Anda di halaman 1dari 45

GUBEuUR"TEWGG―


PDRATURAN DAD― PROVIWSI NUSA TEICC― TImR
■OMOR 14 TAHUN 2016
TEITANG
PERLINDUNGtt LAHAN PERTANH PAHCAN BD― ― JUTN
DENGAN― MAT T― YANG MAHA ESA
GUBERNUR NUSA TENGG― TIMUR,

Menlmbang : a. bahwa lahan pertanian pangan merupakan bagian dari


bumi sebagai karunia Trrhan Yang Maha Esa yang
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran dan kesejahteraan ralqfat
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa makin meningkatnya pertambahan penduduk
serta perkembangan ekonomi, lahan pertanian pangan
di Provinsi Nusa Tenggara Timur semakin berkurang
dikarenakan beralihnya fungsi lahan pertanian,
degradasi dan fragmentasi lahan pertanian, sehingga
dikhawatirkan Pemerintah Provinsi kesulitan dalam
mengupayakan terwujudnya kemandirian, ketahanan,
dan kedaulatan pangan di daerah dalam rangka
mendukung kebutuhan pangan nasional;
bahwa berdasarkan pembaruan agraria yang
berkenaan dengan penataan kembali penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya
agraria, termasuk penataan lahan pertanian untuk
memperkuat daya dukung wilayah dalam menjaga
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebaqaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; f
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2 Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (l.embaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,
Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor
L6a9l;
3 12 Tahun 20ll tentang
Undang-Undang Nomor
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lrmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang
Pemerintahan Daerah (kmbaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2Ol4 1entang Pemerintahan Daerah (kmbaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
s679);
5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8O Tahun 2O15
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);

Dettn PersetuJuan Be…


DEWm PDRWmLAH― AT DAD― PROWSI
NVSA TEIGGARA TII―
dan
CUBEmUR IUSA TENGGARA TIMUR
IEMUTUS― :

Menetapkan : PERAT― DADRAH TEWTA■ G PDRLIIDUNGAN


LAHAN PERTANW ttGAN BERKD― JUTAN.ι
BAB I
KBTEI{TUAtr T'}IUU
Bagiaa Kesatu
Pengertian
Pasd 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Provinsi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Timur.
3. Dewan Perwakilan Ralsyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Ralryat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur'
4. Kabupaten/ Kota adalah Kabupaten / Kota se-Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
5. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur'
6. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/ Kota se-
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
T.SatuarrKerjaPerangkatDaerahyangselanjutnyadisingkatSKPDadalah
SatuanKerjaPerangkatDaerahlingkupPemerintahProvinsiNusa
Tenggara Timur.
8.Lahanadalahbagiandaratandaripermukaanbumisebagaisuatu
lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang
mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi' dan
hidrotogi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia'
9. Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan
bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk
pangan'
menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman
hortikultura, perkebunan, dan/ atau peternakan dalam suatu
agroekosistem.
10. l,ahan Pertanian Pangan adalah bidang lahan yang digunakan untuk
usaha pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan' perikanan
dan perkebunan'
11. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan, atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam'
sumber daya manusia dan sumber daya buatan'
12. Sistem pembangunan pertanian yang berkelanjutan yaitu sistem

pertanian yang tidak merusak, mengubah, serasi, selaras' dan seimbang


dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-
kaidah alamiah. f,
13. t ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertantan
yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten
guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan daerah.
14. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan potensial
yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediaannya
tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai Lahall Pertanian Pangan
Berkelanjutan pada masa yang akan datang.
15. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan
proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan,
memanfaatkan, membina, mengendalikan dan mengawasi lahan
pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan'
16. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
jasa
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan' pelayanan
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi'
17. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya
pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/ atau hamparan Lahan
Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur
penunjangnya
dan
dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian' ketahanan'
kedaulatan pangan daerah dan nasional'
lahan dan
18. Pertanian Pangan adalah usaha manusia untuk mengelola
agroekosistem dengan bantuan teknologi' modal' tenaga
kerja' dan
pangan serta
manajemen untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan
kesej ahteraan ralryat.
dalam negeri
19. Kemandirian Pangan adalah kemampuan produksi pangan
menjamin
yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu
baik
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup ditingkat rumah tangga'
yang terjangkau' yang
dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga
didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai
dengan

keragaman lokal.
2O. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi rumah

tangga yang tercermin dari tersedianya pangan


yang cukup' baik jumlah

maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau' t


21 Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri
dapat menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas
pangan bagi ralcyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk
menentukan sistem perlanian pangan yang sesuai dengan potensi
sumber daya lokal.
22. Petani Pangan, yang selanjutnya disebut Petani adalah setiap Warga
Negara Indonesia beserta keluarganya yang mengusahakan Lahan untuk
komoditas pangan pokok di Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
23. Pangan Pokok adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati,
baik nabati maupun hewani, yang diperuntukkan sebagai makanan
utama bagi konsumsi manusia.
24 Intensifrkasi lahan pertanial adalah kegiatan pengembangan produksi
pertanian dengan menerapkan teknologi tepat guna, menggunakan
sarana produksi bermutu dalam jumlah dan waktu yang tepat.
25. Ekstensifikasi lahan pertanian adalah peningkatan produksi dengan
perluasan areal usaha dan memanfaatkan lahan-lahan yang belum
diusahakan.
26. Diversifikasi pertanian adalah usaha penganekaragaman usaha tani
(diversifikasi horizontal) dan penganekaragaman usaha dalam
penanganan satu komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan
pasca panen, pengolahan dan pemasaran (diversiftkasi vertikal).
27. Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah perubahan
fungsi l.ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menjadi bukan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara.
28. Degradasi lahan adalah proses dimana kondisi lingkungan bio ftsik
berubah akibat aktifrtas manusia terhadap suatu lahan. Perubahan
kondisi lingkungan tersebut cenderung merusak dan tidak diinginkan'
29 Fragmentasi lahan adalah lahan yang luas dan menyambung terpecah
menjadi blok-blok yang lebih kecil akibat pembangunan jalan pertanian
dan pembangunan lainnya, akibatnya mengurangi fungsi lahan.
30. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian.
31 Tanah Terlantar adalah tanah yang sudah diberikan hak oleh negara
berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak
pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahalan,
tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya
atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar pengua""rory". I
32. l,ahan marginal adalah lahan yang miskin hara dan air yang tidak
mencukupi kesuburan tanah dan tanaman seperti tanah kapur/ karst
dan tanah pasir.
33. Rencana Pembangunan Jangka panjang Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan jangka panjang Daerah
Nusa Tenggara Timur untuk periode 2OOS- 2025.
34. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selaljutnya
disingkat RPJMD adalah dokumen perencana€rn jangka menengah
Daerah Nusa Tenggara Timur untuk periode 5 (lima) tahun, yaitu tahun
2013-2018.
35 Rencana Ke{a Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD
adalah dokumen perencanaan Daerah Nusa Tenggara Timur untuk
periode 1 (satu) tahun.
36. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi dan/ atau pemangku kepentingan non
pemerintah lain dalam penyelenggaraan perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan.
37. Setiap orang adalah orzrng perseorangan, kelompok orang atau korporasi,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum.

Bagi.B Kedue
Asas
Pasaf 2
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan
berdasarkan asas :

a. manfaat;
b. keberlanj utan dan konsisten;
c. produktif;
d. keterpaduan;
e. keterbukaan dan akuntabilitas;
f. kebersamaan dan gotong-royong;
g. h

partisipatif;
keadilan;

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;




・ k

kelestarian lingkungan dan kearifan lokal;


desentralisasi;
l・ m

tanggungjawab;
keragaman; dan
I
n.

sosial dan budaya. I


Baglan Ketiga
\iuan
Pasal 3
perlindungan t ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan dengan
tujuan:
a. melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan;
b. menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan;
c. mewujudkan kemaldirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;
d. melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani;
e.meningkatkankemakrnuransertakesejahteraanpetanidanmasyarakat;
f. meningkatl<an perlindungan dan pemberdayaan petani;

g. meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak;


h. mempertahankan keseimbangan ekologis; dan
i. mewujudkan revitalisasi pertanian'

Bagian KeenPat
Ruang LtngkuP
Pasal 4

RuanglingkupPerlindunganLahanPertanianPanganBerkelanjutanmeliputi:
a. perencanaan;
b. penetaPan;
c. pengembangan;
d. penelitian;
e. pemanfaatan;
f. pembinaaa;
g. pengendalian;
h. pengawasan;
i. sistem informasi;
j. perlindungan dan pemberdayaan petani;

k. pembiaYaan; dan
1. peran serta masyara kat' lu
BAB U
PEREITCANAAI{
Paragraf I
Umum
Pasal 5

Pemerintah Daerah merencanakan perlindungan lahan pertanian pangan


berkelanjutan dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD).

(2) Rencana Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan terhadap kawasan
pertanian pangan berkelanj utan.
(3) Rencana Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan baik pada lahan irigasi
maupun lahan bukan irigasi.
(4) Rencana Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kebijakan;
b. strategi;
c. prograrn;
d. rencana PembiaYaan; dan
e. evaluasi.
(5) Rencana Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. rencana jangka panjang disusun untuk waktu 2O (dua puluh) tahun;
b. rencana jangka menengah disusun untuk waktu 5 (lima) tahun; dan
c. rencana jangka pendek disusun untuk waktu 1 (satu) tahun' f
Paragraf 2
Pen5rusunan Perencanaan Lahan
Pertanian Pangan BerkelanJutan
Pasal 6
(1) Pemerintah Daerah melalui SKPD terkait men5rusun Perencanaan l,ahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan pada kawasan, dan cadangan pertanian pangan
berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2).
(21 Pen5rusunan Rencana Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan Program
Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Tim
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dengan tugas :

a. melaksanakan inventarisasi data;


b. melaksanakan koordinasi dengan SKPD dan instansi terkait;
c. menampung aspirasi masyarakat; dan
d. melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
(3) penyusunan Perencanaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (21, dengan memperhatikan:
a. kondisi sosial dan/atau ekonomi petani;
b. kesediaan petani untuk lahannya dijadikan lahan pertanian pangan
berkelanjutan; dan
c. rencana tata ruang dan tata wilayah daerah'
(4) Dalam men5rusun Perencanaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (L), SKPD terkait dibantu oleh Tim
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
(5) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling kurang beranggotakan:
a. unsur Pemerintah daerah;
b. unsur pemerintah KabupatenlKota;
c. pemangku kepentingan terkait; dan
d. masyarakat Petani-
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, talt:, kerja, dan fungsi Tim
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), diatur dengan Peraturan Gubernur.
L
Paragraf3
Penguaulan Kawasan Pertanlan Pan$n BerkelanJutan
Pasal 7
(1) SKPD mengusulkan Perencanaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda).
(21 Usulan Perencanaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam forum
Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah.
(3) Usulan Perencanaan l,ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memuat:
a. lokasi dan jumlah luas lahan pertanian pangan berkelanjutan;
b. program kegiatan yang akan dilaksanakan;
c. upaya mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
d. target dan sasaran yang akan dicapai; dan
e. pembiayaan.

BAB III
PEI{Ef,APAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8

(1) Pemerintah Daerah menetapkan Kawasan Pertanian Pangan


Berkelanjutan dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang dan
Wilayah Daerah.
(2) Proses dan tahapan penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :

a. sosialisasi kepada petani, pemilik lahan dan pemangku kepentingan


lainnya;
b. inventarisasi petani yang bersedia lahannya ditetapkan sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
c. kesepakatan dan persetujuan dengan pemi-lik lahan dilakukan
dengan penandatanganan pe{anjian;
d. rapat koordinasi di tingkat Desa;
e. rapat koordinasi di tingkat Kecamatan;
f. rapat koordinasi di tingkat Kabupaten; dan
g. rapat koordinasi di tingkat Provinsi. f,
Bagian Kedua
Penetapan
Pasal 9
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam Kawasan yang ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) ditetapkan dengan luas paling kurang 1.030.355
ha, terdiri dari lahan basah seluas 209.096 Ha dan lahan Pertanian
bukan sawah 869.703 ha (lahan tegal/kebun 523-2a7 ha dan lahan
ladang/huma 346.416 ha).
(2) Luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud
padaayat(1),dilakukanevaluasipalingsedikitsatukalidalamlima
tahun.
(3) sebaran Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat {1), ditetapkan dengan Peraturan Daera}r tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur'

Pasel 1()

Luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 9 ayat (1) merupakan lahan inti'
(2) l,ahan diluar lahan inti dalam kawasan pertanian pangan dipersiapkan
sebagai lahan cadangan.
Luas dan sebaran lahan cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)
(3)

ditetapkan oleh masing-masing Kabupaten/ Kota'


(4) l.ahan cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (21 berfungsi untuk
dipersiapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan apabila
terjadi alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan untuk kepentingan
umum dan terjadi bencana alam.
BAB IV
PEI{GEMBAI|GAI|
Bagian Kesatu
Optlmasl Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Passl 1l
Pemerintah Daerah melakukan pengembangan terhadap Perlindungan
1■

Lahan Pertanian Pangal Berkelanjutan melalui optimasi lahan pangan'


(2) Optimasi lahan pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. intensifikasi lahan pertanian pangan;
b. ekstensifikasi lahan pertanian pangan; dan
c. diversifikasi lahan pertani"o p"t g,rr' l,
Pasal 12
Intensifrkasi lahan pertanian pangan sebagaimala dimaksud dalam Pasal 11

ayat huruf a, dengan cara:


(21

a. peningkatan kesuburan tanah melalui pemupukan;


b. peningkatan kualitas benih dan/ atau bibit melalui:
l) penyediaan bibit unggul;
2) penyediaan kebun induk;
3) pengembangan pusat perbenihan;
c. pencegahan, penanggulangan hama dan penyakit;
d. pengembangan irigasi;
e. pengembangan inovasi pertanian melalui:
1) pengembangan wisata Pertanian;
2) pemanfaatan teknologi pe rtanian;
f. penyuluhan pertanian; dan/ atau
g. jaminan akses permodalan.
Pasal 13
Ekstensifikasi lahan pertanian pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (21huruf b, dengan cara:
a. pemalfaatan lahan marginal;
b. pemanfaatan lahan terlantar; dan
c. pemanfaatan lahan di bawah tegakan tanaman tahunan.

Pasal 14

Diversifikasi lahan pertanian pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (21 huruf c, dengan cara:


a. pola tanam;
b. tumpang sari; dan/ atau
c. sistem pertanial terPadu.
Bagiaa Kedua
Penambahaa Cadangea Lahan Pertanian
Paagaa BerLelanjutaa
Pasd 15
(1) Pemerintah Daerah mengembangkan cadangan lahan pertanian pangan
berkelanjutan terhadap lahan marginal, lahan terlantar, dan lahan di
bawah tegakan tanaman tahunat. f,
(2) Pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan terhadap lahan
marginal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap:
a. lahan pasir dan kapur/karst yang tidak dimanfaatkan untuk
dal
kepentingan pertambangan dan pariwisata;
b. lahan pasir dan kapur/ karst yang belum dimanfaatlan oleh
masyarakat atau di luar kawasan lindung geologi.
(3) Pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan terhadap lahan
terlantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap :

a. tanah tersebut telah diberikan hak atas tanahnya, tetapi sebagian atau
seluruhnya tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan tidak
dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian hak;
b. tanah tersebut selama 3 (tiga) tahun atau lebih tidak dimalfaatkan
sejak tanggal pemberian hak diterbitkan; atau
c. bekas galian bahan tambang yang telah direklamasi.
(4) Pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan pada lahan di
bawah tegakan tanarnan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terhadap :

a. laJ:an yang tanaman tahunannya belum menghasilkan;


b. lahan yang di sela-sela tanaman tahunannya terdapat ruang untuk
ditanami tanaman pangan.

BA'B V
PEITELITIAIT
Pasal 16
(1) Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan dengan
dukungan penelitian.
(21 Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
pemerintah Provinsi, dan pemerintah Kabupaten/ Kota.
(3) Penelitian lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) sekurang-kuralgrrya meliputi :

a. pengembangan penganekaragaman pangan;


b. identifrkasi dan pemetaan kesesuaian lahan;
c. pemetaan zonasi la-han pertanial pangan berkelanjutan;
d. inovasi pertanian;
e. fungsi agroklimatologi dan hidrologi;
f. fungsi ekosistem; dan
C. sosial budaya dan kearifan lokal.
(4) Lembaga penelitian dan/atau perguruan tinggi berperan serta dalam
I
penelitian. f,
Pasal 17
Penelitian l,ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan terhadap Lahan
yang sudah ada maupun terhadap lahan cadangan untuk ditetapkan sebagai
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.

Pesel la
Hasil penelitian l.ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan merupakan informasi
publik yang dapat diakses oleh petani dan pengguna lainnya melalui Pusat
Informasi La-l.an Pertanian Pangan Berkelanjutan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB VI
PEIUAJTFAATA"IT

Pasal 19
Setiap orang yang memiliki hak atas tanah dan/ atau yang mengusahakan
tanah yang ditetapkan sebagai Lahal Pertanian Pangan Berkelanjutan
berkewajiban:
a. memanfaatkan tanah sesuai peruntukan;
b. mencegah kerusakan irigasi; dan
c. menjamin konservasi tanah dan air.
(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berperan serta dalam :

a. menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah;


b. mencegah kerusakan lahan; dan
c. memelihara kelestarian lingkungan.
(3) Setiap orang yang memiliki hak atas tanah dan/ atau yang mengusahakan
tanah yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,
yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dan menimbulkan akibat rusaknya lahan pertanian, wajib untuk
memperbaiki kerusakan tersebut.

Pesel 20
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten lKota secara bersama-
sama menjaga konservasi lahan dan air, yang meliputi :
a. perlindungan sumber daya lahan dan air;
b. pelestarian sumber daya lahan dan air; f,
c. pengelolaan kualitas sumber daya lahan dan air; dan
d. pengendalian pencemaran.
(2) Konservasi lahan dan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
PEUBINAAN
Pasal 21
(1) Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kota berkewajiban
Kabupaten/
melakukan pembinaan kepada setiap orang yang terikat dengan
pemanfaatan lahan pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan
kewenangannya.
(21 Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. koordinasi;
b. sosialisasi;
c. bimbingan, supervisi, dan konsultasi;
d. pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan;
e. penyebarluasan informasi kawasan pertanian berkelanjutan dan
lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan
f. peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (21diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB VIII
PENGEI{DALIAN
Bagran Kesatu
Umum
Pasal 22
(1) Pengendalian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan secara
terkoordinasi antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
(2) Koordinasi pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.

Pasal 23
Pengendalian l,ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasa-l 22 ayat (1) melalui:
a. insentif;
b. disinsentif;
c. mekanisme prizinan;
d. proteksi; dan
t
e. penyuluhan. f
Bagian Kedua
Insentlf dan Distnseatif
Pas8l 24

(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a, diberikan kepada


pemilik lahan, petani penggarap dan/atau kelompok tani berupa:
a. pengembangan infrastruktur pertanian;
b. pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan benih dan bibit
unggul;
c.kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi;
d. fasilitasi sarana dan prasarana produksi pertanian;
e. jaminan penerbitan sertifikat bidang tanah pertanian pangan melalui
pendaftaran tanah secara sporadik dan sistematik; dan/atau
f. penghargaan bagi petani berprestasi.
(2) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b berupa
pencabutan insentif dikenakan kepada petani yang tidak memenuhi
kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian insentif, disinsentif,
mekanisme penzinan, proteksi dan penyuluhan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 25

(1) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a


diberikan dengan memperlimbangkan:
a. jenis Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
b. kesuburan tanah;
c. luas lahal;
d. irigasi;
e. tingkat fragmentasi lahan;
f. produktivitas usaha tani;
g. lokasi;
h. kolektivitas usaha pertanian; dan
i. praktik usaha tani ramah lingkungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian insentif, disinsentif,
mekanisme perizinan, proteksi dan penyuluhan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. I
Bagian Kettga
Peagendalian AIih Fungsi
Paragraf I
Peagalihfungsian Lahaa Pettanian Pangan Berkeladutan
Pasal 26
Pemerintah Daerah melindungi luasan lahan pertanian pangan
berkelanjutan yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1).
(2) Luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilarang dialihfungsikan.
(3) Larangan alihfungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan
terhadap pengalihfungsian lahan pertanian pangan berkelanjutan oleh
Pemerintah Provinsi dalam rangka:
a. pengadaan tanah untuk kepentingan umum; dan
b. bencana alam.
(4) Terhadap alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Pemerintah Provinsi berkewajiban mengganti luas
lahan yang dialihfungsikan.
(5) Apabila lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dimiliki petani hanya
satu-satunya dan akan digunakan untuk rumah tinggal maka hanya boleh
dialihfungsikan pada lahan cadangan dengan persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara alih fungsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pa.eal2T
(l) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (3) huruf a, meliputi:
a. pengembangan jalan umum;
b. pembangunan waduk;
c. bendungan;
d. pembangunan jaringan irigasi;
e. meningkatlan saluran penyelenggaraan air minum;
f. drainase dan sanitasi;
g. bangunan pengairan;
h. pelabuhan;
i. bandar udara;
j. pengembangan termind; f,
k. fasilitas keselamatan umum;
l. cagar alam; dan
m. pembangkit dan jaringan listrik.
(2) Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk kepentingan
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat dilakukan untuk
pengadaan tanah guna kepentingan umum lainnya yang ditentukan oleh
undang-undang dan dimuat dalam Rencana Pembangunan Daerah sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.
(3) Pengalihfungsian lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 dilakukan dengan mengganti luasan
lahan pertanian pangan berkelanjutan yang akan dialihfungsikan.
(4) Penggantian luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disediakan oleh pihak yang mengalihfungsikan.

Pasal 28
Bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasat 26 ayat (3) hurrf b

ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan'

Pasel 29

Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang disebabkan oleh


bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) huruf b,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten / Kota berkewajiban
melakukan:
a. pembebasan kepemilikan hak atas tanah; dan
b. penyediaan lahan pengganti lahan pertanian pangan berkelanjutan paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan setelah alih fungsi dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.

Pasal 30

Lahan pengganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b diperoleh


dari lahan cadalgan pertanian pangan berkelanjutan dengan luasan lahan
yang sama, kriteria kesesuaian lahan, dan dalam kondisi siap tanam' f
hragraf 2
Persyaratan Pengalihfu ngsian Iahan pertanlan
Pangan Berkelaqiutaa
Pasal 31
(1) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang mengakibatkan
beralihfungsinya lahan pertanian pangan berkelanjutan harus memenuhi
persyaratan:
a. memiliki kajian kelayakan strategis;
b. mempunyai rencana alih fungsi lahan;
c. pembebasan kepemilikan hak atas tanah; dan
d. ketersediaan lahan pengganti terhadap Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang dialihfungsikan.
(2) Ketentuan mengenai persyaratan pengadaan tanah untuk kepentingan
umum ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

faragraf 3
Tata Cara Pengalihfungrian Lahan Pertanian
Pangaa Ber&elanJutaa
Pasd 32

(1) Pengalihfungsian lahan pertanian pangan berkelanjutan diusulkan oleh


pihak yang mengalihfungsikan kepada Gubernur terhadap lahan
pertanian pangan berkelanjutan lintas Kabupaten/Kota disertai
rekomendasi dari Bupati/Walikota.
(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setelah
mendapat persetujuan dari Menteri yang tugas dan fungsinya di bidang
pertanian.

Pasal 33
(1) Persetujuan alih fungsi lahan pertanial pangan berkelanjutan dapat
diberikan oleh Gubernur setelah dilakukan verifikasi.
(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim
verifikasi daerah yang dibentuk oleh Gubernur.
(3) Keanggotaan tim verifrkasi Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

terdiri dari:
a. SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang pertanian;
b. SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang perencanazrn pembangunan
.UI
daerah:
c. SKPD yang tugas dan fungsinya di bidang pembangunan infrastruktur
dan Penataan Ruang Daerah;
d. Instansi yang tugas dan fungsinya di bidang pertanahan;
e. Biro yang tugas dan fungsinya di bidang pengendalian dan
f. Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah'
P.sel 34

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara alih fungsi lahan pertanian pangan
berkelanjutan diatur dengan Peraturan Gubernur'

Paragraf4
Kompenaasi Pengalihfungslan Lahan Pertanlan
Paagaa Berkela{utan
Pasal 35

Pemerintah Daerah berkewajibal memberikan kompensasi pengalihfungsian


lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk kepentingan umum
sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku'


Pasal 36

(1) Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilakukan


dengan
Obyek Pajak
mempertimbangkan nilai kompensasi berdasarkan Nilai Jual
dan harga Pasar.
(2) Selain kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pihak yang
juga wajib
mengalihfungsikan lahan pertanian pangan berkelanjutan
pertanian pangan
mengganti nilai investasi infrastruktur pada lahan
berkelanjutan.
pada ayat (2)
(3) Besaran nilai investasi infrastruktur sebagaimana dimaksud
perundang-
dihitung oleh tim verifikasi Provinsi sesuai dengan peraturan
undangan.
(4) Tata cara kompensasi pengalihfungsian tahan pertanian pangan
berkelanjutan diatur dengan Peraturan Gubernur'
BAB IX
PENGAWASAI{
Pasd 37
pertanian pangan
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan lahan
berkelanjutan.
(2) Pengawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan
sebagaimana
Daerah
dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap kinerja Pemerintah
yang meliPuti:
a. Perencanaan dan PenetaPan; f,
b. pengembangan;
c. pemanfaatan;
d. pembinaan; dan
e. pengendalian.
(3) Pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), meliPuti:
a. laporan;
b. pemantauan; dan
c. evaluasi.

Pasel 38

(1) pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban menyampaikan laporan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3) huruf a kepada
Pemerintah Provinsi paling sedikit satu kali dalam satu tahun'
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bahan laporan
Gubernur kePada DPRD.
Pasd 39
(1)PemantauandanevaluasisebagaimanadimaksuddalamPasal3Tayat(3)
hurufbdanhurufc,dilakukanterhadapkebenaranlaporanPemerintah
Kabupaten / Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat
(1) dengan

pelaksanaan di laPangan'
pada ayat
(2) Apabila hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
(1) terbukti terjadi penyimpangan' Gubernur berkewqiiban mengambil
langkah-langkahpenyelesaianyangtidakdilaksanakanolehPemerintah
Kabupaten/Kota.
(3) Dafam hal Pemerintah Kabupaten/ Kota melakukan penyimpangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tidak melakukan langkah-
langkah penyelesaian, Gubernur memotong Alokasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi yang diberikan kepada Kabupaten/ Kota'
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemotongan
yang
Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi
diberikan kepada Kabupaten/ Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(3)

diatur dengan Peraturan Gubernur' f,


BAB X
SISTEM INIIORilASI
Pasal 40

(1) Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota


menyelenggarakan Sistem Informasi l,ahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang dapat diakses oleh masyarakat'
(2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
terpadu dan terkoordinasi.
(3) Sistem Informasi Lahan Pertanian Pallgan Berkelanjutan sekurang-
kurangnya memuat data' lahan tentang:
a. kawasan pertanian pangan berkelanjutan;
b. lahan pertanian pangan berkelanjutan;
c. lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan; dan
d. tanah terlantar dan subyek haknya'
(a) Data Lahan dalam sistem informasi Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutansebagaimanadimaksudpadaayat(3)sekurang-kurangrrya
memuat informasi tentang:
a. fisik alamiah;
b. frsik buatan;
c. kondisi sumber daya manusia dan sosial ekonomi;
d. status kepemilikan dan/ atau penguasaan;
e. luas dan lokasi lahan; dan
f. jenis komoditas tertentu yang bersifat pangan pokok'
dimaksud
(5) Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana
pada ayat (1) wajib disampaikan setiap tahun kepada;
a. Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Perwakilan Daerah

dalam hal informasi Lahan Pertanian nasional oleh Menteri;


b.DewanPerwakilanRakyatDaerahProvinsidalamhalinformasil,ahan
Pertanian provinsi oleh Gubernur; dan
hal informasi
c. Dewan Perwal<ilan Ralyat Daerah Kabupaten/ Kota dalam
Lahan Pertanian Kabupate n lKota' oleh Bupati/Walikota'

Pe.sal 41
4O dilakukan
(1) Penyebaran informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
samPai kecamatan dan desa'
(2) Menteri mengoordinasikan Sistem Informasi Lahan Pertanian
Pangan

BerkelanjutanuntukkeperluanPerlindrrnganl.ahanPertanianPangan
Berkelanjutan sebagaimana dima'ksud dalam Pasal a0' /
(3) Sistem informasi dan administrasi pertanahan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dikelola oleh Pusat Informasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang dikoordinasikan antar lembaga pemerintah di bidang
pertanahan, lembaga Pemerintah di bidang statistik, dan instalsi
pemerintah terkait lainnYa.

Pasd 42

Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 40 dan Pasal 41 diatur dalam Peraturan Gubernur'

BAB XT
PERLIITDTINGAIT DAN PEDIBERDAYAAIT PETAI{I
Pasal .Xl

Pemerintah Daerah berkewajiban melindungi dan memberdayakan petani,


kelompok petani, koperasi petani dan asosiasi petani'
Pasal 44

(1) Perlindungan terhadap petani, kelompok petani, koperasi petani dan


asosiasi petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 berupa pemberian
jaminan:
a. harga komoditi yang menguntungkan;
b. memperoleh sarana dan prasarana produksi;
c. pemasaran hasil pertanian pokok;
d. pengutamaan hasil pertanian pangan untuk memenuhi kebutuhan
pangarr daerah dan mendukung pangan nasional; dan
e. kompensasi akibat gagal Panen.
(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurrf e, diberikan
terhadap gagal panen yang disebabkan bencana alam, wabah hamal
penyakit dan Puso.
(3) Pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
melalui tim verifikasi yang dibentuk Gubernur dengan melibatkan aparat
pemerintahan terendah.
(4) Besarnya kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan
palingsedikitsebesarbiayaproduksiyangtelahdikeluarkanpetani.
(5) Pembiayaan terhadap kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berasal dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota. f,
BAB XII
PDRAN SERTA MASY― AT
Pasa1 45

(1)MaWそ rttt berpcran sertt dalam perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelaniutan.

(2)Peran Serta masyarakat sebagalinana dilnaksud pada ayat(1)dapat


dilakukan secara perorangan dan/atau berkelompok.
(3)Peran Serta sebagalmana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalaFn
tahapan:
a. perencanaan;
b. penetapan;
c. pengembangan;
d. pencutian;
e. pengawasan;
i pemberdayaan petani;dan
g. pembiayaan.

Pasa1 4・ 6

Perall Serta masy釘 」at sebaga■ mana dimaksud dalaFn PaSa1 45 ayat(3)
dilakubm meldu■
a. pembc五 an usulan perencannAn,tanggapan,dan saran perbaikan kepada
pemerlntah provinsi dalarn percncanaan;
b. penettan dilakukan inelalui proses kesepakatan dan persetuJuan dengan
pemilik lahan mclalui pcnandatanganan pcr」 anJlan;
c.pelaksanaan ke」 atan intenslflkasi dan ekstensi■ kasi lahan dalam
pengcmbangan Lahan Pcrtanian Pangan BCrkcl珂 utan;
d.peneLuan mengenai usaha tani dalarn rangka pengembangan
perundungan Kawasan Lahan Pcrtanian Pangan Bcrkelaniutan;
ntah
c. penyalnpalan laporan dan pemantauan tCrhadap kine可 a peme五
Provinst
i perlindungan dan pemberdayaan petani;
g.pembiayaan pcnindungan lahan pertanian pangarl berkelttutan・ ι
Pasa1 47
Dalam hal perundungan Lahan Pertanian Pangan BcrkclanJutan,masyarakat
bcrhak:
a. mengaJukan keberatan kepada peiabat benvcnang terhadap pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana Lahan Pertanian Pangan BerkelanJutan
di wilayahnya;dan
b. menga」 ukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
yang udak sesuai dcngan rencana Lahan Pertanian Pangan BerkelanJutan.
BAB XIn
回 DNTUAN PENYIDl―
Pasa1 48

(1)Selain Pttabat Pelη ■


dik Kepolisian Negara Republik lndoncsia, Penyidik
Pegawal Nege五 Sipil di hngkungan instansi Pemermtah yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya di bidang Perlindungan Lahan Pcrtranian Pangan
Bcrkelaniutan diberi wewenang khusus sebagal penyidik untuk membantu
PCiabat Penyldik Kcpolisian Negara Rcpublik lndoncsia sebaga■ rnana
dilnaksud dalaln Kitab Undang― Undang Hukunl Acara Pidana

(2)Penyidik Pegawal Nege五 Sipil sebagamana dunaksud pada ayat (1)


bewenang:
a.melakukan pcme五 kSaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang
bcrkcnaan dengan tindak pidana dalaln bidang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan BcrkelanJutan;
b.melakukan pemeHksaan terhadap sedap orang yang diduga melakukan
tindak pidana dalaln bidang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Bcrkelaniutan;
c.meminta kcterangan dan barang bukti dan orang schubungan dengan
pe五 sdwa tindak pidana dalam bidang Perlindungan Lahan Pcrtanian
Pangan Berkelaniutan;
d.mclanan pemeHksaan atas domen yang bCrkenaan dengan tindak
pidana dalalln bidang PCrlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelaniutan;
c.mclakukan pemeHkSaan di tempat tertentu yang diduga terdapat
barang bukti dan dokumen laln serta melakukan penyltaan dan
penyegelan terhadap barang hasl pelanggaran yang dapat dladikan
bukti dalarn perkara tindak pidana dalarn bidang Pcrlindungan Lahan
Rrtanian Pangan Berkl莉 utan;dan t
f. meminta bantuan tenaga ahli dan/ atau saksi ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dalam bidang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
(3) Penyidik Pegawai NegeriSipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan kepada Pejabat Penyidik
Kepolisisan Negara Republik Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, Penyidik Pegawai
sipil melakukan koordinasi dengan Pejabat Penyidik Kepolisian
Negeri
Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui Pejabat
Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan tata cara serta
proses penyidikan dilaksalakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XIV
SAI{KSI ADUIMSTRASI
Pasal 49

(1) Setiap orang yang melanggar kewajiban atau larangan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan ayat (3) dan Pasal 36 ayat (2) dikenai
sanksi administrasi.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :

a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembongkaran bangunan;
g. pemulihan fungsi lahan;
h. pencabutan insentif; dan
i.
dendaadministratif.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi dan besarnya denda
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Gubernur.
f
BAB I(II
XETEilTUAN PIDANA
Passf 50
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (2) dikenakan pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BA'B ]ffI
I(EIENTUAI{ PERALIHAN
Pasal 51
Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Nomor I Tahun 2O11 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur tetap diakui keberadaannya sampai dilakukan
revisi terhadap Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2O11 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

BAA trVU
X TEIITUAIT PEI{UTT'P
Pasal 52

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap or€rng mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam kmbaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Ditetapkan di Kupang
pada tanggal 2l Desember 2016
GUBEINURNUSA,1■ TIMUR,
‖ ,

Diundangkan di Kupang
pada tangga1 21 Desember 2016
′ ル

SEKREDヽ RI AE H PROVINSI
NUSA T TIMUR,

FRANSISKUS SALEM

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016


NOMOR 014

NOREG PERATURAN DAERAH PROⅥ NSI NUSA TENGGARA TIMUR :


(15/342/2016)
PENJELIISAN
ATAS
PERATI'RAII DAERAII PROVIISI IUSA TEI{GGARA TIMUR
I|OMOR 14 TAHUIT 2016
TEI|TANG
PERLIITDTII|GAN LAI{AIT PERTANIAJT PAITGAIT BERI(ELIINJUTAN

