Anda di halaman 1dari 7

ILMU BUDAYA DASAR

“MANUSIA DAN KEBUDAYAAN”

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD AZZAHRA 30420804


ALMAAS SETYO 30420146
DIKI NUGRAHA 30420372
NATANAEL JUAN EKI 30420950
PASKALIS ALAN 30420999

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS GUNADARMA
ATA 2020-2021
Manusia dan Kebudayaan: Manusia Membentuk Kebudayaan
atau Kebudayaan Membentuk Manusia?
Kebudayaan adalah suatu hal yang tak akan luput dari kehidupan manusia. Secara
sederhana, hubungan manusia dengan kebudayaan digambarkan sebagai subyek dan obyek:
di mana manusia merupakan pelaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan bentuk perilaku
manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat Drs. Djoko Tri Prasetyo dalam bukunya “Ilmu
Budaya Dasar” yang mendefinisikan Budaya sebagai keseluruhan kompleks yang di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat
serta kebiasaan atau unsur-unsur pembentukan tingkah laku yang didapat, didukung, dan
diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Membicarakan manusia dan kebudayaan tak akan luput/ujungnya akan kepada hubungan
manusia dan kebudayaan itu sendiri.

Pengertian sekaligus pendapat tentang “Manusia dan Kebudayaan” yang beragam


serta terus berkembang mendorong timbulnya banyak pertanyaan mengenai kemunculan
kebudayaan itu sendiri; kapan kebudayaan diciptakan? Apakah perilaku manusia yang
membentuk kebudayaan atau justru kebudayaanlah yang membentuk perilaku manusia?

I. Manusia
I.1. Pengertian Manusia
Dalam ilmu eksakta, manusia dianggap sebagai kumpulan dari partikal-
partikel yang membentuk jaringan-jaringan sistem (ilmu kimia), kumpulan dari
berbagai sistem fisik yang terkait (ilmu biologi), dan merupakan kumpulan dari
energi (Ilmu Fisika).
Sementara dalam ilmu sosial, manusia merupakan makhluk yang ingin
memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan (ilmu
ekonomi), makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosiologi), makhluk yang
selalu ingin memiliki kekuasaan (ilmu politik), makhluk yang berbudaya (ilmu
filsafat), dan masih banyak lagi.

I.2. Unsur Manusia


 Menurut Dr. M. Ustman Najati dalam “Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa” Manusia
terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:
a. Jasad : Badan kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat diraba,
difoto, dan menempati ruang serta waktu
b. Hayat : mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak
c. Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan
d. Nafs : kesadaran tentang diri sendiri

 Menurut Sigmun Freud (Simon Froid) dalam “Brennan”, Manusia sebagai


satu kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu:
a. Id : Struktur kepribadian yang paling primitif dan tidak Nampak
(kebutuhan dasar manusia; makan minum)
b. Ego: berperanan dalam menghubungkan energi ID dalam saluran sosial
yang dapat dimengerti orang lain. (perilaku manusia dalam berusaha
memenuhi ID/naluri/hati nurani) – pembuat keputusan
c. Superego : terbentuk dari lingkungan eksternal, merupakan kesatuan
standar moral. (membatasi ID dan Ego agar tidak menyimpang dari
nilai moral) – pembuat keputusan juga

I.2. Hakikat Manusia


a. Manusia sebagai Makhluk Tuhan
manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan YME maka dalam
pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya
fenomena kemakhlukan (M.I. Soelaeman, 1988); antara lain berupa
pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia
daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di
hadapan Tuhannya Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia memiliki
keterbatasan dan ketidakberdayaannya, manusia serba tidak tahu, sedangkan
Tuhan serba Maha Tahu.

b. Manusia sebagai Individu


Setiap manusia mampu menempati posisi, berhadapan, menghadapi,
memasuki, memikirkan, bebas mengambil sikap, dan bebas mengambil
tindakan atas tanggung jawabnya sendiri. Oleh karena itu, manusia adalah
subjek dan tidak boleh dipandang sebagai objek. Berkenaan dengan hal ini,
Theo Huijbers menyatakan bahwa "manusia mempunyai kesendirian yang
ditunjukkan dengan kata pribadi" (Soerjanto P. dan K. Bertens, 1983)

c. Manusia sebagai Makhluk Sosial


Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat (Ernst Cassirer, 1987). Terdapat hubungan pengaruh timbal
balik antara individu dengan masyarakatnya. Ernst Cassirer menyatakan
manusia takkan menemukan diri, manusia takkan menyadari
individualitasnya, kecuali melalui perantaraan pergaulan sosial. Adapun Theo
Huijbers mengemukakan bahwa Sebaliknya, terdapat pula pengaruh dari
individu terhadap masyarakatnya.

d. Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya


Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan,
hidup berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bertautan dengan kehidupan
manusia sepenuhnya, kebudayaan menyangkut sesuatu yang nampak dalam
bidang eksistensi setiap manusia. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan,
bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena bersama kebudayaannya (C.
A. Van Peursen, 1957).
kebudayaan memiliki fungsi positif bagi kemungkinan eksistensi
manusia, namun demikian apabila manusia kurang bijaksana dalam
mengembangkannya, kebudayaanpun dapat menimbulkan kekuatan-kekuatan
yang mengancam eksistensi manusia (Eksistensi kita Sebagai Bangsa
Indonesia yg ditunjukkan oleh budaya dan mulai pudar karena budaya barat
masuk. Rasa cinta tanah airnya berkurang)

II. Kebudayaan
II.1. Pengertian Kebudayaan
Secara etimologi budaya atau culture, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah “pikiran, akal budi, hasil.” Dalam bahasa Sansekerta kata
kebudayaan berasal dari kata Budh yang berarti akal, yang kemudian menjadi
kata budhi atau bhudaya sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil
pemikiran atau akal manusia. Supartono Widyosiswoyo, dalam bukunya “Ilmu
Budaya dasar” mengatakan bahwa budaya berasal dari kata budi dan daya.
Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan sedangkan
daya adalah perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani. sehingga kebudayaan
diartikan sebagai hasil dari akal dan ihtiar manusia.
Sedangkan pengertian secara terminologi, menurut Koentjaraningrat
(kuncoroningrat) dalam bukunya “Ilmu Pengantar Antropologi”
mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.

II.2. Unsur Kebudayaan (unsur: pembentuk,kebudayaan tak akan


ada tanpa ada unsur/system yang mendukung terbentuknya suatu
kebudayaan)
Suatu kebudayaan tidak akan pernah ada tanpa adanya beberapa sistem
yang mendukung terbentuknya suatu kebudayaan, sistem ini kemudian disebut
sebagai unsur yang membentuk sebuah budaya untuk menunjukkan eksistensi
mereka. C. Kulckhohn dalam karyanya berjudul “Universal Category of
Culture” mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan Universal:

1. Bahasa, yaitu suatu sistem perlambangan yang secara arbitrel dibentuk atas
unsur – unsur bunyi ucapan manusia yang digunakan sebagai gagasan
sarana interaksi.

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi
atau berhubungan dengan sesamanya

2. Sistem pengetahuan, yaitu semua hal yang diketahui manusia dalam suatu
kebudayaan mengenai lingkungan alam maupun sosialnya menurut azas –
azas susunan tertentu.
3. Organisasi sosial, yaitu keseluruhan sistem yang mengatur semua aspek
kehidupan masyarakat dan merupakan salah satu dari unsur kebudayaan
universal.
4. Sistem peralatan hidup dan tekhnologi, yaitu rangkaian konsep serta
aktivitas mengenai pengadaan, pemeliharaan, dan penggunaan sarana hidup
manusia dalam kebudayaannya
5. Kesenian, yaitu suatu sistem keindahan yang didapatkan dari hasil
kebudayaan serta memiliki nilai dan makna yang mendukung eksistensi
kebudayaan tersebut
6. Sistem religi, yaitu rangkaian keyakinan mengenai alam gaib, aktivitas
upacaranya serta sarana yang berfungsi melaksanakan komunikasi manusia
dengan kekuatan alam gaib.
7. Sistem ekonomi, yaitu produk manusia menjadikan tingkat hidup manusia
terus berkembang.
II.3. Wujud Kebudayaan
Menurut Supartono Widyosiswoyo, wujud kebudayaan paling sedikit
dapat dibedakan menjadi tiga:
 Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.

 Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula
disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-
aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
 Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan.

II.4. Orientasi Nilai Budaya (Konsep yang hidup dalam pikiran


masyarakat. Hal ini berkaitan dengan apa yang dirasa
pantas/berharga dijadikan pedoman menurut mereka)
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai, menurut C.
Kluckhon dalam karyanya “Variations in value orientation” (1961) sistem nilai
budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima
masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:
a. Hakekat hidup manusia: hakekat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda
secara ekstern. Ada yang berusaha untuk memadamkan hidup, ada pula
dengan pola-pola kelakuan tertentu.
b. Hakekat karya manusia: setiap kebudayaan hakekatnya berbeda-beda,
untuk hidup, kedudukan/kehormatan, gerak hidup untuk menambah karya.
c. Hakekat waktu manusia: hakekat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda,
orientasi masa lampau atau untuk masa kini.
d. Hakekat alam manusia: ada kebudayaan yang menganggap manusia harus
mengeksploitasi alam, ada juga yang harus harmonis dengan alam atau
manusia menyerah kepada alam.
e. Hakekat hubungan manusia: mementingkan hubungan antar manusia baik
vertikal maupun horizontal (orientasi pada tokoh-tokoh). Ada pula
berpandangan individualistis

II.5. Perubahan Kebudayaan


Perubahan kebudayaan merupakan perubahan yang terjadi akibat
adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda,
sehingga terjadi keadaan yang tidak serasi bagi kehidupan. Contoh perubahan:
cara berkomunikasi, cara berpakaian, dsb.
Bicara tentang perubahan kebudayaan, tidak seluruh kebudayaan baru
dapat langsung diterima oleh masyarakat. Berikut faktor yang memengaruhi
penerimaan suatu unsur kebudayaan baru:
 Hubungan atau kontak masyarakar dengan kebudayaan dan dengan orang-
orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut
 Pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan
 Corak struktur sosial suatu masyarakat

III. Kesimpulan
Dari berbagai pemaparan pendapat menurut para ahli, dapat kita simpulkan
bahwa hubungan manusia dan kebudayaan meliputi:
 Eksternalisasi, proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya;
 Obyektivasi,(manusia dipandang/menyandang status realitas dari hasil kegiatan
manusia “kepala suku” “Tetua Adat” ) proses dimana masyarakat menjadi realitas
obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan
manusia,
 Internalisasi, proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya
bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup
dengan baik.

Kebudayaan terbentuk saat manusia melakukan aktivitas sehingga dalam


berkehidupan sehari-hari, manusia tak akan pernah luput dari kebudayaan. Artinya,
manusia dan kebudayaan saling melengkapi satu sama lain. Jadi, pernyataan yang tepat
ialah manusia membentuk kebudayaan dan kebudayaan membentuk manusia karena tak
ada masyarakat tanpa kebudayaan dan tak ada kebudayaan tanpa masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. hlm 130-131, Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Widyosiswoyo, Supartono. 2009. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia

Widyosiswoyo, Supartono. 2009, Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia

Koencoroningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Prasetyo, Djoko Tri. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

Tasmuji, Dkk. 2011. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar. Surabaya:
IAIN Sunan Ampel Press

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar. Bogor:
Ghalia Indonesia

Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. 1994. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma

https://fadelhajjhidayatulloh.wordpress.com/2016/10/10/manusia-dan-kebudayaan/

https://cerdika.com/contoh-perubahan-sosial-budaya/

Anda mungkin juga menyukai