan Jumat,
masyarakat datang secara rombongan baik dari yang muda hingga orang tua. Masyarakat
yang datang ke sana banyak yang penasaran bagaimana rasa dari air tiga rasa ini sekaligus
datang untuk berziarah. Sesampainya di sumber air tiga rasa mereka bisa langsung meminum
airnya karena di sana sudah disediakan gelas oleh pengurus sumber air tiga rasa ini. Pada saat
minum air tiga rasa ini masyarakat tidak merasa khawatir akan kesehatannya, meskipun air
tiga rasa tersebut masih mentah. Hal ini dikuatkan oleh tuturn yang disampaikan oleh juru
kunci.
“Sampai saat ini masih belum ada laporan apapun dari warga masyarakat yang
berkunjung ke sini kalau ada yang sakit atau bagaimana setelah minum air ini. Bahkan
sumber air tiga rasa ini sudah pernah diteliti dari beberapa universitas dan hasilnya
air tiga rasa ini steril dan higienis untuk diminum, jadi aman.”
Hal tersebut yang membuat masyarakat banyak yang semakin yakin dan percaya
dengan sumber air tiga rasa ini. Ada yang dibawa pulang dan ada pula yang langsung
diminum di tempat. Sampai saat ini sumber air tiga rasa ini banyak dipercaya oleh
masyarakat bahwa air tiga rasa ini memiliki khasiat sebagai obat.
b. Persepsi Masyarakat Mengenai Mitos Air Tiga Rasa
Sumber air tiga rasa ini adalah petilasan yang ditinggalkan oleh seorang ulama’
bernama Syeh Hasan Syadily yang diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Sampai
sekarang masyarakat masih melestarikan sumber dan mitos dari air tiga rasa ini, mereka juga
melakukan perbaikan terhadap tempat wisata tersebut. Karena masyarakat masih
mempercayai mitos yang ada, inilah tuturan dari salah satu pengunjung Bernama Rifki yang
datang ke sana.
“saya tau kalau ada sumber air yang memiliki tiga rasa ini dari orang tua dan beliau
bilang kalau air tiga rasa ini punya banyak khasiat dan masih dilestarikan sampai
saat ini.”
Dari pendapat salah seorang pengunjung di atas bahwa sumber air tiga rasa ini adalah
warisan yang ditinggalkan oleh leluhur kepada masyarakat dan meninggalkan mitos yang
akan dipercaya, sehingga warisan tersebut akan selalu dijaga dan dilestarikan. Begitupun
dengan masyarakat yang ada di Desa Japan sendiri, mereka sudah mempercayai mitos air tiga
rasa itu sudah sejak dulu dikarenakan mereka telah merasakan sendiri kasiat dari air tiga rasa
tersebut dan akhirnya mitos tersebut menjadi budaya yang dikatakan secara lisan dari
generasi ke generasi selanjutnya sampai saat ini. Hal ini disampaikan oleh salah satu warga
dari Desa Japan yang bernama Aulia.
“Iya saya percaya akan mitos mengenai air tiga rasa itu. Menurut nenek saya, air
tiga rasa itu punya banyak khasiat salah satunya untuk menyembuhkan penyakit.”
Jadi, sampai sekarang masih banyak masyarakat yang percaya akan mitos yang
dimiliki oleh sumber air tiga rasa ini. Mereka juga membudayakan mitos air tiga rasa ini
dengan cara melestarikannya secara turun temurun dari generai ke generasi selanjutnya
secara lisan. Tidak semua masyarakat hanya melihatnya secara sosial dan budayanya saja,
tapi masih ada masyarakat yang percaya jika sumber air tiga rasa ini muncul karena kehendak
dari Allah SWT. Hal ini dibuktikan dengan tuturan yang disampaikan oleh Ahmad selaku
warga masyarakat.
“Menurut saya, sumber air tiga rasa ini muncul itu ya karena adanya kehendak dari
Allah SWT, jadi yang saya percayai dari mitos air tiga rasa ini ya itu ada untuk
peratara dari Allah SWT kepada kita, manusia. Karena sesungguhnya yang memberi
rasa sehat, rasa sakit, banyak harta, atau miskin, itu semua ya dari Allah SWT karena
itu termasuk salah satu Ridho yang diberikan Allah SWT.”
Masih ada masyarakat yang percaya bahwa air tiga rasa itu tidak hanya memiliki
khasiat saja, tetapi juga mereka percaya bahwa itu semua karena kekuasaan dai Allah SWT
dan mereka tidak menganggap bahwa hal tersebut adalah musyrik.
c. Pengaruh Mitos Air Tiga Rasa Terhadap Masyarakat
Dalam aktivitas masyarakat, mitos air tiga rasa ini mempunyai pengaruh di dalamnya,
terkhusus warga Desa Japan. Di sekitaran kompleks sumber air tiga rasa itu sudah berdiri
warung-warung kecil yang didirikan oleh warga asli dari Desa Japan. Warung-warung itu
menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman, serta botol bekas untuk orang-orang
yang ingin membawa pulang sumber air tiga rasa tersebut. Hal ini diungkapkan oleh salah
satu pemilik warung yang ada di sekitar, beliau bernama Nur.
