Anda di halaman 1dari 9

PERTEMUANKE-3

IDENTITAS BUDAYA

Mata Kuliah : Sosiologi Budaya

Dosen Pengasuh : Dr. Hotlif A. Nope, S,sos,.MA

Nama-nama kelompok 16

1. Maria Densiana Nita(1803030012)-(Hadir)


2. Dovan Antonius(1703030017)-(Hadir)
3. Priska Yasmiati Serly(1803030012)-(Hadir)
4. Yohanes Babtista Seran (1903030043)-(Hadir)
5. Helmi Putri Wunga Louro(1734030026)-(Hadir)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
A. Identitas Budaya

Pada saat Greetz (1973) mengatakan bahwa kebudayaan Merupakan “ histoically transmittect
pattern of meanings embodied in Symbols, a system of inherited conceptions expressed in
symbolic forms by Means of which men communicate, perpu tuate, and deoelop their
knowledge About and attitudes toward life” (Gr,=etz, 1973: 89), sesungguhnya Kebudayaan
itu memiliki batas-wilayah di mana sekelompok orang Mencari makna atas simbol-simbol.
Simbol-simbol yang digunakan Merupakan simbol-simbol yang disepakati secara bersama-
sama Untuk digunakan. Sedangkan makna dari setiap simbol yang Digunakan tersebut
merupakan hasil kesepakatan secara bersama- Sama. Artinya, simbol dan makna tersebut
merupakan kesepakatan Bersama dari suafu masyarakat atau suatu komunitas. Simbol yang
sudah memiliki makna tersebut menjadi tuntunan Tingkah laku bagi setiap orang yang
menjadi anggota dari suatu Komunitas atau masyarakat tersebut. Dalam konteks inilah
akhirnya Identitas budaya suatu masyarakat atau suatu komunitas ini Terbentuk. Simbol
maupun tingkah laku dari suatu masyarakat, akan Dapat dimaknai dengan analisis kontr:ks
dimana simbol itu dibangun. OIeh karena itu, suatu simbol tidak lagi merupakan pemadatan
Terhadap suatu makna tetapi berbag;f makna yang tergantung pada Kelompok sosial yang
diacu. (Irwan,\bdullah, 2006 :21). Secara etimologis, kata identitas berasal dari kata ldentity,
Yang berarti (1) kondisi atau kenyataan tentang sesuatu yang sama, Suatu keadaan yang
mirip satu sama lain; (2) kondisi atau fakta Tentang sesuatu yang sama di antara dua orang
atau dua benda; (3) kondisi atau fakta yang mengg;ambarkan sesuatu yang sama Diantara dua
orang (individualitas) atau dua kelompok atau benda; (4) pada tataran teknis, pengertian
etimologis di atas hanya sekedar Menunjukkan suatu kebiasaan untuk memahami identitas
dengan Kata’identik’, misalnya menyatakan bahwa ‘sesuatu’ itu mirip satu Dengan yang lain

Sedangkan pada tataran hubungan manusia, identitas (identity) Memiliki arti (1) membuat
sesuatu menjadi identik atau sama, misaLnya mempertimbangkan sesuatu itu sama artinya
dengan melihat peluang (mengidentifikasi satu minat dibandingkan minat yang lain); (2)
mengakui keberadaan sesuatu yang dilihat, diketahui, digambarkan, atau yang kita klaim
apakah dia manusia atau benda (mengidentifikasi sebuah spesimen biologis); (3)
Menghubungkan atau membuat sesuatu menjadi lebih dekat (mengidentifikasi pikiran
seseorang dengan mazhab yang Mempengaruhi dia); (4) kasus psikoanalisis menggunakan
istilah Identifu untuk menerangkan rincian aspek-aspek psikologis yang Dimiliki seseorang
dan membandingkannya dengan aspek-aspek Psikologis yang dimiliki orang tain; (5)
meletakkan seseorang ke Dalam tempat orang lain sekurang-kurangnya meletakkan atau
Mempertukarkan pikiran, perasaan, masalah, dan rasa simpatik (empatik) (Webster N ew
World Dictionary).

