Anda di halaman 1dari 8

Pemikiran Mistisisme Orang Jawa Masa Silam

(Dalam Telaah Buku Mistisisme Jawa)


Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah Sejarah Lokal

Dosen Pengampu:
Drs.Sumarno, M.Hum
Drs. Agus Trilaksana, M.Hum
Disusun oleh:
Rangga Dwi Arta Pangestu/ 19040284049
Semester Gasal

S1 Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
2020
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemikiran Mistisisme
Orang Jawa Masa Silam (Dalam Telaah Buku Mistisisme Jawa) Penulisan makalah ini dilakukan
untuk memenuhi tugas Sejarah Lokal.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah yang berjudul Pemikiran
Mistisisme Orang Jawa Masa Silam (Dalam Telaah Buku Mistisisme Jawa) tidak lepas dari
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan juga bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada orang tua,
dosen pengampu mata kuliah sejarah lokal Bapak Drs.Sumarno, M.Hum dan Drs. Agus
Trilaksana, M.Hum. teman – teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan dorongan dan sumbangan pikiran yang bersifat positif terhadap
penyelesaian penulisan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah yang berjudul Pemikiran
Mistisisme Orang Jawa Masa Silam (Dalam Telaah Buku Mistisisme Jawa), masih jauh dari segi
kesempurnaan baik dari segi sistem penulisan maupun isi dari makalah ini, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam mengembangkan dan
menyempurnakan makalah ini.
Penulis memohon maaf jika di dalam makalah yang berjudul Pemikiran Mistisisme
Orang Jawa Masa Silam (Dalam Telaah Buku Mistisisme Jawa) terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian dan juga bagi
penulis.

Surabaya, 2020

Rangga Dwi Arta Pangestu


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Apa itu sejarah lokal? Sejarah local berarti sejarah dari suatu “tempat”, suatu
locality yang batasannya ditentukan oleh perjanjian tertentu yang diajukan oleh penulis
atau peneliti sejarah. Batasan geografinya dapat menjadi suatu tempat tinggal sebuah
suku atau bangsa yang sekarang sudah menjadi bagian dari provinsi/kota suatu Negara.
Pada makalah kali ini penulis akan menelaah sebuah karangan buku yang ditulis oleh
sejarahwan, di dalam karya tulisnya beliau meneliti tentang nilai-nilai kejawen yang ada
di nusantara. Beliau bernama Niels Mulder, sejarahwan ini berasal dari negeri Belanda
yang sebelumnya bertugas di Thailand untuk meneliti social-budaya sesudah di sana
kemudian beliau tertarik untuk datang ke Indonesia. Beliau sangat tertarik dengan
pemikiran mistisisme yang ada di jawa dengan masyarakat penganutnya masih sangat
banyak pada masa kolonialisme hingga era sesudah kemerdekaan.
B. Rumusan masalah
Ruang lingkup masalah pada makalah ini adalah menelaah buku yang berjudul
Mistisisme Jawa ditulis oleh Niels Mulder. Yaitu tokoh sejarahwan yang tertarik meneliti
kebudayaan local di Indonesia.
C. Tujuan
Dalam makalah ini penulis bermaksud untuk memberikan telaah dari isi buku
Mistisisme Jawa (pemikiran mistisisme orang jawa) kepada pembaca maupun untuk diri
sendiri. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam indicator pembelajaran Mata Kuliah
Sejarah Lokal yaitu Mampu menyajikan hasil telaah Pembahasan Buku Sejarah Lokal.
Bab 2