UItrU}I

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak seluruh


ralryat untuk terus menerus meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan secara adil dan merata dalam segala aspek kehidupan yang
dilakukan secara terpadu, terarah dan berkelanjutan dalam rangka
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, baik material
maupun spritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Tahun 1945.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyebutkan bahwa tujuan bernegara adalah "Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikutmelaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial". Oleh karena itu,
perlindungan segenap bangsa dan peningkatan kesejahteraan umum
adalah tanggung jawab negara, baik untuk Pemerintah, Pemerintah
Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten. Untuk itu, salah satu bentuk
perlindungan tersebut adalah terjaminnya hak atas pangan bagi segenap
rakyat yang merupakan hak asasi manusia yang sangat fundamental. Hal
ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2Ol2 tentang Pangan
serta Undalg-Undang Nomor 41 Tahun 20O9 tentang Perlindungan l,ahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama
dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi setiap rakyat
Indonesia. Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman,
bermutu, bergqzi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya
beli masyarakat, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan
budaya masyarakat. Negara menjamin hak atas pangan sebagai hak asasi
setiap warga negara, sehingga negara berkewajiban menjamin
kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan. Untuk mencapai semua
itu, perlu diselenggarakan suatu sistem pangan yang memberikan
I
perlindungan, baik bagr pihak yang memproduksi maupun yang
mengkonsumsi pangan. Makin meningkatnya pertambahan penduduk
serta perkembangan ekonomi dan industri mengakibatkan terjadinya
degradasi, alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian pangan telah
mengzrncam daya dukung wilayah secara nasional dalam menjaga
kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pmgm, sehingga perlu
perlindungan lahan pertanian dari upaya alih fungsi lahan. Perlindungan
lahan pertanian pangan merupakan upaya yang tidak terpisahkan dari
reformasi agraria. Reformasi agraria tersebut mencakup upaya penataan
yang terkait dengan aspek penguasaan / pemilikan serta aspek penggunaan
/ pemanfaatan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 2 Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IX/MPR-zu/20O1
tentang pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, dalam Pasal 13 ayat (3) dikemukakan bahwa kriteria Urusan
Kepemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi adalah
Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah
Kabupaten / Kota dan atau Urusan Pemerintahan yang penggunaan
sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah Provinsi.
Selanjutnya dalam lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
dimaksud, pembagian Urusan Pemerintahan konkuren antara Pemerintah
Pusat dan Daerah Provinsi Bidang Pertanian pada sub urusal Prasarana
Pertanian adalah penataan pras;rrana pertanian, termasuk penataan lahan
pertanian di wilayah Nusa Tenggara Timur. Untuk itu, diperlukan
Peraturan Daerah tentang Perlindungan l,ahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Provinsi NTT dimaksudkan agar tidak te{adi alih fungsi
lahan pertanian ke non pertanian, utamanya lahan-lahan subur dan
sistem irigasi yang baik, sekaligus mengganggu ketahanan pangan di NTT.
Negara mempunyai kebebasan untuk menentukan kebijakan
pangannya secara mandiri, tidak dapat didikte oleh pihak manapun, dan
para pelaku usaha pangan. Negara berkewajiban mewujudkan
ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang
cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional
maupun daerah hingga perseorangzrn secara merata di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan
memanfaatkan sumber daya, kelembagaan dan kearifan lokal secara
optimal. Untuk itu, Negara harus memperhatikan ketersediaan pangan
berbasis pemanfaatan sumber daya lokal, keterjangkauan pangan dari
I
b
aspek {isik dan ekonomi, serta konsumsi pangan dan gizi untuk hidup
sehat, aktif dan produktif. Kedaulatan Pangan, kemandirian Pangan dan
ketahanan Pangan dapat terwujud apabila terjaminnya kedaulatan lahan.
Peningkatan jumlah penduduk yang sedemikian pesat yang diikuti
dengan pertambahan produksi yang relatif lamban dan penurunan
penguasazrn lahan akan berdampak pada kekurangan pangan sekaligus
terjadinya kerawanan pangan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk
Provinsi NTT dalam kurun waktu tahun 2O01-2O15 adalah sebesar 1,56 yo
per tahun. Disatu sisi adanya laju pertumbuhan penduduk yang
cenderung meningkat, sekaligus tuntutan pembangunan pemukiman yang
juga meningkat, sedangkan disisi lain ketersediaan tanah untuk
pemukiman penduduk terbatas, maka akan terjadi alih fungsi lahan
pertanian pangan menjadi daerah pemukiman. Alih fungsi lahan pertanian
mempakan ancarnan terhadap pencapaian ketahanan dan keamanan
pangan. Alih fungsi lahan mempunyai implikasi yang serius terhadap
produksi pangan, lingkungan fisik, serta kesejahteraan masyarakat
pertanian dan pedesaan yang kehidupannya bergantung pada lahannya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2OO9 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelaljutan diterbitkan dengan
tujuan untuk melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara
berkelanjutan; menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara
berkelanjutan; mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan
parrgan; melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani;
meningkatlan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat;
meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani; meningkatkan
penyediaan lapangan keda bagi kehidupan yang layak; mempertahankan
keseimbangan ekologis; dan mewujudkan revitalisasi pertanian dan
pedesaan.
Lahan pertanian memiliki peran dan fungsi strategis bagi
masyarakat Indonesia termasuk di Provinsi NTT yang bercorak agraris.
Tahun 2015, Jumlah penduduk Provinsi NT'f 5.120.065 jiwa, yang
menggantungkan hidup pada sektor pertanian sebasai sektor primer
sebanyak 61,04 o/o.Dengan demikian, lahan tidak saja memiliki nilai
ekonomis, tetapi juga sosial, bahkan memiliki nilai religius. Dalam rangka
pembangunan pertanian yang berkelanjutan, lahan merupakan sumber
daya pokok dalam usaha pertanian, terutama pada kondisi yang sebagian
besar bidang usahanya masih bergantung pada pola pertanian berbasis
lahan. l,ahan merupakan sumber daya alam yang bersifat langka karena
,
P
jumlahnya tidak bertambah, tetapi kebutuhan kepada lahan selalu
meningkat.
Data BPS tahun 2004 menunjukkan bahwa besaran laju alih fungsi
lahan pertanian dari lahan sawah ke non sawah sebesar la7.72o ha atau
sebesar 1,55 % per tahun dari luas sawah, dengan rincian alih fungsi ke
non pertanian 110.164 ha (O,91 7o) per tahun dan alih fungsi ke pertanian
lainnya sebesar 77.556 ha (O,64 %) per tahun, sedangkan alih fungsi lahan
kering pertanian ke non pertanian sebesar 9.152 ha per tahun, sedangkan
tahun 20O4 alih fungsi lahan sawah di Provinsi NTT sebesaro,4O o/o per
tahun. Data BPS NTT (NTT dalam angka, 20l4l,luas kerusakan tanaman
padi dan palawija di NTT akibat alih fungsi lahan, degradasi dan
fragmentasi lahan seluas 9.450 ha dengan rincian kerusakan padi 4.553
ha (padi sawah 2.922 ha dan padi ladang 1.631 ha), jagung 3.456 ha,
kedele 108 ha, kacang tanah 171 ha, kacang hijau 3O9 ha, ubi kayu 569
ha dan ubi jalar 284 }:;a. Tahun 2015, luas lahan sawah di NTT mencapai
272.712 ha atau 82,56 o/o dan dibandingkan dengan tingkat kerusakan
padi tahun 2O13, maka a-lih fungsi lahan pertanian sawah ke non sawah
meningkat menjadi O,73 o/o atau seluas 1.99O,8O ha atau setara kehilangan
hasil gabah kering giling sebanyak 7.166,88 ton yang identik dengan
kehilangan hasil beras sebanyak 4.65A,47 ton atau akan terjadi
kehilangan konsumsi beras bagr 40.533 penduduk NTT.
Terjadinya alih fungsi lahan pertanian dimaksud diindikasikan oleh
beberapa masaalah, yakni :

