Anda di halaman 1dari 5

Nama : Adinda Wuri Shinta Tema: Thariqah

NIM : 933417119 Tugas: UAS

Kelas : Tasawwuf - A

TASAWWUF MILENIAL

Zaman sekarang disebut era millenial, dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tak dapat dibendung lagi. Kemajuan dari segi teknologi telah merambah keseluruh
kehidupan manusia. Manusia mulai menemukan ririnya sebagai sebuah kekuatan yang
mampu menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri dengan kecanggihan teknologi.

Manusia dipandang sebagai makhluk yang luar biasa, terlepas dari Tuhan dan alam.
Manusia modern, dan akibat dari modernisasi, membuat mereka berusaha melepaskan diri
dari keterikatan pada Tuhan (teomorfisme), dan hanya ingin memerdekakan diri,
membangun tatanan manusia, dan mengandalkan diri sepenuhnya (antropomorfisme).
Manusia telah menjadi tuan atas nasibnya sendiri. Situasi ini telah menjerumuskan umat
manusia ke dalam jurang krisis spiritual dan moral. Alhasil, kini kita bisa menyaksikan
munculnya generasi yang brutal, amoral dan intelektual, yang mengutamakan egonya
sendiri di atas moralitas dan etika dalam bertindak.

Generasi muda yang akrab dengan istilah “milenial” menjadi sasaran empuk bagi
perkembangan modernisasi dan peradaban modern. Generasi muda telah menjadi korban
budaya revolusioner, hedonistik, dan selalu berubah, tetapi mereka gagal menjadikan etika,
moralitas, dan agama sebagai pilar dan fondasi pijakan mereka. Situasi seperti itu juga
memperparah persoalan kemanusiaan, siapa pun yang terkena virus, tidak bisa
mengendalikan diri dari gerakan modernisasi yang semakin marak. Maraknya kriminalitas,
pemukulan antar pemuda yang mengakhiri hidupnya, hinaan antar manusia dan masih
banyak lagi contoh lainnya dikalangan remaja kita saat ini yang menyebutnya sebagai
kebebasan.

Kondisi seperti ini menjadikan manusia saat ini dan juga mendatang membutuhkan
pendidi- kan agama serta pencerahan spiritual dalam bal- utan tasawuf yang diharapkan
mampu membawa manusia kepada pola kehidupan baru dengan penuh kesadaran, yakni
dengan penemuan kem- bali nilai-nilai serta makna-makna kehidupan yang bermoral,
beretika yang sarat akan makna spiritualitas dalam balutan tasawuf atau sufisme itu sendiri.
Hal ini dikarenakan keberadaan organisasi keagamaan yang belum mampu memberi penga-
ruh dan harapan. Manusia modern mempunyai kecenderungan untuk kembali kepada
kemur- nian sifat awalnya (fundamentalitas), kekuatan yang mampu menentukan arah
hidupnya serta fenomena-fenomena yang luar biasa lainnya. Oleh karena itu dengan kondisi
ini, maka peran tasawuf sangatlah dibutuhkan. Tasawuf yang merupakan salah satu
khazanah intelektual muslim yang kehadirannya saat ini semakin dira- sakan. Secara
historis teologis tasawuf mengawal dan memandu perjalanan hidup umat manusia agar
selamat dunia dan akhirat.

Tasawauf merupakan salah satu bidang studi islam yang selalu memusatkan
perhatiannya pada pembersihan aspek kerohanian manusia yang se- lanjutnya
menimbulkan kebaikan akhlak mulia. Pembersihan aspek rohani manusia selanjutnya
dikenal sebagai dimensi esoteric atau kesadaran paling dalam dari diri manusia. Melalui
tasawuf seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melaksanakan pembersihan diri
serta mengenda- likan dirinya, sehingga dapat menjaga kejujuran hatinya, keiklasan serta
tanggung jawabnya.

Kondisi yang seperti ini semakin membuk- tikan bahwa manusia modern yang
digadang- gadangkan ini semakin membutuhkan infuls spir- itual sebagai dasar dan fondasi
secara konferensif dalam menyelesaikan masalah-masalah spiritual yang dihadapi saat ini.
Krisis spiritual manusia modern era millennial saat ini, tidak hanya ditim- bulkan dari
perkembangan teknologi, tetapi juga akibat kejumudan befikir serta kurangnya minat dalam
mempelajari sejarah sehingga menimbul- kan kemalasan yang mengakibatkan lemahnya
keinginan untuk memperbaiki paradigm berfikir. Menurut Syafiq A. Mughni, krisis spiritualitas
memang sudah menjadi ciri peradaban modern, dan modernitas itu telah memasuki dunia
Islam. Namun, menurutnya, masyaratkat Islam tetap menyimpan potensi untuk menghindari
krisis tersebut dengan mempertahankan dasar-dasar spiritualisme Islam agar kehidupan
yang seim- bang tetap terjaga. Islam, dalam kaitannya den- gan hal ini, memiliki khazanah
spiritualisme yang sangat berharga, yakni sufisme/tasawuf. Spiri- tualitas model ini pada
awalnya muncul dalam bentuk kehidupan zuhd ketika saat itu umat Islam menikmati
kemewahan akibat terciptanya impe- rium yang luas.

Kehidupan zuhd telah menjadi reaksi terhadap kehidupan sekuler dan sikap para
penguasa Bani Umayyah di istana mereka, yang terutama bertolak belakang dengan
kesalehan dan kesederhanaan empat al-Khulafafa' al-Rashidin. Saat itu, dua abad setelah
kelahiran Islam, tasawuf merupakan fenomena yang spontan dan individual. Dengan
mencermati kondisi spiritual manusia modern saat ini, tasawuf merupakan alternatif
sekaligus obat bagi krisis spiritual umat manusia saat ini, khususnya bangsa Indonesia.
Hilangnya nilai-nilai kemanusiaan saat ini dan semakin merebaknya sikap maksiat di
kalangan manusia menjadikan tasawuf sebagai sarana yang dibutuhkan dalam kondisi saat
ini. Jika ditelaah sampai ke dasarnya, maka spiritualitas adalah potensi yang tidak bisa
hilang dari manusia dalam keadaan apapun, sehingga sekalipun manusia telah mencapai
puncak rasionalitas, di milenium ini suara spiritualitas akan selalu terdengar.Karena
minimnya pengetahuan spiritual yang dimiliki generasi milenial, menyebapkan problematika
yang seharusnya mudah untuk dihadapi, malah membuat kerancuan kehidupan yang
seharusnya tidak terjadi.

Problematika kehidupan merupakan sesuatu yang mengandung masalah.


Permasalahan hadir sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya suatu tujuan
seseorang. Problematika kehidupan membuat adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperkirakan. Hal ini datang
melalui persoalan-persoalan yang sulit dihadapi dalam proses pemberdayaan baik yang
datang dari faktor internal maupun eksternal.

Problematika kehidupan selalu datang dan pergi tanpa ada batas waktu. Hal inilah
yang banyak menjadi penyebab yang dialami oleh masyarakat modern, dalam dirinya
banyak menyimpan masalah yang dapat berdampak pendek atau bahkan panjang.

Masyarakat modern mengalami problematika yang ditandai dengan keinginan yang


berlebihan untuk berkuasa, mencari-cari kenikmatan hidup, selalu menimbun harta, serta
tidak mengenal waktu dalam bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk bersosialisasi.
Akibat dari problematika ini menyebabkan masyarakat modern merasakan kegersangan,
hampa dan kosong tanpa tujuan hidup yang jelas sehingga akan memunculkan perilaku
negatif dalam dirinya seperti kriminalitas, kekerasan, kenakalan, bunuh diri, pembunuhan,
penganiayaan, kecanduan narkoba, perceraian dan berbagai macam krisis moral
lainnya.Untuk menghilangkan problematika tersebut, tasawuf menjadi pintu salah satu jalan
keluar agar seseorang dapat keluar dari problematika kehidupan dan ia mampu menghadapi
problematika kehidupan yang ia alami.

Tasawuf sangat perlu diperkenalkan kepada masyarakat modern dengan tujuan agar
nilai-nilai tasawuf dapat terlibat dan berperan dalam menyelamatkan kemanusiaan dari
problematika kehidupan yang menyebabkan kegersangan spiritual. Nilai-nilai tasawuf dapat
dilakukan dalam mencegah problematika kehidupan agar dapat melahirkan ketahanan diri
dan terhindar dari kemungkinan degradasi moral yang akan dialami oleh masyarakat
modern.

Tasawuf memiliki potensi untuk menawarkan kebebasan spiritual, dapat memberikan


jawaban-jawaban atas problematika kehidupan, mempersenjatai diri manusia dengan nilai-
nilai rohaniah yang akan membentengi diri saat menghadapi problematika kehidupan yang
serba materialistik dan berusaha merealisasikan keseimbangan jiwa sehingga timbul
kemampuan menghadapi problematika kehidupan yang ada. Ajaran-ajaran tasawuf dapat
diberikan kepada masyarakat modern agar dapat terhindar dari problematika kehidupan,
sehingga dalam dirinya terisi pengetahuan yang baik yang menuntunnya kepada jalan yang
lurus, salah satu amalan tersebut ialah thariqah.

Selama ini thariqah sering diasumsikan oleh sebagian kalangan sebagai amalan
atau laku yang khusus untuk orang tua, terutama untuk orang-orang yang berusia lanjut.
Thariqah juga selalu diidentikkan dengan dzikir. Asumsi tersebut tentu saja tidak benar,
karenanya perlu diluruskan.

Perlu ditegaskan bahwa thariqah tidak hanya untuk kalangan tua, tetapi anak muda
dan kaum milenial juga perlu berthariqah. Thariqah juga tidak melulu urusan dzikir dan wirid.
Thariqah atau tarekat secara etimologi berarti jalan, cara, atau metode.

Thariqah diartikan sebagai jalan atau cara tertentu yang dilakukan oleh seseorang
untuk menuju Allah. Dalam pengertian pratiksnya, thariqah adalah melaksanakan hal-hal
yang wajib dan yang sunah, meninggalkan semua yang dilarang, melakukan riyadhoh dan
meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar bisa dekat dengan Allah, mendapat ridha dan
cinta-Nya. Setiap orang baik tua maupun muda normalnya ingin dicintai Allah, Dzat yang
mengatur segalanya. Di antara cara agar bisa dicintai Allah adalah dengan membersihkan
diri baik lahir maupun batin, sebagaimana firman Allah,

‫ِإنَّ هللاَ ُيحِبُّ ال َّتوَّ ِابي َْن َو ُيحِبُّ ْال ُم َت َطه ِِّري َْن‬

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-


orang yang menyucikan diri. (al-Baqarah: 222).

Taubat dapat dipahami sebagai upaya pembersihan diri dari segala dosa dan
kesalahan dengan cara menyesali perbuatan tersebut, dan bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi. Yang melakukan dosa dan kesalahan tentu saja tidak hanya orang
yang sudah tua, tetapi setiap orang baik tua maupun muda. Karenanya bertaubat dari
kesalahan dan memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik bukan hanya kewajiban
orang yang sudah tua, tetapi menjadi keharusan bagi semua.

Dalam thariqah setiap orang diajarkan kesadaran bahwa setiap tindakannya selalu
diawasi oleh Allah. Dengan kesadaran tersebut, seorang pengamal thariqah akan berusaha
untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang, baik oleh agama maupun oleh aturan
hukum yang berlaku. Dengan demikian, berthariqah menjadi penting tidak hanya bagi orang
yang sudah tua, tetapi bagi semua kalangan tidak terkecuali kaum milenial.

Tarekat memberikan pelajaran bahwa manusia itu terdiri dari dua aspek yakni
rohaniah (spiritual) dan jasmaniah (material), kedua aspek ini harus dipenuhi secara
seimbang dan berkesinambungan yang dibimbing oleh murshid, agar manusia dalam
menjalani hidupnya tidak mengalami kegelisahan dalam kedua aspek tersebut. Setidaknya
dapat mengurangi tingkat kegelisahan yang dialami dalam menempuh kehidupan sehari-hari
serta mengetahui solusi yang harus dilakukan untuk menghilangkan kegelisahannya.

Khusunya di Indonesia nilai nilai tasawuf sudah bekembang pesat dari jaman
kerajaan dulu. Di era milenial kita lebih mudah dalam mengakses atau mengikuti gerakan
thoriqoh. Apalagi di Indonesia terdapat ormas yang memiliki anggota yang dimana mayoritas
penduduk Indonesia mngikutinya. Salah satu ormas tersebut adalah Nahdlatul Ulama.

Nahdlatul Ulama yang berdiri sejak pada tanggal 31 Januari 1926. Adalah organisasi
islam di Indonesia yang beranggotakan berkisar dari 40 juta (2013) hingga lebih dari 95 juta
(2021) yang menjadikannya sebagai organisasi terbesar didunia. Didalam Nahdlatul Ulama
terdapat banom banom dan lembaga yang bergerak dibidang masing masing, diantarnya
adalah JATMAN (Jam’iyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdiyah) yang bergerak
dalam bidang tasawuf. Lembaga yang dalam Nahdlatul Ulamas sudah berkembang pesat
dalam kehidupan masyarakat.

Perkembangan tersebut dapat kita temukan pada gerakan tasawuf yang mulai
masuk dalam kehidupan masyarakat dan instansi pemerintahan seperti Jam’iyah Ahlith
Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdiyah yang disingkat JATMAN dan gerakan tasawuf yang
masuk ke dalam perguruan tinggi seperti Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-
Nahdiyah yang di singkat MATAN. Kedua garakan tasawuf tersebut memiliki peranan
penting dalam menjaga eksistensi dunia tasawuf di era milenial ini.

JATMAN dan MATAN tidak menyempitkan pengertian bahwa seorang pelaku


tasawuf atau seorang sufi harus hidup menyendiri (‘uzlah) atau harus memakai pakaian
yang senada dengan para sufi di abad-abad sebelumnya. Inti tasawuf yang diajarakan oleh
JATMAN dan MATAN tersebut lebih mengarah ke gerakan akulturasi budaya masa kini
dengan budaya para tokoh-tokoh sufi. Gerakan JATMAN dan MATAN juga menjelaskan
bahwa semua masyarakat, seperti para pejabat, tokoh politik, pebisnis, dan para aktivis-
aktivis muda seperti mahasiswa juga dapat menempuh jalan tasawuf.

Anda mungkin juga menyukai