Pembahasan

A. Praktik Mistisisme
Secara umum aliran mistisisme di Indonesia pada zaman dahulu disebut aliran Kebatinan.
Kata batin berasal dari bahasa Arab yang artinya dalam-di dalam hati-tersembunyi dan penuh
rahasia. Menurut tokoh Clifford Geertz, batin adalah sebuah wilayah yang ada di dalam
pengalaman manusia. Menurut penulis adapun nama lain dari mistisisme ini yaitu ilmu
kesempurnaan, teosofis, bahkan dalam ajaran islam disebut juga dengan nama ilmu tasawuf
(mistisisme islam).Teori mistisisme adalah teori magik, dan sulit untuk menarik garis tegas
antara apa yang boleh secara mistik dan apa yang dianggap dosa.
Pada dasarnya praktik ini adalah upaya dari individu itu sendiri untuk memperoleh Kebatinan
(mistisisme). Bisa juga disebut pencarian seorang individu kembali kepada asalnya dan mencita
– citakan pengungkapan dari sebuah rahasia serta pelepasan diri (segala aktivitas sosial) dari
ikatan duniawi. Salah satu pencarian diri kepada asalnya ialah terdapat pada kisah-kisah yang
terdapat pada mitologi wayang seperti kisah dewa ruci. Di dalam kisah ini menceritakan Bima
(salah seorang dari lima bersaudara pandawa) mencari arti dari hakikat kehidupan.
Menempuh jalan mistis atau memperoleh ilmunya ini sungguh amat berat dan juga ada
syaratnya agar orang itu memperolehnya. Orang itu harus berlatih guna mendapatkanya dengan
cara tapa (asketisisme) yang bisa terdiri dari : puasa, berpantang melakukan hubungan seksual,
meditasi, bangun sepanjang malam, berjaya dikuburan orang sakti sambil beribadah atau
menyepi di gunung / gua. Tujuan tapa ini adalah penyucian diri guna mencapai samadi, yaitu
keadaan pikiran yang terlepas dari duniawi di situ orang menjadi terbuka mata batinnya untuk
menerima tuntutan Ilahi.
Namun di dalam bermasyarakat para penganut ilmu ini atau sering disebut mistikus harus
memenuhi Dharma (kewajiban) mereka dengan taat dan Nerima (ikhlas). Yaitu menerima situasi
kehidupan dan nasib mereka dengan sikap penuh syukur & ikhlas. Dengan memenuhi Dharma
(kewajiban) itu di dunia ini, berarti orang tersebut telah berhasil (memuliakan tuhan). Inilah
langkah awal menuju tujuan mistis dalam menjalani hidup menurut kewajiban memenuhi
perintah “tuhan” (yang mereka sembah menurut ajaran ini). Serta awal untuk membentuk takdir
orang itu sendiri.

B. Ilmu Kebatinan Masyarakat saat ini

Tak bisa dipungkiri bahwasanya mistisisme di kalangan masyarakat Jawa menduduki tempat
terhormat untuk waktu yang sangat panjang dalam hal kebudayaan. Meskipun begitu, ada yang
mengatakan bahwa praktiknya sudah ada jauh sebelum ajaran Hindu-budha ada di Nusantara.
Seperti orang-orang kejawen dengan aliran animisme-dinamisme nya yang mereka banggakan,
namun tentu saja sulit diterima kebenarannya. Oleh karena itu apa yang diwariskan dari aliran
mistisisme ini di zaman lalu sulit dilacak sejarahnya karena hanya mempunyai sedikit keterangan
sumber yang ada.

Setelah itu pada waktu datangnya ajaran islam segala sesuatu termasuk aliran mistisisme di
Jawa mengalami perubahan, dan menyesuaikan diri dalam keadaan-keadaan baru. Hal ini terlihat
dalam penggunaan kata-kata nya yang berakar dari bahasa Arab, misalnya lair, batin, sujud,
tarekat. Kata-kata tersebut biasanya dipakai untuk melukiskan kegiatan-kegiatan yang berbau
dengan aliran mistisisme. Selanjutnya terjadi perubahan lebih jauh seperti pergeseran praktik
magis ke arah ajaran monoteisme dalam hubungan antar agama islam dengan penganut
Javanisme. Dengan kata lain terjadilah alkulturasi budaya dalam ajaran keagamaan saat itu.

Ilmu Kebatinan yang tenang dan tenteram jelas sangat kondusif bagi bertumbuhnya sikap
nerima, kerendahan hati, penyembunyian diri. Semua itu menandakan apabila seseorang sudah
mencapai ilmu tersebut. Daya tarik terbesar praktik mistisisme ini ialah praktik itu ingin
membebaskan diri dari tuntunan-tuntunan sosial, menciptakan sebuah dunia tersendiri yang
tampaknya lebih menarik daripada kehidupan di alam nyata itu sendiri. Yang menjadi soal
adalah apabila perkembangan ilmu kebatinan itu sudah mencapai apa yang diinginkan individu
itu sendiri, apakah orang tersebut bisa melalui nya dengan mudah atau sebaliknya.
BAB 3

