Anda di halaman 1dari 17

PERJUANGAN BUSINESS PLAN COMPETITION NASIONAL

BERBASIS KOMPETISI TAHUN 2021

BUDIDAYA TALAS BENENG


DORONG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
BERBASIS INKLUSI SOSIAL
DI ERA NEW NORMAL

Oleh :
Anggriawan
Herwan Junaidi
Rahman Nidi

KARYA PUTRA BANGSA


2021
RINGKASAN PROPOSAL

1. Judul : Budidaya Talas Beneng Dorong Kesejahteraan


Masyarakat Berbasis Inklusi Sosial di Era
New Normal
2. Lokasi : Bogor
3. Tujuan : 1. Mengoptimalkan lahan tidur masyarakat
: 2. Memberdayakan masyarakat di Era New
: Normal
: 3. Meningkatkan nilai tambah ekonomi
keluarga
4. Keluaran : 1. Termanfaatkannya lahan tidur masyarakat
dengan penanaman talas beneng
: 2. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
pemanfaatan lahan tidur
: 3. Nilai tambah ekonomi keluarga meningkat
5. Perkiraan Manfaat : Menjaga stabilitas ekonomi keluarga guna
mendukung Pemerintah di Era New Normal
6. Perkiraan dampak : Ketahanan ekonomi keluarga terjaga karena
memiliki penghasilan tambahan dari
pemanfaatan lahan tidur
7. Metode Kegiatan : - Penentuan lahan
- Sosialisasi
- Pembentukan kelompok tani
- Pendampingan budidaya
- Pelatihan peningkatan SDM
- Literasi informasi pertanian
- Panen dan pascapanen
8. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun
9. Biaya : 71.100.000 (Tujuh Puluh Satu Juta Seratus
Ribu Rupiah)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era New Normal sejak mewabahnya virus Corona (Covid-19) yang
mematikan sudah lebih dari 1 tahun lamanya melanda dunia termasuk Indonesia
sejak dikonfirmasi infeksi Corona pertama di Indonesia tanggal 2 Maret 2020
(https://indonesia.go.id/). Wabah virus Corona tidak hanya mengancam kesehatan
masyarakat saja, namun lebih dari itu berimbas pada berbagai sendi kehidupan.
Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 mempengaruhi perekonomian
Indonesia, tidak terkecuali Jawa Barat. Hal ini mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat. Adanya pembatasan ruang gerak masyarakat akan sangat berimbas
pada penurunan salah satu kegiatan atau aktivitas masyarakat sehari-hari yaitu
aktivitas ekonomi nasional (Ferdi, 2020).
Tingkat kemiskinan di Jawa Barat tercatat mengalami peningkatan pada
tahun 2020 kondisi September, dari 6,82 persen pada tahun 2019 menjadi 8,43.
Tahun 2020 juga tercatat Indeks Kedalaman Kemiskinan sebesar 1,127 persen dan
Indeks Keparahan Kemiskinan sebesar 0,225 (BPS, 2020).
Pada kondisi physical distancing semua orang harus menjaga jarak untuk
menghindari kerumunan guna memutus mata rantai penyebaran virus corona,
sehingga semua layanan publik ditertibkan sesuai protokol kesehatan (Kemenkes,
2020).
Adaptasi Kebiasaan Baru (ABK) di Era New Normal, tentu membuat
sebagian masyarakat canggung karena belum terbiasa dengan kondisi tidak seperti
biasanya. Meskipun demikian, karena desakan kebutuhan keluarga sehari-hari
sehingga masih banyak masyarakat yang tidak mengindakan himbauan
pemerintah untuk menghindari kerumunan. Padahal pemerintah tentu memiliki
alasan kenapa membatasi aktivitas masyarakat.
Data dari Kementerian Kesehatan terus mengalami lonjakan jumlah
penderita virus corona. Hingga saat ini terkonfirmasi per tanggal 19 Mei 2021
jumlah kasus di Indonesia mencapai 1,7 juta jiwa. Dinyatakan meninggal
sebanyak 48.477 jiwa dan yang sembuh sebanyak 1,6 juta jiwa
