Desri Nurfarijah
Jurusan Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H Nasution 105 Cibiru, Bandung 40614, Indonesia,
E-mail : desrinf15@gmail.com
_________________________
Abstract
The advancement of science and technology in modern society opens up new insights which then lead to the
emptiness and meaninglessness of life. Practically giving birth to new symptoms of experiencing a spiritual crisis.
Modern life can overcome as a kind and form of man who loses his vision of divinity and experiences spiritual
emptiness, because he is not aware of its existence as a bridge of heaven and earth. Sufism is the fruit of a very old
Islamic civilization whose presence has an important meaning. Therefore, the role of Sufism is able to function as a
spiritual crisis healing related to the problems of modern society, so practically Sufism has great potential because it
is able to overcome the spiritual crisis, invite people to know themselves, and finally know their God. This research
method uses literature study. Literature studies conducted using reading sources that are relevant and available in
accordance with the title of this article should be studied and developed more in this paper
Keywords:
Sufism; Modern Era; Spiritual Crisis.
__________________________
Abstrak
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat modern membuka wawasan baru yang kemudian berujung
kepada kehampaan dan ketidakbermaknaan hidup. Secara praktis melahirkan gejala baru banyaknya yang
mengalami krisis spiritual. Kehidupan modern dapat ditandai sebagai salah satu jenis dan bentuk manusia yang
kehilangan visi keilahian dan mengalami kekosongan spiritual, karena ia tidak menyadari kedudukannya sebagai
jembatan langit dan bumi. Tasawuf merupakan buah peradaban Islam yang sangat tua kehadirannya memiliki ari
penting. Oleh karena itu, peran tasawuf mampu berfungsi sebagai terapi krisis spiritual yang berkaitan dengan
problem masyarakat modern maka secara praktis tasawuf mempunyai potensi besar karena mampu berperan
mengatasi ksiris spiritual, mengajak manusia mengenal dirinya sendiri, dan akhirnya mengenal Tuhannya. Metode
penelitian ini menggunakan studi kepustakaan. Studi pustaka yang dilakukan menggunakan sumber-sumber bacaan
yang relevan dan tersedia sesuai dengan judul artikel ini yang hendak dikaji dan dikembangkan lebih dalam tulisan
ini
Kata Kunci:
Tasawuf; Era Modern; Krisis Spiritual.
__________________________
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
2
Moh. Saifulloh, Tasawuf Sebagai Solusi Alternatif
Dalam Problematika Modernitas, ISLAMICA, Vol. 2,
No. 2, Maret 2008, 207
3
Sayyed Husein Nashr, Tasawuf Dulu dan Sekarang,
1
Said Aqil Siroj, Tasawuf sebagai Kritik Sosial (terj) Abdul Hadi WM., dari judul asli Living Sufism,
(Bandung: Mizan, 2006), 433 (Jakarta: Pustaka Firdaus, t.t.), . 34.
2
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
bersifat misterius dan seringkali menuntut Bila diamati dengan cermat, sebenarnya
ketaatan buta dari pengikutnya. Betapapun, kini mayoritas umat manusia sedang
semua itu bersumber pada gejala yang dihinggapi penyakit gampang bingung dan
kecenderungan manusia untuk kembali pada mudah panik. Ironisnya, hal ini terjadi justru
spiritualisme. Sebuah majalah terkemuka di pada saat dunia makin maju, pembangunan di
Amerika Serikat, Times, beberapa tahun lalu segala bidang semakin meningkat, ilmu
melaporkan adanya kecenderungan pada pengetahuan dan teknologi makin canggih,
masyarakat Amerika Serikat untuk kembali kebutuhan masyarakat untuk mendapat
pada Tuhan. Kecenderungan akan hiburan sangat gampang. Padahal, sebetulnya,
spiritualisme itu pun makin lama makin segala persoalan; korupsi dan sebagainya tidak
meningkat.4 perlu terjadi jika mereka menghayati filsafat
Selain ditandai oleh derasnya arus trimo ing pandhum (menerima sesuai dengan
informasi dan dahsyatnya perkembangan kebutuhannya). Juga jika mereka menyadari
teknologi informasi, zaman ini ternyata juga posisinya sebagai manusia yang berprinsip
diwarnai arus baru di tengah masyarakat tidak mengorbankan iman dan agama.
dunia, yaitu kerinduan pada kesejukan batin B. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan kedamaian jiwa. Mencari inspirasi dan 1. Tasawuf
kebijakan dari filsafat Timur dan informasi a. Pengertian Tasawuf
tentang persoalan innerself menjadi sesuatu Para ulama berbeda pendapat dalam
yang trendy belakangan ini. mendefinisikan tasawuf, meskipun demikian
Di Indonesia mungkin tertinggal sekitar dua mereka sepakat bahwa tasawuf adalah
puluh tahun. Di Indonesia kecenderungan akan moralitas yang berdasarkan Islam (adab).
hal itu baru mulai tampak pada sekitar tahun Karena itu seorang sufi adalah mereka yang
1980an2. Kecenderungan ke arah spiritualisme bermoral, sebab semakin ia bermoral semakin
ini terasa makin lama makin kuat. Pertanyaan bersih dan bening (shafa) jiwanya. Dengan
yang muncul kemudian adalah, mengapa pengertian bahwa tasawuf adalah moral berarti
orangorang itu butuh spiritualisme? tasawuf adalah semangat (inti Islam). Sebab
Spiritualisme macam apa yang seharusnya ketentuan hukum Islam berdasarkan tanpa
dikembangkan? Apakah spiritualisme baru tasawuf (moral) adalah ibarat badan tanpa
bercorak Timur, seperti sufisme India atau nyawa atau wadah tanpa isi.5
Cina? Atau Islam ? Kenyataannya, kebutuhan Pengertian masyarakat modern, dalam
orang terhadap tasawuf yakni bentuk Kamus Umum Bahasa Indonesia,
spiritualisme Islam makin lama makin besar. Poerwodarminta mengatakan bahwa
Tetapi, pertanyaannya tetap, tasawuf macam masyarakat modern adalah sekumpulan
apa? Apakah tasawuf yang hanya menekankan manusia yang hidup bersama di suatu tempat
kepada aspek ruhaniyah saja dan tidak dengan aturan tertentu yang bersifat
memiliki concern apa-apa terhadap masalah- mutakhir.6 Masyarakat modern seringkali
masalah sosio ekonomi? Yakni, jenis tasawuf dilawankan dengan masyarakat tradisonal.
yang selama ini justeru dianggap sebagai salah Menurut Deliar Noer, ciri-ciri masyarakat
satu sumber kemunduran kaum muslimin modern adalah:
selama lebih dari lima abad? Jawabannya, a) Bersifat rasional, yakni lebih
tentu tidak. Untuk membahas lebih lanjut mengutamakan pendapat akal pikiran
jawaban terhadap pertanyaan tersebut, perlu
ditelusuri makna salah satu konsep kunci
dalam disiplin spiritualitas Islam. 5
Abu al-Wafa‟ al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi dari
Zaman ke Zaman, cet. III, terj. Ahmad Rofi‟i Usman,
(Bandung: Pustaka, 2003), p. 23
4 6
Jalaludin Rahmat, ”Islam Menyongsong Peradaban WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Dunia Ketiga”, dalam Ulmul Qur‟an, Vol. 2, 1989, p. Indonesia, cet. XII, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), pp.
36. 636 dan 653.
3
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
4
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
Dzat yang menakutkan, tetapi Dia adalah Dzat Fokus spiritualitas adalah diri manusia. jika
yang sempurna, indah, penyayang dan psikologi mengkaji wilayah jiwa sebagai
pengasih. Kekal, serta selalu hadir kapanpun psyche (dalam terminologi spiritual lebih
dan dimanapun. Oleh karena itu, Dia adalah dikenal sebagai ego), maka spiritualitas
Dzat yang paling patut dicintai dan diabdi. menyentuh jiwa sebagai spirit. Budaya Barat
Hubungan yang mesra ini akan mendorong menyebutnya inner self, sesuatu yang
seseorang untuk melakukan sesuatu yang "diisikan" Tuhan pada saat manusia
baik, lebih baik bahkan yang terbaik, diciptakan. Meskipun diyakini bahwa agama
sebagaimana inti dari ajaran taubat. berasal dari Tuhan, namun spiritualitas adalah
Di samping itu, hubungan tersebut juga area manusia. Spiritualitas adalah sikap yang
dapat menjadi moral kontrol atas meyakini adanya kehadiran dan campur
penyimpangan-penyimpangan dan berbagai tangan Tuhan dalam diri manusia, meskipun
perbuatan yang tercela. Sebab melakukan hal pada hakekatnya tidak mesti demikian. Secara
yang tidak terpuji berarti menodai dan sederhana modern menurut bahasa adalah cara
mengkhianati makna cinta mistis yang telah baru; secara baru; model baru; bentuk baru;
terjalin, karena Sang Kekasih hanya menyukai kreasi baru; mutakhir.11
yang baik saja. Dan manakala seseorang telah Dengan demikian, abad modern adalah
berbuat sesuatu yang positif saja, maka ia telah zaman ketika manusia menemukan dirinya
memelihara, membersihkan, menghias spirit sebagai kekuatan yang dapat menyelesaikan
yang ada dalam dirinya. Dengan kata lain, persoalan-persoalan hidup. Manusia
moralitas yang menjadi inti dari ajaran dipandang sebagai makhluk yang hebat, yang
tasawuf dapat mendorong manusia untuk independen dari Tuhan dan alam. Manusia
memelihara dirinya dari menelantarkan modern sengaja melepaskan diri dari
kebutuhan-kebutuhan spiritualitasnya. Sebab, keterikatannya dengan Tuhan
menelantarkan kebutuhan spiritualitas sangat (theomosphisme), untuk selanjutnya
bertentangan dengan tindakan yang membangun tatanan manusia yang semata-
dikehendaki Allah. Disamping itu, hubungan mata berpusat pada manusia
perasaan mistis dan berbagai pengalaman (antropomorphisme).
spiritual yang dirasakan oleh sufi juga dapat Manusia menjadi tuan atas nasibnya
menjadi pengobat, penyegar dan pembersih sendiri, yang mengakibatkan terputusnya dari
jiwa yang ada dalam diri manusia.9 nilai-nilai spiritual. Akibatnya, manusia
2. Krisis Spritual modern pada akhirnya tidak mampu
a. Spiritualitas menjawab persoalanpersoalan hidupnya
Spiritualitas diartikan sebagai kerohanian; sendiri. Secara sederhana, Hosein Nasr12
kejiwaan; kehidupan rohani. Spiritualitas mendefinisikan masa modern sebagai masa
adalah bidang penghayatan bathiniah kepada peralihan dari pola berfikir yang theosentris ke
Tuhan melalui prilaku masyarakat tertentu antroposentris. Manusia menjadi pusat dan
yang sebenarnya terdapat pada setiap agama. tolak ukur segala yang ada. Hosein Nasr
Meskipun, tidak semua penganut agama mendefinisikan bahwa dunia modern adalah
menekuninya, karena masih terdapat sebagian dunia yang terpisah dari yang transenden,13
orang memegang agama konsisten yang pada dari prinsip-prinsip langgeng yang mengatur
akhirnya berhenti pada segi-segi eksoteris,
pada segi-segi luar saja (segi-segi lahiriyah
saja).10 11
12
Pius A Partanto , Kamus Ilmiah..., hlm. 476
Waryono Abdul Ghafur, Seyyid Hossen Nsr:
Neosufisme sebagai alternatif Modernisme, et,al.
Mulyadi Kartanegara, Pemikiran Islam Kontempore
9
Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: ,Yogyakarta: Jendela, 2003, hlm. 389
13
Pustaka Pelajar, 2000 Sayyed Hossen Nasr, Islam dan Nestapa Manusia
10
Jalaluddin Rahmat, Sufi-Sufi Perusahaan, et,al. Islam Modern, alih bahasa: Anas Mahyuddin. Bandung:
Humanis, MSA:Jakarta, 2001, hlm.122 Pustaka,1983, hlm. 11
5
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
materi dan yang diberitahukan manusia mampu mengantarkan manusia pada berbagai
melalui wahyu dalam pengertian universalnya. prestasi kehidupan yang belum pernah dicapai
Dan yang lebih sederhananya keadaan ini saya sebelumnya dalam sejarah manusia. Manusia
istilahkan dengan kehilangan visi keilahian, modern pun semakin yakin untuk
yang mengakibatkan terjadinya krisis spiritual, mengucapkan selamat tinggal pada Tuhan.
yang pada akhirnya mereka mencoba mencari- Bersamaan dengan ditempatkannya manusia
cari alternatif untuk memecahkan masalah sebagai “pusat dunia” dan ukuran keunggulan
yang dihadapinya. karena memiliki kekuatan logika dan
b. Krisis Spirtual rasionalitas, maka agama yang
Akibat dari terlalu mengagungkan rasio, mendengungkan ajaran irasional dengan
manusia modern mudah dihinggapi penyakit sendirinya dipandang sebagai isa-sisa dari
kehampaan spiritual. Kemajuan yang pesat primitive culture (budaya primitif).15
dalam lapangan ilmu pengetahuan dan filsafat Tatkala prestasi di bidang iptek dijadikan
rasionalisme abad 18 dirasakan tidak mampu satu-satunya acuan dan keberhasilan, maka
memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam yang terjadi adalah proses pendangkalan
aspek nilai-nilai transenden, satu kebutuhan kualitas hidup. Nilai-nilai kehidupan seperti
vital yang hanya bisa digali dari sumber kebersamaan, solidarits sosial, kasih sayang
wahyu ilahi. antar sesama, mulai tergeser dari keprihatinan
Kehilangan Visi Keilahian, salah satu ciri dan wacana keseharian ketika keserakahan
masyarakat modern yang paling menonjol pada materi yang disimbolkan oleh
ialah sikapnya yang paling agresif terhadap keberhasilan iptek menjadi acuan yang
kemajuan. Kemajuan tersebut didorong oleh dominan.
berbagai prestasi yang telah dicapai oleh ilmu Akibat dari fenomena di atas, suatu
pengetahuan dan teknologi, yang juga masyarakat yang telah mencapai tingkat
dipengaruhi oleh masyarakat modern yang kemakmuran materi sedemikian rupa dengan
berusaha mematahkan mitos kesakralan alam perangkat teknologi yang serba mekanis dan
raya. Semua harus tunduk atau berusaha otomatis, bukannya semakin mendekati
ditundukkan oleh kejayaan iptek yang kebahagian hidup, melainkan sebaliknya, kian
berporos pada rasionalitas. Realitas alam raya dihinggapi rasa cemas justru akibat
yang oleh doktrin-doktrin agama selalu kemewahan hidup yang diraihnya. Mereka
dikaitkan dengan selubung metafisika dan telah menjadi pemuja ilmu dan teknologi,
kebesaran Sang Pencipta, kini hanya dipahami sehingga tanpa disadari integritas
semata-mata sebagai benda otonom yang tidak kemanusiaannya tereduksi, lalu terperangkap
ada kaitannya dengan Tuhan.14 pada jaringan sistem rasionalitas teknologi
Saat ini, dunia materi dan non materi yang sangat tidak humanis. Bahkan kondisi
dipahami secara terpisah, sehingga dengan inilah yang menyebabkan berkembangnya
cara demikian masyarakat modern merasa faham sekulerisme.
semakin otonom, dalam arti tidak lagi Sekularisasi, meminjam penjelasan Peter L.
memerlukan campur tangan Tuhan dalam Berger,16 dapat dibedakan menjadi dua
menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya. bentuk; dalam arti sosial pemisahan institusi
Hasilnya ialah sebagaimana disebutkan, agama dan politik. Yang lebih penting dalam
bahwa masyarakat modern sangat agresif konteks keagamaan adalah "adanya proses-
terhadap kemajuan. Modernisme yang
berporos pada rasionalitas harus diakui telah
15
Komaruddin Hidayat, Agama dan Kegalauan
Masyarakat Modern, et,al. Nurcholis Majid,
14
Komaruddin Hidayat, Agama dan Kegalauan Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Media Cita:
Masyarakat Modern, et,al. Nurcholis Majid, Jakarta, 2000. hlm. 98
16
Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Media Cita: Peter R Berger, Langit Suci, alih bahasa: Hartono,
Jakarta, 2000. hlm. 98 Jakarta: LP3ES, 1991, hlm.123
6
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
proses penerapan dalam pikiran manusia (axis atau centre) lingkaran eksistensi
berupa sekularisasi kesadaran". Diperjelas yang dapat dicapainya.19
oleh Harvey Cox tentang makna sekularisasi, Dalam pandangan Nasr, bahwa
yaitu: "terbebas-nya manusia dari kontrol perkembangan masyarakat Barat modern kini
ataupun komitmen terhadap nilai-nilai agama". telah kehilangan visi keilahian, telah tumpul
Lebih lanjut, katanya, sekularisasi terjadi penglihatan intellectusnya dalam melihat
ketika manusia berpaling dari "dunia sana" realitas hidup dan kehidupan. Istilah
dan hanya memusatkan perhatiannya pada intellectus mempunyai konotasi kapasitas
"dunia sini dan sekarang".17 "mata hati", satu-satunya elemen esensi
Proses sekularisasi kesadaran ini, manusia yang sanggup menatap
menyebabkan manusia modern kehilangan self bayangbayang Tuhan yang diisyaratkan oleh
control sehingga mudah dihinggapi berbagai alam semesta.
penyakit rohaniah; ia menjadi lupa akan siapa Akibat intellectus di atas disfungsional,
dirinya, dan untuk apa hidup ini serta ke mana maka sesungguhnya apa pun yang diraih
sesudahnya. Selanjutnya SH Nasr menuliskan manusia modern yang berada di pinggir (rim
karakteristik dunia modern adalah: atau periphery) tidak lebih dari sekedar
(1) antropomorfisme dalam pengertian pengetahuan yang "terpecah-pecah"
bahwa seluruh lokus semesta (fragmented knowledge), tidak utuh lagi, dan
diderivasikan pada manusia-manusia bukanlah pengetahuan yang akan
yang dijadikan standar; mendatangkan kearifan untuk melihat hakikat
(2) karena ukuran yang dipakai manusia alam semesta sebagai kesatuan yang tunggal,
dunia modern adalah dunia yang tidak cermin keesaan dan kemahakuasaan Tuhan.
memiliki prinsif-prinsif yang langgeng Orang dapat melihat realitas lebih utuh
abadi yang tetap serta yang lebih tinggi manakala ia berada pada titik ketinggian dan
dari yang manusiawi maka muncullah titik pusat. Nasr menandaskan, "yang lebih
relativisme dan reduksi terhadap apa tinggi sajalah (level eksistensi, pen.) yang
yang dihasilkannya. Standar objektivitas dapat memahami yang lebih rendah".
hanya bisa dikenali bila menggunakan Dengan demikian, manusia modern dapat
standar yang lebih tinggi; dimaknai sebagai salah satu jenis dan bentuk
(3) kehilangan kepekaan terhadap yang manusia yang kehilangan visi keilahian dan
sakral; mengalami kekosongan spiritual, karena ia
(4) hilangnya aspek metafisika.18 tidak menyadari kedudukannya sebagai
"Kehidupan di dunia ini tampaknya jembatan langit dan bumi. Manusia modern
masih kurang memiliki horizon spriritual. adalah manusia yang menderita penyakit
Hal ini bukannya horizon spiritual itu amnesia, pelupa, karena pemberontakannya
tidak ada, tetapi karena yang terhadap realitas surgawi. Akibatnya ia jatuh
menyaksikan panorama kehidupan ke dalam jurang kekosongan atau kehampaan
kontemporer ini sering kali adalah spiritual sehingga melakukan sesuatu terhadap
manusia yang hidup di pinggir (periphery alam tanpa bisa menyadari bahwa polusi
atau rim) lingkaran eksistensi, sehingga lingkungan hidup adalah akobat polusi jiwa.
ia hanya dapat menyaksikan segala Manusia modern mencoba hidup dengan roti
sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Ia semata, ”membunuh Tuhan” dan menyatakan
senantiasa tidak peduli dengan pusat independensinya dari kehidupan akhirat.
3. Peran Tasawuf Untuk Kebutuhan
Spiritual Manusia
17
S. H Nasr, Menjelajah Dunia Modern, alih bahasa:
Hasti tarekat, Bandung: Mizan,1994, hlm
18
Lihat Islam Tradisi di Tengah Kancah Dunia Modern,
19
alih bahasa: Luqman Hakim, Bandung: Pustaka, 1987, Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, alih bahasa:
hlm. 101-109 Abdul Hadi WM. Jakarta: Pustaka Firdaus,1994. hlm.8
7
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
8
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
9
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
10
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
11
Desri Nurfarijah Peran Tasawuf Di Era Modern
Dalam Menanggulangi Krisis Spiritual
12