Anda di halaman 1dari 15

KALIGRAFI SEBAGAI RESEPSI

ESTETIK ISLAM
Mutohharun Jinan
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448

ABSTRAK

Diantara semua kategori seni Islam, kaligrafi adalah yang paling


umum dan paling penting serta paling banyak diapresiasi dan
dihormati kaum muslim. Makalah ini secara berturut-turut akan
membahas sejarah munculnya kaligrafi dalam Islam, perkembangan
dan kategori kaligrafi, makna spiritual kaligafi bagi kaum muslim.
Alasan mengapa seni kaligrafi begitu berkembang pesat dibanding
dengan ekspresi seni lain.
Penelusuran penulis terhadap data yang ada disimpulkan bawah dalam
sejarah perkembangannya, kaligrafi sebagai seni yang mengekspresi-
kan nilai-nilai spiritual merupakan fenomena yang sangat unik. Seni
kaligrafi yang awalnya lebih merupakan gagasan untuk menuliskan
wahyu al-Quran kemudian berkembang sangat luas ke dalam
masyarakat Islam dengan sangat beragam. Dengan model khat yang
bermacam-macam kaligrafi kemudian menjadi ornamen bagi masjid
atau tempat-tempat suci yang lain dan menjadi bagian dari seni
arsitektur Islam, hiasan-hiasan dinding baik dalam bentuk ukiran,
lukisan dan sebagainya hingga menjadi bagian dekoratif dari berbagai
obyek seperti keris, tombak, pedang, perisai, baju dan lain sebagainya.
Bentuk seni kaligrafi sangat beragam hingga mengikuti bentuk
perlambang tertentu seperti pohon, tokoh pewayangan, hewan dan
sebagainya. Dengan penyebarannya yang meluas di kalangan seniman
dan individu, atau melalui media pameran, artefak, dan lembaga-
lembaga, seni kaligrafi semakin mantap menempatkan dirinya dalam
nuansa seni rupa klasik dan moderen yang terus berkembang di seluruh
dunia, khususnya dalam masyarakat muslim.

142 SUHUF, Vol. 22, No. 2, Nopember 2010: 142-156


Keistimewaan kaligrafi dalam seni Islam terlihat terutama karena
ia merupakan suatu bentuk pengejawantahan firman Allah yang suci.
Di samping itu kaligraf merupakan satu-satunya seni Islam yang
dihasilkan murni oleh orang Islam sendiri, tidak seperti jenis seni
Islam yang lain (musik, arsitektur, lukis) yang banyak mendapat
pengaruh dari non-muslim. Tidak mengherankan jika sepanjang
sejarah penghargaan kaum muslim terhadap kaligrafi jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan jenis seni yang lain.

Kata Kunci: seni, Ikonoklasme, kaligrafi

“Kaligrafi adalah ilmu ukur spiritual yang lahir via perabot kebendaan.”
Yaqut Al-Musta’simi

Pengantar tuhanan yang diinspirasi oleh Al-Quran.


Tidak perlu lagi diperdebatkan Al-Quran berpengaruh menjadikan
apakah Islam mengakomodir ekspresi kaligrafi bentuk seni paling penting dalam
seni atau tidak. Perdebatan masalah ini budaya Islam. Pengaruh dan keutamaan-
hanya akan menghabiskan waktu dan nya ditemukan dalam setiap dunia
membuang kesempatan menambah Muslim, pada setiap abad dalam sejarah
kajian ekspresi seni. Akan lebih ber- Islam, pada setiap objek seni yang dapat
makna manakala perbincangan yang dibayangkan. Diantara semua kategori
diperpanjang adalah bagaimana ekspresi seni Islam, kaligrafi adalah yang paling
seni dalam Islam mempengaruhi dan umum dan paling penting serta paling
menjadi tiang penyangga peradaban banyak diapresiasi dan dihormati kaum
Islam secara keseluruhan. Ekspresi seni muslim.
dengan segala ragamnya telah menye- Makalah ini secara berturut-turut
jarah dalam masyarakat sejak zaman akan membahas sejarah munculnya
Nabi hingga zaman kontemporer. Salah kaligrafi dalam Islam, perkembangan dan
satu ekspresi seni dalam Islam yang dari kategori kaligrafi, makna spiritual kaligafi
waktu ke waktu terus mengalami per- bagi kaum muslim. Terlebih dahulu akan
kembangan adalah seni kaligrafi. dikemukakan alasan mengapa seni
Seni kaligrafi tidak semata-mata kaligrafi begitu berkembang pesat
ekspresi seni dalam keindahan tata tulis. dibanding dengan ekspresi seni lain.
Tetapi lebih dari itu, kaligrafi merupakan Alasan yang lazim dikemukakan adalah
bagian penting dari ungkapan keber- karena kaum muslim sangat peduli

Kaligrafi sebagai Resepsi Estetik Islam (Mutohharun Jinan) 143


dengan budaya tekstual dan pandangan agama monoteis adalah wujud nyata dari
keagamaan ikonoklastik. politeis atau syirik yang amat ditentang.
Hal ini sangat berbeda dengan agama
Ikonoklasme dan Ekspresi Artistik lain, misalnya Kristen dan Hindu, yang
Berbeda dengan agama-agama justru menjadikan ikon dan patung
lain, dalam kajian seni modern Islam sebagai medium ritual. Bentuk ka’bah
disebut sebagai agama yang bersifat adalah prototipe dari doktrin tauhid yang
ikonoklastik, yaitu menerapkan ikono- sekaligus menggeser ikon dan patung
klasme atau paham yang memandang dalam peribadatan Islam.
tabu menggambar dan merepresentasi- Saat ini ikonoklasme dalam Islam
kan makhluk atau benda bernyawa, yang tidak lagi diterapkan seketat masa-masa
terdiri dari manusia dan binatang. awal Islam, kecuali yang muncul dalam
Ikonoklasme ini dipegang kuat pada beberapa kasus saja. Misalnya sikap
masa-masa awal Islam yang berlandas- sebagian kalangan Islam yang meng-
kan pada sebuah riwayat bahwa Rasu- haramkan lukisan manusia dan binatang,
lullah melarang menggambar makhluk lebih-lebih patung atau ada juga yang
hidup, kecuali kalau bisa memberinya mengharamkan pengambilan poto diri
nyawa pada gambar itu.1 Para orientalis sendiri. Namun setelah budaya Islam
berkesimpulan, akibat dari paham mencapai titik puncak pertumbuhannya,
ikonoklasme ini ekspresi seni dalam banyak kaum muslim yang mulai mampu
Islam tidak sekreatif seperti agama- memisahkan aspek mitologis sebuah
agama lain. representasi benda bernyawa dari aspek
Ikonoklasme memang merupa- artistiknya, bahkan dari aspek kegunaan
kan sambungan langsung paham tauhid aspek praktis untuk tujuan tertentu.
atau monoteis. Sikap penuh prasangka Maka kaum muslim mulai mendevaluasi
kepada setiap bentuk representasi benda dan mendesakralisasi karya-karya seni,
bernyawa muncul karena representasi itu, dan memandang karya seni seperti
khususnya yang berupa patung, selalu patung dan lukisan sebagai semata-mata
terkait erat dengan suatu bentuk mito- bernilai dekoratif dan ornamentasi
logi. Sebuah patung pada masa itu selalu belaka.Gejala ini antara lain dapat dilihat
mempunyai nilai sakral karena misalnya pada seni arsitektur yang disertai dengan
ia menggambarkan seorang dewa. Maka kepala singa sebagai tempat keluarnya
patung-patung Apollo, Venus, Ghanesha, air mancur dalam istana kerajaan Islam
dan lain-lain, dalam padangan agama- di Spanyol.2

1
Komaruddin Hidayat, “Dialektika Agama dan Budaya”, dalam, M Thoyibi, Sinergi Agama dan
Budaya Lokal, (Surakarta: Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial, 2005), hlm. 6.
2
Nurcholish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 43.

144 SUHUF, Vol. 22, No. 2, Nopember 2010: 142-156


Kendati telah ada upaya-upaya poligon-poligon. Baik kaligrafi maupun
desakralisasi terhadap seni rupa dan ornamen keduanya diekspresikan dalam
lukis, paham ikonoklasme masih tetap bidang datar (dua dimensi) dengan
membekas dalam keyakinan masyarakat kemungkinan pengembangan relief untuk
muslim. Oleh karena itu, dalam Islam menghindari ekspresi riil makhluk hidup.4
muncul ekspresi seni yang universal
dengan kepribadian dan wataknya yang Akar Normatif Kaligrafi
khas. Berbeda dengan agama-agama lain Kaligrafi berasal dari bahasa latin
yang menjadikan ekspresi seni pahat dan yang secara leksikal terdiri dari dua kata,
lukis sebagai medium ritual, Islam yaitu kallos (indah) dan graphein (tulisan
mengekspresikan naluri artistik dalam atau coretan), maka kaligrafi berarti
bentuk seni tulis kaligrafi dan ornamen- tulisan indah.5 Dalam bahasa Arab
tasi/arabes.3 kaligrafi biasa disebut khath yang berarti
Kaligrafi mengekspresikan paham garis atau coretan pena yang membentuk
ketuhanan yang abstrak (dalam makna, tulisan tangan. Kaligrafi disebut juga fann
Tuhan yang tidak bisa dilukiskan) dengan al-khath dalam arti seni memperhalus
menekankan pernyataan diri Tuhan tulisan atau memperbaiki coretan. Dalam
melalui wahyu. Maka kaligrafi di- pengertia sehari-hari khath itu sendiri
ekspresikan untuk mencurahkan ke- telah diartikan “tulisan indah” atau “yang
kuatan wahyu al-Quran. Sedangkan memiliki nilai estetis”. Dalam konteks
ornamentasi merupakan pengembangan kajian berikut kaligrafi yang dimaksud
rasa keindahan yang bebas dari mitos adalah kaligrafi Arab yakni tulisan indah
alam, dan dilakukan dengan mengem- yang berasal dan berkembang di wilayah
bangkan pola-pola abstrak yang diambil Arab sebagai representasi ekspresi seni
dari pengolahan motif bunga, daun, dan kaum muslim.6

3
Istilah arabes (Inggris: arabesque) diambil dari kata Arab, suatu kata yang menunjuk kepada Islam
atau kaum muslim). Namun seni ini kemudian juga digunakan untuk menyebut seni ornamentasi secara
umum, termasuk yang berkembang di luar Arab non-muslim.
4
Marshall G. Hodgson, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah dalam Peradaban Dunia, jilid 2,
(terj. Mulyadi Kartanegara), (Jakarta: Paramadina: 2000), hlm. 310.
5
Mircea Eliade, The Encyclopaedia of Religion (New York: Macmillan, 1987), 24-25. Dalam kontek sini
tulisan memiliki dua fungsi. Pertama sebagai alat kemonikasi ide, yang produknya berupa informasi dan ilmu
pengetahuan. Kedua sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya berupa karya seni. Kedua fungsi ini
mempunyai ruang lingkup tersendiri, dengan pendukung sejarah, landasan berfikir dan kejernihan tersendiri.
6
Dalam bahasa inggris disebut juga Arabic Calligraphy, alam bahasa arab disebut juga al-khath al-
Arabiy, atau Qur’anic calligraphy. Dalam Islam, kaligrafi sering dirujukkan kepada Ali ibn Abi Thalib
yang menyatakan “Keindahan tulisan adalah kefasihan tangan dan keluwesan pikiran.” Ali bin Abi
Thalib sendiri bersama sahabat-sahabat yang lain seperti Utsman bin Affan, Umar bin Khattab, Thalhah
bin Abdillah, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Muawiyah bin Abi Sufyan belajar kaligrafi kepada Bishr dan
Harb, dua tokoh pembawa kaligrafi kepada suku Quraisy. Islah Gusmian, “Kaligrafi Islam: dari Nalar
Seni hingga Simbolisme Spiritual” dalam Jurnal al-Jami’ah, vol. 41 No. 1 Tahun 2003, 115.

Kaligrafi sebagai Resepsi Estetik Islam (Mutohharun Jinan) 145


Seni kaligrafi hampir dapat di- yang banyak dilakukan dengan pe-
temukan dalam setiap jenis bahasa dan nerjemahan dan penafsiran terhadap
tulisan. Demikian juga kaligrafi Arab ayat-ayat al-Quran. Ini dilakukan dengan
muncul sejak tulisan Arab ini dikenal oleh tujuan untuk memfungsikan al-Quran
masyarakat Arab kendatipun masih menjadi pedoman hidup bagi umat Islam.
dalam bentuk dan motif yang sederhana. Sedangkan jenis resepsi yang kedua dan
Pada awal abad ketujuh masehi (awal ketiga memperlihatkan bagaimana umat
perkembangan Islam) terjadi sedikit Islam memfungsikan al-Quran secara
perkembangan penulisan di kalangan sosial-budaya untuk “kepentingan-
masyarakat Arab. Tulisan sederhana kepentingan” tertentu yang kadang-
(belum sempurna) telah ada seperti kadang tak memiliki kaitan langsung
dibuktikan oleh temuan arkeologis dengan makna teks al-Quran.8
(dalam bentuk prasasti pada batu, pilar Al-Quran diyakini merupakan
dan lain-lain) di jazirah Arab. Namun sebuah kitab suci yang memiliki bahasa
kepandaian orang Arab dalam tulis yang indah, yang bahkan tak seorang pun
menulis tidak banyak dipraktikkan oleh mampu menandinginya. Keindahan
para sahabat. Sebagian besar syair dan bahasa al-Quran ini dianggap sebagai
prosa hanya dihafal dan dibaca dalam salah satu bukti kemukjizatan al-Quran.9
bentuk sebenarnya. Syair merupakan Kualitas kesastraan inilah yang menjadi
minat utama orang Arab.7 faktor penting penyebaran Islam di
Seni kaligrafi Arab mengalami kalangan orang-orang Arab pada abad
perkembangan dan kemajuan seiring ketujuh. Keindahan bahasa al-Quran ini
dengan diturunkannya wahyu Al-Quran pula yang kemudian dalam studi al-Quran
dan perkembangan Islam yang terus melahirkan kajian khusus mengenai
meluas. Secara umum resepsi (sikap “keunikan” bahasa al-Quran, yaitu
penerimaan) umat Islam terhadap al- Uslub al-Quran atau Stilistika.
Quran terbagi menjadi tiga: resepsi Keindahan bahasa al-Quran ini dalam
hermeneutis, resepsi sosial-budaya dan banyak hal telah mendorong umat Islam
resepsi estetis. Resepsi jenis yang untuk mengekspresikan keindahannya
pertama lebih memperlihatkan upaya dalam berbagai bentuk: melagukan
untuk memahami kandungan al-Quran dalam pembacaannya, menuliskannya

7
Ilham Koiri, Al-Quran dan Kaligrafi Arab: Peran Kitab Suci dalam Transformasi Budaya, (Jakarta:
Logos, 1999), hlm. 63.
8
Ahmad Baedowi, Resepsi Etetis terhadap Al-Quran, www.ushuluddin.uin.suka.com.
9
Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 118. Menarik juga disebutkan
bahwa saat ini pencetakan Al-Quran dari tahun ke tahun mengalami kemajuan. Dari segi tulisan yang
digunakan dan kualitas cetakan tersedia mulai dari sederhana sampai pada cetakan lux, dan dilengkapi
hiasan yang indah serta warna yang menarik.

146 SUHUF, Vol. 22, No. 2, Nopember 2010: 142-156


dalam berbagai bentuk mushaf yang maka hampir seluruh jenis kaligrafi Arab
cantik, menuliskan potongan-potongan memamerkan nilai-nilai keindahan
ayatnya dalam bentuk kaligrafi dan dalam sebagai karya seni.
bentuk seni yang lain10 Seni kaligrafi Pengaruh Al-Quran terhadap
merupakan salah satu resepsi (penerima- perkembangan kaligrafi dapat dilihat dari
an) estika al-Quran. beberapa ayat yang mengisyaratkan
Beragam jenis tulisan sudah di- pentingnya tulisan. Secara simbolik, Al-
kenal sejak awal al-Quran ditulis dalam Quran menyebutkan qalam di dalam
berbagai media. Minat dalam penulisan ayat-ayat paling pertama kali diwahyu-
tumbuh sebanding dengan minat baru kan kepada Nabi, yakni dalam surah Al-
terhadap Al-Quran sebagai pembimbing ’Alaq ayat 1-5. Sementara itu, surah
dan petunjuk untuk seluruh aktivitas yang berjudul al-Qalam (pena) dibuka
kaum muslim dan keinginan untuk dengan huruf nun yang diikuti oleh ayat
menjaganya dan menyampaikannya “demi pena dan apa yang mereka tulis”
secara akurat. Salah satu tulisan awal (QS. Al-Qalam/68:1). Huruf nun dalam
yang dianggap dikembangkan untuk tulisan Arab menyerupai sebuah tempat
penulisan al-Quran berbentuk siku dan tinta yang berisi tinta dengannya pola-
bulat yang dikenal dengan nama kufi. pola dasar segala segala sesuatu ditulis-
Selama beberapa abad kufi merupakan kan di atas laul mafudh. Huruf ini juga
tulisan utama untuk menyalin al-Quran menyerupai sebuah kapal yang meng-
maupun goresan artistik pada tekstil, angkut kemungkinan-kemungkinan suatu
keramik, koin, epitaf, perkakas, dan perputaran dari pengejawantahan di atas
momentum arsitektural. lautan ketiadaan. Tinta dan pena adalah
Bila dilihat dari perspektif keseni- dua unsur penting dalam tata tulis dan
an dan estetika pertumbuhan kaligrafi keindahan.11
setelah Al-Quran turun menunjukkan Dengan begitu Al-Quran mem-
kematangan karya seni yang indah. Jika berikan sumber inspirasi logis yang siap
seni diartikan sebagai sesuatu yang indah, pakai untuk ciptaan estetis. Al-Quran
dan bila keindahan dimaknai sebagai mempengaruhi seni seperti halnya aspek
suatu ekspresi tentang keidealan, suatau lain dalam masyarakat Islam. Al-Quran
simbol tentang kesempurnaan, dan telah memberikan pesan yang di-
sebagai manifestasi dari rasa yang jernih, ekspresikan secara estetis, dan juga cara

10
Yasir S. Ibrahim, “Continuity and Change in Quranic Readings: A Study of the Quranic Ms.
Garrett 38”, Journal of Islamic Studies, 2008, hlm. 380
11
Disamping itu, pengertian simbolis pentingnya tulisan juga terdapat beberapa ayat. Misalnya
perumpamaan seluruh pohon sebagai pena dan air laut sebagai tinta tidak akan cukup untuk menuliskan
kekuasaan Allah(QS. 21: 27), dua malaikat yang mencatat perbuatan manusia (QS. 17: 73).

Kaligrafi sebagai Resepsi Estetik Islam (Mutohharun Jinan) 147


mengekspresikannya. Bahkan al-Quran maqom seni menggambar landscape
menyediakan ekspresi dan uraiannya yang juga sangat populer di dunia Islam.
sendiri sebagai materi subjek terpenting Lebih jauh, kaligrafi diangkat sebagai art
untuk ikonografi seni, karena itu seni of Islamic art (seninya seni Islam)
Islam pada dasarnya adalah seni Al- karena fungsinya sebagai bahasa visual
Quran. dari ayat-ayat suci.12
Menurut Sirojudin A.R., seni
Perkembangan Kaligrafi: Dinamika kaligrafi mengalami perkembangan
dan Gaya karena didukung oleh tiga faktor.
Di zaman pertengahan Islam, seni Pertama, pengaruh ekspansi kekuasaan
kaligrafi diajarkan di institusi-institusi umat Islam ke berbagai wilayah yang
pendidikan khusus yang bernama turut mendorong urbanisasi, pertemuan
Madrasah Tahsin al-Khutut Al- antara budaza, dan arabisasi wilayah
‘Arabiyah sebagai subyek kurikulum taklukan. Kedua, peranan raja dan elite
wajib. Para pelajar berbakat yang sosial dalam memberikan dukungan
prospektif dan menonjol memperoleh sehingga turut menyemagati seniman
pelajaran spesial dari para master kaligrafi mengembangkan kreativitasnya.
kaligrafi. Sejak itu, kaligrafi berkembang Ketiga, pengaruh perkembangan ilmu
pesat dan dtuangkan dalam rupa-rupa pengetahuan secara umu di kalangan
garapan di aneka media untuk menyalin masyarakat muslim.13
mushaf Alquran, naskah transaksi dan Pada masa kekhalifahan seni
dokumen, monumen arkeologis, dekorasi kaligrafi terus memperoleh sambutan dari
interior, iluminasi perabotan rumah, para khalifah dan ulama yang mempelajari
sarana-sarana advertensi, dan lukisan- al-Quran. Beragam inovasi dan pen-
lukisan di muka media yang lain. Yang jelajahan keindahan kaligrafi dapat
lebih penting di sini, selain telah sejak dikenali dan para kaligrafer sudah
lama masuk ke dalam lingkup seni rupa, banyak yang memperkenalkan karyanya
kecenderungan minat dan perkembangan kepada kaum muslim. Diantara ulama
kaligrafi yang pesat bukan semata yang sering disebut sebagai pakar
“pelarian” dari larangan menggambar di kaligrafi adalah Dhahak Ibnu Ajlan, Ishaq
periode awal Islam sebagai satu-satunya Bin Hammad, dan Yusuf Al-Sijzi yang
alasan fiqhiyah, melainkan karena berhasil menemukan model-model tulisan
kedudukannya yang dianggap melebihi yang lebih bagus dari sebelumnya, yaitu

12
Marshall G. Hodgson, The Venture of Islam, hlm. 308.
13
Sirojudin A.R., “Lukisan Tembok, Kaligrafi dan Arabes”, dalam Taufik Abdullah dkk., eds.,
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, (Jakarta: Ihtiar Baru Van Houve, 2000),
hlm. 294-295.

148 SUHUF, Vol. 22, No. 2, Nopember 2010: 142-156


khath khafis al-tsuluts dan al-riyasi. Paralel dengan perluasan per-
Sementara Ibnu Muqlah menemukan adaban Islam di berbagai wilayah seni
kaidah-kaidah penulisan huruf berdasar- kaligrafi juga terus meluas di Mesir dan
kan geometrik (dengan melandaskan kawasan Afrika, India, Pakistan, China,
penulisah pada bentuk alif, bulatan dan Malaysia, Thailand dan Indonesia. Di
titik) yang disebut dengan tulisan ber- negara-negara tersebut seni kaligrafi
standar. Ibnu Muqlah juga menetapkan ditemukan pada hampir seluruh ruang
kaidah-kaidah enam gaya utama dalam kehidupan muslim, di rumah, masjid,
kaligrafi, tsulusts, naskh, rahyan, istana kerajaan, tempat-tempat suci, dan
muhaqqiq, tawqi, dan riqa’, semua makam. Berbagai gaya kaligrafi di-
gaya ini masih bertahan hingga saat ini.14 pengaruhi oleh kondisi wilayah sesuai
Setiap kawasan Islam memiliki dengan indegenius masing-masing bagian
corak kaligrafi yang khas sesuai dengan yang sangat khusus dari dunia Islam.
kultur dan selera seni masing-masing. Di Namun semua memperlihatkan suatu
Spanyol dan Afrika Utara bentuk kaligrafi universalitas yang melampaui batas-batas
dikenal dengan nama maghribi yang lingkungan kultural tertentu di dunia.
dicirikan kualitas siku dan bentuk bulat Khususnya di Indonesia seni kaligrafi
yang tambah dengan lengkungan pada termasuk salah satu seni Islam yang
huruf tertentu. Sementara di kawansan pertama kali ditemukan dan menandai
Iran yang populer adalah bentuk ta’liq masuknya Islam di negara ini.
dapat dikenali lewat bentuk miring yang Data-data arkeologis kaligrafi
menjadi sebutannya “menggantung”. gaya kufi telah berkembang pada abad
Tulisan ini biasa dipakai dalam karya ke-11, datanya ditemukan pada batu
sastra dan dekorasi pada objek kecil. nisan makam Fatimah binti Maimun di
Sekalipun kaligrafi telah berkembang Gresik (wafat 495 H/1082 M) dan
dalam berbagai bentuk serta mencakup beberapa makam lainnya dari abad-
berbagai fungsi dan bidang yang secara abad ke-15.15 Bahkan diakui pula sejak
tidak langsung dihubungkan dengan teks kedatangannya ke Asia Tenggara dan
al-Quran, ada sesuatu hubungan secara Nusantara, di samping dipakai untuk
prinsip antara kaligrafi, yang bermula dari penulisan batu nisan pada makam-
konteks al-Quran semata, dan substansi makam, huruf Arab tersebut kaligrafi
spiritual Al-Quran yang terus hidup dalam memang juga banyak dipakai untuk
seluruh aspek kaligrafi Islam tradisional. tulisan-tulisan materi pelajaran, catatan

14
Ilham Khoiri, Al-Quran … , hlm 73-75.
15
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis Islam di Indonesia,
(Yakarta: Logos, 1998), hlm. 255. Lihat juga artikelnya “Kontribusi Filologi, Sejarah dan Arkeologi bagi
Pengembangan Kebudayaan Indonesia”, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol.3, No. 01, 2005, hlm. 94-98

Kaligrafi sebagai Resepsi Estetik Islam (Mutohharun Jinan) 149


pribadi, undang-undang, naskah per- MTQ). Secara kelembagaan juga
janjian resmi dalam bahasa setempat, muncul sekolah atau pesantren khusus
dalam mata uang logam, stempel, kepala yang memberi pendidikan kaligrafi dan
surat, dan sebagainya. Huruf Arab yang gerai pameran-pameran seni kaligrafi.17
dipakai dalam bahasa setempat tersebut Dalam perkembangan selanjutnya,
diistilahkan dengan huruf Arab Melayu, kaligrafi tidak hanya dikembangkan
Arab Jawa atau Arab Pegon. Pada abad sebatas tulisan indah yang berkaidah,
ke-18-20, kaligrafi beralih menjadi tetapi juga mulai dikembangkan dalam
kegiatan kreasi seniman Indonesia yang konteks kesenirupaan atau visual art.
diwujudkan dalam aneka media seperti Dalam konteks ini kaligrafi menjadi jalan
kayu, kertas, logam, kaca, dan media namun bukan pelarian bagi para seniman
lain. Termasuk juga untuk penulisan lukis yang ragu untuk menggambar
mushaf-mushaf al-Quran tua dengan makhluk hidup. Dalam aspek keseni-
bahan kertas deluang dan kertas murni rupaan, kaligrafi memiliki keunggulan
yang diimpor.16 pada faktor fisioplastisnya, pola geo-
Perkembangan kaligrafi di Indo- metrisnya, serta lengkungan ritmisnya
nesia secara sistematis diklasifikasikan yang luwes sehingga mudah divariasikan
oleh Sirojuddin AR menjadi beberapa dan menginspirasi secara terus-menerus.
angkatan, yakni angkatan perintis (awal Kegiatan berkaligrafi tidak hanya
mula kaligrafi sejak masuknya Islam di dilakukan oleh para khathath saja, tetapi
Indonesia), angkatan orang pesantren juga oleh para pelukis. Pelukis kaligrafi
(kaligrafi di kalangan pesantren dimana tidak lagi menulis pada papirus, kertas
santri mempelajari secara terstruktur), dan dinding masjid, justru di atas kanvas
angkatan kader MTQ (kaligrafi dilomba- dengan media cat minyak, akrilik atau
kan dalam MTQ sehingga banyak media batik. Dari sinilah bermula lukisan
peserta yang dididik untuk persiapan kaligrafi.18

16
Sebelum huruf Latin masuk ke Indonesia menjelang abad ke 20, di Jawa, di samping hurup jawa,
Huruf Arab digunakan untuk menuliskan karya-karya sastra. Tembang-tembang seperti “Serat Ambiya”,
“Kisah Mi`raj”, “Riwayat Nabi Yusuf”ditulis dengan hurup Arab. Dan pada perkembangannya, khath
Arab di Indonesia itu menemukan bentuk-bentuk yang khas. Dari naskah-naskah tua, baik tersimpan di
beberapa museum, dan yang masih berada di tengah masyarakat ada bentuk-bentuk tertentu dan variasi
Nasakhi-nya sangat kuat. Zawawi Imron, “Localitas dan Seni Kaligrafi di Indonesia”, Makalah disampaikan
dalam diskusi Post-Kaligrafi Kalam & Peradaban, Jogja Gallery, Yogyakarta, Minggu, 8 Juli 2007.
17
AR. Sirojudin, “Lukisan Tembok, Kaligrafi dan Arabes”, dalam Taufik Abdullah dkk., eds.,
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, (Jakarta: Ihtiar Baru Van Houve, 2000),
hlm. 300-302.
18
Diantara seniman kaligrafi di Indonesia adalah Amri Yahya mencoba bereksperimen dengan media
batik. Selanjutnya muncullah nama-nama seperti Ahmad Sadali, AD. Pirous, Amri Yahya, Amang
Rahman, Syaiful Adnan, kemudia disusul oleh Abay D. Subarna, Yetmon Amier, Hatta Hambali, Hendra
Buana, Sattar, Chusnul Hadi, Sirojudin AR, dan lain-lain.

150 SUHUF, Vol. 22, No. 2, Nopember 2010: 142-156


Di era kontemporer kaligrafi dalam berbagai cara. Sebagian merupa-
mengalami transformasi menjadi bera- kan kombinasi tambahan antara kaligrafi
gam model kategori. Ismail Raji Al- dengan figur tumbuhan atau bunga-
Faruqi membagi menjadi lima kategori bunga, buah, perabotan makan, bina-
seni kaligrafi yang berkembang sampai tang, dan ornamen. Kaligrafi ekspresionis
abad modern ini, yaitu tradisional, figural, merupakan jenis ketiga merupakan jenis
ekspresionis, simbolis, dan abstraksionis ketiga seni kaligrafi kontemporer. Jenis
murni. Tidak dipungkiri bahwa di era ini merupakan hasil kreasi dan akulturasi
kontemporer ini kaligrafi juga mendapat seni dan seniman muslim dengan seniman
pengaruh dari luar Islam terkait dengan Barat pada masa sekarang. Kaligrafi
perkembangan seni secara keseluruhan. jenis ini menekan emosi manusia,
Kaligrafi tradisional diciptakan keadaan hati, perasan subjektif, dan
oleh ahli kaligrafi komtemporer dalam perhatian individualistis. Seni menyajikan
banyak gaya dan tulisan yang dikenal penyelaman ke dalam alam, dan sering
generasi sebelumnya. Disebut tradisional ke dalam aspek yang menggembirakan
karena masih adanya keselarasan dengan pikiran ideal, bukan ke pengangkatan
kebiasaan yang sudah mapan maupun dan perenungan tentang tatanan eksis-
dengan usnur yang lebih baku dalam tensi yang lebih tinggi.20
tradisi Islam. Karena itu tradisional tidak Kategori keempat seni kaligrafi
saja berhubungan dengan masa lalu kontemporer adalah gaya simbolik,
namun juga keselarasan dengan arus kaligrafi Arab yang tulisannya dibentuk
utama atau aspek dominan, dari karya sesuai dengan pesan yang dikandung
kaligrafis seluruhnya dari kaum muslim. seperti meliuk-liukkan huruf sehingga
Memang kondisi kaligrafi tradisional menyerupai pedang ketika kata-katanya
kurang menggembirakan karena kuatnya bicara soal ketajaman pedang. Dengan
hantaman seni kontemporer. Meskipun begitu gagasan yang terungkapkan
begitu, ekspresi tradisional tetap bertahan berhubungan dengan objek, bukan
sebagai tuntutan estetis warisan sejarah dengan pesan diskursif yang dibawa
kaum muslim di masa lampau.19 tulisan. Lewat asosiasi dengan kombinasi
Kategori kedua adalah figural. makna yang artifisial seperti itu huruf tidak
Disebut figural karena memadukan motif diberi peran sebagai penyampai pesan
figural dengan unsur-unsur kaligrafis diskursif, tetapi huruf diemukan dalam

19
Islami Raji Al-Faruqi, Atlas Budaya Islam: Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang, terj.
Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 390. Dalam ini Al-Faruqi melengkapi panjelasannya dengan
gambar kaligrafi dari berbagai aliran dan kategori.
20
Ibid., hlm. 404.

Kaligrafi sebagai Resepsi Estetik Islam (Mutohharun Jinan) 151


kompisi yang mengungkapkan pesan Pembaruan minat pada diri seniman dan
protes atau pembaruan sosial.21 pencinta seni, dalam kaligrafi, maupun
Kategori kelima adalah kaligrafi ekperimentasi menyegarkan untuk
palsu atau abstraksi murni. Kaligrafi menemukan cara baru mengekspresikan
palsu tentu saja menunjukkan bahwa semangat Islam lewat tulisan indah,
motif dalam jenis seni ini mempunyai merupakan tanda menggembirakan
huruf atau kata tetapi tidak mengandung untuk masa depan seni Islam yang paling
makna konvensional yang berhubungan terhormat ini.
dengan bentuknya. Kaligrafi abstraksi
murni menyangkal adanya kaitan antara Fungsi Spiritual Seni Kaligrafi
integritas huruf dan kata dengan bahasa Esensi seni adalah keindahan.
Arab, dan tidak menghubungkan seni Keindahan itu sangat bersifat batiniah
dengan pesan Al-Quran, bertentangan sekaligus sangat bersifat lahiriah.
terhadap unsur kreativitas artistik yang Keindahan seni berhubungan dengan
telah dipraktekkan kaum muslim selama sesuatu yang amat lahiriah dan badaniah
berabad-abad sebagai kandungannya dan pada saat yang sama juga berhubung-
yang paling mulia. Karena tidak adanya an dengan ketidakterbatasan kualitas
kandungan makna yang Islami sebenar- Yang Maha Indah. Konsepsi seni dalam
nya kaligrafi kategori ini tidak bisa alur spiritual Islam ini berlaku bagi semua
disebut sebagai seni Islam, hanya saja jenis seni yang membawa pada keindah-
dibuat oleh seorang muslim.22 an. Seni kaligrafi memiliki kemungkinan
Meski terjadi transformasi yang dekoratif yang sangat kaya dan tiada
demikian kompleks, kategori tradisional habisnya.23
(dalam arti ketersambungan antara Sebagai bagian dari ekspresi seni
estetika dan spirit keimnan) tetap yang terkait langsung dengan keagamaan
menempati posisi terpopuler. Dengan kaligrafi selain mengandung fungsi
banyaknya karya ahli kaligrafi tradisional, konvensional juga memiliki fungsi khusus
dan terlepas dari peniruan yang tak yang bersifat spiritual. Menurut Seyyed
pantas dari sebagian kecil kaligrafer Hossein Nasr, seni suci Islam setidaknya
nontradisional, jelaslah bahwa ada mengandung empat pesan atau fungsi
kecenderungan kuat di dunia muslim spiritual. Pertama, mengalirkan barakah
kontemporer untuk mempertahankan ciri sebagai akibat hubungan batinnya
yang telah membentuk seni Islam. dengan dimensi spiritual Islam. Kedua,

21
Ibid., hlm 406.
22
Ibid., hlm. 412.
23
Titus Burckhardt, “Spiritualitas Seni Islam”, dalam Seyyed Hossein Nasr, ed., Ensiklopedi
Tematis Spiritual Islam: Manifestasi, terj. Kamarudin dkk., (Bandung: Mizan, 2004), hlm. 642.

152 SUHUF, Vol. 22, No. 2, Nopember 2010: 142-156


menjadi kriteria untuk menentukan Kaligrafi Arab menduduki posisi
apakah sebuah gerakan sosial, kul-tural yang sangat penting dan menentukan
dan bahkan politik benar-benar otentik dalam dunia Islam. Ia menjadi miniatur,
Islami atau hanya menggunakan, simbol identitas, simbol bagi realitas seni budaya
Islam sebagai slogan untuk me-ncapai Islam. Bahkan dikatakan, kaligrafi
tujuan tertentu. Ketiga, sebagai kriteria merupakan seninya seni islami yang
untuk me-nentukan tingkat hubungan nyaris tanpa kontroversi. Dengan seni
intelektual dan religius masyarakat kaligrafi perdebatan seputar ada dan
muslim. Keempat, mengingatkan ke- tidaknya ekspresi seni dalam Islam
hadiran Tuhan dimanapun manusia selesai. Kaligrafi merupakan leluhur seni
berada. Bagi seseorang yang senantiasa visual Islam tradisional dan memiliki jejak
ingat kepada Tuhan. Bahkan seni Islam yang sangat istimewa dalam peradaban
yang pada dasarnya dilandasi wahyu Ilahi Islam. Kaligrafi yang indah dianggap
adalah penuntun manusia untuk masuk sebagai ciri orang berbudaya dan
ke ruang batin wahyu Ilahi.24 kedisiplinan pikiran, jiwa, serta kekuasa-
Kenyataan tersebut terjadi dalam an. Sepanjang masa kaligrafi dikenal
semua bentuk seni Islam. Kaligrafi Arab sebagai kebudayaan Islam yang nyaris
memiliki kemungkinan-kemungkinan tanpa kontroversi dibandingkan dengan
dekoratif yang sangat kaya dan tiada ekspresi seni peran dan seni suara.
habisnya. Seni kaligrafi yang merupakan Kaligrafi “menyuarakan” pesan
seni perangkaian titik-titik dan garis-garis spiritual yang begitu dalam. Kaligrafi
pada pelbagai bentuk dan irama yang adalah “geometri spirit”.25 Kaligrafi, yang
tiada habisnya merangsang ingatan akan merupakan cikal-bakal seni plastis
tindakan primordial dari pena Tuhan. la (plastic arts), menyuarakan wahyu
merupakan refleksi duniawi atas firman Islam dan menggambarkan tanggapan
Tuhan yang ada di Lauh Mahfuzh, yang jiwa orang-orang Islam terhadap Pesan
menyuarakan sekaligus menggambarkan Ilahi. Kaligrafi Islam adalah pengeja-
tanggapan jiwa manusia terhadap pesan wantahan visual dari kristalisasi realitas-
Ilahi dan merupakan visualisasi atas realitas spiritual (al-haqaiq) yang
realitas-realitas spiritual yang terkandung terkandung di dalam wahyu Islam.
dalam wahyu Islam. Begitu pula dengan Kaligrafi membantu orang Islam me-
seni liturgi, tilawah Al-Quran, mengingat- nembus ke dalam dan ditembusi oleh
kan manusia akan keagungan Tuhan. kehadiran ilahi itu sesuai dengan kapasitas

24
Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, terj. Sutejo, (Bandung: Mizan, 193), hlm.
214-218.
25
V. Minorsky, Calligraphers and Painters (Washington DC: tnp, 1959), 21

Kaligrafi sebagai Resepsi Estetik Islam (Mutohharun Jinan) 153


spiritual setiap orang. Seni suci kaligrafi yang utuh. Lukisan kaligrafi yang bermutu
membantu manusia untuk menembus akan mampu membawa penikmatnya
selubung eksistensi material sehingga pada kesadaran transedental bahwa
memperoleh jalan masuk ke barakah diatas kehidupan ini, ada yang sangat
yang terletak di dalam firman Ilahi dan dekat dan akrab dengan diri, yang
untuk “mengenyam” hakikat alam rahmat-Nya selalu mengalir tiada henti,
spiritual.26 yaitu Allah.
Sekalipun kaligafi telah ber-
kembang dalam berbagai bentuk serta Penutup
mencakup berbagai fungsi dan bidang Tidak ada kebudayaan lain yang
yang secara tidak langsung dihubungkan menghargai tulisan sedemikian tinggi
dengan teks Al-Quran ada sesuatu dibanding dengan kebudayaan Islam.
hubungan secara prinsip antara kaligrafi, Sejak awal kelahiran dan perkembang-
yang bermula dari konteks Al-Quran annya yang pesat ke berbagai penjuru
semata, dan substansi spiritual Al-Quran dunia, sejarah Islam selalu berkaitan
yan terus hidup di dalam seluruh aspek dengan budaya tulis menulis. Seni kaligrafi
kaligrafi tradisional Islam. Martin Lings, merupakan bagiann dari penghargaan
seorang peminat seni suci Islam, me- Islam terhadap budaya tulis itu. Di-
nyatakan, karena ada suatu kehadiran bandingkan dengan seni Islam yang lain,
Ilahi dalam teks Al-Quran, maka kaligrafi kaligrafi memperoleh kedudukan yang
pun membantu orang Islam menembus paling tinggi, dan merupakan ekspresi
ke dalam dan ditembusi Kehadiran Ilahi spirit Islam yang sangat khas. Oleh
itu sesuai dengan kapasitas spiritual karena itu kaligrafi sering disebut sebagai
setiap orang.27 seninya seni Islam. Kualifikasi ini
Pada hakekatnya, lukisan kaligrafi memang pantas karena kaligrafi men-
adalah ungkapan rasa religius seorang cerminkan kedalaman makna seni, yang
pelukis ke atas kanvas dengan bentuk esensinya berasal dari nilai dan konsep
huruf dan permainan warna yang men- keimanan. Oleh akrena itu kaligrafi
cerminkan kepribadian dan kedalaman berpengaruh besar terhadap bentuk
jiwa pelukisnya. Penghayatan yang ekspresi seni yang lain, atau dengan kata
sepenuhnya terhadap huruf-huruf yang lain, terhadap ekspresi kultural secara
hendak digoreskan, penguasaan ter- umum.
hadap bidang dan warna benar-benar Keistimewaan kaligrafi dalam seni
memancar dari suatu konsep penciptaan Islam terlihat terutama karena ia merupa-

26
Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni …, 28.
27
Martin Lings, The Quranic Art of Calligraphy and Illumination, (London: World of Festival
Trust, 1976), hlm. 14.

154 SUHUF, Vol. 22, No. 2, Nopember 2010: 142-156


kan suatu bentuk pengejawantahan bermacam-macam kaligrafi kemudian
firman Allah yang suci. Di samping itu menjadi ornamen bagi masjid atau
kaligraf merupakan satu-satunya seni tempat-tempat suci yang lain dan menjadi
Islam yang dihasilkan murni oleh orang bagian dari seni arsitektur Islam, hiasan-
Islam sendiri, tidak seperti jenis seni Islam hiasan dinding baik dalam bentuk ukiran,
yang lain (musik, arsitektur, lukis) yang lukisan dan sebagainya hingga menjadi
banyak mendapat pengaruh dari non- bagian dekoratif dari berbagai obyek
muslim. Tidak mengherankan jika seperti keris, tombak, pedang, perisai,
sepanjang sejarah penghargaan kaum baju dan lain sebagainya. Bentuk seni
muslim terhadap kaligrafi jauh lebih tinggi kaligrafi sangat beragam hingga mengikuti
dibandingkan dengan jenis seni yang lain. bentuk perlambang tertentu seperti
Dalam sejarah perkembangannya, pohon, tokoh pewayangan, hewan dan
kaligrafi sebagai seni yang meng- sebagainya. Dengan penyebarannya yang
ekspresikan nilai-nilai spiritual merupakan meluas di kalangan seniman dan individu,
fenomena yang sangat unik. Seni kaligrafi atau melalui media pameran, artefak, dan
yang awalnya lebih merupakan gagasan lembaga-lembaga, seni kaligrafi semakin
untuk menuliskan wahyu al-Quran mantap menempatkan dirinya dalam
kemudian berkembang sangat luas ke nuansa seni rupa klasik dan moderen yang
dalam masyarakat Islam dengan sangat terus berkembang di seluruh dunia,
beragam. Dengan model khat yang khususnya dalam masyarakat muslim.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Faruqi. Islami Raji, Atlas Budaya Islam: Menjelajah Khazanah Peradaban


Gemilang, terj. Ilyas Hasan, Bandung: Mizan, 2001.
Ambary. Hasan Muarif, Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis
Islam di Indonesia, Jakarta: Logos, 1998.
_______, “Kontribusi Filologi, Sejarah dan Arkeologi bagi Pengembangan
Kebudayaan Indonesia”, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol.3, No. 01, 2005.
AR. Sirojudin, “Lukisan Tembok, Kaligrafi dan Arabes”, dalam Taufik Abdullah
dkk., eds., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban,
Jakarta: Ihtiar Baru Van Houve, 2000.
Baedowi. Ahmad, Resepsi Etetis terhadap Al-Quran, www.ushuluddin.uin.
suka.com.

Kaligrafi sebagai Resepsi Estetik Islam (Mutohharun Jinan) 155


Burckhardt. Titus, “Spiritualitas Seni Islam”, dalam Seyyed Hossein Nasr, ed.,
Ensiklopedi Tematis Spiritual Islam: Manifestasi, terj. Kamarudin dkk.,
Bandung: Mizan, 2004.
Eliade. Mircea, The Encyclopaedia of Religion, New York: Macmillan, 1987.
Gusmian. Islah, “Kaligrafi Islam: dari Nalar Seni hingga Simbolisme Spiritual” dalam
Jurnal al-Jami’ah, vol. 41 No. 1 Tahun 2003.
Hidayat. Komaruddin, “Dialektika Agama dan Budaya”, dalam, M Thoyibi, Sinergi
Agama dan Budaya Lokal, Surakarta: Pusat Studi Budaya dan Perubahan
Sosial, 2005.
Ibrahim, Yasir S. “Continuity and Change in Quranic Readings: A Study of the Quranic
Ms. Garrett 38”, Journal of Islamic Studies, 2008, Edition, 18 March 2008
. 369–390
Ilham Koiri, Al-Quran dan Kaligrafi Arab: Peran Kitab Suci dalam Transformasi
Budaya, Jakarta: Logos, 1999.
Imron. Zawawi, “Localitas dan Seni Kaligrafi di Indonesia”, Makalah disampaikan
dalam diskusi Post-Kaligrafi Kalam & Peradaban, Jogja Gallery,
Yogyakarta, Minggu, 8 Juli 2007.
Lings. Martin, The Quranic Art of Calligraphy and Illumination, (London: World
of Festival Trust, 1976)
Madjid. Nurcholish., Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta: Paramadina, 1997.
Marshall G. Hodgson, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah dalam Peradaban
Dunia, jilid 2, (terj. Mulyadi Kartanegara), Jakarta: Paramadina: 2000.
Nasr. Seyyed Hossein, Spiritualitas dan Seni Islam, terj. Sutejo, Bandung: Mizan,
1993.
Shihab. Quraish, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan, 1997.
V. Minorsky, Calligraphers and Painters,Washington DC: tnp, 1959.

156 SUHUF, Vol. 22, No. 2, Nopember 2010: 142-156

Anda mungkin juga menyukai