(https://covid19.go.id/). Dari data gugus covid-19 tersebut, seharusnya masyarakat
Indonesia menyadari dan menahan diri untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.
Masyarakat tentuya akan patuh pada himbauan pemerintah jika
penjaminan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat terpenuhi. Seharusnya
dengan adanya lanjutan pembatasan kegiatan masyarakat, pemerintah juga hadir
memberikan lanjutan bantuan sosial berupa pemenuhan kebutuhan sembako.
Namun sejauh ini bantuan dari pemerintah dirasakan belum menjangkau semua
masyarakat, sehingga masih ada masyarakat yang sedikit bandel dengan
memaksakan diri untuk tetap beraktivitas di luar rumah meskipun berkerumun.
Berdasarkan uraian diatas, maka proposal ini dibuat untuk mendukung
pemerintah dalam mendorong kesejahteraaan masyarakat melalui budidaya
tanaman talas beneng dimasa pandemi dengan mengoptimalkan lahan tidur
masyarakat. Banyaknya lahan tidur menjadi media yang sangat baik untuk
budidaya talas beneng sebagai produk pangan masyarakat.
Tanaman talas beneng dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, lebih
optimal pada tanah berpasir seperti alluvial dengan ketinggian 250-1300 m dpl
(Susilawati, 2020). Sehingga sangat cocok untuk ditanam di Kabupaten Bogor
karena memiliki topografi wilayah yang bervariasi antara datar dan berbukit.
Secara astronomis Kabupaten Bogor terletak antara – 6° 18’ Lintang Utara dan –
6° 47’ Lintang Selatan dan antara 106° 01’− 107° 103’ Bujur Timur. Berdasarkan
posisi geografisnya Kabupaten Bogor memiliki batas: Utara – Kota Depok;
Selatan – Kabupaten Sukabumi; Barat – Kabupaten Lebak Provinsi Banten; Timur
– Kabupaten Purwakarta; Timur laut – Kabupaten Bekasi; Tenggara – Kabupaten
Cianjur dan Tengah – Kota Bogor. Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan
dan 435 Desa/ Kelurahan. Jumlah penduduk 1.398.541 jiwa dan penduduk pra
sejahtera di Kabupaten Bogor masih tergolong tinggi yairu : 120.525 jiwa (BPS,
2021).
Saat ini budidaya talas beneng mulai diminati masyarakat karena sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai produk komoditas lokal yang siap
menggantikan peran utama beras. Penanaman talas beneng sangat mudah
diterapkan oleh masyarakat karena tidak memerlukan lahan khusus seperti
tanaman lainnya. Saat pemeliharaan tanaman talas beneng juga sangat mudah
cukup dilakukan dengan cara mekanis dan pemangkasan daun tua setelah 3 bulan.
Pemupukan dasar (150-200 kg NPK/Ha) umur 3 bulan setelah tanam dan
pengendalian OPT (hampir tidak ada) kecuali hama babi.
Tanaman talas beneng atau yang lebih sering disebut sebagai talas besar
dan talas koneng ini memiliki umbi yang bisa mencapai berat hingga 20 kg dalam
kurun waktu 2 tahun, panjang mencapai 120 cm dengan bobot 42 kg dan ukuran
lingkar luar 50 cm (http://repository.pertanian.go.id/). Talas beneng dengan nama
lain Xantoshoma undipes K. Koch, memiliki kadar protein, mineral dan serat
pangan yang relatif tinggi.
Beberapa diversifikasi produk olahan dari talas beneng skala rumah
tangga, seperti rajangan daun talas, sabun bening, beras talas beneng, keripik dan
tepung. Tepung yang dihasilkan memiliki kadar oksalat rendah dan berwarna
cerah. Dan formulasi dari tepung talas beneng telah dihasilkan, seperti brownies,
bakpao dan cookies.

