lain.
Identitas etnik sebagai dinamik, cair dan situasional.
Pendekatan deterministik ini telah dikritik sebagai terlalu simplistik,
pertanyaan
Siapakah
Aku?
seperti
perspektif
subjektif
struktural
juga
menganggap
bahwa
individu-individu
mengecap (typify) diri mereka sendiri dan dicap oleh orang-orang lain dalam
dunia sosial mereka berdasarkan peranan-peranan dan lokasi mereka dalam
struktur sosial. Seorang individu boleh jadi secara simultan dicap sebagai orang
Indonesia, orang Jawa, pria, profesor, dan sebagainya. Pentingnya masing-masing
identitas ini bervariasi dalam setiap situasi sosial. Maka, pendekatan struktural
lebih meminati hubungan-hubungan langsung antara struktur sosial dan citra etnik
yang dimiliki orang-orang tentang diri mereka sendiri dan kurang memperhatikan
dinamika psikologis identitas etnik mereka. Dengan kata lain, pendekatan
struktural terhadap studi identitas etnik menganggap bahwa identitas etnik itu
pasif dan statik, perilaku luarnya ditentukan faktor-faktor diluar individu.
Sedangkan pendekatan psikologi sosial berasumsi bahwa kehidupan dan
perilaku individu tidak sendirian, individu ada didalam lingkungan sosial, oleh
karena itu kepribadian individu dibentuk oleh kepribadian lingkungan sosial.
Artinya faktor yang berasal dari luarlah yang lebih unggul dibandingkan dengan
faktor internal. Beberapa prinsip pendekatan psikologis adalah apa yang kita sebut
sebagai identitas individu merupakan ciptaan identitas sosial melalui interaksi
dengan kelompok: disini terlihat bahwa identitas selalu bersifat ganda, sifat ganda
itu karena kita hidup dalam banyak peran yang berbeda-beda (setiap orang
mempunyai banyak peran yang berbeda-beda) maupun berbeda peran dengan
peran orang lain.
Perbedaan itu kata Erik Erikson seorang pengikut Sigmund Freud bahwa
identitas merupakan peta bagi pengembangan psikologis manusia, yaitu
pengembangan identitas ego tatkala orang itu masih berusia muda. Dengan kata
lain manusia dapat melakukan dramaturgi sesuai peran serta lingkungan dimana ia
berada misalnya pengembangan identitas remaja menuju dewasa, ketika remaja
identik dengan emosi yang tidak terkontrol, mudah tersinggung, serta labil dalam
mengambil keputusan sedangkan identitas orang dewasa perkembangan
signifikan di luar komunitas etnik mereka, mereka yang memiliki paling tidak
hubungan pribadi yang signifikan dengan orang-orang Amerika tapi secara
substansial tidak terlibat dalam kehidupan publik atau bermasyarakat, dan mereka
yang memiliki kegiatan publik yang signifikan tetapi tanpa hubungan pribadi di
luar komunitas etnik mereka yang memiliki kegiatan penting dalam kehidupan
public dan hubungan pribadi, intern yang signifikan dengan orang-orang baru
Amerika.
Dari kesimpulan diatas terdapat bentuk-bentuk identifikasi dari suatu
kelompok atau etnik yang sangat berbeda bahwa sebagian etnik bersifat statik dan
mengabaikan kemungkinan-kemungkinan bahwa anggota-anggota etnik harus
mengubah kategori mereka untuk menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan
dan perkembangan baru dari etnik tersebut.
MODEL-MODEL PERUBAHAN IDENTITAS ETNIK
Pada dasarnya identitas etnik muncul bila dua atau lebih kelompok etnik
berhubungan. Pada masa lalu terdapat berbagai model tentang tabiat dan proses
transformasi identitas etnik, terutama model akulturasi dan model asimilasi yang
kadang-kadang dipertukarkan. Asimilasi cenderung sejajar dengan hilangnya
etnisitas, sementara pluralisme budaya cenderung menonjolkan kesinambungan
etnisitas (Kim, 1988:30). Asimilasi merujuk pada sejauh mana suatu kelompok
yang semula khas telah kehilangan identitas subjektifnya dan telah terserap
kedalam struktur sosial suatu kelompok lain. Memang, akulturasi adalah suatu
prasyarat, atau sekurang-kurangnya seiring dengan asimilasi karena bagaimana
mungkin seseorang kehilangan perasaan khasnya dan sepenuhnya diterima suatu
kelompok lain kecuali bila ia lancar dalam bahasa dan budaya kelompok penerima
Konsep akulturasi dan konsep asimilasi bermula dari dan berkembang di
Amerika Serikat. Perbedaan diantara dua proses itu adalah bahwa akulturasi
merupakan proses dua arah, sedangkan asimilasi merupakan proses satu arah.
Sejak definisi yang autoritatif muncul, banyak ahli mengemukakan definisi
akulturasi. Banyak definisi mengandung interpretasi serupa, yaitu bahwa
akulturasi adalah suatu bentuk perubahan budaya yang diakibatkan oleh kontak
DAFTAR PUSTAKA