Apabila pengertian tentang identitas ini kita kaitkan dengan Budaya, maka yang dimaksud
dengan identitas budaya adalah Pemahaman tentang sesuatu yang identik maupun gambaran
yang Terkait denganbudaya. MenurutTing-Toomey, identitas budaya atau Kultural
merupakan perasaan (emotional significance) dari seseorang Untuk ikut memiliki (sense
ofbelonging) atau berafiliasi dengan kultur Tertentu. Masyarakat yang terbagi kedalam
kelompok-kelompok itu Kemudian melakukan identifikasi kultural (cultural identification),
Yaitu masing-masing orang mempertimbangkan diri mereka Sebagai representasi dari sebuah
budaya partikular. Identifikasi Kultural ini, menurut Rogers dan SteinJatt (1999:97 dalam
Turnomo 2005), akan menentukan individu-individu yang termasuk dalam In-group dan
individu-individu yang termasuk dalam out-group. Bagaimana mereka berperilaku, sebagian
ditentukan oleh apakah Mereka termasuk kedalam budaya tertentu atau tidak

Identitas budaya yang terbentuk dalam kehidupan suatu Masyarakat akan mempengaruhi
persepsi diri setiap anggota Dalam masyarakat. Bagaimana mereka memandang diri mereka,
Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku, sangat Dipengaruhi oleh identitas budaya
mereka sendiri. Menurut teori Komunikasi tentang identitas, identitas merupakan
penghubung Utama antara individu dan masyarakat dan di sinilah komunikasi Menjadi mata
rantai yang memperbolehkan hubungan ini Terjadi Komunikasi merupakan alat untuk
membentuk identitas dan Juga mengubah mekanisme. Dalam Proses komunikasi yang kita
Lakukaru kita akan mendapatkan pandangan serta reaksi orang Lain dalam interaksi sosial
dan sebaliknya. Selain itu, pada saat kita Berkomunikasi, kita akan memperlihatkan rasa
identitas dengan Cara kita mengekspresikan siapa di.::i kita dan ketika kita merespon Orang
lain. Subjectiae Dimension akastidentitas merupakan Perasaan Diri pribadi kita. Sedangkan
Ascribed Dimension adalah aPa yang Orang lain katakan tentang kita. Dengan kata lain, rasa
identitas kita Terdiri dari makna-makna yang dipelajari dan yang kita dapatkan. Hecht
menguraikan identitas melebihi pengertian sederhana Akan dimensi diri dan dimensi yang
digambarkan. Kedua dimensi Tersebut berinteraksi dalam rangkaian empat tingkatan atau
lapisan.

1. Tingkatan pertama adalah Personal Layer, yang terdiri dari rasa Akan keberadaan diri kita
dalam situasi sosial.
2. Tingkatan kedua adalah Enactment Layer atau pengetahuan Orang lain tentang diri kita
berdasarkan pada apa yang kita Lakukan apa yang kita miliki, dan bagaimana kita
bertindak.
3. Tingkatan ketiga dalam identitas kita adalah Relational ataau Siapa diri kita dalam
kaitannya dengan individu lain. Identitas Dibentuk dalam intereaksi kita dengan orang
lain.
4. Tingkatan yang keempat adalah tingkatan communal, yang Diikat pada kelompok atau
budaya yang lebih besar. TingkatIdentitas ini sangat kuat dalam banyak budaya Asia
B. Pembentukan Identitas Budaya

Identitas budaya yang terbentuk dalam kehidupan suatu Masyarakat terbentuk melalui
belrcrapa tahap. Tetapi sebelum Kita membahas tentang tahap pembentukan identitas budaya
ini, Terlebih dahulu kita harus memaharni secara tepat tentang identitas Budaya. Karena
kerap kali te{adi pemahaman tentang identitas Budaya itu dikacaukan dengan pengertian
identitas sosial. Yang Jelas, konsep identitas selalu berkaitan dengan Peran.