1.2. Rumusan Masalah


Dari permasalahan di atas kami menyimpulkan bahwa dampak covid-19
hingga kini masih melanda masyarakat yang berimbas pada ketahanan ekonomi
keluarga serta banyaknya potensi lahan tidur yang belum termanfaatkan. Untuk itu
kami fokus pada Budidaya Talas Beneng Dorong Kesejahteraan Masyarakat
Berbasis Inklusi Sosial di Era New Normal. Agar dapat menjaga ketahanan
ekonomi keluarga karena memiliki nilai tambah dari hasil pemanfaat lahan tidur
dimasa pandemi.

1.3. Tujuan Kegiatan


Atas dasar rumusan masalah diatas maka tujuan dari kegiatan adalah untuk
(1) mengoptimalkan lahan tidur milik masyarakat; (2) memberdayakan
masyarakat di Era New Normal; (3) meningkatkan nilai tambah ekonomi
keluarga.

1.4. Manfaat Kegiatan


Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mendorong kesejahteraan
masyarakat dimasa pandemi dengan memanfaatkan lahan tidur serta memberikan
dukungan kepada Pemerintah dalam menjaga stabilitas ketahanan ekonomi
keluarga.
II. Studi Pustaka
2.1. Talas Beneng
Talas Beneng (Beuneur dan Koneng) adalah tanaman jenis umbi-umbian.
Talas beneng merupakan SDG Lokal Banten yang dapat menjadi sumber pangan
alternatif, karena memiliki karbohidrat yang cukup tinggi. Agroekologi talas
beneng tersebar di wilayah sekitar Gunung Karang Kabupaten Pandeglang. Talas
Beneng memiliki karakteristik yang unik yaitu berukuran yang besar dan
berwarna kuning (koneng) dengan bagian terbesar yang dapat dimakan berupa
batang. Awal mulanya tanaman ini merupakan tanaman liar dalam hutan Gunung
Karang yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Talas beneng bukan tergolong
jenis Colocasia esculenta seperti Talas Bogor atau Malang, tetapi tergolong dalam
jenis Xanthosoma undipes K.Koch atau dikenal juga dengan tall elephant’s ear
(Yursak, 2017).
Talas beneng mulai dikonsumsi sejak tahun 1970-an saat krisis pangan,
namun dikonsumsi secara sembunyi-sembunti karena dianggap makanan kelas
rendah. Karena itu perkembangannya sebagai pangan alternatif kurang banyak
dikenal. Talas Beneng dapat dipanen pada umur 1-2 tahun dan mereka tidak
melakukan budidaya secara khusus, karena tanaman tersebut tumbuh liar.
Tahun 2008 BPTP Banten mencoba melakukan inovasi dengan mengolah
Talas Beneng menjadi keripik dan tepung talas. Pengolahan diawali dengan
menurunkan kadar asam oksalat yang dapat memberikan efek gatal apabila
terkena kulit/ termakan. Inovasi pengolahan tersebut berhasil dan hingga saat ini
pengolahan Talas Beneng menjadi keripik dan tepung talas masih tetap
berlangsung. Permintaan tepung talas beneng saat ini minimal 4 ton per bulan,
terutama ke Bogor, bahkan ke daerah lain seperti ke Banjarmasin, Lampung dan
Semarang.
Tepung Talas Beneng banyak diminati dikarenakan memiliki berbagai
kandungan gizi, yaitu : 10.11 g/100g kadar air, 5 g/100g kadar abu, 5.42 g/100g
protein, 0.60 g/100g lemak, 78.87 g/100g karbohidrat, 343 kal/100g energi, 12.10
mg/100g Fe, 8.41 mg/100g Zn, 0.73 mg/100g Vit B1 dan 0.78 mg/100g Vit B2
(Supriadi, 2020).
2.2. Kesejahteraan Masyarakat
Konsep kesejahteraan dikembangkan menjadi lebih luas dibandingan
sekedar mengukur aspek pendapatan nominal. Kesejahteraan adalah standard
living, wellbeing, welfare, dan quality of life. Brudeseth dalam Wisudayana
(2018) menyatakan kesejahteraan sebagai kualitas kepuasan hidup yang bertujuan
untuk mengukur posisi anggota masyarakat dalam membangun keseimbangan
hidup mencakup antara lain, (a) kesejahteraan materi, (b) kesejahteraan
bermasyarakat, (c) kesejahteraan emosi, (d) keamanan.
Menurut Sukirno (2003), bahwa salah satu faktor penting yang
menentukan kemakmuran sesuatu masyarakat adalah tingkat pendapatannya.
Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh dapat diwujudkan. Ketiadaan pendapatan menyebabkan para
penganggur harus mengurangi konsumsinya, yang mana pada akhirnya berakibat
pada redahnya pendapatan yang akan diterima oleh suatu daerah. Apabila keadaan
pengangguran di suatu negara adalah sangat buruk, kekacauan politik dan sosial
berlaku dan menimbulkan efek yang buruk kepada kesejahteraan masyarakat
dalam jangka panjang.
Kesejahteraan Masyarakat Desentralisasi yang memberi kewenangan lebih
luas kepada daerah, kemudian dijadikan momentum untuk memangkas anggaran
dan institusi sosial dan bahkan meniadakannya sama sekali. Alasannya:
pembangunan kesejahteraan sosial dianggap boros dan karenanya baru perlu
dilakukan apabila pertumbuhan ekonomi atau Pendapatan Asli daerah (PAD) telah
tinggi. Padahal, studi di beberapa Negara menunjukkan bahwa kemampuan
ekonomi tidak secara otomatis dan linier berhubungan dengan pembangunan
kesejahteraan sosial (Suharto, 2006: 85). Segel dan Bruzy (dalam Firman, 2020:
8) mengatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu
masyarakat yang meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas
hidup rakyat.

2.3. Inklusi Sosial


Inklusi sosial adalah upaya menempatkan martabat dan kemandirian
individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal. Menurut
Simarmata dan Zakaria dalam Ra’is (2017), Inklusi Sosial merupakan suatu
proses yang memungkinkan individu atau kelompok tertentu untuk dapat
berpartisipasi sebagian atau seluruhnya dalam kehidupan sosial.
Sasaran kegiatan Budidaya Talas Beneng Dorong Kesejahteraan
Masyarakat Berbasis Inklusi Sosial di Era New Normal adalah masyarakat
ataupun masyarakat yang membentuk kelompok tani dengan tujuan agar seluruh
elemen masyarakat mendapat perlakuan yang setara dan memperoleh kesempatan
yang sama sebagai warga negara, terlepas dari perbedaan apapun. Fokus kegiatan
budidaya talas beneng dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bogor karena talas
beneng dapat tumbuh di dataran lereng berbukitan yang memiliki naungan hingga
60%.
Konsep ini menawarkan solusi pemanfaatan lahan tidur dibawah naungan
pohon-pohon besar yang tadinya tidak menghasilkan. Selain itu, mendekatkan diri
dengan alam, juga dapat merekatkan hubungan sosial antara para penggiatnya.
Ketika kegiatan Budidaya Talas Beneng Dorong Kesejahteraan Masyarakat
Berbasis Inklusi Sosial di Era New Normal diterapkan dilingkungan masyarakat,
maka dapat menguatkan rasa kebersamaan dan menciptakan budaya gotong
royong dalam lingkungan masyarkaat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan peningkatan kemampuan dan
kemandirian masyarakat, untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara
optimal menuju masyarakat madani. Dalam pemberdayaan ini, terdapat tiga
proses pentahapan pemberdayaan masyarakat yang perlu dilakukan, yaitu: tahap
inisiasi; tahap partisipasi, dan tahap emansipasi (Suryono, 2013: 147). Konsep ini
menawarkan solusi dengan sistem tumpangsari pada tanaman exsisting dengan
mengoptimalkan lahan tidur diselah-selah tanaman.

2.4. The New Normal (Kenormalan Baru)


Definisi new normal menurut Pemerintah Indonesia adalah tatanan baru
untuk beradaptasi dengan COVID-19 (https://tirto.id/). Presiden mengatakan
masyarakat harus berdamai dan hidup berdampingan dengan Covid-19.
“Berdampingan itu justru kita tak menyerah, tetapi menyesuaikan diri (dengan
bahaya Covid-19). Kita lawan Covid-19 dengan kedepankan dan mewajibkan
protocol kesehatan” (25/5/2020). Menurut Psikolog Yuli Budirahayu bahwa New
Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal
namun dengan menerapkan protokol kesehatan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penularan Covid-19 (https://www.tribunnews.com). Kesimpulan arti
dari new normal adalah suatu cara untuk mempercepat penanganan COVID-19,
hingga ditemukan vaksin definitif dengan standar internasional untuk
pengobatan virus corona.
III. Metode Kegiatan
3.1. Waktu dan Lokasi
Kegiatan Budidaya Talas Beneng direncanakan selama 1 tahun (12 bulan)
untuk satu kali periode siklus tanam. Lokasi kegiatan di wilayah Kabupaten Bogor
karena talas beneng dapat tumbuh di dataran lereng berbukitan yang memiliki
naungan hingga 60%.

3.2. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam Budidaya Talas Beneng Dorong
Kesejahteraan Masyarakat di Era New Normal terbagi dalam 3 bagian besar yaitu
benih/ bibit, pupuk, dan buku panduan budidaya. Bibit yang digunakan adalah
bibit talas beneng dengan kualitas baik. Sedangkan pupuk yang digunakan terdiri
dari pupuk organik super aktif yaitu Eco Farming. Buku panduan (budidaya talas
beneng, hama dan penyakit, dan teknik pemupukan).
Peralatan yang digunakan seperti sprayer, cangkul, gembor, gayung,
ember, selang air, dan alat tulis kantor.

3.3. Ruang Lingkup Kegiatan


a. Penentuan lahan
b. Koordinasi dan sosialisasi Budidaya Talas Beneng Dorong
Kesejahteraan Masyarakat di Era New Normal dan rencana kegiatan
c. Pembentukan Kelompok Tani
d. Pendampingan kegiatan
e. Workshop peningkatan SDM
f. Literasi informasi pertanian
g. Panen dan pascapanen
IV. Rencana Pembiayaan
No Uraian Vol Satuan Harga Total
1 Sewa lahan/tahun 1 Ha 5.000.000 5.000.000
2 Bibit 10.000 Batang 3.500 35.000.000
3 Pupuk Organik 2 Paket 2.500.000 5.000.000
4 Pengolahan lahan 1 Ha 5.000.000 5.000.000
5 Biaya tanam 10.000 Batang 500 5.000.000
6 Perawatan 12 Bulan 1.000.000 12.000.000
7 Upah biaya panen daun 20.000 Lembar 250 1.600.000
8 Upah biaya panen umbi 10.000 Batang 250 2.500.000
Total Pembiayaan (A) 71.100.000

1 Hasil produksi daun 20.000 Lembar 1.000 6.400.000


2 Hasil produksi umbi 10.000 Batang 1.500 150.000.000
Total Hasil Produksi (B) 156.400.000

Gross Profit (B-A) 85.300.000


V. Organisasi Pelaksanaan
5.1. Tenaga
Susunan penaggungjawab kegiatan
Alokasi
Jabatan Dalam
No Nama & Gelar Uraian Tugas Waktu
Kegiatan
(Jam/Minggu)
1. Anggriawan Penanggung Mengkoordinir, membuat
jawab perencanaan dan
mengarahkan kegiatan & 20
pelaporan sesuai target
output
2. Herwan Junaidi Tim Anggota Membantu merancang
kegiatan agar sesuai 15
target output
3. Rahman Nidi Tim Anggota Membantu merancang
kegiatan agar sesuai 15
target output

5.2. Jadwal Pelaksanaan


Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penentuan lahan
2. Koordinasi dan Sosialisasi
3. Pembentukan kelompok
tani
4. Pendampingan kegiatan
5. Pelatihan peningkatan
SDM
6. Literasi informasi pertanian
7. Panen dan pascapanen
Daftar Pustaka

Ferdi. 2020. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Aktivitas Ekonomi Masyarakat


Di Desa Salumpaga, Kecamatan Tolitoli Utara. Geography Science
Education Journal (GEOSEE). Sulawesi Tengah
Firman, Dirwan, Mariah. 2020. Dampak Program Kelompok Usaha Bersama
(Kube) Terhadap Pendapatan Dan Kesejahteraan Masyarakat Di
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. JBK Volume 9 Nomor 1 Januari
2020.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Panduan Pencegahan dan
Pengendalian Covid-1 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam
Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. Jakarta
Ra’is, D. U. 2017. Peta inklusi sosial dalam regulasi desa. Reformasi Volume 7
No. 2 (2017)
Suharto, Edi. 2006. Arti strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan peran
profesi pekerjaan sosial dalam mengoptimalkan pembangunan daerah.
Sukirno, Sadono. 2003. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP Universitas
Indonesia
Supriadi, Dudi. 2020. Pengolahan Talas Beneng. Disampaikan pada acara Temu
Teknologi ke-5 BPTP Banten. 9 September 2020.
Suryono, Agus, 2013. Ekonomi Politik Pembangunan dalam Perspektif Teori Ilmu
Sosial. Malang: Universitas Negeri Malang Press
Susilawati, P. N. 2020. PPT Budidaya Talas Varietas Beneng. BPTP Banten.
Wahjusaputri, S. Fitriani, S. dan Bunyamin, 2018. Budidaya talas beneng menuju
industri kreatif bagi kelompok tani desa juhut, kec. Karang tanjung,
Banten. Prosiding PKM-CSR, Vol. 1 (2018).
Wisudayana, G.P.S, Sudirman, I.W, Budiasa, I.G.S. 2018. Analisis Pengaruh
Kebijakan Pemerintah Dan Modal Sosial Terhadap Kinerja Sosial
Ekonomi Lembaga Perkreditan Desa Dan Kesejahteraan Rumah Tangga
Miskin Di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. E-Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana7.10(2018):2285-2312
Yursak. Z dan Susilawati. P. N. 2017. Talas Beneng “Si Raksasa” dari Banten.
Banten.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20041300003/kasus-covid-19-terus-
meningkat-pemerintah-seluruh-dunia-sepakat-tinggal-di-rumah.html
diakses tanggal 12 Mei 2021 jam 07.38wib
https://covid19.go.id/ diakses tanggal 19 Mei 2021 jam 08.55 wib
https://tirto.id/arti-new-normal-indonesia-tatanan-baru-beradaptasi-dengan-covid-
19-fDB3 diakses tanggal 12 Mei 2021 jam 08.11 wib
https://www.tribunnews.com/corona/2020/05/26/apa-arti-new-normal-indonesia-
simak-ketentuan-protokol-pencegahan-covid-19-di-tempat-kerja diakses
tanggal 12 Mei 2021 jam 08.35 wib
https://id.wikipedia.org/wiki/Talas diakses tanggal 16 Mei 2021 jam 20.02 wib
https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/kasus-covid-19-
pertama-masyarakat-jangan-panik diakses tanggal 18 Mei 2021 jam
18.48 wib
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/5542/buku%20600
%20teknologi_final_593.pdf?sequence=1&isAllowed=y diakses tanggal
19 Mei 2021 jam 10.08 wib
Lampiran:

Lokasi tanaman Talas Beneng Pandeglang, Banten

Bibit Talas Beneng


Umbi Talas Beneng

Aneka olahan Umbi Talas Beneng

Anda mungkin juga menyukai