Disusun Oleh:
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Siapa itu Ki Soenarto?
2. Apa itu pemikiran Jawa tentang ‘diri’?
3. konsep diri orang Jawa menurut Candra jiwa ki Sunarto?
4. Bagaimana penerapan konsep diri orang Jawa menurut Candra jiwa ki
Sunarto?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui biografi Ki Soenarto
2. Memahami pemikiran Jawa tentang ‘diri’
3. Mengetahui konsep diri orang Jawa menurut Candra jiwa ki Sunarto?
4. Mendeskripsikan dan menganalisis penerapan konsep diri menurut Candra
Jiwa ki Sunarto oleh Orang Jawa.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Saliyo, Cooley menyatakan pandangannya tentang diri dengan teori diri kaca
cermin. Teori ini menyatakan bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi oleh apa-apa yang
diyakini individu-individu, bahwa orang berpendapat mengenai dia (Saliyo, 2012). Senada
dengan Cooley, Mead menyatakan bahwa konsep diri hadir melalui masyarakat. Di mana,
konsep diri dianggap sebagai hasil dari perhatian individu atau cara yang ditunjukkan orang
lain saat berinteraksi dengannya (Susetyo, Widiyatmadi, & Sudiantara, 2014). Bila seseorang
memperlakukannya dengan pantas, maka ia akan melakukan hal yang sama terhadap
lingkungan di sekitarnya, termasuk bila sebaliknya.
Sementara Goffman berpandangan bahwa konsep diri merupakan perluasan paham
interaksi simbolis dalam metafor dramaturgis. Individu dianggap tengah mengadakan
pertunjukan bagi orang lain. Karenanya, ia perlu mengatur kesan tertentu pada orang lain,
agar orang tersebut dapat menerimanya. Dalam hal ini, Goffman berpandangan bahwa “diri”
yang ditunjukkan kepada orang lain merupakan pencitraan. Sehingga, melalui hal ini nampak
siapa diri sata dan siapa orang lain yang diajaknya untuk berinteraksi (Susetyo, Widiyatmadi,
& Sudiantara, 2014).
Berkaca dengan pandangan yang disampaikan masing-masing tokoh, ketiganya
memiliki pandangan tersendiri tentang diri. Mead, menyatakannya hadir melalui interaksi
yang dilakukan masyarakat, terjadinya secara berkelanjutan. Sementara Goffman
berpandangan konsep diri hadir dalam waktu pendek, dengan menekankan pada penunjukkan
diri bagi orang lain. Mead berpandangan bahwa diri dan masyarakat merupakan gambaran
yang serupa atau kembar. Sementara menurut Goffman, diri dan masyarakat merupakan dua
bagian berbeda yang saling berinteraksi dengan batasan-batasan tertentu. Diri dapat
meninggalkan “kostum” yang ditunjukkan pada masyarakat sewaktu-waktu, untuk beralih
pada interaksi lainnya. Dalam hal ini, Goffman menekankan bahwa diri memiliki
kemampuan untuk beradaptasi, sehingga memudahkan proses sosial dalam pertunjukan yang
disajikannya (Susetyo, Widiyatmadi, & Sudiantara, 2014).