Menurut Alo Liliweri (2003: 83-86), identitas budaya kita dikembangkan melalui proses yang
meliputi beberapa tahap, yaitu:

L. Identitas budaya yang tak disengaja

Pada tahap ini, identitas budaya terbentuk secara tidak disengaja Atau tidak disadari. Melalui
Prctses serta interaksi yang terjadi Dalam kehidupan sehari-hari, muncullah identitas budaya
yang Tidak disadari. Banyak identit;rs budaya yang dimiliki oleh Suatu suku bangsa
diperoleh secara tidak teruji, tak sengaja atau Tak disadari.

2. Pencarian Identitas Budaya


Tahap yang kedua adalah tahap dimana identitas budaya itu Sengaja di cari. Pencarian
identitas budaya ini meliputi proses Penjajakan, bertanya, dan uji coba atas sebuah identitas.
Proses Penjajakan, bertanya dan uji coba identitas budaya ini bisa Dilakukan oleh masyarakat
yang memiliki identitas budaya Tersebut, atau oleh pihak lain. Proses inilah yang seringkali
juga Kita lakukan ketika kita ingin mencari identitas dari budaya lain.

3. Identitas Budaya yang diperoleh

Tahap yang ketiga adalah tahap identitas budaya yang diperoleh- Tahap ini sering disebut
dengan cultural identity achiersement, Yaitu sebuah bentuk identitas yang dicirikan oleh
kejelasan dan Keyakinan terhadap penerimaan diri Anda melalui intemalisasi Kebudayaan
sehingga dia menmbentuk identitas Anda.

4. Konformitas : Internalisasi

Proses pembentukan identitas dapat diperoleh melalui Internalisasi yang membentuk


konformitas. Pada proses ini, Internalisasi berftrngsi untuk membuat norma-norma yang Kita
miliki menjadi sama (konformitas) dengan norma-norma Yang dominan. Atau bisa juga
membuat norma yang kita miliki Berasimilasi ke dalam kultur dominan. Pada tahap ini,
sserin Kali orang melihat dirinya melalui lensa dari budaya dominan Dan bukan dari budaya
asal.

5. Resistensi dan Separatisme

Resistensi dan separatisme adalah pembentukkan identitas Sebuah budaya dari sebuah
komunitas tertentu. Proses pemben-Tukan identitas ini biasanya terjadi dalam kehidupan
komunitas Minoritas dari sebuah suku bangsa, etnik, bahkan agama. Komunitas ini
berperilaku eksklusif untuk menolak norma- Norma budaya dominan.

6. lntegrasi

Pembentukan identitas budaya juga dapat dilakukan melalui Proses integrasi budaya. Proses
integrasi budaya merupakan Proses dimana seorang atau sekelompok orang mengembangkan
Identitas baru yang merupakan hasil dari integrasi pelbagai Budaya dari komunitas atau
masyarakat asal.
C. Mobilitas dan Pembentukan Identitas.
Identitas suatu budaya seringkali terjadi karena manusia Berpindah dari tempat yang sahr ke
tempat yang lain. Atau Tidak jarang, karena perkembangan teknologi yang sangat pesat,
Pembentukan identitas budaya juga disebabkan dan dipengaruhi Oleh terpaan informasi yang
sangat k uat dari media massa. Mobilitas Telah menjadi faktor penting dalarrr pembentukan
dan perubahan Peradaban umat manusia karerLa perbedaan tempat dalam Kehidupan
manusia telah menciptakan definisi-definisi baru, tidak Hanya tentang lingkungan
kebudayaan di mana seseorang tinggal Tetapi juga tentang dirinya sendiri.