“Untuk keadaan sekarang ya seperti inilah mbak bisa dilihat sendiri, di sini
menyediakan berbagai minuman, ada es dan ada juga yang anget. Yang sering
banyak dipesan itu teh anget, kopi anget, dan jahe anget. Untuk makanan juga ada,
jajan juga ada, terus di sini juga nyediain botol bekas buat orang-orang yang mau
bawa pulang airnya. Harga per botolnya juga sangat murah ada yang 1000 dapat
tiga itu untuk ukuran yang 600 ml, ada yang seribu dapat satu untuk ukuran 1,5 liter,
dan untuk yang drigen harganya 5000 rupiah.”
Dengan berdirinya warung-warung di sana, hal itu sangat memberi manfaat bagi
orang-orang yang berkunjung. Bagi pengunjung yang merasa kecapekan mereka akan pergi
ke warung-warung tersebut untuk beristirahat sambil memesan makanan dan minuman. Bagi
pengunjung yang ingin membeli botol untuk membawa pulang air tiga rasa, mereka dapat
membeli botol bekas atau drigen yang sudah disediakan di warung-warung tersebut.
Tidak hanya pedagang saja yang ada di sana, melainkan tukang ojek pun ada. Untuk
sekarang jasa ojek sudah sangat banyak sekali daripada zaman dulu yang masih dibilang
sedikit. Biasanya jasa tukang ojek mengantarkan pengunjung yang datang secara rombongan
baik itu menggunakan mobil pribadi maupun bis. Setiap tukang ojek hanya bisa ditumpangi
oleh satu orang saja karena demi keselamatan pengunjung dan untuk harga di setiap satu kali
naik yaitu 20.000 rupiah. Hal ini disampaikan oleh salah satu tukang ojek yang ada di sana
yakni Pak Iwan.
“Sekarang sudah banyak mbak tukang ojek yang ada di sini, sudah sampai ratusan
mungkin ya mbak. Kalau untuk boncengannya sendiri Cuma berani bawa satu
penumpang aja soalnya jalannya itu kecil dan di sisi kanan dan kiri ada jurang. Jadi
kita ikut aturan demi keselamatan bersama dan tidak membahayakan penumpang.
Kalau untuk bayarnya, sekali naik bayar 20.000 rupiah.”
Selain tukang ojek, ada pula tukang parkir. Bagi mereka yang datang menggunakan
mobil pribadi di sana sudah disediakan tempat untuk parkir mobil dan tempatnya juga sudah
cukup luas. Untuk harga setiap parkir di sana cukup murah hanya 2000 rupiah. Meskipun
hanya 2000 rupiah, bagi mereka itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
bergantung dengan banyak sedikitnya pengunjung yang datang ke sana.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mitos air tiga
rasa ini membawa pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat di sekitarnya terlebih dalam
segi ekonomi. Selain itu, mitos air tiga rasa ini juga membawa pengaruh bagi sosial budaya
masyarakat di sana. Salah satunya memiliki sikap sosial yang tinggi seperti rasa saling
menghargai, menghormati, dan rasa persaudaraan yang tinggi.

PENUTUP
Mitos air tiga rasa yang berasal dari Desa Japan ini masih dijaga dan dilestarikan oleh
masyarakat hingga sekarang. Banyak alasan yang diberikan oleh masyarakat mengenai
kepercayaan mereka terhadap mitos air tiga rasa ini. Masyarakat masih mempercayai mitos
ini sampai saat ini karena dilihat dari sejarahnya dulunya adalah tempat untuk berwudhu yang
dibuat oleh seorang alim ulama’ dan mempunyai khasiat dapat digunakan sebagai obat. Dari
segi sosial budaya, mitos ait tiga rasa ini meskipun sumber air tiga rasa ini sudah sangat lama,
tapi oleh masyarakat mitos air tiga rasa ini masih dipercaya khasiatnya secara turun temurun
dari generasi ke generasi selanjutnya. Ada pula yang mempercayai bahwa sumber air tiga
rasa ini merupakan salah satu kekuasaan dari Allah SWT. Adapun pengaruh yang diberikan
dari adanya mitos air tiga rasa adalah dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
yang hidup di sekitar sumber air tiga rasa tersebut. Masyarakat sekitar banyak yang
mendirikan warung-warung kecil, ada yang yang menjadi tukang ojek, ada pula yang menjadi
tukang parkir. Itulah pengaruh yang diberikan dengan adanya mitos air tiga rasa ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[2]
Sujarwa. 2001. Manusia dan Fenomena Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset.
[3]
Danandjaya, James. 2002. Foklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
[4]
Hariyono. 1996. Pemahaman Kontekstual Tentang Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Kanisius.
[5]
Spradley, J.P. 2007. Edisi Kedua Metode Etnografi (Terjemahan oleh Misbah Sulza
Elizabeth). Yogyakarta: Tiara Wacana.
[6]
Ahimsa-Putra, H.S. 1985. “Etnosains dan Etnometodologi: Sebuah Perbandingan”. Jakarta:
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai