id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri dari sikap modern, menurut pendapat Mulder (De Jong,
hormat terhadap materi dan hubungan yang positif dengan materi adalah syarat
membawa masyarakat pada pola dan gaya hidup materialistis, konsumtif dan
kemanusiaan yang menyempit. Sikap sabar, tawakal, ulet, telaten, dan cermat
yang merupakan entitas kebersahajaan dan kejujuran telah tersulap menjadi sikap
melupakan satu dari dua sisi yang membentuk eksistensinya sendiri akibat pada
gaya hidup masyarakat modern yang materialistis, konsumtif dan hedonis adalah
suatu eksistensi manusia yang timpang dan berat sebelah. Soejatmoko (dalam De
maut, tujuan, dan makna. Nilai-nilai tinggi seperti hidup, mati, dan tujuan hidup
1984). Modern tidak berarti imitasi, peniruan dari keadaan negara-negara yang
sudah maju. Modern adalah suatu sikap, suatu cara berpikir, suatu cara
(Mulder, 1986). Modern adalah suatu sikap yang mampu menginovasi nilai-nilai
dimensi baru demi kehidupan yang lebih bermakna, lebih bahagia, dan lebih
hidup.
meraih ketenangan batin dan jiwa seperti yoga atau zen. Prabowo dan kawan-
kawan menerangkan bahwa sejak awal dekade 2000-an, mulai diramaikan dengan
tradisional dari budaya bangsa sendiri sebagai salah satu upaya mencapai
kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman jiwa, serta kesehatan mental agar tidak
tradisi mistik
mistik sebagai suatu hal yang berkaitan dengan klenik dan gaib. Namun ternyata
mystic: “one who had been initiated into this mysteries, through which he had
gained an esoteric knowledge of Divine things and had been reborn into
eternity”. Mistik dalam pengertian ini adalah suatu sikap untuk membuka tabir
misteri supaya mendapat pengetahuan Ilahi dan akhirnya dapat terlahir kembali
paling luhur dari setiap orang. Seorang feminis, Margaret Smith menjelaskan
mistik merupakan bagian terpenting semua agama yang besar, yang bangkit
membangun hubungan secara sadar dengan yang Absolut, dimana sosok manusia
“agama” adalah rumah dari agama personal. Sebagai rumah agama, agama formal
kesadaran intuitif dalam agama personal tidak bisa dipaksakan karena kesadaran
ini adalah buah dari pengertian yang melewati pengalaman psikologis yang paling
dalam. Dan itu semua diberikan oleh mistik dalam setiap agama.
Masyarakat Jawa telah mengenal mistik sejak lama. Sejak zaman dahulu
kala, telah banyak masyarakat yang tahu tentang tradisi mistik di Jawa yang
dikenal dengan agama Jawa atau kejawen (Javanisme). Sejak di tanah Jawa belum
sekarang, mistik kejawen (Javanisme) tetap eksis dipelosok desa, di sudut kota,
2009). Praktik mistisisme pada masyarakat Jawa lazim disebut laku batin. Laku
batin dapat dilakukan perorangan maupun ritual yang dilakukan kelompok dengan
dianggap intisari Javanisme. Gaya hidup orang Jawa adalah kebatinan, yaitu gaya
hidup manusia yang memupuk batinnya. Pada dasarnya kebatinan adalah mistik,
(Mulder, 1986).
di Indonesia sejak awal abad ke-20 dan meningkat cukup pesat semenjak
telah mencatat sebanyak 360 gerakan kebatinan dalam tahun 1964. Setelah G 30
September 1965, banyak gerakan yang bersimpati dengan PKI hilang, sehingga
daftar PAKEM yang baru yang dibuat dalam tahun 1971 hanya mencatat
sebanyak 217 gerakan saja, dan 177 diantaranya bertempat di Jawa Tengah. Dari
ke-177 gerakan itu, 13 berada di Surakarta (De Jong, 1973, Pakan, 1978,
Koentjaraningrat, 1984).
terdaftar 224 aliran. Direktorat PPK (sekarang Dit Binahayat) sejak tahun 1979
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ke-182 aliran yang terdaftar di Direktorat PPK
Berbagai macam aliran yang masih bersifat lokal yang pernah dijumpai Simuh
Cilacap belum termasuk dalam perhitungan tersebut (Zifana, 2008). Said Aqil
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
Siroj, ketua pengurus besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bahkan mengatakan saat ini
Lima aliran kebatinan terbesar di tanah Jawa yang sampai sekarang ini
masih tetap eksis dengan jumlah penganut terbanyak adalah Hardapusara dari
Paguyuban Sumarah dan Sapta Darma dari Yogyakarta dan Paguyuban Ngesti
lebih dari 100.000 anggota dan nampaknya merupakan aliran kebatinan terbesar di
Indonesia. Jumlah itu tersebar di 170 cabang di berbagai daerah, terutama Jawa,
ini jumlah cabang dan penganut Pangestu telah bertambah banyak. Darsokusumo,
sebagai Pejabat Ketua Pengurus Pusat Pangestu pada 20 Mei 2005 dalam
memiliki 196 cabang dimana 184 cabang berada di Pulau Jawa dan 12 cabang di
luar Pulau Jawa, dengan jumlah anggota seluruhnya 206.030 orang (Kongres
pengolahan jiwa yang memberikan tuntunan bagi umat manusia dalam bersikap
dan berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, serta alam. Tujuan
Pangestu sebagai salah satu aliran mistik kebatinan juga memiliki tujuan
mistik seperti ajaran-ajaran mistik kebatinan lainnya. Olah jiwa dan laku batin
dalam ajaran Pangestu juga mengarah pada tujuan mistik manunggaling kawula
Gusti (Endraswara, 2006). Latihan spiritual atau ritual, laku batin, maupun olah
jiwa dalam kebatinan Pangestu pada dasarnya adalah bertujuan agar para
yang ditandai dengan hilangnya batas antara subyek dan obyek. Pengalaman ini
oleh Bistami diekspresikan dalam sebuah kalimat, “Aku mencari Tuhan dan hanya
menemukan diriku. Aku mencari diriku dan hanya menemukan Tuhan” (dalam
Liem, 2008).
Tradisi mistik secara umum dan tradisi mistisisme Jawa khususnya, pada
berarti juga apakah pengalaman mistik itu. Yang jadi poin disini adalah gagasan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
mistik adalah hasil dari konsep intelek, sedangkan pengalaman mistik adalah hasil
mistik itu sendiri lebih dari pengalaman intelektual, karena pengalaman mistik
tidak pernah terjadi pada saat indra bekerja, terutama indra intelek yaitu otak.
seorang yang mengalami “peak experience” adalah lebih tidak dogmatik, tidak
(Koltko, 1989).
ekspresi realitas yang lebih luas dan berkonsentrasi pada wilayah dimana
bersifat tunggal ilahiah (Hilmy, 2006). Penulis menyimpulkan dalam hal ini
seluruh umat manusia tentunya adalah kepribadian sehat dan penuh. Tiap tokoh
sebagainya”. Orang semacam ini memenuhi dirinya dan melakukan yang terbaik
teori Maslow berikutnya disimpulkan bahwa level tertinggi dari aktualisasi diri
point yang dibuat tentang orang yang teraktualisasi yaitu nilai-nilainya yang
natural (alami) dan nampak mengalir begitu saja dalam kepribadiannya. Dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
berlawanan yang tidak dapat disangkal seperti perbedaan antara spiritualitas dan
fisik, egois dan tidak egois, serta yang maskulin dan feminin.
terrealisasi ini dengan suatu kondisi yang menunjukkan proses yang lebih
sentral ego dalam proses tersebut. Teori psikologi analitik Jung menjelaskan
bahwa tujuan hidup manusia adalah mencapai kesempurnaan hidup yang disebut
Realisasi diri merupakan truly your self yang dapat dicapai dengan berani
menerima kesunyian dan dilalui dengan proses yang awalnya tidak mengenakkan
(Jung, 1986). Realisasi diri berarti diferensiasi yang sangat penuh, sangat
sempurna, serta perpaduan yang harmonis dari semua aspek seluruh kepribadian
manusia. Ini berarti bahwa psyche telah mengembangkan pusat baru, yakni “diri”,
menggantikan pusat yang lama yakni ego (Hall dan Lindzey, 1993). Jung juga
saling berlawanan, antara kesadaran dan ketidaksadaran, antara ego dan shadow,
Apa hubungan orang yang terindividuasi menurut Jung dan orang yang
hidup. Psikologi humanistik Maslow mencari makna dasar psyche sebagai ‘soul’
yang tidak hanya sebuah otak yang dihubung-hubungkan atau perilaku yang
dikondisikan. Soul adalah aspek yang abadi dari eksistensi manusia yang benar-
benar membawa makna dan hidup kepada setiap orang dan menunjukkan intisari
menurut Walsh (Tisdale, 1995) adalah tentang mistik dimana rasa individu
tentang self yang secara signifikan berubah dan pada kenyataanya meluas.
Singkatnya, realisasi diri Jung yang dicapai melalui usaha mental dalam
tata cara spiritual atau mistik. Sedangkan aktualisasi diri Maslow dapat dicapai
melalui pengalaman puncak (peak experience) yang terbukti lebih mistik, religius
Konsep realisasi diri Jung dan aktualisasi diri Maslow meskipun berada
dalam dua aliran psikologi yang berbeda namun arah dan ujung dari pemikiranya
dapat dimiliki oleh banyak orang. Ide-ide Jung telah mempengaruhi tulisan-
tulisan Maslow hingga sampai akhir hidupnya Maslow membuka aliran keempat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
psikologi yaitu psikologi transpersonal yang mengkaji higher self dilihat dari
tradisi-tradisi mistik timur. Tidak dapat dipungkiri bahwa Jung akan diakui
ilmu mistik, ilmu gaib, perluasan kesadaran, transendensi, kesatuan diri, dan
pemenuhan diri (Hall dan Lindzey, 2001). Bagaimana realisasi diri dan aktualisasi
diri ini terjadi dapat dipahami melalui pengalaman mistik yang merupakan bagian
dari psikologi transpersonal. Dan pada akhirnya, pengalaman mistik yang dipilih
penulis untuk menjadi objek kajian penelitian ini adalah mistik kebatinan
Pangestu.
Suatu hal yang menarik untuk melihat lebih dalam tentang apa saja yang
dapat diberikan oleh mistik kebatinan Jawa khususnya Pangestu pada aspek
memberikan suatu nilai yang gaib dan hitam namun memiliki nilai keluhuran
dalam hal ini, merupakan sebuah harapan yang mampu mempertemukan semua
(dalam Liem, 2008) menyebutkan bahwa mistisisme adalah harta karun abad ke-
Jawa memiliki keistimewaan yang sama dengan Yoga dalam budaya Hindhu-
itulah yang mampu menjelaskan tentang alasan mengapa banyak orang tua Jawa
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Jung?
Maslow?
C. TUJUAN PENELITIAN
2) Proses pencapaian realisasi diri dan aktualisasi diri para pengikut Pangestu.
3) Keterkaitan antara aktualisasi diri Maslow dan Realisasi diri Jung dalam
D. MANFAAT PENELITIAN
berikut ini :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
1. Manfaat Teoritis
mampu membantu dalam upaya mencapai realisasi diri dan aktualisasi diri.
2. Manfaat Praktis
pengikut Pangestu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MISTISISME JAWA
mystes (orang yang mencari rahasia-rahasia kenyataan) atau myein (menutup mata
sendiri). Istilah ini berasal dari agama-agam misteri Yunani yang para calon
1) Kepercayaan tentang adanya kontak antara manusia bumi (aardse mens) dan
dan Kramers),
and Anthology” mendefinisikan a mystic: “one who had been initiated into this
and had been reborn into eternity”. Maksudnya, seorang yang terinisistaif ke
dalam misteri, yang mendapat pengetahuan ilahiah dan setelah itu merasa
terjadi secara empiris, semua invidualitas menghilang dan diserap dalam lautan
mistisisme yang terdapat atau lebih tepatnya dilakukan oleh masyarakat Jawa.
tumbuh subur bersama budaya asli, secara perlahan-lahan tergusur oleh paham
Mistisime Jawa adalah mistisisme yang berakar dari budaya Jawa (dalam
disebut kebatinan (Rajaby, 2009). Praktik mistisisme pada masyarakat Jawa lazim
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
disebut laku batin. Laku batin dapat dilakukan perorangan maupun ritual yang
dalam hati dan hidup. Bagi orang Jawa penyembahan ini adalah penyembahan
terhadap yang transenden. Selain itu pula, budaya mistik Jawa sangat memberikan
ruang bagi pemikiran dan terminology mistik agama “impor” yang juga
2009).
Islam. Agama Hindhu yang datang di Indonesia ialah suatu bentuk penyembahan
Siwa. Agama Siwa yang ada di Indonesia pada waktu itu ialah agama Siwa yang
telah dipengaruhi oleh aliran Tantra, yaitu yang mengajarkan penjelmaan atau
penubuhan Brahman (zat pertama, asal segala sesuatu). Sedangkan Agama Budha
yang tersebar di pantai utara Jawa mengandung unsur-unsur mistik, karena agama
Islam yang berkembang di pantai utara itu berasal dari Gujarat India, yang pada
saat itu juga diwarnai unsur-unsur mistik (Imam, 2005). Pada akhir abad ke-16
dan belahan kedua abad ke-17 di Aceh ada 4 orang tokoh tassawuf, yaitu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Syamsul-din dari Pasai, Hamzah dari Pansur, Nurul-Din Al Raniri dan Adul-Rauf
dari Singkel. Namun ajaran Hamzah dan Syamsul-Din merupakan ajaran yang
merupakan suatu penciptaan alam semesta (jagad gedhe) dan manusia (jagad
cilik) yang keluar dari keadaan Siwa ataupun Budha. Ajaran Budha-Mahayana
dipandang sebagai pengaliran keluar dari Yang Ilahi (Hadiwiyono, 1983; Imam,
2005).
keluar” (tanazzul) dan ”pengaliran kembali” (taraqqi). Dari dalam diri Allah
mengalirlah ke luar alam semesta dan manusia secara bertahap atau berpangkat-
mengumpamakan martabat ini seperti pangkat laut yang tak bergerak, pangkat
ombak, pangkat uap dan awan, pangkat hujan, pangkat sungai, dan pangkat
tantang konsep penciptaan ini adalah terjadi dalam 6 pangkat, dengan 1 pangkat
Burhanpuri karena Symasul-Din juga adalah muridnya (Imam, 2005). Ajaran ini
Jalan kembali manusia kepada Tuhan baik dalam ajaran Hindhu, Budha,
prinsipnya adalah ketika manusia bisa lepas dari tumimbal lahir sehingga dapat
menuju kesempurnaan ini menurut Hamzah ada 4 pangkat, yaitu syaria, tariqa,
a. Pengertian Kejawen
golongan pertama dalam kesadaran dan cara hidupnya lebih ditentukan oleh
orang Islam dan berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam. Yang pertama
disebut Jawa Kejawen. Dalam kepustakaan, kelompok pertama sering juga disebut
sebagai ilmu Jawi atau Javanese-ism. Kejawen adalah segala adat istiadat
masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah yang merupakan warisan leluhur yang
tidak termasuk dalam hukum Islam. Ada juga yang mendefinisikan kejawen
sebagai sistem budaya dari agama yang dianut orang Jawa dimana terdapat
keyakinan akan adanya Tuhan, yakni akan adanya dewa-dewa tertentu yang
moyang yang sudah meninggal, yakin adanya roh-roh penjaga, setan-setan, hantu,
dan Yogyakarta. Inti dari budaya Jawa maupun kejawen adalah mistik. De jong
menjelaskan mistik merupakan salah satu bentuk, bahkan visi dasar dari
Javanisme. Seluruh Jawa diliputi oleh suasana mistik yang merangkum semua
kelompok penduduk, lepas dari tingkat sosial atau pendidikan (De Jong, 1984).
sebagai berikut:
1) Pola pikir etis, yakni pemikiran mistis yang mengarah tercapainya manusia
berbudi pekerti luhur atau manusia waskitha. Yakni manusia yang mampu
2) Pola pikir kosmis, yakni manusia yang menginginkan lebur dengan alam
Pola pikir etis dan kosmis didasarkan pada pandangan orang-orang Jawa
bahwa kondisi harmonis ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari konsep
semesta atau jagad gedhe identik dengan jagading manungsa atau jagad cilik yang
etika mistik kejawen. Etika yang dianut adalah budi pekerti luhur, yaitu bertindak
bahwa segala peristiwa yang terjadi dalam perjalanan sejarah di dunia ini
keteraturan karena pusat dari hukum kosmis ini sesungguhnya adalah ”Yang
Maha Tunggal” (Hyang Suksma) yaitu hidup (urip) dari mana semua eksistensi
berasal dan kepada siapa harus kembali (dalam Widodo, 2004). Peleburan dengan
atau bersatu. Jadi manunggaling Kawula Gusti merupakan upaya manusia untuk
manunggal atau bersatu dengan Tuhan. Hal ini dilandasi dengan kepercayaan
orang Jawa adalah kebatinan (Imam, 2005). Kebatinan sendiri akar katanya batin,
berasal dari lafaz bahasa Arab, artinya yang di dalam, yang sulit, yang
tersembunyi. Batin itu menunjukkan sifat, dengan sifat batin itu manusia merasa
dirinya lepas dari segala yang semu. Beberapa tokoh mencoba mendefinisikan
kepada Tuhan Yang Maha Esa menuju tercapainya budi luhur dan kesempurnaan
reality, kenyataan rohani. Karena itulah selama bangsa Indonesia tetap berwujud
Indonesia, beridentitas asli, maka kebatinan akan tetap di Indonesia, baik di dalam
merupakan cara asli Indonesia dalam mencapai kebahagiaan, budi luhur, dan
batin atau kenyataan rohani. Adapun mistik kejawen, adalah pelaku budaya Jawa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
yang berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini berarti, mistik
kejawen, kepercayaan, dan kebatinan adalah tiga sisi kultural yang saling
melengkapi. Mistik kejawen adalah perwujudan dari salah satu laku yang
dilaksanakan oleh sebuah aliran kebatinan dan kepercayaan. Dengan kata lain,
mistik merupakan bagian dari jurus kebatinan dalam praktik kultural. Pandangan
hidup masyarakat Jawa yang menganut aliran kebatinan serta laku mistik, akan
(harmoni), yang dilandasi oleh sikap menerima, sabar, awas eling (mawas diri),
anoraga atau andhap asor (rendah diri), dan prasaja (Endraswara, 2006).
Jelaslah bahwa dalam budaya Jawa mistik dan kebatinan adalah sangat
kebatinan. Pelaku mistik pasti dan selalu menggunakan daya batin untuk
tinggi. Sejalan dengan hal ini Subagya (dalam Endraswara, 2006) menjelaskan
1) Batin, berasal dari lafal bahasa Arab yang bermakna perut, rasa mendalam,
4) Hubungan antar warga, mereka bersatu karena terikat sebuah paguyuban yang
Gusti;
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
suprarasional, misalnya nujum, ilmu ngalamat, ilmu pertanda, zimat, tuah, dan
sebagainya.
4. Teori Mistik
Teori mistik ini terkait dengan delapan postulat yang telah diungkapkan
Clifford Geertz dalam bukunya Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa,
secara inheren dan tak bisa dipisahkan. Tak seorang pun bisa
tetapi terus menerus berada diantara dua keadaan ini dari hari ke hari,
dari jam ke jam, menit ke menit. Variasi ini sama buat semua
2. ”Di bawah” atau ”di balik” perasaan manusiawi yang kasar ada suatu
Gusti.
penarikan diri dari minat duniawi untuk jangka waktu yang lama atau
lahir disebut semedi atau dalam bentuknya yang paling intensif yang
tak pernah dipraktekkan sekarang, tapa, yang terdiri dari duduk lurus
berdiam diri mutlak dan mengosongkan diri dari semua isi duniawi
sejauh mungkin.
pihak serta refleksi dan analisa di pihak lain; tapi tak satu pun
seorang guru yang maju mengajar kepada murid yang kurang maju
adalah satu dan sama dan tidak individualitas, karena rasa, aku, dan
perasaan orang lain (tepo saliro), dimulai dari keluarga sendiri lalu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
merupakan alat untuk mencapai tujuan itu dan hanya baik sepanjang
dianggap memang baik untuk beberapa orang dan yang lain baik buat
Geertz, 1989).
mengandung konsep tentang manunggaling kawula Gusti, tata cara (ritual) dan
Transendensi percaya bahwa Tuhan adalah absolut, mutlak, berada sebelum yang
lain ada. Tuhan adalah supranatural, menembus, dan teramat sangat. Sedangkan
imanensi, menganggap bahwa Tuhan ada (inhenet) atau hadir (present). Tuhan
ada di dalam alam semesta dan di dalam diri manusia (Endraswara, 2005). Tuhan
pada dasarnya ada dua peneguhan, yaitu monisme dan panteisme. Rudolf Eisler
panteisme adalah ajaran Tuhan dan dunia tak merupakan dua hakikat yang
sungguh terpisah dan yang diluar dari yang lain, melainkan Tuhan sendiri
dalam Ketuhanan; Tuhan adalah imanen dalam segalanya itu sebagai hakikat
sebagai teori yang mengajarkan bahwa segala sesuatu itu Tuhan, Tuhan dan dunia
manunggal.
antara panteistis dan monistis, juga apakah manunggaling kawula Gusti dianggap
immanen. Hal ini ditunjukkan dengan ajaran martabat tujuh yang bersifat tajjali
yang rata-rata banyak aliran mistik menjelaskan konsep Tuhan dan manusia
batin. Suatu pengalaman yang benar-benar nyata, tak terbatas (infinite) bagi yang
mistikus untuk sementara waktu, namun sesudah saat ekstasis kesadaran tetap
kembali dan yang dialami adalah antara Dia yang dicari dengan dia sendiri tetap
ada perbedaan. Kemanunggalan ini berarti bukan manunggal pada ”ada” Tuhan
1) Rasa
Jika emosi dan perasaan dapat menjadi tenang, maka ”dibelakang” atau ”di
bawah” atau ”di dalam”emosi itu seorang bisa berhadapan dengan realitas yang
tertinggi yakni refleksi Tuhan dalam diri. Biasanya, bagian pusat dari kehidupan
dalam seseorang, tempat Tuhan berada dalam individu, disebut ”hati” (manah).
Tetapi pada umumnya hanya dianggap sebagai inti dari individu manusia, pusat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
yang dalam dari eksistensinya. Dengan demikian ”hati” dalam pengertian ini
dirinya yang sejati maupun rasa tertinggi, yakni Tuhan, dapat ditemui (dalam
Geertz, 1989).
Jawa, menurutnya ada tekanan khusus pada hati, sufi, dan atas kalbu. Selanjutnya,
favorit ”rasa”. Kata ini sering dipakai untuk menerjemahkan kata Arab
”sirr” rahasia, misteri yang merujuk pada unsur yang paling halus dan
laten dalam hati nurani manusia, yang disebut sebagai tempat Tuhan
naskah mistik Jawa prinsip Ketuhanan ini juga disebut ”rasa”, tetapi
bukan rasa yang biasa, bukan rasa (perasaan) yang kita alami di tubuh,
melainkan rasa yang kita hayati dalam hati. Hati nurani yang bersih
tetapi bukan prinsip yang identik...di sisi lain keduanya dapat saling
Endraswara, 2005).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
a. Rasa pangrasa, yakni rasa badan wadag, seperti yang dihayati manusia
b. Rasa rumangsa, yakni rasa eling, rasa cipta, dan rasa grahita, seperti misalnya
c. Rasa sejati, yakni rasa yang masih mengenal rasa yang merasakan, dan rasa
yang dirasakan. Sudah manunggal, tetapi masih dapat disebut. Rasa damai,
d. Sejatining rasa, yakni rasa, yang berarti hidup itu sendiri yang abadi
Tingkat rasa (1) sebenarnya kalau berpijak pada pandangan psikologi Jawa
rasa (2), (3), (4) telah merambah ke dunia batin manusia. Rasa tersebut sudah
tergolong rasa rohani. Rasa yang benar-benar tumbuh dari kedalaman batin
(dalam Endraswara, 2005). Dari empat tingkatan rasa tadi yang paling banyak
memberi aroma batin dalam kehidupan mistik adalah rasa sejati. Akhirnya,
melalui rasa sejati manusia dapat mengenal rahasia hidup, rahasia hubungan
pencarian mistik dan harus menjadi tujuan keagamaan semua orang. Sering
perbuatan pemahaman ini dianggap memiliki dua tahap utama yaitu ”neng” atau
”hening” atau ”diam” yang menunjuk kepada penenangan emosi, dan kemudian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
ning (kejernihan pengetahuan yang dalam), gerak hati yang mengikuti keheningan
dan yang bisa merupakan pengalaman yang sangat emosional, sekalipun biasanya
dilukiskan sebagai ”tanpa isi sama sekali, batin yang sama sekali kosong” (dalam
Geertz, 1989).
tua, guru, dan raja, dengan kesadaran bahwa menghormati mereka adalah
tidak secara khusus mengutamakan hirarki sosial, melainkan lebih pada hirarki
para leluhur, roh-roh, tokoh wayang, dan hormat pada tatanan kosmos. Tahap
perjalanan mistik ketiga dan selajutnya, jalan makin sempit dan meninggalkan
2) Tahap kedua, disebut tarekat, dimana kesadaran tentang hakikat tingkah laku
tahap pertama harus insyafi lebih dalam dan ditingkatkan. Misalnya, doa-doa
ritual tidak lagi hanya gerak-gerik tubuh dan pembacaan ayat-ayat melainkan
usaha-usaha yang luhur dan kudus dan persiapan dasar untuk menjumpai
tahap berkembangnya secara penuh kesadaran akan hakikat doa dan pelayanan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
kepada Tuhan; pemahaman mendalam, bahwa satu-satunya cara bagi apa saja
yang ada adalah menjadi wadi Tuhan, menjadi bagian yang tergantung kepada
karena hidup dan tindakan manusia menjadi doa terus menerus kepada Tuhan;
4) Tahap terakhir dan tertinggi adalah mahrifat, yaitu ketika manusia mencapai
jumbuhing kawula lan Gusti. Dalam tahap ini, jiwa manusia terpadu dengan
dikerjakannya seperti halnya bekerja, mandi, tidur, atau makan. Pada titik ini
Endraswara, 2005).
2) Pengalaman Mistik
diri. Individu akan merasa menjadi satu dengan orang lain, dengan lingkungan
alam, dengan alam semesta secara keseluruhan. Hal ini bukanlah pengalaman
dunia dan alam semesta. Batas pribadi digambarkan secara lebih luas. Pada
akhirnya batas ini menghilang secara bersama-sama. Situasi seperti ini, dimana
rasa seseorang tentang identitas meluas melebihi batas kepribadian juga disebut
1) The ”ego quality”, selama pengalaman ini, individu kehilangan rasa tentang
kesadaran yang mana tidak biasa dipandang sebagai dasar, seperti pohon, atau
berbeda, dan bahkan merasakan bahwa pengalaman terjadi diluar batas normal
7) The ”positive emotion quality”, pengalaman yang memiliki aspek yang riang
gembira,
8) The ”sacred quality”, pengalaman yang pada hakikatnya suci atau keramat
Pengalaman mistik sebagai salah satu subyek dari kajian ilmu psikologi
tingkat kesadaran yang lebih tinggi yang merupakan the most highly developed
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
minds yang lebih dari sekedar puisi, seni, ilmu pengetahuan, atau filosofi (Koltko,
1989).
direpresentasikan dalam masa lalu, saat ini, dan masa depan (Tinnin, 1991).
Merriam webster online (2008) menyataan bahwa kesadaran adalah kualitas atau
status untuk menjadi sadar terutama sesuatu dengan diri seseorang atau tentang
objek eksternal, status, dan fakta (dalam Ahlin, 2009). Edelman (2003)
dari interaksi otak, tubuh, dan lingkungan. Kesadaran ini ada dua bentuk yaitu
sekarang yang diingat, dan bentuk suatu cerita masa lalu, rencana masa depan, dan
kesadaran yang menjadi sadar (dalam Ahlin, 2009). Karakteristik dari status sadar
refleksi dari perasaan subyektif dan stimulasi perasaan yang familiar ataupun
yang menyebutnya sebagai “posisi”, karena sifatnya yang tidak memilki hirarki.
Huston Smith (dalam Rowan, 1993) membuat model dengan empat tingkatan:
body, mind, soul, dan spirit. Pada tingkatan soul, masalah simbolik dan ganda
merupakan hal penting. Tingkat ini merupakan tingkatan yang ditemukan apabila
(unity) dan meninggalkan hal-hal yang simbolis (dalam Prabowo dkk, 2005).
secara ringkas bisa dibagi dalam tiga tahap: dari level subconscious ke level self
bersifat insting, libido, impulsif, animal (sifat binatang), kurang lebih sama
integrasi dari ego, dan tahap lanjut konsepsi. Sedangkan tahap paling tinggi yang
dicapai kesadaran manusia adalah tahap yang sama keadaannya dalam pencapaian
puncak spiritual dari agama-agama. Tahap puncak ini ditandai dengan penyatuan
yang bersifat holistik, mungkin lebih mirip dengan konsep individuasi dari Jung
dalam dua bagian, busur keluar (outward arc) dan busur ke dalam (inward arc).
bentuk busur keluar. Pergerakan ini ditandai dengan sifat penegasan diri, kisah
pertempuran sang ego dengan dirinya sendiri, dan konflik-konflik di bawah sadar
ke dalam diri, digambarkan dengan busur kedalam (inward arc), ini ditandai
dengan pencapaian tahap transendensi dan realisasi diri. Kesadaran manusia selain
dapat dipahami melalui level kesadaran juga dapat dipahami melalui status
terjaga, mimpi, dan tidur pulas. Ini adalah status normal kesadaran yang biasa
dialami sehari-hari, disamping ada juga status luar biasa atau perubahan status
kesadaran dan merupakan kesadaran yang sifatnya lebih tinggi, yaitu berupa
Ada empat jenis status kesadaran yang luar biasa ini, dan disebut juga
adalah status kesadaran yang dialami oleh type nature mysticism, yakni
semesta. Subtle ialah status kesadaran yang dialami oleh type deity mysticism,
yakni pengalaman diri yang menyatu dengan sumber, pusat alam semesta. Causal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
adalah kesadaran yang dialami oleh type formless mysticism, dimana individu
indrawi, tenggelam dalam keadaan yang tidak mewujud, kesadaran yang tak
berbentuk. Nondual adalah keadaan yang dialami oleh tipe integral mysticism,
yakni sebuah pengalaman bersatunya antara yang memanifestasi dan yang tidak,
Setiap struktur atau level kesadaran seseorang tentu saja meliputi semua
status kesadarannya. Setiap orang pasti akan mengalami status kesadaran yang
normal seperti terjaga, mimpi, dan keadaan pulas, tak menjadi masalah dimana
level orang tersebut berada. Juga setiap level bisa berada pada status kesadaran
yang luar biasa, atau perubahan kesadaran, berupa pengalaman puncak dalam
bentuk psychic, subtle, causal, dan nondual. Hanya saja ada perbedaan sikap dan
level kesadarannya. Umpamanya, dua orang yang berada di level yang berbeda
puncak pada status causal, tapi pengaruh (berupa penyikapan dan interpretasinya)
puncak yang dialami oleh orang di semua tingkatan level kesadaran, pada
seseorang sudah berada di level tersebut. Umpamanya, orang yang berada di level
causal pasti mempunyai pengalaman pada status causal secara permanen, tapi
pengalaman puncak yang berada di atasnya, misalnya pada status nondual, yang
Koneksi antara kesadaran dan bawah sadar disebut altered state of consciousness
(ASC). Koneksi ini dengan sendirinya akan mengarah menjadi keadaan bawah
sadar (Green, 2001 dalam Prabowo dkk, 2005). Secara intensif, ASC dapat juga
dicapai melalui hypnosis, meditasi, berdoa, yoga atau dzikir (Prabowo dkk, 2005).
dimana sensasi, persepsi, kognisi, dan emosi dirubah. Hal ini dapat
kepada self, body, sense of identity, and environment of time, space, or other
people (dalam Tinnin, 1990). Peters dan Price William (1983) menjelaskan bahwa
kondisi ASC sebagai jalan kepada status batin yang lain dan mereka percaya
bahwa bermacam tingkat ASC hanya untuk dinamika proses psikologis yang
fisik dan menjadi secara tinggi dipengaruhi oleh kepercayaan kebudayaan, simbol,
dan nilai personal yang menentukan isi pengalaman (dalam Ahlin, 2009).
keseluruhan pola dari fungsi mental, seperti misalnya orang yang mengalami
merasa bahwa kesadarannya secara radikal berbeda dari fungsinya yang biasa.
2008).
ke arah satu tujuan yang sempit. Hal ini semacam penggalian mental yang intens,
pencarian pengertian yang didukung oleh kehendak yang tak tertahankan dan
dalam individu itu. Semua indra, emosi, bahkan sebisa mungkin seluruh proses
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
fisik tubuh, semuanya dibawa kedalam satu kesatuan dan dipusatkan kepada
Ngesti sebagai suatu penggalian yang intens atau sebagai permohonan yang
sangat juga dilengkapi dengan banyak disiplin instinktual. Disiplin instinktual ini
terwujud dalam suatu tata cara ataupun ritual. Turner (1966) mengartikan ritual
sebagai perilaku tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu tertentu
secara berkala, bukan sekedar sebagai rutinitas yang bersifat teknis, melainkan
mengacu pada tindakan yang didasari oleh keyakinan religius terhadap kekuasaan
kebutuhannya untuk makan, minum, tidur dan juga kebutuhan seksual. Kegiatan
berbagai individu dan kelompok, bakat yang bisa ditingkatkan tetapi hanya
pasangan antara individu guru dan individu murid, istilah yang pada akhirnya
relatif karena bila dua orang sedang mempelajari mistik bersama-sama maka yang
lebih tinggi otomatis adalah guru dan yang lebih rendah adalah murid (dalam
Geertz, 1989).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
B. PANGESTU
pada hari jumat 21 April 1899 di desa Simo, Kawedanan Simo, Kabupaten
Soenarto. Isi dari wejangan tersebut dimuat dalam buku ”Sabdha Khusus”. Salah
sebagai pengikat para siswa dalam mendalami ajaran Sang Guru Sejati,
arti ”berkah”, yaitu berkah dari Sang Guru Sejati kepada siswanya. Adapun
memiliki pengertian, yang bersifat lahir dan batin. Secara lahir bertujuan hendak
bertunggal (bersatu) dengan semua golongan yang dilandasi oleh kerukunan dan
memiliki tujuan untuk bersatu atau kembali kepada Tuhan Yang Mahatunggal
(Soehadha, 2008).
Selama kurun waktu 16 tahun (dwi windu) yaitu pada tahun 1965, tahun
Kongres Pangestu ke-15 menerangkan bahwa Pangestu telah memiliki 196 cabang
dimana 184 cabang berada di Pulau Jawa dan 12 cabang di luar Pulau Jawa,
dengan jumlah anggota seluruhnya 206.030 orang (dalam Kongres Pangestu XV,
2005).
Di dalam kitab Sasangka Djati terangkum tujuh ajaran Pangestu yaitu Hasta
a. Hasta Sila
Ajaran hasta sila, atau panembah batin delapan sila, sebagai jalan untuk
kembali bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa, dibagi menjadi dua bagian, yakni
tri sila, dan panca sila. Tri sila adalah panembah hati dan cipta kepada Tuhan
1) Eling, berarti sadar atau ingat. Eling berarti kesadaran yang membuat manusia
merasa bahwa dirinya ada dan sedang melakukan sesuatu. Jadi eling adalah
kesadaran manusia kepada Tuhan, yaitu: (1) kesadaran murni, yaitu kesadaran
akan Suksma Kawekas sebagai sumber hidup; (2) kesadaran tinggi, yaitu
kesadaran akan Suksma Sejati sebagai pembabar prinsip hidup; (3) kesadaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
pemahaman bahwa yang disebut ’aku’ adalah raga yang kasat mata sehingga
segenap potensi hidup masih diwarnai oleh tujuan untuk melayani raga, yaitu
adalah kesadaran yang dilandasi oleh suatu sikap bahwa manusia bukanlah
semata sebagai raga, melainkan roh suci sebagai sinar Tuhan yang menjadi
orang Pangestu harus percaya bahwa Sang Guru Sejati menjadi penuntun
yang dapat menyatu dengan Tuhan. Percaya kepada Tuhan adalah sesuatu
3) Mituhu, berarti taat, taat melaksanakan perintah Tuhan. Orang Pengestu harus
percaya bahwa tidak ada suatu pekerjaan apapun yang utama yang harus
yang baik bagi semua manusia sebenarnya adalah pekerjaan Tuhan (dalam
Soehadha, 2008).
1) Rila, berarti ikhlas. Kitab Sasangka Djati menyebutkan bahwa rila adalah
rasa tulus ikhlas, sebab semua itu ada dalam kekuasaan Tuhan, maka harus
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
tidak ada sesuatu apapun yang mengganjal (membekas) dalam hatinya (kitab
menyebutkan bahwa orang yang bersikap narima bukanlah orang yang lemah
dalam pekerjaannya, tetapi orang yang “nrima ing pandum”, yang artinya
orang yang menerima apa yang telah menjadi bagiannya dan selalu bersyukur
kepada Tuhan. Orang–orang ini adalah orang yang terkaya di antara manusia
kaya lainnya. Sikap rela mengarahkan perhatian kepada segala sesuatu yang
“apa adanya”, menerima segala sesuatu yang telah menimpa diri (De Jong,
1976);
3) Temen, berarti jujur dan sungguh-sungguh. Temen dalam kitab Sasangka Djati
4) Sabar, dalam Sasangka Djati (1969) diartikan sebagai sikap kuat dalam
kawan dengan lawan sudah dianggap sama saja. Dapat diumpamakan sebagai
samudra yang dapat menampung apa saja, tidak bisa meluap akibat dialiri oleh
5) Budi luhur, adalah sifat yang diusahakan oleh manusia agar dapat menyerupai
b. Paliwara
Paliwara adalah pokok larangan Tuhan kepada manusia. Paliwara ada lima
macam, yaitu:
badan jasmani,
5) Jangan berselisih.
c. Gumelaring Dumadi
jagad besar, mahkluk seperti hewan, tumbuhan dan juga manusia. Ajaran pertama
berisi pengetahuan tentang adanya empat unsur (anasir) yang membentuk dunia
materi alam semesta, yakni unsur swasana, api, air, dan tanah. Kedua,
pengetahuan tentang penciptaan hewan, tumbuhan, dan segala yang ada di muka
bumi ini, selain manusia. Ketiga adalah ajaran atau pengetahuan tentang
Pertama kali yang diciptakan oleh Tuhan, adalah swasana, kemudian api,
air, dan tanah. Dan kemudian menjadi jagad gedhe. Keempat anasir ini saling
ada di bumi tercipta dari anasir yang berbeda satu sama lainnya. Secara skematis
anasir yang ada dalam mahkluk tersebut dapat diambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 1.
1) Sari tanah
Roh suci (tanpa penuntun Guru
Binatang 2) Sari api
Sejati)
3) Sari swasana
1) Sari tanah
Tumbuhan Tanpa Roh Suci
2) Sari air
Mahkluk halus
1) Sari api Daya bayangan Tuhan
(dewata)
Selain itu manusia juga dilengkapi dengan empat macam nafsu, yaitu nafsu
cerminan dari sifat-sifat empat anasir yang membentuk diri manusia (Soehadha,
2008):
Suksma Sejati. Oleh karena itu manusia yang memilki nafsu mutmainah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
mulia.
3) Nafsu sufiah adalah nafsu yang terbentuk dari anasir air. Nafsu sufiah lazim
pula disebut keinginan. Oleh karena itu nafsu sufiah mendorong manusia
4) Nafsu amarah adalah nafsu yang terbentuk dari anasir api yang dapat
amarah manusia besar, maka akan kuat pula keinginannya, dan juga
sebaliknya.
d. Tunggal Sabda
Tunggal sabda mengandung arti bahwa baik kitab suci Al-Quran, maupun
kitab suci Injil, demikian pula kitab Sasangka Djati, ketiga-tiganya merupakan
sabda tunggal, dalam arti sama-sama sabda dari Tuhan (Allah) (Imam, 2005).
Namun tetap ada perbedaan yang mendasar dari ketiganya sebab Pangestu sendiri
menyatakan bukan agama dan R. Soenarto sendiri juga mengaku hanya sebagai
‘siswa’ Suksma Sejati, dan menyebut dirinya hanya sebagai warana (perantara)
sabda.
e. Jalan Rahayu
dapat dilakukan sepanjang waktu, namun ada waktu khusus yang sebaiknya
terbenamnya matahari;
3) Budi darma, sebagai wujud kasih sayang kepada sesama hidup, seperti tolong
4) Ngunjara hawa nafsu atau mengekang hawa nafsu yang menuju kejahatan,
yang dapat dilakukan dengan cara berpuasa atau dengan menahan segala
5) Budi luhur sebagai bekal dalam menuju hidup yang sejati, yaitu manusia yang
f. Sangkan Paran
Seperti yang dikutip Imam (2005) dari kitab Sasangka Djati bahwa sangkan
hadirat Tuhan.
tobat.
1) Panembah raga kepada Roh Suci adalah tingkatan panembah bagi jiwa yang
masih muda. Pada tingkatan ini roh suci berupaya menundukkan empat nafsu,
Roh suci sebaiknya juga menggunakan bahasa Arab, yang digunakan dalam
Tuhan yang teramat luas dan tanpa batas yaitu berada di dalam dan di luar
jagad cilik karena Tuhan itu meliputi semuanya. Allah berarti Suksma
Kawekas yang Maha Luhur, Maha Asih, yang meliputi semesta alam dan
2) Panembah roh suci kepada Suksma Sejati, adalah tingkatan panembah bagi
jiwa yang telah dewasa, karena Roh Suci telah berhasil menundukkan hawa
nafsunya. Pada tingkatan ini roh suci berupaya taat kepada Suksma Sejati.
Panembahan ini dilakukan dalam tiga waktu, yaitu ketika magrib (suruping
bagi jiwa yang telah luhur budinya. Panembah pada tingkatan ini merupakan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
dengan dengan panembah tingkat dua, bedanya panembah tingkat tiga ini
Selain penembah tiga tingkatan ada pula panembah empat tataran, yaitu:
1) Sembah raga, merupakan pertanda yang kasat mata dalam menyembah Tuhan.
Tata krama dalam panembah sebagai sembah raga, adalah sebagai berikut:
didepan hidung), laku duduk, dan lain-lain sesuai dengan cara masing-masing;
2) Sembah cipta, artinya penembah diikuti dengan ingat kepada Tuhan dan
memuji nama-Nya;
raga dan ciptanya saja yang melakukannya namun juga hatinya. Panembah
Tuhan;
4) Sembah rasa, sejatinya adalah sembahing orang yang sampai pada tingkat budi
Konsep Tuhan dalam Pangestu adalah monoteisme, yaitu percaya pada satu
Tuhan, namun Pangestu mengajarkan keadaan Tuhan yang bersifat tiga yang
disebut Tripurusa. Tripurusa ini berarti keadaan satu yang bersifat tiga, yaitu:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
1) Suksma Kawekas (Tuhan Sejati) atau Allah Ta’ala yang berarti yang
menghidupi, yang membuat hidup, yang membuat manusia merasa hidup, atau
sumber hidup;
2) Suksma Sejati (penuntun sejati, guru sejati) adalah utusan Tuhan. Suksma
Sejati adalah karsa atau aktivitas Suksma Kawekas. Kitab Sasangka Djati
menyebut Suksma Sejati ini sama dengan Nur Muhammad dalam ajaran
tasawuf (Islam), dan sama dengan Sang Putra atau Kristus dalam agama
Kristen. Suksma Sejati adalah utusan Tuhan yang sejati sebagai panutan,
3) Roh Suci (manusia sejati), adalah sifat yang dihidupi atau yang diberi hidup
dan yang diberi kekuasaan dalam melaksanakan karsa (kehendak) Tuhan. Roh
Sumantri menjelaskan kata sifat dalam Sasangka Djati berarti faset, aspek,
segi, muka (wajah). Jadi Allah itu satu dalam hakikat-Nya namun menampakkan
diri dalam tiga faset, tiga wajah yaitu Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh
Suci (Hadiwiyono, 1983). Aspek pertama adalah tertinggi, mutlak, diam, statis
disebut Suksma Kawekas. Aspek kedua adalah hidup yang dinamis, dilahirkan
dari yang statis, disebut Suksma Sejati. Aspek ketiga disebut Roh Suci, jiwa sejati
dari manusia yang dianggap sebagai cahayaNya atau percikan api dari Suksma
Hal ini mirip dengan konsep tajalli (penampakan diri) Tuhan dalam mistik
Islam seperti konsep tajalli dan fayd (emanasi) dari Ibn Al-Arabi dan martabat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
tujuh dari Al-Burhanpuri. Hal ini juga sejalan dengan martabat Nur Muhammad
dalam wirid Hidayat Jati Ronggowarsito. Selain itu konsep Tripurusa ini juga
disederhanakan.
kehendak menurunkan Roh Suci sebelum dunia tercipta (Imam, 2005). Sasangka
Djati juga menunjukkan bahwa penciptaan (penurunan) Roh Suci terjadi dari
cahaya Tuhan yang digambarkan seperti plethikan api dari api Yang Maha Agung.
melalui proses emanasi (Imam, 2005). Sebelum Roh Suci diturunkan ke dunia,
Tuhan telah memberikan kesaksian yang disebut pahugeran, agar setelah roh suci
memakai anasir jasmani senantiasa sadar, bahwa Roh Suci berasal dari Tuhan dan
Terjadinya manusia adalah dari cahaya Tripurusa yang diberi pakaian empat
anasir, yang dilengkapi dengan peralatan badan jasmani, yaitu lima panca indera,
empat nafsu, dan tiga angan-angan. Sejalan dengan hal ini, karena bayi terjadi dari
tujuh keadaan, yakni Tripurusa dan empat macam anasir, maka manusia juga
disebut mempunyai saudara tujuh, yang lahir bersama-sama dalam satu hari.
Empat saudara disebut nafsu lauamah, amarah, sufiah, mutmainah, dan tiga
kemayan. Adapun dasar alasan bahwa manusia itu disebut mempunyai saudara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
tujuh, karena empat saudara atau empat nafsu itu terjadi dari halusnya empat
anasir, dan tiga saudara lainnya atau tiga angan-angan terjadi dari bayangan
ini mempunyai tiga aspek, yakni cipta, nalar, dan pangerti, masing-masing
intelektual yang dimiliki oleh masing-asing aspek adalah sebagai pantulan dari
Tripurusa, cipta sebagai pantulan Roh suci, nalar sebagai pantulan Suksma Sejati,
dan pangerti sebagai pantulan Suksma Kawekas (dalam Hadiwiyono, 1983; Imam,
2005).
sehari-hari dipusatkan kepada yang disebut Aku atau Ego manusia. Bahkan, Aku
adalah pusat pimpinan jiwa manusia meliputi angan-angan, perasan dan nafsu-
nafsu. Akan tetapi angan-angan yang dipusatkan pada Aku (Ego) itu
sesungguhnya bukan jiwa manusia yang sejati, atau bukan Roh suci, melainkan
lainnya, agar selaras dengan karsa atau kehendak Tuhan (Imam, 2005). Jika
kecakapan intelektual manusia disebut Ego, maka Roh Suci dapat disebut ”super
berada di bawah satu kendali yang dipimpin oleh sang Aku, agar ketiga unsur jiwa
tersebut dapat berjalan selaras dan seimbang sesuai dengan kehendak Tuhan. Bila
ketiga unsur jiwa tersebut berjalan selaras dan seimbang, maka jiwa manusia akan
Cipta Pangaribawa
Angan-angan Nalar Prabawa
Alat-alat Sadar
Palaksana Pangerti Kemayan
Menerima
Senang
Suksma
P Menarik T Kawekas
a Perasaan Positif Sadar r
Super Ego
n Aku (Ego)
Percaya Rahsa i
c Percaya Taat Jati
a Menolak P
Suksma
Tak Suka u Sejati
i r
n Negatif u
d s
e a Roh
r Nafsu Taat Suci
a
Amarah Sufiah Mutmainah Lauwamah
(kemauan) (Keinginan) (Egosentrifugal) (Netral) (Egosentrifugal)
Tahan Minum Tamak
Suprasosial Penderitaan Makan Iri
Tidur Aniaya
Kekuatan Syahwat Fitnah
Sosial Jasmani Loba dll.
2000)
pusat yang immaterial, yakni Tri Purusa: Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan
Roh Suci. Kedua, pusat yang material yang terdiri atas angan-angan, nafsu-nafsu,
dan rasa pangrasa atau hidup perasaan. Angan-angan yang terdiri dari pangerti,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
Konsep mistik dalam ajaran Pangestu tampak pada hakikat ajarannya yang
(Kesuksman) menuju bertunggal dengan Tuhan. Hasta sila sebagai intisari ajaran
sembah batin delapan sila. Bila Tri sila telah sampai pada kesempurnaanya, maka
panca sila segera menyusul mengikuti Tri sila, hingga sampai pula pada
setelah meninggal dunia dan kesempurnaan yang dicapai orang di dalam hidup ini
(Hadiwiyono, 1983).
Psikhe adalah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun
perasaan dan tingkah laku (Alwisol, 2008). Jung (1971) percaya bahwa psyche
adalah tersusun dari sistem-sistem yang saling tergantung yang terdiri dari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
ingatan, pikiran, dan perasaan; ketidaksadaran personal yang terdiri dari materi
yang dilupakan dan direpresikan yang telah hilang dari pikiran yang sadar tapi
pengalaman personal (dalam, James dan Gillliland). Jadi psyche terdiri dari
kesadaran dan ketidaksadaran. Kedua alam itu tidak hanya saling mengisi, tetapi
terhadap dunia luar dan ketidaksadaran berfungsi untu penyesuaian terhadap dunia
dalam (Suryabrata, 2005). Batas antara kesadaran dan ketidaksadaran tidak tetap
1) The evolution of the psyche, psyche layaknya tubuh telah terstruktur secara
Dalam pandangan Darwinian, simbol ini, image, dan ide yang telah
individuasi;
2) The preexitence of the psyche, psyche bukanlah sesuatu yang simpel yang
telah datang menjadi merdeka dari setiap jiwa, telah mempersiapkan untuk
mati, atau hidup dalam beberapa bentuk individual. Bagaimanapun juga efek
3) The archeology of the psyche, menyusul abad ke-19 prinsip biology bahwa
individual untuk mengalami lagi sejarah psikis ras atau bangsa dari waktu
a. Kesadaran
1) Ego
Menurut Jung, hasil pertama dari proses diferensiasi kesadaran itu adalah
ego (Alwisol, 2008). Ego merupakan subyek dari segala kegiatan pribadi
dengan ego sebagai pusatnya sehingga isi psikis ini dapat disadari oleh ego.
Seluruh pengalaman menyangkut dunia luar dan dalam harus melewati ego
supaya dapat diamati dan dialami. Semua relasi dengan ego sejauh oleh ego
ketidaksadaran dan tidak termasuk dalam wilayah kekuasaan ego. Relasi dari satu
isi psikis dengan ego merupakan kriterium dari keasadaran, karena tak ada yang
menjadi sadar jika tidak dihadirkan kepada satu subyek (Jung, 1986). Jadi
membicarakan kesadaran sama halnya dengan membicarakan ego, ego lah yang
Ego bukan faktor tunggal atau elementer tapi satu faktor kompleks yang
tidak bisa diuraikan sampai habis. Ego dilandasi oleh dua dasar berbeda, yaitu
dasar somatis dan dasar psikis (Jung, 1986). Dasar somatis ego terdiri dari faktor
sadar yaitu faktor-faktor yang mampu menembus ambang kesadaran, dan faktor
tak sadar merupakan faktor yang sebagian besar subliminal atau dibawah ambang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
kesadaran. Dasar psikis ego yaitu ego berdasar pada seluruh ruang kesadaran dan
juga pada seluruh jumlah isi yang tak sadar. Ego adalah faktor sadar yang paling
utama (par excellence). Awalnya ego muncul dari tubrukkan yang lain antara
dunia luar dan dunia batin. Ego merupakan subyek dari semua usaha adaptasi
yang berhasil, sejauh usaha-usaha ini dicapai oleh kehendak, namun kehendak
didalamnya terbatas. Ego punya peranan penting dalam pengaturan psikis. Ego
hanya titik referensi dari ruang kesadaran, yang didasarkan pada dan dibatasi oleh
faktor somatis yang disebut diatas, bukan terdiri dari seluruh alam kesadaran. Ego
hanyalah bagian dari kepribadian, bukan seluruh kepribadian. Jadi tidak mungkin
memberi uraian umum tentang ego karena sifatnya yang individualitas, individual,
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa
(Suryabrata, 2005).
2) Fungsi Jiwa
Fungsi jiwa, adalah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada
pokok, yang dua rasional, yaitu pikiran dan perasaan, sedang yang dua lagi
penilaian. Pikiran menilai atas benar dan salah, sedang perasaan menilai atas dasar
dasarnya tiap manusia memiliki keempat fungsi itu, akan tetapi biasanya hanya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
salah satu fungsi saja yang paling berkembang (dominan) (Alwisol, 2008;
3) Sikap Jiwa
Sikap jiwa, adalah arah daripada energi psikis umum atau libido yang
menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah ini dapat
ditentukan oleh lingkungan, baik lingkungan sosial maupun non-sosial. Sikap jiwa
dengan arah orientasi ke dalam menunjukan orang yang introversi. Orang ini
terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia dalam dirinya sendiri
Jung memakai kombinasi sikap dan fungsi ini untuk mendeskripsi tipe-tipe
kepribadian manusia dan diperoleh delapan macam tipe manusia, yakni tipe
4) Persona
Apa yang telah diuraikan di atas adalah keadaan kehidupan alam sadar yang
sebenarnya, tetapi masih ada satu lagi yaitu bagaimana individu dengan sadar
menampakkan diri ke luar karena cara individu dengan sadar menampakkan diri
keluar itu belum tentu sesuai dengan keadaannya dirinya yang sebenarnya, dengan
individualitasnya. Cara individu dengan sadar menampakkan diri keluar (ke dunia
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
bahwa persona adalah topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap
ditunjukkan kepada dunia atau pendapat publik yang melekat pada individu,
lawan dari kepribadian privat yang berada di balik wajah sosial (dalam Hall dan
Lindzey, 2005).
b. Ketidaksadaran
a. Isi yang untuk sementara subliminal, yaitu yang dapat dihasilkan kembali
b. Isi yang tidak apa diingat kembali menurut kemauan, munculnya tiba-tiba
c. Isi yang sama sekali tak bisa menjadi sadar, bersifat hipotetis, yang merupakan
kesimpulan logis dari fakta-fakta yang mendasari kelompok isi yang kedua. Isi
ketidaksadaran ini belum meyerbu ke kesadaran, atau sama sekali tak bisa
2008). Ketidaksadaran Personal memuat isi-isi yang adalah unsur integral dari
kepribadian individual dan karena itu juga bisa sadar (Jung, 1986);
melalui generasi yang terdahulu. Daerah yang paling atas langsung dibawah
dorongan primitif, apabila isi-isi ini termanifestasi maka orang masih dapat
bagian terdalam daripada ketidaksadaran serta hal-hal yang sama sekali tak
dapat dibuat sadar, manifestasi dari hal ini dialami oleh individu sebagai
2) Arketip
yaitu dapat berbentuk kompleks dan symptomp, mimpi, dan archetipus. Symtomp
adalah tanda bahaya, yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang
bagian kejiwaan kepribadian yang terpecah dan lepas dari penilikan (kontrol)
Mimpi sering timbul dari kompleks dan memiliki bahasa yang bersifat
perlambangan dan perlu ditafsirkan. Arketip adalah suatu bentuk pikiran (ide)
universal yang mengandung unsur emosi yang besar (Alwisol, 2008; Hall &
Lindzey, 2005). Arketip merupakan pusat serta medan tenaga daripada ketidak
sadaran yang dapat mengubah sikap kehidupan sadar manusia (Suryabrata, 2005).
Arketip dibawa sejak lahir dan tumbuh pada ketidaksadarn kolektif selama
dinamik otonom yang secara relatif bidang menjadi tidak tergantung pada aspek-
yaitu bayang-bayang (shadow), syzygy (anima dan animus), dan self (Alwisol,
fungsi inferior serta sikap jiwa yang inferior, yang karena pertimbangan moral
sebagai arketip akan menjadi sulit untuk membuatnya sadar. Hal ini terjadi
(Alwisol, 2008; Hall dan Lindzey, 2005; Jung, 1986; Suryabrta, 2005).
b. Syzygy, terdiri dari anima dan animus. Anima adalah penjelmaan sifat wanita
dalam rupa manusia, sifat wanita yang terdapat dalam alam tak sadar pria.
Animus adalah penjelmaan sifat pria dalam rupa manusia, sifat pria dalam
alam tak sadar wanita (Alwisol, 2008; Hall dan Lindzey, 2005; Jung, 1986;
Suryabrta, 2005). Syzygy ada dalam hubungan yang langsung dengan persona.
jadi persona adalah fungsi perantara antara aku dan dunia dalam. Makin kaku
persona, maka makin rendah diferensiasi anima atau animus dan makin
diproyeksikan kepada orang lain (Suryabrata, 2005). Anima dan animus hanya
disadari dalam relasi lawan jenis, sebab dalam relasi yang demikian proyeksi-
proyeksi ini bekerja selektif (Jung, 1986). Harus ada kompromi antara
tuntutan tak sadar kolektif dengan realitas dunia, agar terjadi penyesuaian
(Alwisol, 2008). Self adalah titik pusat kepribadian, di sekitar mana semua
kepribadian.
masa sekarang dari sudut masa depan. Kepribadian manusia dipahami menurut
kemana akan pergi, bukan dimana telah berada. Sebaliknya, masa sekarang dapat
dijelaskan oleh masa lampau. Ini adalah pandangan kausalitas, yang menyatakan
seseorang dengan maksud untuk menerangkan tingkah lakunya sekarang (Hall dan
Lindzey, 2005).
Menurut Jung, peristiwa psikis tidak selalu dapat dijelaskan dengan prinsip
sebab akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak
saling berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain, karena
keduanya tidak dapat ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang masa depan.
fenomena paranormal lainnya; bahwa ada aturan lain di alam semesta disamping
gerak mundur (regresi). Apa yang dimaksud dengan progresi oleh Jung adalah
bahwa aku sadar dapat menyesuaikan diri secara memuaskan baik terhadap
2005).
Apabila gerak maju ini terganggu oleh rintangan dan karenanya libido
tercegah untuk digunakan secara maju maka libido lalu membuat regresi kembali
ke fase yang telah di lewati atau masuk ke ketidaksadaran. Regresi tidak selalu
spiritual yang lebih tinggi dan lebih berdiferensiasi. Sublimasi ini terjadi untuk
entah melalui saluran instingtif atau saluran yang telah disublimasikan maka
Jadi dalam pandangan Jung sublimasi dan represi adalah dua hal yang
bergerak mundur, dan menghasilkan irasionalitas. Namun bagi Jung represi itu
d. Jalan Kesempurnaan
1) Individuasi
pada setiap orang dengan mana psyche individu dapat mencapai perkembangan
yang lengkap dan utuh. Prosesnya berpangkal dari keseluruhan psyche, suatu
Proses individuasi berjalan melalui empat sifat yaitu (dalam Baihaqi, 2008;
Schultz, 1991):
a. Sifat pertama ialah bahwa orang menyadari segi-segi diri yang telah
diabaikannya. Hal ini tidak dapat terjadi sebelum usia setengah tua. Jung
diistilahkanya dengan “satu ada, mewujud, yang homogen” yaitu menjadi diri
b. Sifat kedua ialah pengorbanan tujuan-tujuan material dari masa remaja dewasa
tujuan itu. Dalam individuasi tidak ada satupun fungsi atau sikap yang
individual (tipologi kepribadian) ini hilang sebab orang itu tidak dapat
setengah tua, yaitu yang pertama penurunan tahta persona. Kepribadian publik
tetap diteruskan sebab masih ada peranan-peranan sosial tetapi orang harus
menyadari dirinya dan juga menjadi dirinya sendiri. Yang kedua, ialah
konstruktif. Hal ini berarti orang harus menyadari sisi gelap kepribadiannya
sifat destruktif dan egois. Hal ini merupakan bagian dari tahap pengetahuan
diri, individu harus menerima dan menyadari sisi buruk kepribadiannya juga.
Yang ketiga ialah menerima biseksualitas psikologis yaitu anima dan animus.
Setiap langkah dalam proses individuasi adalah sulit, tapi mengenal dalam diri
sendiri kualitas-kualitas dan sifat-sifat dari jenis kelamin lain jelas hal yang
paling sulit karena merupakan hal yang sangat luar biasa dan penyimpangan
yang sangat tajam dari gambaran diri sebelumnya. Hal ini juga berfungsi
c. Sifat ketiga ialah integrasi diri. Semua segi kepribadian diintegrasikan dan
2) Fungsi Transendensi
diintegrasikan oleh fungsi transeden (dalam Hall dan Lindzey, 2005). Fungsi
satu kesatuan secara efektif (Alwisol, 2008). Jung (1943) menjelaskan bahwa
saling berlawanan dalam beberapa sistem dan bekerja menuju tujuan yang ideal
aspeknya yang mula-mula tersembunyi dalam cairan sel telur; produksi dan
penyingkapan dari kebulatan yang original dan potensial” (dalam Hall dan
Lindzey, 2005).
3) Realisasi diri
realisasi diri. Realisasi diri adalah tujuan hidup menurut pandangan Jung atau
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
diferensiasi yang sangat penuh, sangat sempurna serta perpaduan yang harmonis
dari semua aspek seluruh kepribadian manusia. Hal ini berarti bahwa psyche telah
mengembangkan pusat baru, yakni diri menggantikan pusat yang lama, yaitu ego
individu yang mampu menjadi dirinya sendiri atau mencapai realisasi diri. Boeree
menyebut pribadi ini sebagai pribadi yang tidak egoistik (Boeree, 2000). Ciri
orang yang terindividuasi memiliki kesadaran dan toleransi yang lebih besar
terhadap kondisi umat manusia, dengan begitu orang-orang ini merasa lebih
2) Orang-orang ini menerima apa yang tidak diketahui dan misterius, menerima
kepribadian yang universal karena tidak ada satupun segi kepribadian yang
dan gelap, tubuh dan jiwa, dan sebagainya (Kuhnis, 2006). Self adalah tujuan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
hidup, suatu tujuan yang terus menerus diperjuangkan tetapi jarang tercapai.
obyek, antara kesadaran dan dunia, bahkan antara berpikir dan bertindak. Self
adalah tujuan atau kesempurnaan dari ego. Hal ini diandaikan seperti biji
yang jatuh ke tanah dan mati, kemudian mengeluarkan lagi bunga yang indah.
Individu yang luar biasa yang mampu menjadi pahlawan karena membunuh
kekuatan binatang dan meletakkan tangan pada harta yang terpendam (Heisig,
1997). Ada enam kesimpulan tentang self dalam teori Jung, yaitu:
individuasi;
Kristus, Khidr, dan lainnya adalah tidak dapat dibedakan dari image self
self. Asimilasinya dapat memperbesar ruang kesadaran tapi juga peranan ego.
Sangat penting supaya ego berlabuh dalam dunia kesadaran dan supaya kesadaran
sebagaimana observasi yang cermat dari symtomatology alam tak sadar dan kritik-
kritik diri yang obyektif sangat berguna dari segi intelektual (Jung, 1986).
dekat dengan diri (selfhood) yang mampu dicapai oleh kebanyakan manusia. Rata-
rata archetipe self tidak akan tampak sebelum orang mencapai usia setengah baya
a. Deficiensy Needs
kebutuhan yang bersifat hierarkis, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
Tabel 2
b. Being Needs
ini untuk memasukkan sebuah kategori kebutuhan yang lebih tinggi yang disebut
menyebut nilai yang paling utama ini mencari aktualisasi diri seseorang sebagai
”being values” atau ”B-values”. Nilai ini disebutkan lagi dan lagi oleh orang yang
2007).
(deficiency need), sedang kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri adalah
transformasi menjadi lebih bermakna atau B-need (being need) (Alwisol, 2008).
bergerak melampaui ide tradisioal tentang dorongan. Dorongan ini tidak seperti
kebutuhan meta berisi kebutuhan estetik dan kebutuhan kognitif (Alwisol, 2008).
Nilai-nilai dalam B-values ini tidak dapat dipisahkan sepenuhnya satu sama
lain. Nilai-nilai ini saling berhubungan dan untuk merumuskan yang satu perlu
seluruhnya memiliki nilai yang sama pentingnya dan tidak hierarkis (Goble,
tumbuh dan berkembang yang berisi kebutuhan estetik dan kebutuhan kognitif
dalam tabel 3 di bawah ini. B-needs atau metakebutuhan akan lebih jelas dengan
Tabel 3
Karakter yang
B-need sama atau Metapatologi-metapatologi
berhubungan
Keanggunan (beauty) Keindahan, Kekasaran, kegelisahan, kehilangan
keseimbangan selera, rasa suram.
bentuk, menarik
perhatian.
Bersemangat (aliveness) Hidup, bergerak Mati, menjadi robot, merasa diri
spontan, berfungsi sendiri sama sekali ditentukan,
penuh, berubah kehilangan emosi dan semangat dalam
dalam aturan. kehidupan, kekosongan pengalaman.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
Lanjutan tabel 3
Karakter yang
B-Needs sama atau Metapatologi-metapatologi
berhubungan
Keunikan (uniqueness) Keistimewaan, Kehilangan perasaan diri dan
kekhasan, tak ada individualitas, perasaan diri sendiri
yang sama, yang dapat berubah-rubah atau
kebaruan. anonim.
Bermain-main Gembira, riang, Keseragaman, depresi, keadaan tidak
(playfullness) senang, jenaka, paranoid, kehilangan
menggelikan, humor. semangat dalam kehidupan,
kesedihan.
Kesederhanaan Jujur, terbuka, Terlalu kompleks, kekacauan,
(simplicity) menasar, tidak kebingungan, kehilangan orientasi.
berlebihan, tidak
rumit.
Kebaikan (goodness) Positif, bernilai, Kebencian, penolakan, kejijikan,
berhati-hati.
sendiri, tidak
tergantung.
Lanjutan tabel 3
2. Aktualisasi Diri
memenuhi dirinya dan melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya (Goble,
atau keadaan akhir, suatu tujuan jangka panjang, bukan sebagai suatu proses
dinamis yang terus menerus aktif sepanjang hidup, lebih sebagai ada daripada
berumur enam puluh tahun atau lebih, maka kebanyakan orang tidak termasuk
dalam kategori ini, orang-orang tersebut belum statis, belum sampai, sedang
penemuan jati diri dan mekarnya potensi yang ada atau yang terpendam (Goble,
2000).
diri dan ter-transendensi diri”, orang dapat menjadi lebih bijaksana dan otomatis
tahu apa yang akan dilakukan dalam suatu situasi yang sangat bervariasi. Daniels
dari aktualisasi diri adalah transenden, pada dasarnya mungkin adalah kontribusi
terpenting Maslow pada studinya tentang perilaku dan motivasi manusia (dalam
Huiit W, 2004)
segala potensinya (Huiit W, 2004). Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan
(Dhiman, 2007).
kebutuhan tertinggi dari hirarki kebutuhan, tapi juga dapat dipandang sebagai
tujuan final, tujuan ideal dari kehidupan manusia dapat dicapai melalui
mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi diri yaitu, jalur belajar yang
2008).
puncak lebih kurang atau lebih ringan dan yang kedua adalah orang yang
1) Peakers
wawasan yang jelas tentang diri mereka dan dunia mereka (dalam Schlutz, 1991).
2) Non Peakers
dengan dunia nyata secara efekif, dan kurang dengan dunia kehidupan B (B-
1) Going at thing ‘whole hog”, aktualisasi diri berarti penuh pengalaman, hidup
dan totalitas;
pilihan ketakutan. Selusin waktu dalam sehari adalah untuk bergerak maju
3) Letting the self emerge, dengan mendengarkan gerak suara hati. Orang yang
5) Listening to one’s own self, menjadi lebih berani dan memiliki keteguhan hati
mendengarkan suara hati, dan dengan selflessly dalam bekerja adalah suatu
benar terjadi.
tipuan dan ketidakjujuran dari apa itu kenyataan dan kesungguhan. Orang-
orang ini tidak memandang dunia hanya sebagaimana yang diinginkan atau
hidup sebagai suatu masalah yang perlu solusi, bukan suatu kekacauan
personal yang bisa membuat menyerah begitu saja. Dan orang-orang ini
memiliki pandangan yang berbeda tentang makna dan tujuan. Orang-orang ini
makna, bahwa makna dapat menjadi tujuan akhir dari semuanya, dan bahwa
makna adalah sebuah perjalanan yang lebih penting daripada tujuan akhir.
Orang-orang seperti ini memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
seperti ini ide-ide seperti liburan, lelucon, hiburan, istirahat, atau kegemaran
Orang-orang ini menikmati relasi personal yang lebih dalam dengan sedikit
teman dekat dan anggota keluarga, daripada suatu hubungan yang dangkal
disiplinnya sendiri.
tidak mudah terkena jebakan tuntutan sosial untuk menjadi ”sesuai aturan”
sense. Hal ini terjadi karena orang-orang ini tidak lagi didorong oleh motif-
motif kekurangan dan tidak tergantung pada dunia nyata untuk mendapatkan
tengah apa yang dilihat orang-orang yang kurang sehat sebagai malapetaka.
disebut acceptance of self and others. Artinya, orang-orang ini lebih suka
yang seharusnya. Orang-orang ini juga memiliki motivasi yang kuat untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
merubah kualitas negatif dalam diri mereka sendiri jika dapat dirubah. Ini
semua datang secara spontan dan simpel. Orang-orang ini lebih suka menjadi
6) Orang-orang ini memiliki rasa kerendahan hati dan rasa hormat terhadap
orang lain. Artinya, orang-orang ini terbuka terhadap etnik dan keunikan
sosial, perasaan kasihan, dan kemanusiaan. Hal ini diiringi oleh etika yang
sesuatu, bahkan sesuatu yang luar biasa. Orang-orang ini tidak mudah menjadi
berdayacipta, dan original. Orang-orang ini adalah asli, inventif, dan inovatif,
Maslow menyamakan kreativitas ini dengan daya cipta dan daya khayal naif
yang dimiliki anak-anak, suatu cara yang tidak berprasangka dan langsung
mengamati dan bereaksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang
3. Peak experience
adalah suatu pengalaman mistik mengenai perasaan dan sensasi yang mendalam,
yang mendalam, dimana saat itu diri seperti hilang atau mengalami transendensi
(Alwisol, 2008).
segera mengatakan bahwa itu adalah ekspresi keajaiban, yang tidak dapat
digambarkan dengan kata-kata, yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain;
Umumnya hanya berlangsung 30 menit atau paling lama satu atau dua jam;
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
orang lain,
mengulanginya,
memperoleh persepsi yang lebih baik tentang realitas itu sendiri (Goble, 2000).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
Kejawen
Mistik Kebatinan
PANGESTU
Konsep Konsep
Konsep mistik
Manusia Ketuhanan 1. Panembah
Raga kepada
Roh Suci
2. Panembah
Manuggaling Candra Jiwa Tripurusa Roh Suci
Kawula_Gusti Sunarto kepada
Suksma Sejati
3. Panembah
Suksma Sejati
kepada
Suksma
Kewekas
JUNG Struktur Perkembangan Psyche:
Psyche REALISASI DIRI
B-Needs
PENGALAMAN
MASLOW Aktualisasi Diri
MISTIK
Panembah tiga tingkatan. Konsep tentang ritual mistik tentunya juga disertai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (dalam Moleong,
2007).
secara lebih intensif terhadap satu unit tunggal atau satu sistem terbatas (bounded
atau suatu komunitas (dalam Alsa, 2007). Sebagaimana halnya penelitian ini yang
B. FOKUS PENELITIAN
gambaran yang jelas mengenai proses realisasi diri menurut teori Jung dan proses
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
aktualisasi diri menurut teori Maslow. Fokus penelitian ini telah dirumuskan
Jung?
Maslow?
C. RESPONDEN PENELITIAN
panembah, yaitu panembah raga kepada Roh Suci, panembah Roh Suci kepada
Suksma Sejati, dan panembah Suksma Sejati kepada Suksma Kawekas. Kriteria
umur dari responden disesuaikan dengan ciri yang diberikan oleh Maslow dan
Jung yaitu bahwa realisasi diri dan aktualisasi diri tidak dapat terjadi sebelum usia
1) Siswa Pangestu
3) Komunikatif,
Surakarta selain karena Surakarta adalah salah satu pusat mistik dan budaya
Jawa.
adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan
penelitian ini adalah sesuai dengan pembagian jenis wawancara menurut Patton
garis besar pokok-pokok yang dirumuskan yang tidak perlu ditanyakan secara
rancangan wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus
mengajukan pertanyaan mengenai berbagai segi kehidupan subjek secara utuh dan
1. Data Penelitian
mengandung aspek realisasi diri dan aktualisasi diri. Data pengalaman mistik yang
mengandung aspek realisasi diri dan aktualisasi diri tersebut tersimpan dalam
sumber data.
Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data primer
dan sumber data sekunder. Sumber data primer penelitian ini adalah langsung dari
responden atau subyek penelitian dan akan berupa kata-kata yang diperoleh
tertulis yang diperoleh dari buku-buku tentang Pangestu, yaitu hasil penelitian
operasional data penelitian. Hal ini akan dapat digunakan untuk membuat
a. Pengalaman menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti barang apa yang
kontak antara manusia, alam semesta, dan Tuhan atau persatuan mesra antara
ruh manusia, atau persatuan langsung manusia dengan dzat ketuhanan dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
dengan rencana umum dan dari ajaran Pangestu melalui kitab Pangestu dan
b. Realisasi diri adalah tujuan hidup menurut pandangan Jung atau tujuan dari
perkembangan kepribadian itu sendiri. Hal ini berarti bahwa psyche telah
mengembangkan pusat baru, yakni diri menggantikan pusat yang lama, yaitu
ego. Realisasi diri dicapai melalui proses individuasi dan fungsi transendensi.
Proses individuasi dan fungsi transendensi akan dilihat dari sifat-sifat orang-
orang yang terrealisasi yang diberikan oleh Baihaqi (2008) dan Schultz (1991)
dan seorang yang mencapai realisasi diri tampak dari ciri-ciri yang
digunakan metode wawancara dengan rencana umum dan dari ajaran Pangestu
Aktualisasi diri dalam penelitian ini adalah aktualsasi diri yang dicapai
melalui pengalaman puncak (peak experience) yang dalam hal ini adalah
digunakan metode wawancara dengan rencana umum dan dari ajaran Pangestu
sebagai berikut. (1) mengkaji sumber data sekunder, yaitu dari buku-buku hasil
karangan Hadiwiyono, Salah Satu Sikap Hidup Orang Jawa karangan De Jong,
dan Orang Jawa Memaknai Agama karangan M. Soehadha serta kitab Pangestu
yaitu Sasangka Djati dan Candra Jiwa Soenarto. (2) melakukan wawancara
data primer. (3) memadukan dan mengkonsultasikan sumber data primer dan
sumber data sekunder kepada informan atau responden penelitian. (4) data terbaik
Prosedur pengumpulan data ini secara konkret dapat dilihat pada gambar 3
dibawah ini:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
Pengumpulan Data
Dipadukan dan
Dikonsultasikan dengan
Informan atau Responden
Penelitian
Data Terbaik
kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kredibilitas dalam penelitian ini dapat
sesuatu yang lain (Moleong, 2007). Penelitian ini akan menggunakan kredibilitas
beragam sumber data yang berbeda-beda yang tersedia. Artinya, data yang sama
atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bilamana dipadukan dengan data
sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber
sejenis atau berbeda jenis (Sutopo, 2006). Triangulasi sumber dalam penelitian
adalah untuk memperoleh suatu data, peneliti akan menggunakan tiga sumber
data, yaitu informan, kitab dan buku Pangestu, serta aktivitas atau perilaku.
Sumber pertama diperoleh langsung dari responden dan sumber kedua dari buku
dan kitab Pangestu. Data dari sumber yang pertama diperoleh dari hasil
penelitian. Triangulasi sumber dalam penelitian ini tampak jelas dalam gambar 4
berikut:
Responden Wawancara
pengambilan dan analisis data. Konsep yang dipakai antara lain validitas
Validitas kumulatif dicapai bila temuan dari studi-studi lain mengenai topik yang
ekologis menunjuk pada sejuah mana studi dilakukan pada kondisi alamiah dan
yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam
desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang
dari data yang subjektif ke arah generalisasi (data objektif). Untuk peneliti
antar hal dan susunan keterkaitan tersebut. Keterkaitan logis antar hal dan susunan
untuk melakukan itu semua dalam penelitian ini adalah metode analisis data
menurut Miles dan Huberman yaitu model analisis interaktif (interactive model of
Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles &
Huberman, 1992). Prosedur analisis data dalam penelitian ini akan berlangsung
sesuai dengan alur kegiatan analisis yang disarankan dalam model analisis
1. Reduksi Data
jenis informasi yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan (fieldnote). Proses ini
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan dalam suatu pola
2. Penyajian Data
(Miles & Huberman, 1992). Data dalam penelitian ini akan disajikan dalam
bentuk teks naratif, meskipun tidak menutup kemungkinan juga akan disajikan
dalam bentuk matriks, grafik, jarigan dan bagan (Miles & Huberman, 1992;
Sutopo, 2006). Semuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya
mudah dilihat dan dapat lebih dimengerti dalam bentuknya yang lebih kompak
(Sutopo, 2006).
belum jelas kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.
penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat dari pemikiran
kedua yang timbul melintas pada penulis pada waktu menulis sajian data dengan
kecocokannya, atau dengan kata lain validitasnya (Miles & Huberman, 1992).
Ketiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri
merupakan proses siklus dan interaktif. Proses analisis data bergerak di antara
verifikasi data selama sisa waktu penelitiannya (Miles & Huberman, 1992).
menggali data dari sumber data primer dan sumber data sekunder sehingga
diperoleh data pengalaman mistik dari dua sumber. Data pengalaman mistik yang
berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya disusun
dalam reduksi data. Kemudian dilakukan penyusunan sajian data yang berupa
cerita sistematis dan logis dengan suntingan penulis supaya makna peristiwa
menjadi lebih jelas dipahami, dengan dilengkapi perabot sajian yang diperlukan
(matriks, gambar, atau bagan) yang mendukung kekuatan sajian data. Dari sajian
verifikasinya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
Data penelitian mistik dari dua sumber data akan direduksi dan disajikan
dalam dua bentuk kiteria, teks naratif, matriks, jaringan, dan bagan. Data ini akan
diteliti manakah yang mengandung aspek realisasi diri dan aspek aktualisasi diri
dan kemudian baru akan diperoleh kesimpulan sementara lalu diverifikasi. Proses
analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman bila diaplikasikan
pada proses analisis data pengalaman mistik Pangestu dalam penelitian akan
PENGUMPULAN DATA
1. Data pengalaman mistik hasil
wawancara dan observasi (sumber
data primer)
2. Data pengalaman mistik dalam
ajaran kitab Pangestu dan menurut
buku tentang Pangestu (sumber data
sekunder).
SAJIAN DATA
1. Teks naratif
2. matriks, jaringan, dan
bagan.
REDUKSI DATA
1. Data dari sumber data primer
didapatkan dan dibandingkan
dengan sumber data sekunder
VERIFIKASI DATA
2. Kesimpulan perbandingan data
1. Aspek realisasi diri
didiskusikan dengan responden atau
2. Aspek aktualisasi diri
informan
3. Data pengalaman mistik dengan
aspek realisasi diri dan aktualisasi
diri dideskripsikan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PERSIAPAN PENELITIAN
berikut:
Wawancara
wawancara (panduan pertanyaan dapat dilihat lebih lanjut pada lampiran 1).
hingga pertanyaan pada sesuatu yang lebih nyata atau konkret. Susunan ini
digunakan selain untuk mengetahui seberapa jauh pertanyaan menangkap hal- hal
yang abstrak, hal ini juga digunakan untuk mengurangi terjadinya pengaruh dari
pertanyaan yang direktif yang biasanya hanya akan dijawab “ya” atau “tidak”.
kebiasaan responden.
b. Kalau pertanyaan terbuka belum mampu menggali apa yang dipikirkan dan
Pemberian kode meliputi: (a) penandaan sumber asal satuan, dalam penelitian ini
data yang berasal dari wawancara, (b) penandaan jenis responden, pada penelitian
ini kode R=Responden. Kedua responden akan dibedakan dengan pemberian kode
I untuk responden I dan kode II untuk responden II, (c) penandaan waktu
wawancara, pada penelitian ini wawancara dilakukan dilakukan minimal dua kali
responden I, pada pertemuan yang pertama, dan kutipan diambil dari baris 101-
intuisi, pendapat, atau kriteria tertentu (Moleong, 2000). Penafsiran data dilakukan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
informasi dari seorang teman yang salah satu kerabatnya adalah seorang penganut
penelitian. Orang ini ternyata tak dapat dihubungi, sehingga diputuskan untuk
mencari responden dari cabang Pangestu yang lain. Salah satu kerabat ternyata
Tabel 4
Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober. Jadwal pengambilan data dapat
Tabel 5
Pengambilan
Data pada 1 2 3
Responden
C. HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
kakek yang telah memiliki banyak cucu, berumur 63 tahun, dan seorang
Responden I memiliki dua orang istri, beberapa teman dan kerabatnya menyebut
dia memiliki bojo sambung. Istri pertamanya telah meninggal, istri keduanya
menyebutkan agama apa yang dia anut. Menurut informasi yang diperoleh dari
Responden II adalah seorang ibu yang memiliki dua orang anak gadis.
warung makan di pinggir jalan besar. Kebetulan responden yang satu ini adalah
anak dari ketua Pangestu ranting Ngargoyoso, namun ketika penelitian ini
seorang ayah dari tiga orang anak gadis. Selama wawancara biasa dipanggil
pakdhe Larso. Responden III adalah seorang penjaga sekolah sekaligus penjual
ayam.
Responden I dan III selama pengambilan data sangat bekerja sama, semua
dijawab dengan panjang lebar dan terkadang keluar dari topik dalam pertanyaan.
dengan bahasa Jawa. Responden III sangat sering menjawab pertanyaan dengan
a. Pengalaman Mistik
kontak antara manusia, alam semesta, dan Tuhan. Responden I mengaku bahwa
selama ini pengalaman seperti ini hanya dialami ketika melakukan ritual
tertentu yang bersifat formal, dilakukan dalam waktu secara berkala, bukan
sekedar rutinitas yang bersifat teknis, melainkan mengacu pada tindakan yang
didasari oleh keyakinan religius terhadap kekuasan atau kekuatan mistis (dalam
Soehadha, 2008). Panembah pun dilakukan oleh responden I secara berkala dan
penuh keyakinan akan adanya Tuhan. Seperti diterangkan dalam kitab Sasangka
Djati bahwa panembah terdiri dari tiga tingkatan yaitu sembah raga, sembah
kalbu, dan sembah rasa. Responden I dirasa-rasakan telah mencapai sembah rasa.
tiap bangun tidur dan sebelum tidur pada malam hari. Selebihnya
ada suara mesin, suara bising hiruk pikuk jalan raya. Apakah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107
80-95).
adalah pada sembah raga seolah-olah hanyalah sebagai latihan dan masih mudah
sekali terganggu, setelah mencapai tahap sembah kalbu timbul perasaan mantap.
Pada saat melakukan panembah ini satu hal yang teramat sulit yaitu menciptakan
konsentrasi.
sembah raga yang jelas itu untuk awal daripada petunjuk itu
ada suara anak-anak dari luar mungkin orang lain itu saya masih
02. 228-250).
panembah terdapat proses dari heneng ke hening. Heneng adalah suatu keadaan
dimana pikiran hanya terpusat pada satu arah yaitu Tuhan. Keadaan ini disebut
dan hening. Yang heneng dan hening tadi, yang. Heneng itu
apa? Dan hening itu apa? Heneng itu ee artinya setelah kita
atau kepada Tuhan. Dan Tuhan itu dimana. Kemarin sudah saya
ini, mungkin lebih besar lagi tapi bisa dikatakan kecil karena
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109
Lubuk hati? Iya, lubuk hati. Sudah berada di lubuk hati kita. (W.
R. I. 02. 251-307).
Baru kemudian proses ini berlanjut ke tahap hening. Hening adalah suatu
konsentrasi yang teramat sangat dan sepenuh hati kepada Tuhan. Segala doa dan
dikatakan ini yah kalau ini merupakan kata-kata atau kalimat kita
ucapkan dengan mulut misalnya atau bisa dibaca dalam hati saja
tapi langsung, langsung tujuan ini hanya kepada hati yang kecil
sekali yang kita tuju Tuhan berada disitu. Misalnya, “Duh Gusti
petunjuk yang ada pada kitab Sasangka Djati, namun kadang-kadang karena fisik
yang tidak kuat maka sambil duduk pun bisa. Sedangkan ketika melakukan
berusaha untuk tidak peduli agar suasana heneng dan hening dapat tercapai.
katakan sulit tadi awal ya. Setelah kita melakukan sembah kalbu
ada suara-suara dari luar masih mendengar. Tapi saya suara apa
itu, suara bagaimana itu saya, karena saya ingin sampai heneng
dan hening tadi ya tidak peduli, begitu. Kalau dulu, pertama gitu
saja atau awal itu akhirnya saya masih ingin mengikuti artinya
I. 02. 328-352).
Responden I sangat yakin bahwa saat itu rasanya dihadapan Tuhan. Dan baginya
disitu hanya ada dia dan Tuhan, tidak ada yang lain.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
111
yang saya katakan Maha Pencipta atau Tuhan disitu tidak dapat
bisa. Tapi saya yakin karena Tuhan itu ada, pada saat melakukan
hanya ada eyang sendiri dan Sang Maha Pencipta atau masih
ada gangguan?? Ya, yang jelas hanya saya dan Maha Pencipta.
Pada saat itu responden I mengaku bahwa tubuhnya terasa merinding. Jika
Tuhan.
Apa yang eyang rasakan pada tubuh eyang pada saat itu?
367-374).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
yang bahagia, benar-benar bahagia. Bagi responden I, saat itu hatinya merasa
dan senang. Hati sana itu rasanya itu istilahnya apa ya, nalongso,
Responden mengaku bahwa pada saat itu yang ada di ingatannya adalah
segala harapan baik bagi dirinya pribadi, keluarga, maupun masyarakat pada
umumnya. Ketika pengharapan itu responden memohon kepada Tuhan maka dia
yang kita inginkan. Ini bukan untuk secara pribadi saja, tapi juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
113
Hal ini terjadi seperti sebuah permohonan yang diucapkan dalam hati,
tidak ada yang menjawab. Dan disini responden sangat yakin bahwa
pasti tahu. Dan saya juga yakin karena saya umat menyampaikan
Panembah ini dilakukan dan tanpa terasa bisa berlangsung selama satu jam
misalnya. Responden mengaku bahwa panembah itu tahu-tahu sudah selesai dan
Karanganyar. Itu rasanya cepat, karena pada detik ini saya mulai
127).
Keadaan ini terjadi dalam suasana heneng dan hening dan bisa terjadi baik
pada sembah raga, sembah kalbu, maupun sembah rasa. Semua itu bisa tercapai
kalau dari awal akan melakukan panembah sudah diniati. Namun kalau asal-
asalan akan mudah terganggu. Suatu panembah hingga bisa tercapai suasana
heneng dan hening dirasa sulit oleh responden dan dinilai belum seratus persen
menjalankannya.
atau bagaimana? Kalau kita dari awal itu memang ee sudah kita
niati, niati tahu? Iya. Hemm itu bisa. Selalu? Iya, tapi kalau acak-
itu dan saya sendiri melakukan sampai seperti itu kalau saya nilai
sendiri yah seperti tadi belum seratus persen. (W. R. I. 02. 428-
447).
manunggal yang tertulis dalam kitab sasangka djati. Ini merupakan suatu perilaku
yang berupaya untuk menyatu dengan Tuhan. Responden menjelaskan hal ini
dalam hal ini adalah suatu kegiatan dimana individu tidak memikirkan hal lain
selain Tuhan, segala hal sedapat mungkin dilupakan, dan perasaan hanya
itu. Ada sesuatu atau hal-hal lain itu sedapat mungkin dilupakan .
hal lain. Istilahnya jika saya merasa di sini, Tuhan di depan saya,
yang ada di dunia ini dan saat itu hati kita fokus hanya satu arah
Ini adalah suatu tahap dimana lebih unggul dari situasi heneng dan hening.
Ada satu kejanggalan ketika hal ini ditanyakan kepada responden. Jika kemarin
responden menerangkan seolah-olah tahap heneng dulu baru hening, namun kali
ini responden mengaku bahwa situasinya adalah heneng dulu, baru kemudian
hening. Hening disini juga merupakan suatu tahap dimana seseorang mampu
ngereh hawa nafsune atau menekan hawa nafsu. Hawa nafsu perlu ditekan agar
tahap hening ini mampu tercapai, baru kemudian adalah tahap heneng dimana
ada 4 macam, kudu direh agar tidak mengganggu saya pada saat
03. 505-518).
dengan Tuhan. Namun responden menjelaskan bahwa itu hanyalah pikiran, tidak
Tuhan sebenarnya tidak bisa digambarkan seperti apa. Tuhan itu ada, namun tidak
dapat digambarkan seperti apa. Jika seseorang merasa bertemu dengan Tuhan dan
gondho, ora rupo ora iso dirupakake…Nek Tuhan iku koyo opo.
apa-apa, tapi kalau masih merasa ada, itu tetap bukan….sulit ya?
Ketika pikiran kosong dan segala hal telah dilupakan terkadang muncul
sesosok yang mengaku Tuhan. Dan ini dianggap godaan, responden menjelaskan
bahwa ini adalah godaan saudara ke empat, atau nafsu-nafsu dalam ajaran
Jika hal ini terjadi maka harus disingkirkan terlebih dahulu atau berhenti
dulu. Di dalam ajaran Pangestu hal ini dapat disingkirkan dengan suatu cara,
kita singkirkan dulu atau pergikan dulu atau kita berhenti dulu.
caranya dan merupakan kata-kata mistik, tapi saya yakin itu bisa
Responden mengaku bahwa karena hal seperti di atas sering terjadi maka sebelum
gangguan dari empat nafsu. Dan jika tidak ada yang mengganggu akan sampai
pada tahap lupa dengan segala-galanya dan manunggal dengan Tuhan. Responden
mengaku bahwa perasaanya ketika manunggal itu adalah merinding seperti luyut.
Nanti kalau setelah seperti itu baru tahap seperti itu tidak ada
Tuhan, ora rupo dan digambarkan koyo ngopo ga bisa. Tidak ada
Luyut ini adalah perasaan yang merasa tenang, tentram, kosong dari segala
beban duniawi. Pada saat luyut ini responden hanya merasakan kekosongan dalam
pikiran, adanya hanya Tuhan menyatu dengan hati. Menurut responden luyut
Responden tidak merasakan apa-apa hanya ada satu titik di hati yang menurutnya
antara batas ini saya ini alam pada saat manunggal? Ya…tapi
perasaan itu adalah alam kosong atau suwung dan perasaan itu
diri saya dan alam? Pada saat luyut, tidak bisa merasakan sama
635).
b. Realisasi Diri
Ciri pertama realisasi diri adalah kesadaran dan toleransi yang besar
terhadap kondisi umat manusia, lebih empati dengan masalah kemanusiaan tanpa
tersebut. Responden mengaku senang dengan orang lain yang taat dengan agama
dengan Tuhan karena manusia adalah ciptaan Tuhan. Cara berbakti inilah yang
berbeda-beda, ada yang secara Islam, Kristen, ataupun Pangestu. Responden juga
dirinya sangat senang ketika ada KKN dari mahasiswa UGM di desanya. Menurut
responden para mahasiswa ini dari berbagai daerah, pintar, sopan, dan baik hati.
lain yang beragama lain, menurut saya kalau orang lain sudah
melihatnya senang sekali, kita ajak apa saja mereka selalu siap.
dan diwisuda ada yang sudah kerja, yang dari wonosobo jadi
Lia. Programnya apa? Saya enggak tau, tapi setiap mingu selalu
Tunggal ika saya senang sekali kita hidup di dalam satu keluarga
alam semesta yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan mahkluk halus
ajaran agama yang kita anut. Kalau dalam Islam sholat 5 waktu,
saya ditempatkan di alam yang saya lihat sekarang ini, kita wajib
lingkungan ini. Ini juga mirip dengan cobaan kita. Kalau istilah
nash 4 macam yaitu bumi, air, api dan udara. Kalau alam
semesta yang kita tidak lihat gimana yang? Alam di luar jagad.
itu panas dan tak ada batasnya, seandainya kita sampai ke sana
kita akan ketemu dengan apa yang dinamakan Galaksi. Galaksi itu
di alam lain, kayak dunia ghaib? Dunia Ghoib alam lain yang
manusia. Kalau dalam buku Sasongko Jati saya yang dik ganis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
125
pertolongan Tuhan, dan sangat percaya bahwa mahkluk halus juga ciptaan Tuhan
kita percaya pada Sang Guru Sejati (Pangestu), kalau dalam Islam
sesuatu yang memberi Tuhan lantaran Sang guru tadi, koq malah
disitu sabda yang tertulis juga berbunyi antara lain “Nek kowe
nyuwuno marang Aku (Gusti), Aku bakal maringi, menehi opo sing
jiwa orang itu masih tipis dan istilah lainnya ibaratnya orang
Atau dengan kata lain lagi dia itu sudah dianggap mempunyai
Tuhan yang 2 arah, bukan Tuhan Yang Maha Kuasa, tapi Tuhan
Hal ini menurut responden dianggap berbahaya karena akan mengganggu saat
oleh responden.
yang lain tidak langsung pada Tuhan Yang Maha Esa. Ini
Ciri ke tiga realisasi diri adalah seorang yang memiliki kepribadian yang
universal, artinya tidak ada satu pun segi kepribadian yang dominan. Namun
selama pengambilan data responden hanya mengaku ada banyak perubahan pada
diri pribadinya dan perubahan dalam hidup secara umum. Satu hal yang sering
sendiri, itu kan dalam saya hidup ini banyak hal-hal yang saya
perilaku yang baik. Lah maksudnya baik dan tidak baik untuk saya
saya pernah tidak, hati saya itu tidak sabar misalnya begitu. Nah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
128
ini saya ingin mempunyai jiwa yang sabar. Kalau saya punya
iklas. Setelah itu saya tahu, saya ingin semuanya itu, agar saya
sabar, akhirnya bisa lebih sabar. Itu yang bisa kita terapkan, hal-
Penjelasan ini tentu belum dapat mengungkapkan tidak adanya segi yang
pribadinya setelah menghayati ajaran Pangestu hanyalah suatu efek dari selama
ini berusaha untuk menghayati dan memahami ajaran. Dan efek ini belum tentu
pernah bercerita tentang dirinya dan istrinya juga tentang kehidupan bergamanya.
Namun dari transkrip wawancara responden di atas tampak bahwa adanya satu
kesadaran untuk merubah sisi gelap pribadinya menjadi lebih baik sesuai tuntunan
ajaran Pangestu. Walaupun responden mengatakan bahwa hal itu sangat sulit
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
129
tercapai dan hanya 20 sampai 30 persen saja yang responden mampu capai dari
yang empat ini saja rila,narima, temen atau jujur, dan sabar ini
udah tertanam pada jiwa saya, diri saya mungkin saya sudah bisa.
Saya tahu itu tapi menurut saya, saya nilai sendiri pada pribadi
persen, kalau saya persentase mungkin yah baru dua lima atau
tiga puluh persen begitu. Hehe.. Dua puluh lima sampai tiga
c. Aktualisai Diri
Responden mengaku bahwa ada banyak perubahan yang terjadi dalam diri
dan dalam hidupnya setelah menghayati ajaran Pangestu dan mampu mencapai
heneng, hening, dan luyut dalam melakukan Panembah. Perubahan dalam diri
iklas, dan tenang (W. R. I. 03. 878-881). Sedangkan perubahan dalam kehidupan
pribadi dengan orang lain tampak dari banyak jawaban responden seperti ketika
(W. R. I. 02. 392-405) untuk keluarga dan masyarakat. Responden juga mengaku
bahwa dirinya dulu sering bersikap kurang sabar sdalam rumah tangga namun
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
130
setelah menghayati ajaran Pangestu responden merasa lebih sabar di dalam rumah
tangga dan lebih iklas dalam kehidupan bermasyarakat, tolong menolong dan
hidup koq kebingungan dengan masalah ini, kita Tanya saja kowe
kasihan. Sebab akhirnya setelah kita rasakan bahwa hidup ini, kita
lahir ini awalnya tidak membawa apa-apa, jadi yang saya nikmati
besar, bukan dalam hal materi tapi mungkin dalam hal salah dan
orang lain dilepas secara ikhlas dan sah). Itu dalam bentuk olah
uang sisa ini saya masukkan ke kotak amal, tetapi pas dikalkulasi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
131
R. I. 03. 855-877).
luar biasa dan responden merasa bahwa panembah adalah suatu kebutuhan.
Responden melakukan panembah secara rutin setiap bangun tidur dan sebelum
tidur malam, selebihnya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Ada suatu
keinginan untuk selalu mengulang panembah dan pengalaman yang luar biasa
tersebut.
tiap bangun tidur dan sebelum tidur pada malam hari. Selebihnya
Responden mengaku bahwa sekarang tidak ada perasaan cemas akan hari
esok. Responden mengatakan bahwa sama sekali tidak ada perasaan seperti itu.
Menurut responden Tuhan telah mengatur hidup manusia, dan hanya kepadaNya
dulu sebelum ikut ajaran Pangestu sering sekali kuatir. Ada istilah “
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
132
a. Pengalaman Mistik
empat kali sehari, pagi saat bangun tidur, siang, sore dan sebelum tidur.
nggih setiap teng gereja, nggih setiap saat? Kulo, nek manembah
kali ? Lima kali. Lima kali ? Pagi, siang, trus mengke….eh empat
kali ding, jadi sonten, terus badhe mapan sare, terus diantara jam
satu sampai tiga niku, terus pagi. Niku. Nah itu kalo dalam
pangestu itu doa nya bisa sewktu-waktu, tapi yang tidak mau harus
lebih baik jika melakukan sembah raga karena menurut responden ada banyak
pengorbanannya. Namun terkadang mau berdiri saja tidak mau sehingga yang
obah, kudu obah. Tambah bagus lagi itu nek iso nglakoni.hehe..
segalanya.
lhe mbak. Dadi niate mung nyaket thok, dadi teng mriki (menunjuk
Saat melakukan panembah agar sampai pada tahap khusyuk maka harus
dapat tercapai sebisa mungkin tidak merasakan apa yang terjadi atau apa yang
nyamuk. Jadi walaupun digigit nyamuk, sebisa mungkin untuk tidak dirasakan
R. I.03. 357-372).
terasa ringan. Hal ini dirasakan sebagai suatu keajaiban bagi responden, tubuh
terasa ringan, tidak merasakan apa-apa, dan hanya merasa enak saja. Namun kalau
tidak khusyuk kaki mulai terasa kesemutan, dan jika digigit nyamuk jadi terasa.
gitu nggih gemrinding, terus entiiing ngoten, tapi sok-sok ning sikil
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
135
dadi awak ki ngrasake penak thok. Nek dong pas ora ngoten
dirasake, dadi wis ora sido khusyuk maleh. Nek khusyuk tenan
khusyuk itu hanya ada ketenangan, ketentraman, dan kedamaian. Pada saat
ditinggalkan. Namun bukanlah suatu hal yang mudah mengiklaskan segala bentuk
tidak setiap doa itu bisa tercapai seperti itu. Tapi Budhe pernah
niku. Kerep yen ngoten niku. Kerepe ngoten niku, dadi misale oh
menghilangkan itu tuh kan sulit sekali, dadi yo mung butuhe thok
hehe…waktu doa itu. Wong sesasi niku, khusyuk niku paling ping
tiga ping pindho kok khusyuknya, lha wong rumongso piye dunia
pikiran itu susah sekali. Karepe pas niat tenan dilalah pikirane
pingin tenang eh mikir opo, kelingan opo, kan dadi ora khusyuk.
Pada saat khusyuk itu tidak melihat apa-apa. Diri menjadi merasa berdosa,
nelangsa, dan penuh taubat. Pikiran kosong dan hati merasa penuh dosa. Jika
suasana seperti ini dapat tercapai maka lamanya panembah menjadi tidak terasa.
Pikiran kosong, tidak tahu waktu, tidak merasa capek dan kesemutan (W. R. I. 03.
451-453). Satu jam ataupun setangah jam berlalu begitu saja. Namun jika suasana
ini tidak tercapai, mengingat situasi seperti ini tidak selalu mampu dicapai karena
khusyuk niku malah anu mbak teng mriki niku koyo ewa den era
nonton apa-apa. Malah hanya merasa diri kita itu penuh dosa,
terpikir, dadine neng jiwa ki koyo wis penuh kotoran, penuh dosa
ngoten niku nggih, tapi nek pas saat-saat sambil lalu yo lima menit
khusyuk ping pisan nopo ping pindho niku mboten mesti, tenan
435).
dirasakan adalah senang, gembira, lega, dan tenang. Beban terasa lepas, hilang,
dan yang ada hanya merasa tenang. Baik sembah raga, sembah kalbu, dan sembah
Saat melakukan panembah sampai khusyuk tadi yang dirasakan hanya perasaan
Di dalam dzikir ini tersebar doa dan permohonan kepada Tuhan. Responden
mengucapkan hu Allah, hu Allah terus menerus dengan khusyuk, pikiran dan hati
terus mengucapkan doa kepada Tuhan hingga tidak terasa, perasaan menjadi
Selama ini responden ingin sekali melaksanakan sembah rasa tapi belum bisa
karena dirasa-rasakan belum sesuai dengan apa yang pernah dibaca dan tuntunan
Pangestu.
niku sampe sembah kalbu. Nek sembah rasa ingin sekali tapi
627).
mati suri.
melupakan ke duniawian lha nek sembah rasa kan iku mbak sing
wis ngrasake MATI SURI niko le. Nek aku durung pernah. Budhe
b. Realisasi Diri
yang suci, yang suka berbuat baik sesuai dengan ajaran Tuhan. Selain itu kodrat
menjadi lebih baik namun dengan jalan yang baik dan mendekat dengan Tuhan.
Responden menerima kodrat manusia yang dipahami sebagai takdir namun juga
tidak ingin menyerah pada nasib. Manusia harus menerima takdir yang dituliskan
Tuhan namun juga mau merubahnya menjadi lebih baik dengan jalan yang baik
bagaimana? Kodrat? Ya itu tadi kalau jiwa manusia ini kan ada
roh suci. Nah kodratnya juga harus berbuat seperti roh suci.
seperti itu, terus diciptakan lagi. kodratmu ik kalu kita tidak mau
merubah, kodrat itu kan seperti takdir to mbak? Kalau kita tidak
kan kita enggak bisa kan kita jadi orang kaya. Seperti itu. Nek
tumindake ora bener, opo diapusi uwong, opo lah. Nah ini harus
kita lawan. Tuhan tidak akan merubah kodrat manusia, kalau kita
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
141
sendiri tidak merubah. Lha nek gitu kita harus hati-hati, mendekat
seorang yang sangat menghagai perbedaan agama, maupun ras, dan golongan.
agama, orang tuanya seorang Islam, dan pembantunya yang setiap hari bekerja di
warung makan miliknya juga seorang muslim, sedangkan dia sendiri beragama
Kristen dan cukup taat. Beberapa cerita tentang sikap responden terhadap
bahwa semua umat manusia ini ciptaan Tuhan sama dengan dirinya dan mengapa
pula tidak saling membantu padahal tujuan semua manusia adalah sama yaitu
Sak niki mbak nek jenenge uwong ora saling menghargai, lha sak
niki kula Kristen, orang tua Islam to mbak kok iso seiring to mbak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
142
wong urip bareng-bareng. Sing penting iso kerja sama, nggih to?
Wong kabeh ciptaane Tuhan. Nek rewang kulo ora sholat, nggih
kok ora pengajian, ngopo?”, nah gitu. Kalau saya mau ke gereja,
Hal ini berhubungan dengan saling menghormati dan menghargai. Dalam ajaran
dan menghormati umat agama lain. Jika seorang Pangestu menjalankan ajaran
mau ke Solo, ada yang lewat Sragen, lewat Karanganyar. Lah ini
Hal ini menunjukkan responden memenuhi ciri pertama realisasi diri yaitu
menerima kodrat manusia pada umumnya, memiliki kesadaran dan toleransi yang
lebih besar terhadap kondisi umat manusia, dan berempati dengan masalah
responden tiap minggu pergi ke gereja. Dan dari banyak pembicaraan selama
rencana atau kehendak Tuhan (W. R. II. 02. 198-200; 205-207; 439-447; 437-
448). Selain itu responden juga mempercayai hal-hal yang misterius dan
umure wis kari pirang dino kas, dadi lagi kroso meh tobat.
umur……. Tapi kan mung ucapan lha nek koyo niku ngoten-ngoten
masalah rumah tangga. Oleh karena itu responden mendapat ketenangan dan
ketentraman.
ada rasa panarima. Apa yang ada didepan saya sudah saya
berserah itu kita ada pepadhang dari Tuhan, gitu. (W. R. II. 03.
650-674)
yang tidak diketahui secara kasat mata di alam semesta seperti indra keenam serta
hal-hal misterius yang tidak banyak disadari. Responden percaya bahwa manusia
diciptakan Tuhan hidup berdampingan dengan mahkluk lain yang tidak kelihatan
niku kan misterius, ada yang kita ketahui, ada yang tidak. Nah
pengetahuan lebih oleh Tuhan, misalnya saja ada roh halus disitu,
dia tahu. Nah jin-jin itu kan tidak semuanya jahat, ada yang suka
yaitu menerima hal-hal yang misterius, tidak disadari, dan hal yang berhubungan
Selanjutnya untuk ciri ketiga realiasasi diri yaitu tentang kepribadian yang
universal ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang ditunjukkan oleh
diri dan kehidupan pribadinya. Responden merasa lebih sehat, merasa bahwa
banyak sifat buruknya yang menjadi lebih baik sekarang, dan hubungan dengan
orang lain juga menjadi lebih baik, hubungan dengan keluarga menjadi semakin
kompak.
niki eh nggih iso rodo nekon sithik, eh..sing penting Gusti Allah,
perso nek ngoten kan iso rodo nekan sithik. Hwah nek mbiyen opo-
sehat ? Ya karena ada ketenangan itu tadi kan semua jiwa yang
sehat tenan kan jiwa yang tenang kan bedo mbak karo jiwa sing
serta lebih sabar dan iklas dalam menjalani hidup. Rasa sosial juga terasa lebih
mudah.
entah berupa apa, walaupun tak berharga tapi mungkin kita sudah
ada rasa panarima. Apa yang ada didepan saya sudah saya
mbak…orang yang menyiswa dan tidak itu. (W. R. II. 03. 655-
665).
sifat iklas. Responden masih merasa kurang iklas terlebih setelah sepeninggal
orang tuanya. Ada rasa dimana responden belum merelakan kematian orang
Responden mengatakan bahwa sekarang menjadi lebih tenang, karena jika tidak
betapa menderitanya dirinya. Pangestu dan agama harus seiring, inilah yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
149
responden merasa bahagia walaupun masih dirasa kurang atau belum sempurna
menjalankan ajarannya.
itu sering muncul. Padahal disitu itu ada lima. Pancasila itu, rila,
narima, temen, sabar, budi luhur. Untuk mencari rila kan iklas,
mbak. Rasa iklas ki, apalagi saat-saat sekarang itu waktu mbah
menangis, sering ini mengulang kembali. Ini kan rasa tidak iklas,
tidak iklas, mbak. Nah, ini sering menghantui dan untuk saya
seperti apa jiwa saya, lebih menderitanya diri saya. Itu kelebihan
masih timbul rasa tidak panarima juga. (W. R. II. 03. 782-818).
dirinya memiliki sisi gelap dan terus berusaha menekan kemunculannya dalam
kekuatan dan kesabaran. Nah baru berdoa saja kan ini kan sabar
sulit sekali untuk menjalankan apa yang kita harapkan, apa yang
c. Aktualisai Diri
menunjukkan banyak perubahan pada diri dan kehidupan pribadi. Seperti sudah
banyak diungkapkan pada sub bab realisasi diri diatas, responden mengaku
merasa lebih sehat, karena merasa lebih sabar dan tidak cepat marah (W. R. II. 02.
dalam hati. Responden mengatakan bahwa jiwa yang tenang akan berbeda dengan
jiwa yang brangasan atau jiwa yang terburu-buru dan penuh emosi. Menurut
tadi kan semua jiwa yang tenangkan mempengaruhi lha niku sing
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
152
kulo pengeni. Supaya sehat tenan kan jiwa yang tenang kan bedo
sering terpicu emosinya, emosional, dan mudah marah. Namun setelah mulai
niki eh nggih iso rodo nekon sithik, eh..sing penting Gusti Allah,
perso nek ngoten kan iso rodo nekan sithik. Hwah nek mbiyen opo-
Hubungan dengan orang lain pun menjadi lebih baik, dengan keluarga,
anak dan suami, semuanya menjadil lebih kompak. Rumah tangga dirasakan lebih
nyaman.
ada rasa panarima. Apa yang ada didepan saya sudah saya
membuat hati kita gelap. Tapi setelah mendekat, berserah itu kita
semakin meningkat. Karena berkat dan rejeki yang diberikan Tuhan membuat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
154
responden merasa lebih mudah memberi dan berbagi walaupun tidak seberapa
walaupun tak berharga tapi mungkin kita sudah punya rasa itu.
Responden hidup rukun dengan pembantunya yang Islam dan ada kerja sama
Sak niki mbak nek jenenge uwong ora saling menghargai, lha sak
niki kula Kristen, orang tua Islam to mbak kok iso seiring to mbak
wong urip bareng-bareng. Sing penting iso kerja sama, nggih to?
Wong kabeh ciptaane Tuhan. Nek rewang kulo ora sholat, nggih
kok ora pengajian, ngopo?”, nah gitu. Kalau saya mau ke gereja,
Pandangan responden dalam banyak hal yang terjadi di dunia ini hampir
yaitu Tuhan, mengapa semua orang tidak saling membantu dan saling bekerja
sama (W. R. II. 03. 1132-1142). Responden yang dulunya tidak pernah ke gereja
sekarang menjadi rutin ke gereja karena itu adalah suatu kebutuhan. Responden
juga berusaha selalu mendekat kepada Tuhan dengan banyak berdoa, tidak hanya
pada saat susah saja, namun diusahakan untuk selalu mengingat Tuhan setiap saat.
Beda banget ya, Budhe ? Beda. Sudah jauh berbeda dulu saya
itu kebutuhan ya harus kita usahakan, dulu doa, waktu lagi susah
lah setelah ikut pangestu, kita eling itu dan menyadari kita ciptaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
156
Tuhan, mengapa kita tidak dating kepada Tuhan. Lha sehari dulu
itu misalkan doa Cuma sekali, sekarang setelah ikut Pangestu, kita
resapi, kita hayati kita bias setiap saat berdoa. Misalkan kita tidak
ngongso atau terpaksa, tertuntut, dan berambisi. Perasaan bersyukur dan berserah
ribu, hari ini mendapat 100 rb tidak kita syukuri, ini kan ngongso
pikirane, dan tidak kita syukuri akhire golek pelarian lah. Nah
inilah goda yang paling besar. Bila kita berserah, apa yang kita
kita. Nah nek wong kuwi lagi mbrangkan terus pingin ngadeg kan
Pernyataan responden menunjukkan bahwa budi pekerti yang baik itu sulit
dicapai dan hanya orang lain yang bisa menilai. Sering orang lain itu menilai
seseorang buruk dan belum tentu banyak orang menyukai sikap seseorang.
Responden mengatakan bahwa hanya sedikit saja orang yang biasanya menyukai
sikap masing-masing orang, namun walaupun begitu tetap saja harus terus berbuat
baik. Dan untuk mendapatkan hal ini (image diri yang baik) itu tidak perlu banyak
…tetangga kan udah dilihat orang itu kaya atau miskin. Tapi
tentang budi pekerti ini sulit sekali kan untuk dibaca kalo kita
saiki ora, ndek mben gawene ngene ternyata kan, disini kita
menilai tapi orang lain yang menilai, lha disini. Dadi entah
orang itu menilai seperti apa terserah menilai kita tapi yang
orang tapi yang penting kita berusaha berbuat baik kalo ada
masalah orang wong kie, wong njobo wah wong iki saiki sugih,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
158
wonge saiki berhasil tapi dari segi itu bagaiman jalan mendapat
rejeki itu tapi kalo budi pekerti perilaku, lha ini sulit sekali. (W.
Karena sikap yang berusaha mendekat kepada Tuhan, pasrah, sabar, dan
terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik sesuai dengan ajaran Pangestu
maka di hati ada rasa kedamaian. Dengan terus berbuat baik dan taat pada ajaran
kalo kita tau taat kepada ajaran seperti hal-hal yang seperti ini tidak
perlu kita ucapkan, kita lihat lebih teliti, kita tidak tau gitu saja kan
agama dan ajaran pangestu. Hal ini karena semua keinginan sudah berkurang dan
keinginan responden sekarang hanya ingin mendekat kepada Tuhan untuk sangu
pati atau bekal kematian. Bekal ini bukanlah harta dunia, namun kesucian. Karena
Ya. Iki pangestu ini adalah rasa panarima tadi, untuk keinginan yang
umur diatas 30-40 tahun kan misalkan matahari kan masih berada di
tapi kalau sudah mencapai umur 40 keatas, nah kan ibarat sinar
matahari kan sudah glewang. Nah disini kan sudah orang seakan-
mendekat, dan untuk sangu pati. Dan sangu pati ini tidak butuh bondo
keinginan, tapi yang dirubah Cuma watak kita. Yang dulunya tamak,
kepada Tuhan dan terus berserah, ternyata responden juga mengungkapkan bahwa
responden masih merasa cemas akan masa depan ataupun hari-hari esok.
masih sering merasa was-was tentang masa depan baik masa depannya maupun
enggak akan masa depan, Budhe? Itu masih ada, mbak. Masih
ada? Waktu mbah kakung mau meninggal itu kan saya pernah baca
kuatir. Saya itu ngopo nggih, kalo sekarang kuatir, merasa was-was.
Gimana cara untuk menghilangkan rasa was-was itu. Itu sulit sekali
menghantui. Ini sering muncul, tidak cuma sekali, dua kali dalam
sehari, dua hari. Misalkan dalam jualan, kalau kita tidak bisa
memegang teguh jiwa kita. Dodolanku mengko payu po ra. Ini kan
rasa kuatir. Ini nanti kalo ada perubahan pekerjaan, pekerjaan yang
lain, iki piye, lha terus ngko piye, laaah…Rasa kuatir itu sering
muncul. Rasa kuatir dan rasa was-was. Tidur sampe mandi, sampe
tidur lagi, seringkali muncul. Kadang saat makan saja, saya bias
walaupun masih ada. Perasaan was-was ini sekarang timbul dan tenggelam,
berkurang. Kalau dulu yang dimakan apa, rasa kuatir full, hampir
sudah memiliki pelanggan, padahal dulu harapan tinggalah harapan, tidak ada
warung makannya telah memiliki tempat tetap untuk berjualan dan tidak perlu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
161
dalam berdagang ataupun bekerja mencari keuntungan adalah suatu hal yang baik
namun harus dengan cara yang wajar. Jika Tuhan sudah berkehendak maka
kesuksesan akan datang, dan responden merasa bersyukur karena sampai sekarang
pelanggannya tidak ada yang kapok. Kalau seseorang itu taat kepada tuntunan
agama dan ajaran pangestu, selalu bersyukur kepada Tuhan, menerima segala
yang terjadi maka akan ada ketentraman dan kedamaian di hati. Bekerja
hal yang baik, tapi dengan jalan yang wajar. Untunge pelanggan-
kebetulan lewat pasti bilang, “ kalau saya lewat, saya pasti mampir
sini karena saya cocok masakane”, gitu … Nek uwis taat, disyukuri,
usaha, sak mampune. Ora usah dipeksa. Itu. (W. R. II. 03. 1054-
1092).
perubahan dalam diri, hidup, dan pandangan terhadap dunia setelah menghayati
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
162
panembah ataupun berdoa dan membawa responden pada perubahan dalam diri
dan hidupnya. Satu pernyataan yang sering diungkapkan adalah perubahan diri
menjadi lebih sabar dan tidak emosional, perubahan hidup yang menjadi lebih
kompak dalam rumah tangga, lebih bertoleransi dengan orang lain, dan semakin
rajin beribadah. Hal ini yang membuat responden merasa damai, tenang, dan
a. Pengalaman Mistik
langsung pada ritual panembah menurut ajaran Pangestu. Responden III mengaku
Ini kan ga dibatasi waktu, saya ga sholat saya ikuti Pangestu, jadi
Responden III melaksanakan panembah wajib minimal tiga kali sehari, dan sekali
waktu pada waktu tengah malam. Menurut responden kegiatan mengingat Tuhan,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
163
kepada Tuhan. Asalkan seseorang eling kepada Tuhan setiap melakukan sesuatu
baik dalam ucapan maupun perbuatan, itu sudah dapat disebut menyembah
Tuhan.
raga (W. R. III. 02. 288-289). Sembah raga dilaksanakan dengan niat lahir dan
tataran nopo? Gih tasih sembah raga, sembah raga nek pun
sembah qalbu kaitane kalian niku. Istilahe sembah raga disik baru
Gih nek pun nganyaki sembah raga niku gih pun netepi kewajiban,
rasane pun niat suci lair batin, diucapkan doane nek pun rampung
sembah rasa, istilahe rasane pun manunggal tapi gih dereng saget
responden III. Luyut adalah kosong, yang ada cuma perasaan senang, tenang,
Lha rasane sampai luyut niku pripun? Luyut niku gih kosong,
jika melakukan panembah di waktu pagi hari masih merasa buru-buru. Hal ini
Gih menurut kebutuhan, nek waktu pagi biasane gih rodo kesusu
305-307).
Hal ini terjadi jika suasana heneng dan hening tidak mampu diciptakan.
Responden mengatakan bahwa seperti itu adalah suatu panembah yang secara
lahir dikatakan sembahyang namun secara batin tidak. Dan menurut responden
belum tentu banyak orang pangestu mampu menciptakan suasana heneng dan
tau, wong belum merasakan, tapi dalam hati dan pikiran percaya
sampai tahap heneng dan hening. Namun kemudian responden meralat pernyataan
jarang ini dengan belum pernah. Heneng dan hening dikatakan sebagai suasana
yang lupa, tidak ingat apa-apa. Tidak merasakan pegal dan kesemutan. Tidak
memikirkan apa-apa dan melupakan segalanya, yang dirasakan hanya enak saja.
Namun responden belum pernah merasakan hal ini, apalgi luyut dan manunggal.
ngeten niki gih jarang, belum pernah. Gih kados ingkang kulo
aturke ten ngajeng wau gih meniko sekali seumur hidup. Lali
kabeh nopo pripun? Gih. Sing pun nglampahi kan ngeten niku
boten enten keju, kesel dan ngantuk. (W. R. III. 02. 318-329).
malam selama kurang lebih satu setengah jam. Amalan ini kurang lebihnya juga
melakukan ritual yang lain yang disebutnya dengan prihatin, yaitu dengan puasa.
Namun responden tidak setuju jika ritual prihatin ini disamakan dengan puasa.
seh dereng surut, kalau sembahyang habis lilin 1 gih minimal 1,5
jam meniko wonten ing tengah malam. Kalau dalam Agama Islam
Agama Islam kan gih boten angsal nglakoni sing elek. Nek neng
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
167
342).
panembah. Namun responden belum pernah sampai pada tahap bertemu dengan
ekonomi, kebutuhan keluarga. Dan kalau sudah heneng yang dirasakan hanyalah
Tuhan itu belum tentu dari 1000 orang ada 1 orang yang bisa
kadang, tapi belum sampai pada tahap ketemu Tuhan. (W. R. III.
01. 163-175).
sembahyang atau kualitas manembahnya belum sampai ke hati. Dalam hal ini doa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
168
sudah dibacanya namun belum sampai ke dalam atau ke hati sehingga belum
heneng. Namun bila sudah heneng yang dirasakan adalah seperti tidur pulas dan
rasanya tenang. Tetapi kadang-kadang bila sudah dalam waktu lama belum
sampai pada tahap heneng, tubuh akan merasa merinding. Tapi bila sudah heneng
tapi bila sudah nyampe tidur itu rasanya kayak mati. (W. R. III.
01. 176-182).
b. Realisasi Diri
kodrat manusia sebagai takdir yang bisa dirubah selama seseorang itu berusaha.
Jika dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mau merubah sikap maka
sikapnya tak kan berubah menjadi lebih baik. Sepanjang seseorang berusaha
berubah disertai dengan taubat dan doa serta terus memohon kepada Tuhan maka
wong gih ngeten niku, tapi sepanjang ada usaha untuk berubah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
169
Misale mbak ganis nyuwun laptop ibuke, tapi mbak ganis nyuwun
namun selalu berusaha untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik namun
dengan cara-cara yang baik pula sesuai tuntunan ajaran yang diyakini.
atau interaksi yang hanya sekitar lingkup anggota dalam pangestu saja. Jawaban
dalam pangestu selalu ada toleransi dan semua agama, ras, dan golongan
dianggap sama, namun responden tidak menunjukkan kesan yang sama pada
bahwa agama kadang hanya dipakai kedok untuk menutupi perbuatan negatif.
kerja bakti bareng antara pengikut lanang lan wadon, gih dipun
542).
dalam masyarakat seperti perbedaan agama, ras, dan golongan adalah harus saling
seorang pangestu.
Responden III sangat percaya akan kehadiran Tuhan. Hal ini tampak pada
akan kehadiran Tuhan, keadaan mistik dalam melakukan ritual panembah sulit
percaya bahwa Tuhan akan memberikan imbalan yang melimpah bagi orang-
orang yang baik, yang dengan iklas memberi dan menafkahkan hartanya. Orang-
orang seperti ini akan dilipatgandakan rejekinya. Hal seperti ini dalam pangestu
Nek kangge kulo bondo donyo sak piturute niku naming titipan.
Lha nek uripe pun cukup, surut, unduh-unduhane nek saget gih
kek ono, ko rak diijoli langkung okeh. misale ngekeki biji jagung 1
Responden juga menunjukkan sikap yang percaya dengan hal irasional dan
menganjurkan peneliti untuk rutin nyekar atau mengunjungi makam kerabat yang
sudah meninggal. Kebetulan ayah kandung peneliti sudah meninggal sejak enam
tahun yang lalu, dan responden menganjurkan peneliti untuk tetap mengurus dan
yang sudah meninggal adalah suatu bentuk penghormatan kepada yang meninggal
dan imbal baliknya adalah yang meninggal pun memintakan ampunan bagi yang
mendoakan kepada Tuhan. Dan karena seorang yang meninggal sering didoakan
sebelum 1000 hari dulu nyekare tiap minggu, tapi setelah 1000
boten pas wetone nek boten gih pas geblake. Dalam filosofi orang
sudah jadi nisan saja keluargaku masih peduli untuk kirim doa,
yang meninggal bisa menyatu dengan Gusti. (W. R. III. 02. 463-
477).
maupun luar. Kalau perubahan dari dalam adalah perasaan dan pikiran menjadi
longgar, tenang, tentram, dan tidak ada perasaan was-was akan hidup. Sedangkan
perubahan dari luar adalah perubahan hidup dalam bidang ekonomi yang semakin
pribadi itu dari dalam atau luar? Kalau dari dalam? Rasanya
tenang, tentram tak ada rasa kuatir was-was ga ada istilah sesuk
tetapi di hati tidak. Jadi Allah itu bila memberikan ujian, cobaan
berbuat seenaknya saja. Artinya banyak perilakunya yang tidak baik, yaitu
diambil dengan berpikir panjang sehingga sebisa mungkin tidak merugikan dan
Misale jane mlaku kudu lewat dalan iki, ananging amargo kurang
nglumpati pager.ngeten niku kan jane boten bener. Ning sak niki
ingkang kados mekaten. Nek meh mlaku dipikir sing dowo disik,
dadi yen iso jo ngrugekne wong liyo, misale guneman gih boten
dengan orang lain. Sekarang menjadi lebih iklas dalam membantu orang lain.
dipun Bantu. Mbantu meniko gih kanthi ikhlas ten manah. Intine
bantuan itu kanthi ikhlas boten enten paksaan. (W. R. III. 02.
381-386).
Responden mengaku bahwa dulunya dia adalah seorang yang suka minum
minuman keras, berjudi, dan sering keluar rumah. Namun setelah responden
rien, naliko sak derenge ikut Pangestu, tumindak kula tasih sering
perubahan yang besar dalam diri pribadi dan kehidupannya secara keseluruhan.
Namun hal ini belum dapat mengindikasikan adanya perubahan dalam struktur
perubahan ekonomi.
c. Aktualisasi Diri
responden secara keseluruhan. Seperti yang dijelaskan dalam sub bab realisasi
diri, responden mengatakan ada dua bentuk perubahan dalam dirinya, yang
pertama adalah perubahan dari dalam dan perubahan dari luar. Kalau perubahan
dari dalam adalah perasaan dan pikiran menjadi longgar, tenang, tentram, dan
tidak ada perasaan was-was akan hidup. Sedangkan perubahan dari luar adalah
perubahan hidup dalam bidang ekonomi yang semakin baik, hubungan dengan
baik sehingga tidak sampai mengganggu pikiran (W. R. III. 01. 190-200). Ini
menunjukkan bahwa ada perubahan dalam memandang diri sendiri menjadi lebih
sehat. Hal ini ditunjang dengan pernyataanya bahwa sekarang setelah responden
kebiasaan responden yang suka mabuk, berjudi, dan sering keluar rumah (W. R.
masalah yang dapat diselesaikan dengan baik (W. R. III. 01. 190-200) dan adanya
rasa iklas dalam membantu orang lain (W. R. III. 02. 382-385). Sedangkan
ingin pergi atau melaksanakan kerja apa aja. Kalau saya ucapkan
dan apa yang saya minta. Kalau saya ucapkan dan apa yang
diminta itu sudah saya rasakan apa saja yang saya minta sudah
mau berusaha, dan terus berdoa dan meminta kepada Tuhan. Maksud dari usaha
ini harus selain berusaha mencapai cita-cita juga harus disertai dengan pertobatan
dan prihatin. Dengan berusaha dan berdoa maka perubahan kehidupan yang lebih
Gih nyuwun sewu, menawi kulo wong urip niku kedah gadah cita-
cita, tujuan, menawi boten gadah lha kengeng nopo ndadak urip.
Pedomane wong urip niku enek sing nguripi gih enten sing njatah,
sepanjang kita usaha nek naming jatahke gih keliru. (W. R. III.
02. 432-436).
melepaskan perasaan kuatirnya seratus persen akan hidup. Bagi responden dalam
hidup ini harus ada perencanaan untuk masa depan. Perasaan was-was ini timbul
kehidupan masa depan itu gimana? Gih sedikit masih ada. Gih
wong niku nek ken nglepas 100% rasa kuatire niku gih boten
niki gih kedah dipun rintis lan jalani. (W. R. III. 02. 410-416).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
179
sekarang. Tapi responden belum merasa puas, karena tujuannya belum tercapai.
Tujuan responden adalah mampu manunggal dengan Tuhan, dan responden terus
berusaha sampai sekarang dengan rutin melakukan panembah dan prihatin. Salah
ritual prihatin yang dilakukan responden adalah tiap tengah malam berjalan
itu dilakukan, dan responden hanya menjawab tidak ada alasan apa-apa. Jawaban
ini diikuti senyuman istrinya. Ketika ditanyakan ada perasaan apa ketika
melakukan prihatin tiap tengah malam, responden pun hanya menjawab tidak ada
atau dah cukup senang? Kalau puas belum mbak. Kalau cukup
apa-apa di dunia ini, karena selama orang merasa puas niku cita-
sampai heneng dan hening rasanya enak dan ingin terus mengulangi. Ini
D. ANALISIS DATA
Pada tahap analisis data peneliti menyajikan data hasil wawancara yang
telah di koding secara satuan dalam matriks per tema dalam penelitian.
Tabel 6
Analisis Data Tema Ajaran Pangestu
pada satu Tuhan, namun sifat Tuhan ini memancar,memancarkan sinarnya kepada
yang suci. Semua manusia dianggap roh suci. Menurut ajaran pangestu manusia
adalah lahir bersama saudara tujuh, yaitu empat nafsu dan tiga angan-angan yang
jiwanya.
diibaratkan seperti kereta kencana yang ditumpangi oleh roh suci. Kereta kencana
ditarik oleh empat kuda yang diibaratkan sebagai nafsu, dan dikendalikan oleh
seorang kusir yang diibaratkan sebagai angan-angan. Jika kereta kencana telah
diberi pepadhang oleh Tuhan maka perjalanannya terkontrol oleh kebaikan sifat
Tuhan. Tapi jika tidak maka jiwa manusia akan dikuasai oleh empat nafsu,
perjalanan kereta terbawa oleh lari kuda. Dan jika begitu maka hidup manusia
tidak akan tenang, karena jiwa nya tak tahu kemana tujuan dan arahnya.
Jiwa manusia yang telah terang, disinari oleh cahaya Tuhan karena telah
luhur. Dalam ajaran pangestu, pribadi yang berbudi luhur memiliki lima watak
manusia yang budi luhur inilah yang sering diungkapkan oleh responden.
ajaran dan ritual yang dihayati oleh seluruh warga pangestu adalah pancasila,
Usaha mistik adalah untuk mencapai itu semua. Pribadi yang berbudi
bahwa keadaan mistik, yaitu adanya kontak dengan alam semesta dan Tuhan
Tabel 7
Analisis Data Tema Pengalaman Mistik Ritual Panembah
Tema Pengertian Kategori Verbatim
(W. R. I. 01. 72-74); (W. R. I. 01. 75-77);
(W. R. I. 02. 234-250); (W. R. I. 02. 251-
Pengalaman berarti 316); (W. R. I. 02. 340-352); (W. R. I. 02.
367-373); (W. R. I. 02. 375-381); (W. R. I.
barang apa yang
02. 417-427); (W. R. I. 02. 428-443); (W.
Pengalaman Mistik
Lanjutan tabel 7
Pengalaman mistik yang dialami oleh ketiga responden berbeda satu sama
lain. Hal ini ternyata sesuai dengan tingkatan panembah yang dijalankan. Dari
tingkat ketiga walaupun dirinya masih merasa belum dapat dikatakan berbudi
pengalaman mistik yang dirasakan yaitu heneng, hening, dan luyut. Setelah
dikroscekkan dengan data sekunder dari kitab Sasangka Djati, gambaran setiap
tahapan pengalaman ini sesuai dengan tiap tingkatan panembah. Dari data primer
melalui wawancara ini juga ditemukan bahwa terjadi perubahan kesadaran setiap
Perubahan kesadaran ini adalah dari kesadaran individu akan kehidupan dunia
menjadi kesadaran tunggal akan kehadiran Tuhan. Perubahan ini ditandai dengan
lupa segala-galanya, tidak merasakan apa-apa, tubuh terasa ringan, tidak terasa
batas antara tubuh dan alam, kosong, tidak mendengar apa-apa, merasa hanya ada
titik di hati yang menghubungkan dengan Tuhan. Dari data hasil wawancara
hanya reponden I dan II yang merasakan hal ini dan keduanya mengaku merasa
Tabel 8
Lanjutan tabel 8
Lanjutan tabel 8
memenuhi dua ciri pertama realisasi diri,yaitu toleransi yang lebih besar terhadap
dan spiritual. Hal ini ditunjukkan dengan sikap responden yang menerima
percaya pada banyak hal yang misterius, khususnya yang menyangkut tentang
alam semesta. Sesuai dengan ajaran pangestu bahwa Tuhan menciptakan dunia
berbadan kasar seperti manusia dan mahkluk yang berbadan halus yang tidak
kasat mata.
Berbeda dengan ciri pertama dan kedua realisasi diri, ciri ketiga
ego dan shadow, antara anima dan animus. Artinya individu ini telah mampu
untuk mencapainya, terbukti dengan perubahan yang terus terjadi pada diri dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
188
hidup responden. Satu perubahan yang sering diungkapkan adalah perubahan dari
seorang yang emosional, kurang iklas dalam menolong sesama, cepat marah, dan
berperilaku buruk menjadi seorang yang lebih sabar, narimo, iklas dalam memberi
Tabel 9
Lanjutan tabel 9
Lanjutan tabel 9
Efek
1045); (W. R. III. 03. 597-
pengalaman
(peakers)
596).
mistik dalam
Kecenderungan (W. R. I. 01. 80-84); (W. R. I.
jangka waktu
mengingat pengalaman 01. 98-123); (W. R. II. 02.
lama
puncak dan berusaha 1044-1045); (W. R. III. 01.
mengulanginya 111-114);
Efek atau pengaruh pengalaman mistik dalam jangka waktu lama pada
ketiga responden dalam penelitian ini kurang lebih menunjukkan hasil yang sama
dengan teori Maslow. Dengan jelas responden mengaku bahwa banyak perubahan
yang terjadi dalam diri dan kehidupan responden. Ketiga responden menunjukkan
hasil yang kurang lebihnya mirip, hanya satu pertanyaan saja yang menunjukkan
hasil yang berbeda antara satu responden dengan dua responden yang lainnya.
Responden I mengaku bahwa tidak ada lagi perasaan cemas akan masa depan atau
hari esoknya nanti. Sedangkan responden II dan III mengaku masih ada perasaan
cemas akan masa depan dan hari esok dia dan keluarganya.
kehidupan, dan minat. Ketiga responden cenderung merasa lebih sehat, tenang,
dengan Tuhan.
E. PEMBAHASAN
sekunder dari kitab Pangestu, buku hasil penelitian tentang pangestu, dan
beberapa dokumen ceramah pangestu yang diberikan oleh responden serta teori
kontak yang bisa berupa persatuan antara manusia dengan alam semesta dan
yang bersifat tunggal-ilahiah (Hilmy, 2006). Bersifat empiris berarti bersifat nyata
dan konkret. Kesadaran mental-spiritual yang bersifat nyata ini akan dirubah
berasal dari kata trans yang berarti diatas (beyond, over) dan personal yang berarti
empiris ini akan berubah menjadi kesadaran yang melebihi atau diatas kesadaran
kesadaran tentang diri menuju ke kesadaran yang lebih luas, dan lebih tinggi yaitu
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh responden I bahwa
ketika melakukan responden merasa kosong dan tidak ada apa-apa (W. R. I. 01.
76-77). Perasaan kosong dan tidak apa-apa adalah suatu gambaran pikiran dan
perasaan yang lupa segalanya atau tidak ingat apa-apa. Segala fungsi tubuh, baik
perasaan dan pikiran hanya ditujukan pada satu arah yaitu Tuhan. Ucapan,
ingatan, dan perasaan hanya difokuskan pada satu tujuan dan tidak ada yang lain.
Hal ini dilakukan dan diresapi dengan sangat dalam artinya fokus dari
fungsi mental ditujukan pada satu tempat, yaitu hati terdalam, lubuk hati atau
telenge manah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
193
mungkin lebih besar lagi tapi bisa dikatakan kecil karena sudah
02. 302-305)
Sebagaimana yang dikatakan oleh Geertz bahwa hati atau manah dianggap orang
Jawa sebagai inti dari individu manusia, pusat yang dalam dari eksistensinya, dan
suatu lokasi rohaniah, tempat dimana dirinya yang sejati yakni Tuhan dapat
ditinggalkan dan termasuk juga segala bentuk urusan yang ditangkap panca indera
Segala hal keduniawian yang empiris dan dapat ditangkap oleh panca indera
ditinggalkan dalam pengalaman mistik. Tidak ada yang dilihat, didengar, dirasa,
dan diraba. Kosong sama sekali. Suatu pengalaman yang dalam karena
membutuhkan kepasrahan dan keiklasan yang total atas segala hal menuju satu
tujuan yaitu Tuhan. Semua masalah dunia baik itu kesulitan hidup ataupun
yo wis iklasno ngoten nika. Tapi tidak setiap doa itu bisa tercapai
Ketika kesadaran ini telah berubah yaitu dari kesadaran mental spiritual
ilahiah yang terjadi adalah suatu keadaan yang benar-benar kosong, sama sekali
kekosongan. Pada saat ini pikiran dan perasaan hanya menuju pada Tuhan dan
yang ada di dunia ini dan saat itu hati kita fokus hanya satu arah
manusia dengan Tuhan, manunggaling kawula lan Gusti. Pada saat ini benar-
benar dirasakan bahwa tidak ada yang lain selain “aku” dan Tuhan.
merasakan disitu hanya ada eyang sendiri dan Sang Maha Pencipta
atau masih ada gangguan?? Ya, yang jelas hanya saya dan Maha
Saat ini terjadi, batin adalah sama sekali kosong. Tak ada apa-apa sama
sekali, hanya ada titik di hati yang menghubungkan diri dengan Tuhan, seperti
yang diungkapkan responden I, “Pada saat luyut, tidak bisa merasakan sama
sekali hanya titik di hati. Seolah-olah ada tali yang menghubungkan dengan
Tuhan, hanya begitu”. Jika ada apa-apa, atau merasakan atau mendengar atau
melihat itu bukan. Dalam ajaran pangestu Tuhan sama sekali tak dapat
digambarkan, ora rupa, ora iso dirupakake. Kontak dengan Tuhan adalah suatu
keadaan yang benar-benar kosong dan tidak ada apa-apa. Dalam pengertian warga
manunggal adalah suatu keadaan yang tanpa isi sama sekali. Ketika fungsi mental
keduniawian ada satu tekanan yang harus diperhatikan bahwa pertemuan dengan
Tuhan adalah alam kosong, tak ada isi sama sekali, yang dalam banyak tulisan
mungkin ada satu penampakan yang mengaku sebagai Tuhan. Warga pangestu
selalu menegaskan hal ini, bahwa Tuhan bersifat immaterial, tidak dapat dicapai
ketika pikiran dan perasaan sudah mulai lupa dengan hal-hal keduniawian maka
bisa terjadi gangguan dengan melihat sesosok dan mendengar bahwa sosok itu
mengatakan dirinya adalah Tuhan. Jika ini terjadi maka panembahnya belum
mencapai manunggal.
tidak ada apa-apa, tapi kalau masih merasa ada, itu tetap
546).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
197
secara lebih luas dan kemudian hilang secara bersama-sama, dan situasi ini adalah
ketika rasa seseorang tentang identitas meluas melebihi batas kepribadian. Tidak
ada batas antara individu dan alam semesta, yang ada hanya kekosongan, suwung,
remang-remang namun dalam sanubari merasa bahwa ada hubungan atau kontak
dengan Tuhan. Responden I mengatakan sepanjang itu semua terjadi ada perasaan
nalongso, penuh dosa, dan ingin bertaubat. Kontak atau hubungan terjadi melalui
suatu doa atau permohonan namun dengan keyakinan yang amat sangat bahwa
Suasana ini membawa pada satu hasil akhir yang luar biasa. Secara
ada perasaan bahagia. Ini tak ubahnya sebagai suatu keajaiban menurut responden
II. Hati merasa tenang, tentram, dan damai karena tidak merasakan apa-apa.
Hal ini mirip apa yang disebut oleh Prof. Nurcholis Madjid sebagai
kemabukan mistik. Prof. Nurcholis Madjid menjelaskan hal ini dalam tulisannya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
198
tentang mistisisme Islam. Satu hal pokok dalam pembicaraan tentang mistik yaitu
adanya keyakinan dan penghayatan yang dalam akan kehadirat Tuhan. Mistik
mampu membangun ruang personal antara individu dengan Tuhan, dan disinilah
ekstase, suatu kemabukan mistik dimana individu tidak menyadari hal lain selain
relevansinya bagi pembentukan budi pekerti akan bersifat abadi. Sebab dalam
pengamalan intense sesaat itu orang berhasil menangkap suatu kebenaran yang
utuh. Kesadaran akan kebenaran itulah yang menimbulkan rasa bahagia dan
tentram yang mendalam. Dan inilah yang dimaksud oleh Geertz (1989) bahwa
tujuan dari semua mistik adalah pencapaian ”rasa yang tertinggi”, yaitu rasa
transpersonal disebut dengan altered state of consciousness (ASC). ASC ini dapat
dicapai melalui hypnosis, meditasi, berdoa, yoga, atau dzikir. Pengalaman mistik
dalam ritual panembah ini tidak jauh berbeda dengan dengan berdoa, dzikir, dan
meditasi. Pada tingkatan sembah raga, panembah akan diikuti dengan dzikir
panembah selalu ada permohonan dan doa yang akan dipanjatkan. Perubahan
yang diungkapkan oleh responden sesuai dengan perubahan yang terukur dalam
waktu atau “time standing still”; responden I dan II mengaku bahwa ketika
mengaku bahwa dalam keadaan manunggal tidak ada apapun yang di dengar
ataupun dilihat. Responden kehilangan kontak dengan dunia luar, yang ada
hanya kekosongan.
saat luyut atau manunggal tidak bisa merasakan batas antar alam dan diri,
yang ada hanya titik di hati. Sedangkan responden II mengaku bahwa ketika
keduanya mengatakan bahwa dalam pikiran dan ingatan mereka hanya ada
gambaran diri yang penuh dosa dan ingin bertaubat. Responden merasa
nelangsa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
200
sendiri peneliti simpulkan ada tiga tahapan berdasarkan data yang diperoleh ketika
wawancara serta data sekunder dari kitab sasangka jati dan dokumen ceramah
pangestu yang dipinjamkan oleh responden kepada peneliti. Tahapan ini sangat
berhubungan dengan tingkatan panembah dalam ajaran pangestu. Hal ini tidak
jauh berbeda dengan tulisan Geertz (1989) dan Endraswara (2006) bahwa
biasanya ada dua tahapan dalam pengalaman mistik yaitu “neng” dan “ning”.
berlangsung, yaitu:
difokuskan atau ditujukan pada satu arah yaitu Tuhan. Pada tahap ini
dan tidak akan tercapai sebelum pelaku mistik dapat melupakan segala hal
beban duniawi. Pada tahapan inilah pelaku mistik akan menemui alam
suwung karena pada tahap ini pelaku mistik sudah benar-benar lupa
individu merasa lebur dengan alam semesta dan ikut menjadi satu dengan
hanya titik di hati seolah-olah ada tali yang menghubungkan diri dengan
Tuhan.
tiga tingkatan dalam panembah dan empat tataran panembah. Panembah dalam
ajaran pangestu terdiri dari tiga tingkatan, yaitu panembah raga kepada roh suci,
panembah roh suci kepada suksma sejati, dan panembah suksma sejati kepada
penyembahan, yaitu sembah raga, sembah cipta, sembah kalbu, dan sembah rasa.
Responden I mengaku belum lama merasakan sembah rasa setelah sekian lama
responden III masih dalam tingkatan sembah raga. Sembah raga dan sembah cipta
1) Panembah raga kepada roh suci, panembah raga kepada roh suci
mengandung tataran sembah raga dan sembah cipta. Dalam kitab sasangka
jati dijelaskan bahwa roh suci memiliki sifat Pangeran atau Tuhan yang
Pada panembah raga kepada roh suci ini berarti bertujuan untuk
dirasakan oleh responden I, pada tahap ini tubuh dan panca indera
2) Panembah roh suci kepada suksma sejati, panembah roh suci kepada
suksma sejati mengandung tataran sembah kalbu. Pada tahap ini roh suci
sudah mampu menguasai hawa nafsunya jadi pikiran (cipta) mulai dapat
mengontrol hawa nafsu. Diri tidak lagi diarahkan oleh hawa nafsu karena
individu mulai untuk taat dengan kesungguhan dan kesucian hati untuk
tahap hening dimana pikiran dapat seolah-olah berpisah dari otak dan
kesucian batin hingga diri menjadi larut dalam suasana hening. Individu
sedikit demi sedikit dapat sampai pada sadhuwuring budi atau memiliki
kepada Tuhan, batas diri mulai lebur karena tak ada lagi nafsu, kebutuhan,
dan keinginan yang ada hanyalah kuasa Tuhan. Hasil akhir dari tingkatan
ini adalah keadaan luyut, yaitu lupa akan segala-galanya, yang ada
Sama sekali tidak ada patokan bahwa pada kuantitas seberapa individu dapat naik
ke tingkatan berikutnya. Diri pribadi yang melakukan dan juga diri sendiri yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
204
panembah selanjutnya.
Djati, 2005; Ceramah Penerangan Pangestu, 2009), manusia terdiri dari tiga
1) Badan jasmani kasar (soma), terdiri dari tubuh manusia dan lima panca
indera. Panca indera inilah yang menghubungkan manusia dengan dunia luar
2) Badan jasmani halus (psyche), terdiri dari angan-angan, nafsu, dan perasaan.
Nafsu terdiri dari empat macam yang terbetuk dari empat anasir yaitu luamah,
nafsu selaras maka perasaan menjadi positif yaitu menerima, senang, puas,
dsb. Bila yang terjadi adalah sebaliknya maka perasaan menjadi negatif yaitu
3) Alam sejati, adalah tempat bertahtanya Tripurusa, kerajaan Allah yang berada
kereta kencana yang ditarik oleh empat ekor kuda dengan empat warna dan
menggunakan pakaian jubah dan sorban. Arti dari perumpamaan ini adalah badan
Manusia dalam pangestu diibaratkan hidup sesuai dengan kereta kencana yang
berjalan. Jika kuda dan kusir terprakarsai oleh kehendak penumpang yang telah
mendapatkan sinar atau pepadhang dari Tuhan maka hidupnya akan bahagia dan
tenang. Kereta kencana diibaratkan seperti kaca. Jika kaca itu bersih dan bening
maka sinar Tuhan mampu ditangkap, namun jika kaca itu kotor dan gelap maka
Kereta kencana atau jiwa manusia dalam ajaran Pangestu dituntun menuju
pancasila yaitu menusia dengan lima watak utama, yaitu rila, narima, temen,
sabar, dan budi luhur. Lima watak utama ini tercapai dengan menundukan badan
jasmani halus pada tri sila yaitu sadar, percaya, dan mituhu (taat). Angan-angan
yang terdiri dari cipta, nalar, dan pangerti harus sadar akan rahsa sejati, artinya
percaya akan rahsa sejati dan alam sejati. Oleh karena itu empat nafsu dapat
dikendalikan oleh angan-angan dan akhirnya mampu taat serta selaras akan karsa
Tuhan. Hasil akhir dari semua ini adalah manusia hidup tak lagi mengikuti arah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
206
kemana empat kuda wujud dari nafsu-nafsu ini berjalan, melainkan arah hidup
individuasi dalam teori Jung. Hasil akhir dari individuasi adalah realisasi diri dan
menuju satu keutuhan dan kebulatan kepribadian. Dalam individuasi, ego akan
akhir dari pencarian ego di dalam ketidaksadaran adalah diri (self). Sebelum
sampai pada self, harus ada pengetahuan diri dimana ego menyadari sisi gelap
pengetahuan tentang dirinya tersebut dan baru akan sampai pada self. Ketika
realisasi diri tercapai jiwa mengembangkan pusat yang baru yaitu diri (self)
menggantikan pusatnya yang lama yaitu ego (Hall & Lindzey, 2005). Ketika
realisasi diri ini tercapai, shadow dan syzygy (anima dan animus) tak lagi
individu. Shadow sebagai sisi gelap manusia dan syzygy sebagai biseksualitas
psikologis telah terdiferensiasi dan terintegrasi dalam diri (self) dan pada akhirnya
Ada kesamaan antara individuasi dan candra jiwa dalam ajaran pangestu.
dimana tujuannya adalah membekali para anggotanya dengan jiwa yang sehat,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
207
kuat, dan berbudi pekerti luhur agar dapat melaksanakan tugas hidup jasmaniah-
rohaniah dengan sempurna dan agar dapat mencapai tujuan hidup yang hakiki
ialah hidup bahagia abadi dan akhirnya dapat kembali bertunggal dengan Tuhan.
dari ajaran pangestu ini adalah membentuk pribadi yang berbudi pekerti luhur,
pangeran marang kawula sebagai dasar kepercayaan, panembah, budi darma atau
beramal, mengekang hawa nafsu, dan budi luhur sebagai bekal dalam menuju
Inti dari ajaran pangestu adalah membentuk pribadi yang budi luhur
karena pribadi inilah yang dianggap dapat hidup bahagia dan mampu manunggal
dengan Tuhan. Pribadi yang budi luhur adalah manusia yang mampu
melaksanakan perbuatan yang disenangi oleh Tuhan dan segala perilakunya dekat
dengan sifat Tuhan. Sedangkan menurut Jung (1986) dalam diri manusia ada satu
tendens yang paling besar yaitu kecenderungan batin untuk mewujudkan diri,
untuk menjadi diri sendiri. Sebab dalam diri manusia terdapat kemungkinan atau
potensi-potensi asli yang mengarah pada tujuan tertentu dan tujuan dari proses
individuasi dan tujuan dari individuasi ini tidak lain daripada membebaskan self
penyesuaian dengan tuntutan sosial) dan dari kekuasaan alam tak sadar arketipis
yang merajalela (shadow dan anima atau animus). Hal ini tak ubahnya dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
208
Self adalah arketip yang menggambarkan Tuhan (dalam Jung, 1986). Jika
ini dibandingkan dengan banyak ajaran kebatinan di Jawa secara umum dan ajaran
pangestu khususnya nampak banyak kesamaan. Inti dari ajaran mistik, termasuk
juga pangestu adalah mengolah rasa batin untuk menyatukan diri dengan Tuhan
luhur. Dalam ajaran pangestu seorang dituntun untuk menjadi manusia yang
berbudi luhur dan manusia berbudi luhur dapat menunggal dengan Tuhan setelah
meninggal. Untuk menjadi manusia yang berbudi luhur ini harus memiliki empat
watak utama dalam pancasila yaitu rila, narima, temen, sabar. Jika keempat watak
telah dimiliki maka otomatis watak budi luhur ini tercapai. Watak pancasila ini
tercapai dengan membawa badan jasmani halus kepada trisila, yaitu membawa
Sempurnanya trisila, pancasila, dan jalan rahayu, mencapai budi luhur didorong
sinar tripurusa dapat diterima menuju manusia yang berbudi pekerti luhur yang
menjalankan karsa Tuhan maka tidak berbeda dengan teori Jung yang
yang sejati melalui individuasi menuju self sebagai gambaran Tuhan (imago dei)
agar tercapai realisasi diri. Dengan kata lain penganut pangestu dalam berusaha
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
209
berbudi luhur yang memiliki lima watak utama dalam pancasila. Pribadi yang
berbudi pekerti luhur adalah pribadi yang mampu mengungkapkan self sebagai
pusat baru dalam kepribadiannya. Arketip self adalah sama dengan gambaran
Tripurusa dalam ajaran pangestu yang terselam dalam alam kasunyatan atau alam
sejati. Jika ini terungkapkan maka sang manusia menjadi manusia yang berbudi
luhur yaitu memiliki perilaku yang sesuai dengan karsa Tuhan. Tabel 10 dibawah
Tabel 10
Perbandingan proses Individuasi dengan Proses Mencapai Watak Budi Luhur dalam
Pangestu
a. Sifat pertama ialah bahwa orang a. Angan-angan harus dibuat sadar dan
menyadari segi-segi diri yang telah perasaan dibuat percaya akan adanya
diabaikannya. Hal ini tidak dapat Tripurusa (Tuhan Yang Maha Esa)
terjadi sebelum usia setengah tua. sehingga individu dapat merasakan
Untuk bertujuan ke arah individuasi, rasa sejati yaitu merasakn kehadiran
orang harus melepaskan tingkah laku- Tripurusa dalam hati sanubari yang
tingkah laku, nilai-nilai, dan pikiran- suci.
pikiran yang membimbing setengah b. Meredam atau mengendalikan nafsu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
210
Lanjutan tabel 10
bagian pertama dari kehidupan dan lauamah dan amarah, sehingga cipta
sampai pada ketidaksadarannya; tidak lagi dutunggangi lauamah dan
b. Sifat kedua ialah pengorbanan tujuan- amarah. Terkendalinya laumah dan
tujuan material dari masa remaja amarah mewujudkan watak jujur dan
dewasa dan sifat-sifat kepribadian yang sabar. Dengan demikian angan-angan
memungkinkan seseorang mencapai (cipta, nalar, dan pangerti) mendapat
tujuan-tujuan itu. Dalam individuasi tuntunan dan pepadang dari suksma
tidak ada satupun fungsi atau sikap kawekas dan suksma sejati. Sila ketiga
yang dominan. Di dalam individuasi tri sila tercapai dengan membuat taat
akan terjadi perubahan-perubahan pada nafsu laumah dan amarah kepada
usia setengah tua, yaitu yang pertama cipta. Hal ini merupakan hasil dari
penurunan tahta persona. Kepribadian kesempurnaan sembah raga (tingkatan
publik tetap diteruskan sebab masih pertama dalam panembah)
ada peranan-peranan sosial tetapi orang c. Nalar (prabawa) ditundukkan sampai
harus menyadari dirinya dan juga menyerah kepada suksma sejati, dan
menjadi dirinya sendiri. Yang kedua, prabawa silem ing kaheningan atau
ialah menyadari semua kekuatan larut dalam keheningan. Watak rila
bayang-bayang yang bersifat destruktif dan narima terwujud karena sifat tidak
dan konstruktif. Hal ini berarti orang iklas dan tidak menerima
harus menyadari sisi gelap bersumberkan pada prabawa (nalar)
kepribadiannya serta menerima impuls- yang ditunggangi oleh laumah.
impuls yang bersifat animalistis dan d. Menundukkan kamayan (pangerti)
primitif seperti sifat destruktif dan tunduk dan pasarh kepada suksma
egois. Hal ini merupakan bagian dari sejati dan akhirnya kamayan (pangerti)
tahap pengetahuan diri, individu harus larut dalam keheningan. Bersama-
menerima dan menyadari sisi buruk sama cipta dan nalar, kamayan
kepribadiannya juga. Yang ketiga ialah (pangerti) lepas dari otak dan individu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
211
Lanjutan tabel 10
yang telah 39 tahun menghayati pangestu mengaku belum lama ini merasakan
pengalaman manunggal dalam melakukan panembah dan hanya satu orang ini saja
pribadi yang diharapkan dalam ajaran pangestu atau pribadi yang berbudi luhur.
dan sekarang responden telah sampai pada sembah kalbu. Sedangkan responden
III sudah 27 tahun mengikuti pangestu tapi masih menjalankan sembah raga.
jangka waktu lama akan membawa banyak perubahan yang dikategorikan dalam
orang lain,
mengulanginya,
berharga.
diantaranya menunjukkan jawaban yang tidak jauh berbeda dari ketiga responden.
Hanya satu pertanyaan yang yang dijawab berbeda dari ketiga responden yaitu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
213
kebutuhan dasar dan menghalangi gerak maju menuju aktualisasi diri (Alwisol,
mengahayati ajaran pangestu sejauh ini masih ada perasaan cemas menghadapi
hari esok atau masa depan?”. Dari ketiga responden, hanya responden I yang
“masih, tapi sudah berkurang, jauh berkurang” (W. R. II. 03. 940-945). Dan
responden III menjawab, “sedikit masih ada” (W. R. III. 03. 410-421).
Keseluruhan responden merasa pikiran longgar, tenang, tidak emosional, dan rasa
ingin marah yang jauh berkurang (lebih sabar). Seluruh responden juga merasa
hubunganya dengan orang lain semakin baik khususnya hubungan dalam rumah
kini lebih kompak. Interaksi dengan orang lain selain keluarga pun menjadi lebih
iklas khususnya dalam hal saling tolong menolong. Untuk kategori perubahan
pandangan diri mengenai dunia pun menunjukkan respon yang sama dari ketiga
responden. Dunia diartikan sebagai alam kehidupan, lingkungan, dan segala yang
dihubungkan dengan ciptaan Tuhan atau titipan Tuhan. Responden I dan II sangat
jelas menunjukkan hal ini (W. R. I. 03. 699-708; 856-857; 873-877 dan W. R. II.
03. 700-705; 776-789; 825-927; 827-860) sehingga membuat dua orang ini
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
214
memandang perbedaan entah itu perbedaan agama, ras, golongan ataupun apa saja
hanya sebagai sarana menuju satu tujuan yang sama. Misalkan saja perbedaan
agama dipandang hanyalah perbedaan cara namun memiliki tujuan yang sama
yaitu kembali ke Tuhan. Ataupun perbedaan kaya dan miskin dipandang hanyalah
sebuah cobaan. Harta dan kekayaan hanyalah sebuah titipan bukan tujuan. Orang-
orang ini memiliki satu tujuan yang sama yaitu kembali kepada Tuhan dan
jujur, bebas, dan tanpa pamrih. Misalkan dalam menolong peneliti ketika
orang yang sangat jujur dan spontan bahkan bersedia bercerita tentang
melihat kehidupan secara umum lebih berharga. Hal ini tampak dari tujuan-tujuan
III. 01. 25-26). Mereka ingin merubah hidup mereka menjadi lebih baik,
berperilaku baik, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, dan akhirnya dapat
responden merasa sulit melakukan panembah yang sempurna sehingga bisa benar-
memiliki pengalaman puncak yang memberikan wawasan yang jelas tentang diri
dan dunia mereka (Schultz, 1991). Orang-orang pangestu adalah peakers dalam
teori maslow. Orang-orang ini berusaha untuk terus berkembang menjadi pribadi
yang sesuai dengan ajaran pangestu, terus dan terus meskipun itu sulit.
Pengalaman mistik yang mereka rasakan membawa mereka pada wawasan bahwa
dirinya sebagai manusia dan dunia dimana dia berada adalah milik Tuhan. Dengan
menjadi pribadi yang berawatak budi luhur maka manusia akan mampu menjadi
dirinya yang sejati yang memiliki perilaku sesuai dengan karsa Tuhan.
tertinggi dari suatu hirarki kebutuhan, namun juga dipandang sebagai tujuan final,
tujuan ideal dari kehidupan manusia (dalam Alwisol, 2008). Maka hal ini pun
sama dengan realisasi diri dalam teori Jung yang dianggap sebagai tujuan final
menjadi pribadi yang berbudi luhur dan akhirnya nanti akan dapat manunggal
dengan Tuhan ketika meninggal. Dalam ajaran pangestu pribadi yang mekar
menjadi dirinya yang sejati adalah pribadi yang memiliki watak budiluhur yang
memiliki sifat-sifat yang dekat dengan Tuhan, perilakunya adalah sesuai dengan
karsa Tuhan. Dan untuk mencapai seperti ini tergantung pada sempurnanya
panembah (Bawa Raos ing Salabeting raos, 1986). Pengalaman mistik yaitu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
216
pengalaman dimana individu merasakan kontak dengan alam semesta dan Tuhan
adalah terjadi pada saat panembah. Sempurnanya ini semua akan membawa pada
pembentukan watak yang budi luhur. Dapat dikatakan bahwa budi luhur dalam
aktualisasi diri.
dan ciri-ciri inidividu yang teraktualisasi (dalam Alwisol, 2008; Boeree dalam
Tabel 11
Perbandingan Lima Watak Utama Pancasila, Ciri Realisasi Diri, dan Ciri Aktualisasi diri
Lanjutan tabel 11
Lanjutan tabel 11
Lanjutan tabel 11
Lanjutan tabel 11
Lanjutan tabel 11
pancasila ini membawa seseorang menuju pribadi yang sesuai dengan ciri realisasi
diri dan aktualisasi diri. Watak rila dan narima membawa seseorang untuk
menerima perbedaan dan menerima kenyataan, apapun itu. Kedua watak ini
membuat seseorang menerima kenyataan atas apa yang sudah diusahakan maupun
kenyataan yang terjadi apa adanya dalam hidup. Watak ini membuat orang
sendiri dan orang lain, spontan, apa adanya, dan rendah hati. Watak jujur
membuat seseorang menjadi merasa bebas, adil, dan memegang teguh kebenaran.
bebas. Orang-orang ini tidak tergantung pada dunia nyata untuk mendapatkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
222
kepuasan sebab pemuasan dari motif-motif datang dari dalam sehingga mampu
Watak sabar membawa orang untuk terus berusaha dan tidak putus asa.
Orang yang sabar memiliki hati yang lapang, kuat, menerima berbagai cobaan tapi
juga berhati teguh, berpengetahuan luas, tidak berpikiran sempit, dan tidak
berhenti berusaha. Watak ini membawa seseorang pada pribadi yang problem-
centered yang memperlakukan kesulitan hidup sebagai suatu masalah yang perlu
Jika keempat watak ini tercapai maka seseorang itu secara otomatis
menjadi pribadi yang berbudi luhur. Watak ini mengungkapkan arketip self dalam
kepribadian. Orang yang berwatak budi luhur adalah orang yang menebarkan sifat
Tuhan. Pada watak inilah arketip self mengungkapkan diri dan menunjukkan
F. KELEMAHAN PENELITIAN
dan seilmiah mungkin Seperti halnya penelitian lain, penelitian ini mempunyai
kelemahan, yaitu
1. Sulitnya menemukan pengikut pangestu yang telah memiliki watak budi luhur.
Beberapa orang yang dianggap telah sampai watak budi luhur telah meninggal
dunia.
BAB V
A. KESIMPULAN
adalah merasakan suatu keadaan mistik yaitu adanya kontak yang bisa berupa
persatuan antara manusia dengan alam semesta dan Tuhan. Kontak antara
manusia dengan alam semesta dan Tuhan berupa kekosongan, individu tidak
responden I mengaku bahwa pada saat luyut atau manunggal tidak bisa
merasakan batas antar alam dan diri, yang ada hanya titik di hati.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
224
dan II mengatakan bahwa dalam pikiran dan ingatan mereka hanya ada
gambaran diri yang penuh dosa dan ingin bertaubat. Responden merasa
nelangsa.
difokuskan atau ditujukan pada satu arah yaitu Tuhan. Pada tahap ini
dan tidak akan tercapai sebelum pelaku mistik dapat melupakan segala hal
beban duniawi. Pada tahapan inilah pelaku mistik akan menemui alam
suwung karena pada tahap ini pelaku mistik sudah benar-benar lupa
individu merasa lebur dengan alam semesta dan ikut menjadi satu dengan
hanya titik di hati seolah-olah ada tali yang menghubungkan diri dengan
Tuhan.
2. Realisasi diri dalam ajaran pangestu adalah mencapai pribadi yang budi luhur.
dalam pribadi yang budi luhur karena sifat dan perilakunya selalu dekat
dengan Tuhan ini juga berarti bahwa self sebagai arketip gambaran Tuhan
(imago dei) telah menjadi pusat baru dari kepribadian (psyche) menggantikan
pusat yang lama yaitu ego. Berdasarkan data yang diperoleh, orang-orang
pangestu berusaha untuk menjadi orang yang berwatak budi luhur dan
menjadi pribadi yang berbudi luhur. Proses mencapai realisasi diri penganut
pangestu atau dalam hal ini adalah proses individuasi adalah melalui
Tri sila yaitu suatu sikap manusia kepada Tripurusa (Tuhan Yang Maha Esa)
untuk mencapai lima watak utama dalam pancasila. Prosesnya adalah sebagai
berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
226
a. Angan-angan harus dibuat sadar dan perasaan dibuat percaya akan adanya
rasa sejati yaitu merasakn kehadiran Tripurusa dalam hati sanubari yang
suci.
angan (cipta, nalar, dan pangerti) mendapat tuntunan dan pepadang dari
suksma kawekas dan suksma sejati. Sila ketiga tri sila tercapai dengan
membuat taat nafsu laumah dan amarah kepada cipta. Hal ini merupakan
panembah)
prabawa silem ing kaheningan atau larut dalam keheningan. Watak rila
dan narima terwujud karena sifat tidak iklas dan tidak menerima
sama cipta dan nalar, kamayan (pangerti) lepas dari otak dan individu
menjadi luyut. Budi luhur tercapai atau panunggla antara roh suci, suksma
lebih mistik, religius, sholeh, dan, indah (poetical). Peakers dalam ajaran
pangestu adalah seorang yang budi luhur dan memiliki lima watak utama
dalam pancasila yaitu rila, narima, temen, sabar, dan budi luhur. Orang-orang
individu berbudi luhur dan memiliki sifat-sifat yang mirip dengan sifat Tuhan.
dilatih didalam panembah. Efek pengalaman mistik dalam jangka waktu lama
ini adalah:
tidak merasa cemas akan apa yang terjadi terhadap diri dan kehidupannya
nanti setelah sebelumnya perasaan cemas itu masih ada ketika pengalaman
diri. Sekarang kehidupan para penganut pangestu dirasa lebih baik secara
4. Aktualisasi diri dan realisasi diri dalam pengalaman mistik Pangestu sama-
diri menurut teori Maslow lebih menunjukkan hasil akhir dari karakteristik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
229
Jung mengungkapkan bagaimana proses mencapai realisasi diri dan proses ini
lebih bersifat psikis yaitu dalam proses individuasi. Namun Jung tidak
B. SARAN
Beberapa hal yang dapat dilakukan baik untuk perbaikan dalam penelitian
a. Masyarakat
Mistik tidak hanya mengenai hal-hal yang bersifat klenik dan gaib, namun
mistik adalah lebih kepada penghayatan yang dalam akan kehadiran Tuhan.
Mistik dapat membuat ruang personal antara manusia dengan Tuhan. Cara-cara
didalam mistik dapat digunakan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,
kemanusian selama tidak bertentangan dengan tuntunan dan ajaran agama masing-
masing.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
230
b. Peneliti selanjutnya
1) Penelitian ini akan lebih baik jika menggunakan metode kuantitatif dan
dalamnya.
kebatinan Jawa.
dalam tradisi dan kebudayaan Jawa. Selain itu juga dapat dikembangkan
pada hal-hal yang lebih kontekstual seperti kaitan antara mistik dengan