Dalam pandangan Appadurai dan Hannerz, seseorang Ketika berada di dalam lingkungan
tertentu, dia dituntut untuk Penyesuaian diri dengan lingkungan tersebut secara terus menerus
Supaya dia dapat menjadi bagian dari sistem yang lebih luas. Tetapi di lain pihak, identitas
as.al yang telah menjadi bagian Sejarah kehidupan orang tersebut tidak dapat ditinggalkan
begitu Saja, bahkan kebudayaan asal cendr-‘rung menjadi pedoman dalam Kehidupan di
tempat baru. Proses dinamis kemudian dapat terjadi, Seperti ditunjukkan Georg Simmel
(1991), pada saat berlangsungnya Interaksi yang terus menerus antara sifat-sifat general
(sosial) yang Harus dipertahankan.

Berdasarkan fakta ini, maka mobilitas telah mendorong proses Rekonstruksi identitas
sekelompok orang. Pada tataran ini, ada dua Proses yang terjadi, yaitu: pertama, adaptasi
budaya yang terjadi Pada pendatang. Seorang yang datang di suatu tempat tertentu Dan
bermukim di situ, biasanya dia akan beradaptasi dengan Tempat yang dia datangi. Adaptasi
yang dia lakukan biasanya Menyangkut adaptasi nilai dan pr:rktik kehidupan secara umum.
Pada proses ini, kebudayaan loka telah menjadi kekuatan baru Yang memperkenalkan nilai-
nilainy a kepada pendatang, sekalipun Budaya lokal ini tidak memiliki ctaya paksa. Namun
demikian, Proses reproduksi kebudayaan lol:al, tempat setiap kebudayaan Melakukan
penegasan-penegasan keberadaannya sebagai pusat
Orientasi nilai suatu masyarakat, tentu saja mempengaruhi mode Ekspresi diri setiap orang.

Kedua, proses pembentukkan identitas indivdual yang Mengacu kepada nilai-nilai


kebudayaan asalnya. Dalam konteks Ini seseorang akan berusaha untuk ikut memproduksi
kebudayaan asaL:rya di tempat yang baru dimana dia tinggal pada saat ini (Foster, 1973;
Kernp,1988; Abdullah, 1996; Strathern, 1995). Seperti Yang dikatakan oleh Ben Anderson,
kebudayaan dalam hal ini Berfungsi sebagai imagined aalues (Anderson,1991), dalam pikiran
Setiap orang yang menjadi pendukung dan yang memPertahankan Kebudayaan itu meskipun
seseorang berada di luar lingkungan Kebudayaannya.

Dari paparan diatas, kita dapat melihat bahwa kebudayaan Bukan lagi hanya sekedar frame of
reference bagi suatu masyarakat Yang mereka gunakan sebagai acuan untuk mengatur sikap
dan Tingkah laku. Lebih dari itu, budaya merupakan dasar bagi setiap Orang yang berguna
dalam proses idenffikasi bagi setiap orang Yang ada di dalam kelompok atau masyarakat itu.
Sebagai frame Of reference, kebudayaan menjadi nilai yang disepakati dan yang Mengatur
bagaimana sesuatu yang bersifat ideal diwujudkan. Budaya material dan non material yang
dimiliki oleh suatu Masyarakat menjadi ciri dalam kehidupan masyarakat itu. Nilai Nilai serta
norma-norma yang merupakan aplikasi dari budaya Non material yang dimiliki oleh suatu
budaya, menjadi batas- Batas kelompok dalam bertindak dan bertingkah laku. Nilai baik Dan
buruk kemudian diukur berdasarkan ukuran yang disepakati Bersama dan kemudian perlaku
di dalam kehidupan mereka dan Terus mereka jaga. Proses semacarn ini melahirkan proses
eksklusi Sosial di mana suatu kelompok cenderung membangun wilayah Simboliknya sendiri
yang membedakan diri mereka dengan orang Iain. Sedangkan bahasa sebagai wujud budaya
material yang Dimiliki oleh suatu budaya maupun suatu etnis, menjadi materi yang
Digunakan untuk membangun wilayah-wilayah simbolik dimana.
D. Perspektif dalam ldentitas

Untuk memahami tentang identitas, kita dapat memahaminya Dari beberapa perspektif. Dari
persepktif psikologi social Memberikan penekanan bahwa “ ldentity is created in part by the
self And in part in relation to group member:;hip. According to this perspectiae, The self is
composed of multiple idmtities, and these notions of identity Are culture bound” (Nakayama,
1993: 148). Perspektif psikologi sosial Ini memberikan penekanan bahwa I,ientitas dibuat
satu bagian dari Identitas diri sendiri dan menjadi bagian dari relasi sebagai anggota
Kelompok. Berdasarkan perspektif ini, ketika kita melihat diri kita Sendiri, maka diri kita
merupakan komposisi dari identitas yang Kompleks. Selain itu, gagasan tentang identitas ini
sangat terkait Dengan budaya.
Untuk memahami identitas, psikologi sosial membaginyaMenjadi tiga perspektif dalam
identitas dan komunikasi. Tiga Persepktif tersebut adalah psikc,logi sosial, komunikasi dan
Kritikal. Psikologi Sosial beranggapan bahwa identitas dibangun Oleh diri sendiiri, melalui
relasi dengan kelompok. Perspektif ini memberikan penekanan pada diri sendiri, hubungan
keluarga dan
kepercayaan yang dimiliki orang tersebut (perspektif antarbudaya). Perspektif komunikasi
berpendapat bahwa identitas dibentukbmelalui komunikasi dengan orang lain. Berbeda
dengan perspektif psikologi sosial, persepktif komunikasi lebih menekankan pada dimensi-
dimensi anggapan asal. Sedangkan perspektif kritikal memiliki anggapan bahwa identitas
dipertajam melalui kehidupan sosial dan melalui penekanan sejarah. Perspektif ini
memberikan penekanan pada konteks yang terjadi serta beranggaPan bahwa Identitas justru
muncul dari penolakan identitas yang ada.

Psikolog antarbudaya Alan Roland (1988) mengidentifikasikan Ada 3 aspek umum dari
identitas setiap orang (Nakayama,1998: 749-150), yaitu:

1.. Identitas Individu (An indiztidualized identity)


Alan Roland beranggapan bahwa identitas individu merupakan Satu bentuk kemerdekaan
yang dimiliki seseorang. Identitas Individu merupakan satu kemerdekaan bagi setiap oruu:t&
Dimana setiap orang bebas mengekspresikan siapa dirinya Dengan bebas tanpa ada kekangan
dan hambatan dari pihak Lain.

2. Identitas kekeluargaan (A familial idrntity)


Berbeda dengan identitas individu, identitas kekeluargaan Lebih menjelaskan identitas dilihat
dari sudut pandang budaya Secara kolektif. Artinya, identitas ini dilihat dari budaya yang
Dimiliki oleh suatu masyarakat atau suatu kelompok yang lebih Menekankan pada
pentingnya keterkaitan emosi dan saling Ketergantungan dengan orang lain. Pada identitas
ini, reputasi Diidentifikasi dengan kuat dan penghormatan terhadap orang Iain dalam hirarki
kelompok menjadi satu urgensi.

3. kepercayaan (A spiritual identity)


Identitas kepercayaan melihat realitas kepercayaan di dalam Diri setiap orang merupakan
kenyataan dan pengalaman yang Dimiliki oleh orang itu. Kenyataan dan pengalaman yang
Dimaksud merupakan kenyataan dan pengalaman ketika Seseorang berusaha
mengekspresikan apa yang dia alami kepada Orang-orang yangvdia temui nuupun kepada
kelompoknya Yang lebih besar. Contohnya kepercayaan yang dianut oleh Orang-orang India
yang diekspresikan melalui struktur dewa Dan dewi dan melalui ritual dan meditasi. Di
jepang, realisasi Kepercayaan cenderung lebih kepada mode keindahan, seperti Upacara
minum teh dan merangkai bunga.

Budaya kelompok biasanya menekankan pada satu atau dua Dari dimensi-dimensi ini dan
tidak begitu memperhatikan yang Lain.

Anda mungkin juga menyukai