CHILDFREE “BUDAYA
CHILDFREE”
DOSEN PENGAMPU :
M. SYAHRIRAMDANI S.I.Kom.,M.I.Kom
DISUSUN OLEH :
Daftar isi.........................................................................................................2
Pengertian Childfree.......................................................................................3
Pengertian Masyarakat...................................................................................4
Pengertian Budaya..........................................................................................5
Pembahasan Kelompok..................................................................................14
Daftar Pustaka................................................................................................16
2
1. Pengertian Childfree
Secara umum, arti childfree (bebas anak) adalah kondisi ketika seseorang atau
pasangan memutuskan untuk tidak memiliki keturunan. Sebenarnya, childfree
bukanlah konsep baru. Bahkan, konsep childfree sudah banyak diterapkan di luar
negeri, terutama negara maju.
Istilah childfree juga banyak dikenal atau lebih familiar di kalangan para
feminis dan dalam agenda-agenda feminisime. Menurut buku berjudul “Feminisme
dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam” dijelaskan bahwa
feminisme merupakan suatu gerakan yang memiliki tujuan untuk mewujudkan
kesetaraan gender secara kuantitatif. Artinya, pria maupun wanita harus saling
berperan, baik itu dalam maupun di luar rumah.
3
2. Pengertian Masyarakat
a. Menurut Mack Ever (Profesional Politik), arti Masyarakat sebagai suatu sistem
dari cara kerja dan prosedur, otoritas dan saling bantu-membantu yang meliputi
kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial, sistem pengawasan
tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks dan selalu
berubah dari relasi sosial.
4
3. Pengertian Budaya
Kata budaya itu sendiri adalah suatu bahasa yang berasal dari dua bahasa
yakni sansekerta, dan Inggris. Menurut bahasa sansekerta kata budaya berarti
buddhayah yang artinya bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Sedangkan menurut bahasa Inggris budaya dikenal dengan kata culture yang berasal
dari bahasa latin yaitu colere yang memiliki arti yaitu mengolah atau mengerjakan.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh
sekelompok orang. Kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya. Budaya itu
terbentuk dari beberapa unsur yang rumit. Diantaranya yaitu adat istiadat, bahasa,
karya seni, sistem agama dan politik. Bahasa sama halnya dengan budaya, yakni
suatu bagian yang tak terpisahkan dari manusia.
Oleh sebab itu, banyak dari sekelompok orang cenderung menganggap hal
tersebut sebagai sesuatu yang diwariskan secara genetis. Seseorang dapat
berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki budaya berbeda dan
menyesuaikan perbedaan di antara mereka, membuktikan bahwa budaya bisa
dipelajari.
5
4. Fenomena Budaya Childfree
Budaya menikah dan memiliki keturunan hingga saat ini masih melekat di
tengah kehidupan sosial. Namun keputusan untuk tidak memiliki anak atau
menganut hidup bebas anak merupakan hak hidup seseorang. Semua tentu memiliki
latar belakang masing-masing.
6
Fenomena childfree terkadang memang merupakan keputusan berdua antara
suami dan istri yang sudah sepakat mengambil keputusan ini demi tercapainya
keinginan yang telah mereka rancang. Banyak pihak yang lebih menitikberatkan hal
tersebut kepada perempuan, karena dianggap melupakan peran perempuan dalam
sebuah rumah tangga, yaitu mempunyai kodrat untuk hamil dan melahirkan seorang
anak. Padahal lelaki juga memiliki andil dalam pengambilan keputusan tersebut.
Perempuan yang memperjuangkan hak hanya menjadi objek dan subjek narasi
publik yang seakan berkompetisi mencari simpati dari masyarakat dengan
memandang perempuan hanya dengan kesederhanaan yang terlalu sederhana dan juga
dengan definisi yang terlalu kompleks
7
5. Proses Perkembangan Budaya Childfree
Mereka yang memilih bekerja hanya fokus pada kariernya saja. Sekalipun
memutuskan untuk menikah mereka sama sekali tidak terpikirkan untuk mempunyai
anak. Kecenderungan ini bertahan hingga lama. Namun, tetap saja secara statistik
angkanya jauh lebih rendah dibanding mereka yang memiliki anak.
8
Hadirnya kewajiban tersebut membuat penduduk pribumi mempunyai anak
banyak. Sebab, semakin banyak anak artinya tenaga kerja juga bertambah. Artinya,
semakin banyak pula keuntungan yang didapat.
Beranjak dari sinilah tak heran kalau pada masa dahulu banyak orang tua
memiliki anak lebih dari 10. Perlahan, pandangan ini pun terus mengakar di
kehidupan keseharian masyarakat Indonesia, sampai Indonesia merdeka tahun 1945
yang mengandalkan agraris sebagai mata pencaharian utama. Barulah mulai
mengalami penurunan ketika alat kontrasepsi diperkenalkan dan terjadi perubahan
pola dari agraris ke industri sejak tahun 1960-an.
Karena terjadi perubahan itulah, sama seperti pola yang terjadi di Eropa dan
Amerika Serikat sebelumnya, konsep childfree mulai tersebar luas di Indonesia.
9
6. Faktor Pendukung Budaya Childfree
1. Faktor Ekonomi
Ada orang yang tidak yakin juga cemas bahwa mereka tidak akan bisa memenuhi
biaya hidup anak, sehingga dirasa memberatkan dirinya. Kematangan finansial
dinilai menjadi faktor paling penting ketika ingin punya anak. Bagi mereka,
rezeki berupa materi perlu disiapkan sejak awal agar dapat menghidupi anak.
2. Faktor Mental
Selain keuangan, kesiapan mental juga juga tak boleh diabaikan, lantaran
menjadi orang tua bukanlah hal mudah. Kejiwaan atau batin disebut sebagai
penyanggah kebahagiaan antara orang tua dengan anak. Bila diri tidak stabil
sambil mendidik anak, maka bisa berdampak pada psikis anak ke depannya.
3. Faktor Personal
Anak dirasa sebagai penghambat kesuksesan karir, selain itu kehadiran anak
dinilai merepotkan hidup seseorang. Bahkan mereka yang punya pengalaman
traumatis juga khawatir tidak bisa menjadi orang tua yang baik.
4. Faktor Budaya
Kehadiran anak dalam sebuah pernikahan yang dianggap utama sehingga banyak
keluarga dan kerabat yang menantikannya, bahkan hingga kerap menanyakan
yang terkesan menyudutkan. Hal itulah yang memungkinkan seseorang memilih
childfree.
5. Over Populasi
Padatnya penduduk dunia menjadi alasan bagi sebagian orang untuk tidak
memiliki anak. Sehingga mereka ingin menstabilkan jumlah populasi agar tidak
menambah beban bumi.
10
7. Karakteristik Budaya Childfree
2. Mereka yang merasa hanya cukup menghidupi finansial hanya untuk mereka
berdua, dengan adanya kehadiran seorang anak sudah tentu jelas
membutuhkan finansial yang jauh lebih banyak.
3. Mengurus anak akan membuat waktu mereka tersita dan tidak dapat menikmati
waktu sendiri atau bersama.
4. Biasanya karena saking lamanya menanti kehadiran buah hati yang tak
kunjung datang diberikan oleh sang Maha Pencipta membuat mereka putus
harapan dan menganggap hidup tanpa seorang anak pun tak merubahnya
menjadi terpuruk.
5. Karir dan jabatan yang tinggi yang membuat mereka hanya memikirkan dunia
pekerjaan dan tak ada waktu untuk bersenda gurau bersama anak dirumah,
menurut mereka daripada memiliki anak tanpa pengasuhan dari orang tuanya
secara langsung ada baiknya pilihan child free sudah paling tepat untuk
mereka, dan biasanya terjadi pada wanita karir yang jabatannya sudah tinggi
dan setel kehidupannya.
11
8. Pandangan Antropologi Dalam Kebudayaan Childfree
Kedudukan manusia yang unik ini membuat manusia sendiri yang harus
mengontrol diri mereka, termasuk dengan childfree. Seperti yang diutarakan Malthus
dan Hardin (Seorang Ekologis), Bumi memiliki batas dan kelak tidak akan bisa
memenuhi kebutuhan manusia yang terus menerus bertambah.
Dalam perdebatan childfree, satu hal yang tidak bisa dibantah adalah krisis
ekologis. Childfree dianggap sebagai langkah penting untuk mengatur populasi mulai
dari diri sendiri, yang juga bisa dipandang erat dengan neoliberalisme yang
menekankan individualitas. Agama sendiri, seperti misalnya Islam di Indonesia yang
kerap menentang childfree, tidak membantah mengenai krisis ekologis, tetapi
menolak krisis ekologis dijadikan sebagai dasar melakukan childfree yang menurut
mereka tidak sesuai syariat.
Dari sisi sains, krisis ekologis, terutama karena ulah manusia, semakin
menegaskan bahwa Bumi sedang berada dalam antroposen. Antroposen sendiri
adalah kala yang bermula ketika aktivitas manusia mulai memiliki pengaruh global
terhadap ekosistem Bumi.
Mengutip esai Terry Eagleton di The Nation (2004) yang berjudul "Human,
All Too Human", manusia telah menjadi terlalu manusia. Eagleton melihat bahwa ada
12
dua humanis, satu yang tidak menekankan kedaulatan manusia atas alam dan satu lagi
menekankan itu.
13
9. Pembahasan Kelompok
1. Merasa sendiri dan kesepian ketika sudah berusia lanjut kelak, karena tidak
adanya keluarga lain yang bisa menghibur dikala sepi selain pasangan itu
sendiri.
2. Tidak ada tempat untuk mengutarakan isi hati ketika tidak mendapat
dukungan emosional dari pasangan.
3. Tidak bisa ikut berkontribusi untuk memajukan negara, karena tidak memiliki
generasi penerus yang bisa dididik untuk selalu mencintai negara ini.
Dan kami juga menyoroti pada faktor over populasi, sebenarnya bumi ini
luas. Dan jika adanya pertambahan populasi manusia, tidak dipungkiri di bagian bumi
lainnya ada juga pengurangan populasi manusia, seperti meninggal dunia. Dan bumi
yang sudah kita rusak ini, seharusnya kita mengajarkan kepada generasi kita kelak
untuk memperbaiki kesalahan kita dengan merawat bumi dengan sebaik baiknya,
ketika kita sudah tidak mampu melakukan hal tersebut.
Jadi ketika ada pasangan yang memilih untuk childfree, mungkin mereka
perlu untuk merehatkan diri dahulu, dan berpikir jauh kedepan tentang kehidupan nya
kelak, Karena sebagai makhluk sosial tentu kita tidak bisa melakukan apapun sendiri,
kita membutuhkan bantuan orang lain, dan hal itu sama ketika kita berusia lanjut
kelak, baiknya ada anak yang ikut menemani dan membantu kita.
14
Dan jika ada argumensi, bahwa tidak semua anak bisa membanggakan,
belum tentu semua anak bisa berbakti kepada orang tua nya kelak, itu persoalan
berbeda. Tugas kita sebagai orang tua adalah mengasuh, mendidik dan menjadi
motivator untuk anak kita kelak. Berikan contoh yang baik terhadap mereka, karena
ketika anak anak, dan belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, yang mereka lihat dan terapkan adalah orang tua nya.
Tetapi ketika anak berbuat sebuah kesalahan, kita tidak bisa langsung
menuduh salah anak atau salah orang tua nya, ada baiknya di cari tahu dulu
permaslahannya seperti apa, dan bersama sama mencari jalan keluar. Dengan didikan
yang baik, bukan sebuah hal yang tidak mungkin bahwa anak bisa mengharumkan
nama keluarga dan negara.
15
10. Daftar pustaka
1. Ananda,Istilah-Childfree,gramedia.com,2023
16