ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memahami konsep self dan penghayatan self orang
Jawa. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, dengan melakukan wawancara
mendalam. Subjek penelitian adalah tujuh (7) orang Jawa berusia 40 tahun ke atas yang
tinggal di Semarang. Hasil penelitian menunjukkan deskripsi konseptual self mereka
sebagai orang Jawa tergambarkan dalam frase-frase menurut ungkapan masing-masing.
Akar dari self orang Jawa bermuara pada menjalankan prinsip rukun dan hormat yang
memang menjadi ciri khas kepribadian orang Jawa. Dalam hal penghayatan self di
kehidupan nyata, subjek mengimplementasikan apa yang mereka konsepkan sebagai
karakteristik dari self masing-masing ke dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Deskripsi
mengenai penghayatan self dalam kehidupan sehari-hari hanya berbeda dalam hal
target interaksi. Secara substantif, esensi atau kualitas sikap dan perilaku identik
dengan self yang dikonsepkan.
47
DP. Budi Susetyo, HM. Edy Widiyatmadi dan Y. Sudiantara
48
Konsep Self Dan Penghayatan Self Orang Jawa
Menurut Baron dan Byrne (2004), self lebih besar seperti ras, etnis ataupun
didefinisikan sebagai kumpulan budaya.
keyakinan dan persepsi terhadap diri Diri sosial terbangun dalam
sendiri yang terorganisir. Self konteks relasional dengan lingkungan
memberikan kerangka berpikir yang budaya yang berpengaruh kuat pada
menentukan bagaimana kita mengolah individu. Matsumoto (2004)
informasi tentang diri kita sendiri, membedakan antara diri sosial pada
termasuk motivasi, keadaan emosional, budaya kolektivistik dan budaya
evaluasi diri, kemampuan dan lainnya. individualistik. Budaya individualistik
Mengacu pada Sedikides dan membentuk konstruk diri independen
Skowronski (dalam Baron dan Byrne, (independent construal of self), yaitu self
2004) self berevolusi sebagai sebuah yang fokus pada atribut internal yang
karakteristik adatif. Aspek pertama yang sifatnya personal atau kemampuan
muncul adalah kesadaran diri subjektif, individual. Self terpisah dari orang lain
yang melibatkan kemampuan individu dan lingkungannya. Pada budaya
membedakan dirinya dengan lingkungan kolektivistik membentuk konstruk diri
fisik dan sosialnya; Aspek kedua adalah interdependen (interdependent construal
kesadaran diri objektif berupa kapasitas of self). Budaya yang menekankan pada
individu untuk menjadi objek diri kolektif sangat khas dengan ciri
perhatiannya sendiri; Aspek ketiga perasaan akan keterkaitan antar manusia
adalah kesadaran diri simbolik, yaitu satu sama lain, bahkan antar dirinya
kemampuan untuk membentuk sebagai mikro kosmos dengan
representasi diri yang abstrak melalui lingkungan di luar dirinya sebagai makro
bahasa. kosmos. Tugas normatif dari budaya
Dalam konteks penelitian ini, kolektivistik adalah melakukan
maka konstruk self yang terkait dengan penyesuaian diri untuk menjadi pas dan
diri sosial (social self) menjadi lebih mempertahankan saling ketergantungan
ditekankan daripada konstruk diri diantara individu. Dengan demikian,
personal (personal self). Mengacu pada individu yang dibesarkan dalam budaya
Baron dan Byrne (2004), sosial self kolektivistik dibesarkan untuk
terdiri dari dua komponen: (1) berasal menyesuaikan diri dengan orang lain
dari hubungan interpersonal, (2) berasal dalam suatu hubungan atau kelompok,
dari keanggotaan pada kelompok yang membaca maksud orang lain, menjadi
orang yang simpatik, bertindak secara
49
DP. Budi Susetyo, HM. Edy Widiyatmadi dan Y. Sudiantara
pantas dan sebagainya. Aspek terpenting Zat Yang Mutlak pada inti lapis paling
dalam pengalaman kesadaran adalah dalam, kemudian Jagad Kecil (lapis
intersubjective, yaitu saling terhubung tengah) dan Jagad Besar (lapir luar).
antarpersonal. Kontruk self Jawa juga dapat dipaham
Konsep self dalam budaya Jawa dalam konstruksi kepribadian orang
memiliki penjelasan yang khas. Timur, yang oleh Hsu (dikutip oleh
Sebagaimana dikemukakan oleh Yatman Koentjaraningrat, 1974) digambarkan
(2004) wong Jawa iku nggone rasa. Rasa sebagai psikososiogram yang merupakan
memiliki makna yang sangat luas mulai perpaduan gagasan Timur dan
dari pengindraan sampai hidup itu pandangan Sigmud Freud tentang
sendiri, lebih dari makna dari feeling, struktur kepribadian manusia yang
emotion, sentimentalty, lust, mood berlapis-lapis.
ataupun sensation. Rasa dipahamkans Terkait dengan penelitian ini,
sebagai substansi yang mengaliri alam pemahaham teoritis tentang self pada
sekalir, artinya ia berupa suasana orang Jawa dirumuskan mengacu pada
pertemuan antara jagad gedhe dan jagad pandangan Baron dan Byrne, bahwa self
cilik. Terdapat tiga bentuk rasa, yaitu (1) terkait dengan etnisitasnya dalam hal ini
Rasa Pangrasa, yaitu rasa badan etnis jawa disebut sebagai social self
wadhag, seperti dihayati seseorang yang dibentuk dari hubungan
melalui indranya (rasa pedas, rasa gatal interpersonal dan dari keanggotaannya
dan sebagainya), kemudian rasa yang pada kelompok etnisnya.
hadir dalam kebadanan seseorang seperti Dengan demikian self orang Jawa
rasa sakit, rasa enak. (2) Rasa Rumangsa, ditentukan oleh nilai-nilai penting
yaitu rasa eling, rasa cipta dan rasa sebagai orang Jawa. Mengacu pada
grahita. (3) Rasa Sejati, yaitu rasa yang Suseno (1996) orang Jawa
masih masih mengenal rasa yang mengedepankan prinsip rukun dan
merasakan dan rasa yang dirasakan, prinsip hormat yang mengatur relasinya
seperti rasa damai, rasa bebas, rasa abadi. dengan orang lain. Menurut
Self orang Jawa juga dipahami Koentjaraningrat (1984), perilaku orang
dalam kontruks yang berlapis-lapis. Jawa ditentukan oleh penghayatan
Seperti dikemukakan oleh Hadiwiyono perasaan-perasaan orang Jawa yang
(dalam Yatman, 2004), manusia Jawa dominan dalam interaksi sosialnya, yaitu
digambarkan sebagai aku dengan inti tentang perasaan pada orang yang
yang berlapis-lapis, terdiri dari konstuksi superior, perasaan inferior diri sendiri,
50
Konsep Self Dan Penghayatan Self Orang Jawa
METODE PENELITIAN
Tabel 1
51
DP. Budi Susetyo, HM. Edy Widiyatmadi dan Y. Sudiantara
Subjek Penelitian
52
Konsep Self Dan Penghayatan Self Orang Jawa
53
DP. Budi Susetyo, HM. Edy Widiyatmadi dan Y. Sudiantara
54
Konsep Self Dan Penghayatan Self Orang Jawa
55
DP. Budi Susetyo, HM. Edy Widiyatmadi dan Y. Sudiantara
56
Konsep Self Dan Penghayatan Self Orang Jawa
pembawaan lembut, sabar dan tidak kesadaran diri simbolik. Maka yang
menyinggung perasaan orang lain, enak terjadi pada subjek penelitian ini adalah
kalau diajak bicara, mau mendengar terjadinya tumpang tindih antara aspek
orang lain berbicara. Subjek 7 ke-1 dan ke -2. Asumsi di balik itu
menekankan pada gotong royong dan adalah, bahwa individu-individu berlatar
unggah-ungguh dalam bergaul. belakang budaya Jawa mengkonsepkan
Bila temuan di lapangan self yang bercirikan interdependent
sebagaimana dideskripsikan di atas dikaji construal of self. Dalam mengkonsepkan
dengan jabaran Baron dan Byrne (2004) dan memahami dirinya terdapat perasaan
mengenai self, ternyata bahwa konsep kuat akan keterkaitan antar manusia satu
self para subjek dalam penelitian ini sama lain.
sedikit banyak mencerminkan kumpulan Hal terakhir yang perlu dicermati
keyakinan dan persepsi terhadap diri dari hasil penelitian ini adalah
sendiri yang terorganisir. Self mengendai peran dan fungsi rasa secara
memberikan kerangka berpikir yang umum diakui oleh semua subjek. Dalam
menentukan bagaimana individu hal ini cukup relevan melansir konstruksi
mengolah informasi tentang dirinya pemahaman Yatman (2004) mengenai
sendiri. Namun demikian dari data peran penting rasa bagi orang Jawa.
penelitian terdapat anasir lain di luar diri Menurutnya rasa memiliki makna yang
individu-individu itu sendiri, yaitu bahwa sangat luas, mulai dari pengindraan
konsep mereka mengenai self sangat sampai hidup itu sendiri, lebih dari
kental terkait (dan dikaitkan) dengan makna feeling, emotion, sentimentality,
nilai-nilai kearifan budaya Jawa yakni lust, mood ataupun sensation. Dalam
sikap dan perilaku rukun dan hormat. kaitannya dengan konsep dan
Bila dibedah lagi dalam penghayatan self terlihat bahwa anasir
bagaimana konsep self dalam gambaran rasa yang mewarnai sikap serta perilaku
prototipnya sebagai orang Jawa dengan rukun dan hormat termasuk dalam
apa yang dikemukakan oleh Sedikides wilayah perasaan Rasa Rumangsa yang
dan Skowronski (Baron dan Byrne, banyak berperan dalam wilayah sosial.
2004), yang menyatakan bahwa self Di sini dapat dipahami bahwa baik
berevolusi sebagai sebuah karakteristik konsep maupun penghayatan self pada
adaptif dimana terdiri dari aspek ke-1 orang Jawa sangat terkait dengan
adalah kesadaran diri subjektif, aspek dimensi psikososial yang melampaui
ke-2, kesadaran diri objektif dan ke-3 sekedar wilayah personal.
57
DP. Budi Susetyo, HM. Edy Widiyatmadi dan Y. Sudiantara
58
Konsep Self Dan Penghayatan Self Orang Jawa
59