1. l,aju pertumbuhan penduduk Provinsi NTT dalam kurun waktu tahun


20Ol-2015 adalah sebesar I,56 yo per tahun, sejalan dengan tuntutan
pembangunan pemukiman yang juga meningkat, sedangkan disisi lain
ketersediaan tanah untuk pemukiman penduduk terbatas;
2. Laju pertumbuhan penduduk NTT 1,56 o/o /tahun, tidak sebanding
dengan laju pertumbuhan sawah 0,56 o/o/tahun, serta rendahnya
pertumbuhan produktivitas padi, jagung dan palawija (rata-rata 1,12
ltahun), sehingga konsumsi bahan pangan relatif lebih tinggi dari
o/o

ketersediaan bahan pangan, berdampak pada gangguan ketahanan


pangan di NTT;
3. Adanya tuntutan pembangunan infrastruktur bagt kepentingan
masyarakat; f,
4 Rendahnya pendapatan per kapita masyarakat NTT (tahun 2Ol4
sebesar Rp. 7.569.O86/tahun atau Rp. 630.756/bu1an) yang belum
sebanding dengan tuntutan kebututran hidup masyarakat khususnya
petaai NTT;
5. Adanya bencana alam, degradasi lahan dan fragmentasi lahan
pertanian. di NT'f, tahun 2015 terjadi kerusakan lahan seluas 9.45O ha
dengan rincian kerusakan padi 4.553 ha (padi sawa}l 2.922 ha dan
padi ladang f.631 ha), jagung 3.456 ha, kedele 108 ha, kacang tanah
l71ha, kacang hijau 3O9 ha, ubi kayu 569 ha dan ubijalar 284 hal.
6. Keterbatasan sumber air irigasi areal pertanian.
Alih fungsi lahanlahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi
oleh upaya-upaya terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui
pemanfaatan lahan marginal. Di sisi lain, alih fungsi lahan pertanian
pangan menyebabkan berkurangnya penguasaan lahan sehingga
berdampak pada menurunnya pendapatan petani. Oleh karena itu,
diperlukan pengendalian laju alih fungsi lahan pertanian pangan melalui
perlindungan lahan pertanian pangan di NTT untuk mewujudkan
ketahanan, kemandirian, dal kedaulatan pangan, dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya,
dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan di Provinsi NTT.

PASAL DEMI PASAL


Pasal 1

Cukup jelas.
Pasal 2
Hurufa
Yang dimaksud dengan "manfaat" adalah Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan yang diselenggarakan untuk
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagt
kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini
maupun generasi masa depan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "keberlanjutan dan konsisten" adalah
Perlindungan Lallan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
fungsi, pemanfaatan, dan produktivitas lahannya
dipertahankan secara konsisten dan lestari untuk menjamin
terwujudnya kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan
I
b
nasional dengan memperhatikan generasi masa kini dan masa
mendatang.
Huruf c
Yang dimaksud dengan produktif adalah Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan yang memperhatikan tujuan
untuk meningkatkan produktifitas hasil-hasil pertanian
pangan untuk kecukupan ketersediaan pangan daerah dan
pangan nasional.
Hurufd
Yang dimaksud dengan "keterpaduan" adalah Perlindungan
l,ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang diselenggarakan
dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat
lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.
Huruf e
Yang dimalsud dengan "keterbukaan dan akuntabilitas"
adalah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
yang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi
yang berkaitan dengan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "kebersamaan dan gotong-royong"
adalah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
yang diselenggarakan secara bersama-sama baik arrtara
Pemerintah, pemerintah daerah, pemilik lahan, petani,
kelompok tani, dan dunia usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan petani.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "partisipatif" adalah Perlindungan
l,ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang melibatkan
masyarakat dalam perencanaan, pembiayaan, dan
pengawasan.
Hurufh
Yang dimaksud dengan "keadilan" adalah Perlindungan l.ahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan yang harus mencerminkan
keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa
terkecuali. f,
Huruf i
Yang dimaksud dengan "keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan" adalah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang harus mencerminkan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara kepentingan individu
dan masyarakat, lingkungan, dan kepentingan bangsa dan
negara serta kemampual maksimum daerah.
Hurufj
Yang dimaksud dengan "kelestarian lingkungan dan kearifan
lokal" adalah Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan yang harus memperhatikan kelestarian
lingkungan dan ekosistemnya serta karakteristik budaya dan
daerahnya dalam rangka mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
Hurufk
Yang dimaksud dengan "desentralisasi" adalah Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang diselenggarakan
di daerah dengan memperhatikan kemampuan maksimum
daerah.
Huruf 1

Yang dimaksud dengan "tanggung jawab negara" adalah


Perlindungan t ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
dimiliki negara karena peran yang kuat dan tanggung
jawabnya terhadap keseluruhan aspek pengelolaan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Hurufm
Yang dimaksud dengan "keragaman" adalah Perlindungal
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang memperhatikan
keanekaragaman pangan pokok, misalnya padi, jagung,
kacang- kacalgan dan ubi-ubian.
Hurufn
Yang dimaksud dengan "sosial dan budaya" adalah
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang
memperhatikan fungsi sosial lahan dan pemanfaatan lahan
sesuai budaya yang bersifat spesifik lokasi dan kearifan lokal
misalnya jagung sebagai makanan pokok penduduk Nusa
Tenggara timur. l.
Pasal 3
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Hurufg
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Yang dimaksud dengan "revitalisasi pertanian" adalah
kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor
pertanian secara proporsional dan kontekstual, menyegarkan
kembali vitalitas, memberdayakan kemampuan, dan
meningkatkan kinerja pertanian dalam pembangunan nasional
dengan tidak mengabaikan sektor lain. Strategi yang ditempuh
melalui:
1. pengurangan kemiskinan, keguremen dan pengangguran;
2. peningkatan daya saing, produktivitas dan produksi
pertanian; dan
3. pelestarian dan pemanfaatan lingkungan hidup dan
sumber daya alam secara berkelanjutan.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
,
Cukupjelas. t
Pasa1 6
Ayat(1)
Cukup jelas.
Ayat(2)
Cukupjelas.
Ayat(3)
Cukup jelas.
Ayat(4)
Cukupjelas.
Ayat(5)
Huruf a
Cukupjelas.

Hunf b
Cukupjelas.

Huruf c
Yang dilnaksud pcmangku kcpentingan adalah semua
pihak terkait baik langsung lnaupun tidak langsung yang
mempunyal pcrhatian tcrhadap keseJahteraan petani
antara lain: Pergun■ an Tinggi, LSM, perorangan, dan
kelompok masyarakat.

Hunlf d
Yang di=naksud dengan“ masyarakat petanP adalah suatu
kclompok masyarakat yang mengusahakan lahan di
宙 layahnya un● は lahan pertanian pangan berkelaniutan・

Ayat(6)
Cukupjelas.
Pasa1 7
Cukupjelas.
Pasa1 8
Cukupjelas.
Pasa1 9
Ayat(1)

Yang dimaksud lahan basah adalah lahan yang mempunyai


potensi untuk dacrah Hgasi Yang dilnaksud lahan pertanian
bukan sawah adalah lahan yang tidak mendapat air pcngalran
karena kcbutuhan air hanya terganmg dan curah httan.Yang
dimaksud lahan kebun/huma adalah ladang padi di tanah
ι
kc五 ng dan ataupun tanah yang baru ditebas hutannya.Yang
dilnaksud ladang addah lahan yang diusahakan unmk
menanarn tanatnan scmusim pada inusirn kemarau atau inusim
huian;Suplal air biasanya diperoleh melalui curah httan.
Ayat(2)
Cukup jelas
Ayat(3)
Cukupjelas
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal ll
Cukup jelas.
Pasal 12
Hun■ fa
Yang dimaksud “pcningkam kesuburan tanah" mclalui
pemupukan adalah melalui peninJattm pemakdan pupuk
organik dan pengurangan pemaban pupuk kinlia.
Hun■ fb
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Yang dimaksud dcngan “ pencegahan, pcnanggulangan harna
dan penyakit" adalah penggunaan pesusida hayati dengan
mengurangi pesdsida kimia
Huruf e
Cukup jelas.

Hun■ff
Cukup jelas.

Huruf g
Cukup jelas.

Hunlf h
Cukup jelas.

Pasal 13
Hun■ fa
Cukup jelas. ′
Hun■ fb
Cukup jelas.

Hun■ fc
Yang dimaksud dengan tanaman
“ tahllnan" adalah tanaman
pangan yang berbentuk batang kayu yang berumur lebih dari
satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari
satu kali dan ddak dibongkar sckali panen
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasa1 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukupjelas.
Pasa1 19
Ayat(1)

Huruf a
Cukup jelas.

Hun■ fb
Cukup jelas.

Hun■ fc
Yang dimaksud dengan “ konscrvasi tanah dan ai′
adalah upaya memclihara keberadaan serta
kebcrlaniuねm keadaan,sifat,dan fungsi sumber daya
lahan agar senandasa terscdia dalam kuandtas dan/atau
kualitasyang memadai untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat bak pada waktu sckarang maupun yang
akan datang.

Pasa1 20
Cukupjelas
Pasa1 2 1

Cukup Jelas.
Pasa1 22
C■lkup jelas. 11
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasa] 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "kepentingan umum" adalah
kepentingan sebagian besar masyarakat yang meliputi
kepentingan pengembangan jalan umum, pembangunan
waduk, bendungan, pembangunan jaringan irigasi,
meningkatkan saluran penyelenggaraan air minum,
drainase dan sanitasi, bangunan pengairan, pelabuhan,
baadar udara, stasiun dan j"lan kereta api,
pengembangan terminal, fasilitas keselamatan umum,
cagar alam, serta pembangkit dan jaringan listrik.
Huruf b
Yang dimalsud dengan "bencana alam" adalah bencana
alam hilang atau rusaknya infrastruktur secara pennanen
dal membahayakan keselamatan jiwa.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
,
Cukup jelas. t
Pasa1 30
Yang dimaksud dcngan “
1く
=iteria kesesuaian lahan" antnra lain
medasarkan pada ketersedinЯ n infrastruktur dan kcsuburan lahan.
Yang dirnaksud dengan ・siap tanaln" adalah kondisi lahan yang
dibuka dan telah dilakukan pembukaan lahan,pembersihan lahan,
pembangunan pematang, pengolahan lahan dan telah tersedia
anngan i五 gasi serta jalan usaha tani sebagal sarana pendukung

utama usaha tani.

Pasa1 31
Cukup jelas.
Pasa1 32
Cukup jelas.
Pasa1 33
Cukup jelas.
Pasa1 34
Cukup jclas.
Pasa1 35
Cukup jelas.
Pasa1 36
Cukup jelas
Pasa1 37
Cukup jelas.
Pasa1 38
Cukup jelas
Pasa1 39
Cukupjelas.
Pasa1 40
Ayat(1)
Cukup jelas.

Ayat(2)
Cukup jclas

Ayat(3)
Cukup jelas. 1
Ayat (4)
Hurufa
Yang dimaksud dengan "informasi fisik
alamiah, adalah
informasi spasial atau nonparsial sumber daya
alam yang
mendukung sistem produksi pangan pokok, termasuk
di
antaranya peta dasar, peta tematik, serta informasi yang
diturunkan dari data penginderaan jauh dan survey
lapangan.
Huruf b
Yang dimalsud dengan "informasi Iisik buatan" adalah
informasi tentang sarana dan prasarana fisik pertanian
dan permukiman perdesaan yang terkait, termasuk
sistem irigasi, jalan usaha tani, lahan, dan sarana
angkutan pertanian / perdesaan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "informasi fisik sumber daya
manusia" adalah informasi tentang keluarga petani dan
pelaku lainnya yang terkait dengan sistem produksi
pangan pokok.
Yang dimaksud dengan "informasi fisik sumber daya
sosial" adalah informasi tentang sosial budaya meliputi
organisasi petani serta organisasi perdesaan lain yang
terkait.
Hurlf d
Yang dimaksud dengan "informasi status kepemilikan
dan atau penguasaan" meliputi informasi terkait dengan
hak yang melekat atas tanah.
Huruf e

Yang dimaksud dengan "informasi luas dan lokasi lahan"


adalah meliputi informasi tentang data spasial dan data
atribut mengenai lokasi lahan.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "informasi jenis komoditi tertentu
yang bersifat pangan pokolf adalah meliputi informasi
tentang Pangan Pokok yang diusahakan petani.
Ayat (s)
,
Cukupjelas. f,
Pasa1 41
Ayat(1)
Cukup jelas.
Ayat(2)
Cukup jelas.
Ayat(3)
Sistem info..1lasi dan adnlinistrasi lahan pcrtanian pangan
berkcl珂 utan diSusun dalarn bentuk ncraca lahan y」 tu
Hncian perubahan luas baku lahan saat ini dan
penambahan luas baku lahan serta hasil luas pengurangan
baku lahan pada suatu wilayah tertentu selama peHOde
waktu tertentu.
Pasa1 42
Cukupjelas.
Pasa1 43
Cukup jelas.
Pasa1 44
Ayat(1)
Hunlf a

Yang dimaksud dengan taminan harga komoditas


pangan pokok yang menguntukan" adalah penetapan
barga dasar produksi pertanian par,gar- yang
menguntungkan petani.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "jaminan pemasar€rn hasil
pertniaa pokolC adalah jaminan pembelian oleh negara
terhadap produksi pertanian pangan sesuai harga dasar
yang ditetapkan.

Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e

Yang dimaksud dengan "kompensasi akibat gagal panen"


adalah jaminan pemberian santunan sesuai modal kerja
yang diakibatkan oleh gagal panen diluar kuasa petani,
seperti wabah hama, banjir, atau bencana alam lainnya
yang tidak dapat dicegah dan dielakkan oleh petani. /
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (r)
Peran serta masyarakat adalah sarana menjamin hak-hak
masyarakat sePerti :

a. menentukan dan mendelinisikan pengertian "pangan pokolC


sesuai dengan kebiasaan dan kebutuhannya;
b. terlibat di dalam mengusulkan, menyetujui dan/ atau
menolak bagran lahan dan kawasannya untuk ditetapkan
sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan atau l.ahan
Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
c. mengusulkan organisasi atau kelompok yang harus terlibat
di dalam penyelenggaraan Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan;
d. mengusulkan tata cara, mekanisme dan kelembagaan
Perlindungal Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di
tingkat lokal yang sesuai dengan karakteristik fisik wilayah,
serta sosial-budaya lokal yang ada;
e. menyampaikan laporan terkait dengan tanah terlantar yang
ada di lingkungannya untuk diusulkan sebagai Lahan
Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
f. menyampaikan laporan terkait dengan distribusi
pemanfaatan t ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan agar
pemanfaatannya berlangsung dengan produktif, efisien, dan
berkeadilan;
g. menyampaikan gugatan hukum atas bentuk-bentuk
penyimpangan dan ketidaksesuaian pelaksanaan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
h. menuntut agar dipenuhinya hak-hak perlindungar,
pemberdayaan, dan insentif sesuai dengan ketentuan yang
I
berlaku; I
i. memberikan usulan terkait dengan bentuk-bentuk
perlindungan, pemberdayaan, dan insentif/disinsentif yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakatnya;
dan/ atau
j. mengusulkan permohonan pendaftaran tanah secara
sistematik dan sPoradis.
Ayat (2)
Yang dimaksud 'berkelompolf dapat berupa kelompok tani,
organisasi, atau badan usaha.
Ayat (3)
Hurufa
Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada
aYat (3) dilakukan dengan cara:
1. mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan
dalam rangka menJrusun rencana pembangunan
nasional dan rencana pembangunan daerah serta
proses pen)rusunan rencana tata ruang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku; dan
2. melalui Rapat Dengar Pendapat Umum Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten / Kota dan


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi' Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia'
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
CukuP jelas.
Pasa-l 47
CukuP jelas.
Pasal 48
CukuP jelas.
Pasal 49
CukuP jelas.
Pasal 50
,
CukuP jelas. I
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


NoMoRoos3 L

Anda mungkin juga menyukai