Kesimpulan

Berdasarkan telaah tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian mistis yang
diartikan secara khusus ialah ilmu kebatinan yang menampakkan kesan religius yang jelas,
sebagai pengolahan pikiran dan perasaan batin. Tujuan dari aliran ini adalah untuk mencari jalan
menuju kebijaksanaan dan kehidupan yang etis. Dalam pengertiannya yang paling luas
penguasaan batin adalah nama lain dari kebatinan/olah rasa. Batin yang kuat memungkinkan
seseorang tidak terganggu oleh apapun dan membuat yang bersangkutan menjadi sabar. Budaya
kejawen yang menekankan kebatinan mengarah pada keberpusatan akan diri yang kuat dalam
batin seseorang yang bersangkutan.

Daftar pustaka

1. Mulder N. 2001. Mistisisme Jawa (ideologi di Indonesia). Lkis Yogyakarta. Yogyakarta


2. Mahli Z. 2013. AGAMA DAN INTEGRASI SOSIAL DALAM PEMIKIRAN CLIFFORD
GEERTZ. Jurnal kalam:studi agama dan pendidikan islam. Vol. 7. No. 1

List pertanyaan
1. Hani Kharisma 19040284058
Apa yang menyebabkan mitisisme masih eksis sampai sekarang padahal sekarang sudah
memasuki era modern?
2. Hani H (19040284056) Bagaimana pengaruh mistisme dalam kehidupan masyarakat?
3. Rendy Puji P (19040284043)
Jelaskan keterkaitan hubungan antar agama islam dengan penganut Jawanisme
4. Ni'matur Rohmah (19040284042) Bagaimana tanggapan anda terhadap sterotip jika budaya
Kejawen adalah musyrik?
5.Shofina Istihani (19040284050) didalam makalah disebutkan hubungan antar agama Islam
dengan penganut Jawanisme, yang saya tanyakan apa yang dimaksud dengan penganut
Jawanisme mohon penjelasannya, terima kasih

*Jawaban*

1. Menjawab pertanyaan rendy puji sekaligus shofina, tentang keterkaitan antara islam
dengan penganut jawanisme. Penganut jawanisme adalah orang jawa yang percaya &
menjunjung tinggi budaya luhurnya misalnya seperti kebudayaan kejawen (ilmu
mistisisme & kebatinan) . Keterkaitan budaya ini dengan islam adalah pada waktu
budaya islam itu masuk ke nusantara nilai-nilai dari jawanisme itu sendiri tidak langsung
hilang melainkan melebur dengan pengaruh islam. Misalnya banyak kata-kata yang
digunakan untuk kegiatan" (kejawen) itu (berasal dari bahasa Arab contoh nya: lair,
batin, dll
2. menjawab pertanyaan Hani Kharisma. Menurut saya setelah membaca buku tersebut,
dikatakan bahwa aliran mistisisme itu masih marak/eksis hingga saat ini karena
kelompok etnis Jawa adalah salah satu yang terbesar di Indonesia, & mereka memiliki
kesadaran yang tinggi atas kebudayaan dan peradaban mereka. Maka tidak heran jikalau
aliran tersebut masih ada (eksis) sampai sekarang bahkan sejak Agama Hindu-budha
masuk.
3. menjawab pertanyaan Hani Hapsari. Menurut dari buku yang saya baca. Representasi
dari aliran mistisisme Jawa itu sendiri adalah ilmu kebatinan. Dimana ilmu tersebut
menuntun orang tersebut terhadap hubungan sosial yang harmonis antar masyarakat.
Aliran itu mencerminkan sikap nerima, kerendahan hati, dan penyembunyian diri.
4. menjawab pertanyaan ni'matur rohmah.Menurut saya, boleh" saja memandang
kebudayaan kejawen itu musyrik tergantung orangnya. Mungkin menurut orang itu aliran
tersebut berhubungan dengan hal-hal ghaibnya yang nantinya mengarah ke musyrik
(dalam ajaran islam). Akan tetapi seperti yang sudah saya paparkan di makalah
kebudayaan ini sebenarnya adalah salah satu ilmu kebatinan yang menuju kehidupan
kebijaksanaan & etis diri dalam masyarakat. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa dalam
ajaran islam menyembah selain allah swt adalah kegiatan orang musyrik seperti orang
yang menganut ajaran tersebut.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai