Masyarakat Berbasis Inklusi Sosial di Era New Normal 2. Lokasi : Bogor 3. Tujuan : 1. Mengoptimalkan lahan tidur masyarakat : 2. Memberdayakan masyarakat di Era New : Normal : 3. Meningkatkan nilai tambah ekonomi keluarga 4. Keluaran : 1. Termanfaatkannya lahan tidur masyarakat dengan penanaman talas beneng : 2. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan lahan tidur : 3. Nilai tambah ekonomi keluarga meningkat 5. Perkiraan Manfaat : Menjaga stabilitas ekonomi keluarga guna mendukung Pemerintah di Era New Normal 6. Perkiraan dampak : Ketahanan ekonomi keluarga terjaga karena memiliki penghasilan tambahan dari pemanfaatan lahan tidur 7. Metode Kegiatan : - Penentuan lahan - Sosialisasi - Pembentukan kelompok tani - Pendampingan budidaya - Pelatihan peningkatan SDM - Literasi informasi pertanian - Panen dan pascapanen 8. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun 9. Biaya : 71.100.000 (Tujuh Puluh Satu Juta Seratus Ribu Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era New Normal sejak mewabahnya virus Corona (Covid-19) yang mematikan sudah lebih dari 1 tahun lamanya melanda dunia termasuk Indonesia sejak dikonfirmasi infeksi Corona pertama di Indonesia tanggal 2 Maret 2020 (https://indonesia.go.id/). Wabah virus Corona tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat saja, namun lebih dari itu berimbas pada berbagai sendi kehidupan. Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 mempengaruhi perekonomian Indonesia, tidak terkecuali Jawa Barat. Hal ini mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Adanya pembatasan ruang gerak masyarakat akan sangat berimbas pada penurunan salah satu kegiatan atau aktivitas masyarakat sehari-hari yaitu aktivitas ekonomi nasional (Ferdi, 2020). Tingkat kemiskinan di Jawa Barat tercatat mengalami peningkatan pada tahun 2020 kondisi September, dari 6,82 persen pada tahun 2019 menjadi 8,43. Tahun 2020 juga tercatat Indeks Kedalaman Kemiskinan sebesar 1,127 persen dan Indeks Keparahan Kemiskinan sebesar 0,225 (BPS, 2020). Pada kondisi physical distancing semua orang harus menjaga jarak untuk menghindari kerumunan guna memutus mata rantai penyebaran virus corona, sehingga semua layanan publik ditertibkan sesuai protokol kesehatan (Kemenkes, 2020). Adaptasi Kebiasaan Baru (ABK) di Era New Normal, tentu membuat sebagian masyarakat canggung karena belum terbiasa dengan kondisi tidak seperti biasanya. Meskipun demikian, karena desakan kebutuhan keluarga sehari-hari sehingga masih banyak masyarakat yang tidak mengindakan himbauan pemerintah untuk menghindari kerumunan. Padahal pemerintah tentu memiliki alasan kenapa membatasi aktivitas masyarakat. Data dari Kementerian Kesehatan terus mengalami lonjakan jumlah penderita virus corona. Hingga saat ini terkonfirmasi per tanggal 19 Mei 2021 jumlah kasus di Indonesia mencapai 1,7 juta jiwa. Dinyatakan meninggal sebanyak 48.477 jiwa dan yang sembuh sebanyak 1,6 juta jiwa (https://covid19.go.id/). Dari data gugus covid-19 tersebut, seharusnya masyarakat Indonesia menyadari dan menahan diri untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Masyarakat tentuya akan patuh pada himbauan pemerintah jika penjaminan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat terpenuhi. Seharusnya dengan adanya lanjutan pembatasan kegiatan masyarakat, pemerintah juga hadir memberikan lanjutan bantuan sosial berupa pemenuhan kebutuhan sembako. Namun sejauh ini bantuan dari pemerintah dirasakan belum menjangkau semua masyarakat, sehingga masih ada masyarakat yang sedikit bandel dengan memaksakan diri untuk tetap beraktivitas di luar rumah meskipun berkerumun. Berdasarkan uraian diatas, maka proposal ini dibuat untuk mendukung pemerintah dalam mendorong kesejahteraaan masyarakat melalui budidaya tanaman talas beneng dimasa pandemi dengan mengoptimalkan lahan tidur masyarakat. Banyaknya lahan tidur menjadi media yang sangat baik untuk budidaya talas beneng sebagai produk pangan masyarakat. Tanaman talas beneng dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, lebih optimal pada tanah berpasir seperti alluvial dengan ketinggian 250-1300 m dpl (Susilawati, 2020). Sehingga sangat cocok untuk ditanam di Kabupaten Bogor karena memiliki topografi wilayah yang bervariasi antara datar dan berbukit. Secara astronomis Kabupaten Bogor terletak antara – 6° 18’ Lintang Utara dan – 6° 47’ Lintang Selatan dan antara 106° 01’− 107° 103’ Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya Kabupaten Bogor memiliki batas: Utara – Kota Depok; Selatan – Kabupaten Sukabumi; Barat – Kabupaten Lebak Provinsi Banten; Timur – Kabupaten Purwakarta; Timur laut – Kabupaten Bekasi; Tenggara – Kabupaten Cianjur dan Tengah – Kota Bogor. Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan dan 435 Desa/ Kelurahan. Jumlah penduduk 1.398.541 jiwa dan penduduk pra sejahtera di Kabupaten Bogor masih tergolong tinggi yairu : 120.525 jiwa (BPS, 2021). Saat ini budidaya talas beneng mulai diminati masyarakat karena sangat potensial untuk dikembangkan sebagai produk komoditas lokal yang siap menggantikan peran utama beras. Penanaman talas beneng sangat mudah diterapkan oleh masyarakat karena tidak memerlukan lahan khusus seperti tanaman lainnya. Saat pemeliharaan tanaman talas beneng juga sangat mudah cukup dilakukan dengan cara mekanis dan pemangkasan daun tua setelah 3 bulan. Pemupukan dasar (150-200 kg NPK/Ha) umur 3 bulan setelah tanam dan pengendalian OPT (hampir tidak ada) kecuali hama babi. Tanaman talas beneng atau yang lebih sering disebut sebagai talas besar dan talas koneng ini memiliki umbi yang bisa mencapai berat hingga 20 kg dalam kurun waktu 2 tahun, panjang mencapai 120 cm dengan bobot 42 kg dan ukuran lingkar luar 50 cm (http://repository.pertanian.go.id/). Talas beneng dengan nama lain Xantoshoma undipes K. Koch, memiliki kadar protein, mineral dan serat pangan yang relatif tinggi. Beberapa diversifikasi produk olahan dari talas beneng skala rumah tangga, seperti rajangan daun talas, sabun bening, beras talas beneng, keripik dan tepung. Tepung yang dihasilkan memiliki kadar oksalat rendah dan berwarna cerah. Dan formulasi dari tepung talas beneng telah dihasilkan, seperti brownies, bakpao dan cookies.
1.2. Rumusan Masalah
Dari permasalahan di atas kami menyimpulkan bahwa dampak covid-19 hingga kini masih melanda masyarakat yang berimbas pada ketahanan ekonomi keluarga serta banyaknya potensi lahan tidur yang belum termanfaatkan. Untuk itu kami fokus pada Budidaya Talas Beneng Dorong Kesejahteraan Masyarakat Berbasis Inklusi Sosial di Era New Normal. Agar dapat menjaga ketahanan ekonomi keluarga karena memiliki nilai tambah dari hasil pemanfaat lahan tidur dimasa pandemi.
1.3. Tujuan Kegiatan
Atas dasar rumusan masalah diatas maka tujuan dari kegiatan adalah untuk (1) mengoptimalkan lahan tidur milik masyarakat; (2) memberdayakan masyarakat di Era New Normal; (3) meningkatkan nilai tambah ekonomi keluarga.
1.4. Manfaat Kegiatan
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mendorong kesejahteraan masyarakat dimasa pandemi dengan memanfaatkan lahan tidur serta memberikan dukungan kepada Pemerintah dalam menjaga stabilitas ketahanan ekonomi keluarga. II. Studi Pustaka 2.1. Talas Beneng Talas Beneng (Beuneur dan Koneng) adalah tanaman jenis umbi-umbian. Talas beneng merupakan SDG Lokal Banten yang dapat menjadi sumber pangan alternatif, karena memiliki karbohidrat yang cukup tinggi. Agroekologi talas beneng tersebar di wilayah sekitar Gunung Karang Kabupaten Pandeglang. Talas Beneng memiliki karakteristik yang unik yaitu berukuran yang besar dan berwarna kuning (koneng) dengan bagian terbesar yang dapat dimakan berupa batang. Awal mulanya tanaman ini merupakan tanaman liar dalam hutan Gunung Karang yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Talas beneng bukan tergolong jenis Colocasia esculenta seperti Talas Bogor atau Malang, tetapi tergolong dalam jenis Xanthosoma undipes K.Koch atau dikenal juga dengan tall elephant’s ear (Yursak, 2017). Talas beneng mulai dikonsumsi sejak tahun 1970-an saat krisis pangan, namun dikonsumsi secara sembunyi-sembunti karena dianggap makanan kelas rendah. Karena itu perkembangannya sebagai pangan alternatif kurang banyak dikenal. Talas Beneng dapat dipanen pada umur 1-2 tahun dan mereka tidak melakukan budidaya secara khusus, karena tanaman tersebut tumbuh liar. Tahun 2008 BPTP Banten mencoba melakukan inovasi dengan mengolah Talas Beneng menjadi keripik dan tepung talas. Pengolahan diawali dengan menurunkan kadar asam oksalat yang dapat memberikan efek gatal apabila terkena kulit/ termakan. Inovasi pengolahan tersebut berhasil dan hingga saat ini pengolahan Talas Beneng menjadi keripik dan tepung talas masih tetap berlangsung. Permintaan tepung talas beneng saat ini minimal 4 ton per bulan, terutama ke Bogor, bahkan ke daerah lain seperti ke Banjarmasin, Lampung dan Semarang. Tepung Talas Beneng banyak diminati dikarenakan memiliki berbagai kandungan gizi, yaitu : 10.11 g/100g kadar air, 5 g/100g kadar abu, 5.42 g/100g protein, 0.60 g/100g lemak, 78.87 g/100g karbohidrat, 343 kal/100g energi, 12.10 mg/100g Fe, 8.41 mg/100g Zn, 0.73 mg/100g Vit B1 dan 0.78 mg/100g Vit B2 (Supriadi, 2020). 2.2. Kesejahteraan Masyarakat Konsep kesejahteraan dikembangkan menjadi lebih luas dibandingan sekedar mengukur aspek pendapatan nominal. Kesejahteraan adalah standard living, wellbeing, welfare, dan quality of life. Brudeseth dalam Wisudayana (2018) menyatakan kesejahteraan sebagai kualitas kepuasan hidup yang bertujuan untuk mengukur posisi anggota masyarakat dalam membangun keseimbangan hidup mencakup antara lain, (a) kesejahteraan materi, (b) kesejahteraan bermasyarakat, (c) kesejahteraan emosi, (d) keamanan. Menurut Sukirno (2003), bahwa salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran sesuatu masyarakat adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Ketiadaan pendapatan menyebabkan para penganggur harus mengurangi konsumsinya, yang mana pada akhirnya berakibat pada redahnya pendapatan yang akan diterima oleh suatu daerah. Apabila keadaan pengangguran di suatu negara adalah sangat buruk, kekacauan politik dan sosial berlaku dan menimbulkan efek yang buruk kepada kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Kesejahteraan Masyarakat Desentralisasi yang memberi kewenangan lebih luas kepada daerah, kemudian dijadikan momentum untuk memangkas anggaran dan institusi sosial dan bahkan meniadakannya sama sekali. Alasannya: pembangunan kesejahteraan sosial dianggap boros dan karenanya baru perlu dilakukan apabila pertumbuhan ekonomi atau Pendapatan Asli daerah (PAD) telah tinggi. Padahal, studi di beberapa Negara menunjukkan bahwa kemampuan ekonomi tidak secara otomatis dan linier berhubungan dengan pembangunan kesejahteraan sosial (Suharto, 2006: 85). Segel dan Bruzy (dalam Firman, 2020: 8) mengatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera dari suatu masyarakat yang meliputi kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat.
2.3. Inklusi Sosial
Inklusi sosial adalah upaya menempatkan martabat dan kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal. Menurut Simarmata dan Zakaria dalam Ra’is (2017), Inklusi Sosial merupakan suatu proses yang memungkinkan individu atau kelompok tertentu untuk dapat berpartisipasi sebagian atau seluruhnya dalam kehidupan sosial. Sasaran kegiatan Budidaya Talas Beneng Dorong Kesejahteraan Masyarakat Berbasis Inklusi Sosial di Era New Normal adalah masyarakat ataupun masyarakat yang membentuk kelompok tani dengan tujuan agar seluruh elemen masyarakat mendapat perlakuan yang setara dan memperoleh kesempatan yang sama sebagai warga negara, terlepas dari perbedaan apapun. Fokus kegiatan budidaya talas beneng dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bogor karena talas beneng dapat tumbuh di dataran lereng berbukitan yang memiliki naungan hingga 60%. Konsep ini menawarkan solusi pemanfaatan lahan tidur dibawah naungan pohon-pohon besar yang tadinya tidak menghasilkan. Selain itu, mendekatkan diri dengan alam, juga dapat merekatkan hubungan sosial antara para penggiatnya. Ketika kegiatan Budidaya Talas Beneng Dorong Kesejahteraan Masyarakat Berbasis Inklusi Sosial di Era New Normal diterapkan dilingkungan masyarakat, maka dapat menguatkan rasa kebersamaan dan menciptakan budaya gotong royong dalam lingkungan masyarkaat. Pemberdayaan masyarakat merupakan peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat, untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal menuju masyarakat madani. Dalam pemberdayaan ini, terdapat tiga proses pentahapan pemberdayaan masyarakat yang perlu dilakukan, yaitu: tahap inisiasi; tahap partisipasi, dan tahap emansipasi (Suryono, 2013: 147). Konsep ini menawarkan solusi dengan sistem tumpangsari pada tanaman exsisting dengan mengoptimalkan lahan tidur diselah-selah tanaman.
2.4. The New Normal (Kenormalan Baru)
Definisi new normal menurut Pemerintah Indonesia adalah tatanan baru untuk beradaptasi dengan COVID-19 (https://tirto.id/). Presiden mengatakan masyarakat harus berdamai dan hidup berdampingan dengan Covid-19. “Berdampingan itu justru kita tak menyerah, tetapi menyesuaikan diri (dengan bahaya Covid-19). Kita lawan Covid-19 dengan kedepankan dan mewajibkan protocol kesehatan” (25/5/2020). Menurut Psikolog Yuli Budirahayu bahwa New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan menerapkan protokol kesehatan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 (https://www.tribunnews.com). Kesimpulan arti dari new normal adalah suatu cara untuk mempercepat penanganan COVID-19, hingga ditemukan vaksin definitif dengan standar internasional untuk pengobatan virus corona. III. Metode Kegiatan 3.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan Budidaya Talas Beneng direncanakan selama 1 tahun (12 bulan) untuk satu kali periode siklus tanam. Lokasi kegiatan di wilayah Kabupaten Bogor karena talas beneng dapat tumbuh di dataran lereng berbukitan yang memiliki naungan hingga 60%.
3.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam Budidaya Talas Beneng Dorong Kesejahteraan Masyarakat di Era New Normal terbagi dalam 3 bagian besar yaitu benih/ bibit, pupuk, dan buku panduan budidaya. Bibit yang digunakan adalah bibit talas beneng dengan kualitas baik. Sedangkan pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk organik super aktif yaitu Eco Farming. Buku panduan (budidaya talas beneng, hama dan penyakit, dan teknik pemupukan). Peralatan yang digunakan seperti sprayer, cangkul, gembor, gayung, ember, selang air, dan alat tulis kantor.
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Penentuan lahan b. Koordinasi dan sosialisasi Budidaya Talas Beneng Dorong Kesejahteraan Masyarakat di Era New Normal dan rencana kegiatan c. Pembentukan Kelompok Tani d. Pendampingan kegiatan e. Workshop peningkatan SDM f. Literasi informasi pertanian g. Panen dan pascapanen IV. Rencana Pembiayaan No Uraian Vol Satuan Harga Total 1 Sewa lahan/tahun 1 Ha 5.000.000 5.000.000 2 Bibit 10.000 Batang 3.500 35.000.000 3 Pupuk Organik 2 Paket 2.500.000 5.000.000 4 Pengolahan lahan 1 Ha 5.000.000 5.000.000 5 Biaya tanam 10.000 Batang 500 5.000.000 6 Perawatan 12 Bulan 1.000.000 12.000.000 7 Upah biaya panen daun 20.000 Lembar 250 1.600.000 8 Upah biaya panen umbi 10.000 Batang 250 2.500.000 Total Pembiayaan (A) 71.100.000
1 Hasil produksi daun 20.000 Lembar 1.000 6.400.000
2 Hasil produksi umbi 10.000 Batang 1.500 150.000.000 Total Hasil Produksi (B) 156.400.000
Gross Profit (B-A) 85.300.000
V. Organisasi Pelaksanaan 5.1. Tenaga Susunan penaggungjawab kegiatan Alokasi Jabatan Dalam No Nama & Gelar Uraian Tugas Waktu Kegiatan (Jam/Minggu) 1. Anggriawan Penanggung Mengkoordinir, membuat jawab perencanaan dan mengarahkan kegiatan & 20 pelaporan sesuai target output 2. Herwan Junaidi Tim Anggota Membantu merancang kegiatan agar sesuai 15 target output 3. Rahman Nidi Tim Anggota Membantu merancang kegiatan agar sesuai 15 target output
5.2. Jadwal Pelaksanaan
Bulan Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Penentuan lahan 2. Koordinasi dan Sosialisasi 3. Pembentukan kelompok tani 4. Pendampingan kegiatan 5. Pelatihan peningkatan SDM 6. Literasi informasi pertanian 7. Panen dan pascapanen Daftar Pustaka
Ferdi. 2020. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Aktivitas Ekonomi Masyarakat
Di Desa Salumpaga, Kecamatan Tolitoli Utara. Geography Science Education Journal (GEOSEE). Sulawesi Tengah Firman, Dirwan, Mariah. 2020. Dampak Program Kelompok Usaha Bersama (Kube) Terhadap Pendapatan Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. JBK Volume 9 Nomor 1 Januari 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Panduan Pencegahan dan Pengendalian Covid-1 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. Jakarta Ra’is, D. U. 2017. Peta inklusi sosial dalam regulasi desa. Reformasi Volume 7 No. 2 (2017) Suharto, Edi. 2006. Arti strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan peran profesi pekerjaan sosial dalam mengoptimalkan pembangunan daerah. Sukirno, Sadono. 2003. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP Universitas Indonesia Supriadi, Dudi. 2020. Pengolahan Talas Beneng. Disampaikan pada acara Temu Teknologi ke-5 BPTP Banten. 9 September 2020. Suryono, Agus, 2013. Ekonomi Politik Pembangunan dalam Perspektif Teori Ilmu Sosial. Malang: Universitas Negeri Malang Press Susilawati, P. N. 2020. PPT Budidaya Talas Varietas Beneng. BPTP Banten. Wahjusaputri, S. Fitriani, S. dan Bunyamin, 2018. Budidaya talas beneng menuju industri kreatif bagi kelompok tani desa juhut, kec. Karang tanjung, Banten. Prosiding PKM-CSR, Vol. 1 (2018). Wisudayana, G.P.S, Sudirman, I.W, Budiasa, I.G.S. 2018. Analisis Pengaruh Kebijakan Pemerintah Dan Modal Sosial Terhadap Kinerja Sosial Ekonomi Lembaga Perkreditan Desa Dan Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana7.10(2018):2285-2312 Yursak. Z dan Susilawati. P. N. 2017. Talas Beneng “Si Raksasa” dari Banten. Banten. https://www.kemkes.go.id/article/view/20041300003/kasus-covid-19-terus- meningkat-pemerintah-seluruh-dunia-sepakat-tinggal-di-rumah.html diakses tanggal 12 Mei 2021 jam 07.38wib https://covid19.go.id/ diakses tanggal 19 Mei 2021 jam 08.55 wib https://tirto.id/arti-new-normal-indonesia-tatanan-baru-beradaptasi-dengan-covid- 19-fDB3 diakses tanggal 12 Mei 2021 jam 08.11 wib https://www.tribunnews.com/corona/2020/05/26/apa-arti-new-normal-indonesia- simak-ketentuan-protokol-pencegahan-covid-19-di-tempat-kerja diakses tanggal 12 Mei 2021 jam 08.35 wib https://id.wikipedia.org/wiki/Talas diakses tanggal 16 Mei 2021 jam 20.02 wib https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/kasus-covid-19- pertama-masyarakat-jangan-panik diakses tanggal 18 Mei 2021 jam 18.48 wib http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/5542/buku%20600 %20teknologi_final_593.pdf?sequence=1&isAllowed=y diakses tanggal 19 Mei 2021 jam 10.08 wib Lampiran: