RENCANA AKSI TERPADU

PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

PROVINSI JAWA TENGAH

TIM TERPADU PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2017
 STABILITAS KEAMANAN DAN
KETERTIBAN MASYARAKAT

UPAYA MELINDUNGI SEGENAP

BANGSA INDONESIA DAN SELURUH PENCIPTAAN STABILITAS KEAMANAN
MELALUI
TUMPAH DARAH INDONESIA DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

SYARAT POKOK PENCAPAIAN

TUJUAN NEGARA
BERIKUTNYA

PERWUJUDAN

MEWUJUDKAN KONDISI KEHIDUPAN

KEWAJIBAN PEMERINTAH MASYARAKAT YANG TENTERAM TERTIB DAN
DAN PEMERINTAH DAERAH TERATUR SEBAGAIMANA DI ATUR DALAM UU
NO 23 TAHUN 2014 TTG PEMDA
 PEMELIHARAAN TIBUM DAN TRAMMAS
(UU NO. 23/2014 TTG PEMDA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH
DENGAN UU NO. 9/2015)

TUGAS PEMDA TERKAIT DENGAN PENYELENGGARAAN

TIBUM DAN TRAMMAS
PASAL 65 AYAT (1) HURUF b, DAN PASAL 67 HURUF a MENYATAKAN BAHWA KEPALA DAERAH
DAN WAKIL KEPALA DAERAH MEMPUNYAI TUGAS DAN KEWAJIBAN SALAH
SATUNYA MEMELIHARA KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT ATAU
MEMELIHARA KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
PASAL 225 AYAT (1) HURUF c, BAHWA CAMAT MEMPUNYAI TUGAS SALAH SATUNYA
MENGOORDINASIKAN UPAYA PENYELENGGARAAN KETENTRAMAN DAN
KETERTIBAN UMUM.

3
 KEBIJAKAN PEMERINTAH PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
INSTRUKSI PRESIDEN NO .
2 THN 2013
(Leading Sector Kemenko
Polhukam)
KEBIJAKAN UU NO. 7 TAHUN 2012
YANG TENTANG PENANGANAN
DILAKUKAN KONFLIK SOSIAL
INSTRUKSI PRESIDEN NO .
1 THN 2014
(Leading Sector Kemenko
Polhukam)

Berakhir Pada Tahun 2014

PP 2 TAHUN 2015 TENTANG
PERMENDAGRI 42 TAHUN PERATURAN PELAKSANAAN
Pedoman 2015 TENTANG PELAKS UNDANG-UNDANG NOMOR 7
Penanganan KOORDINASI TAHUN 2012 TENTANG
Konflik PENANGANAN KONFLIK PENANGANAN KONFLIK
Sosial Tahun 2015.. SOSIAL SOSIAL
Dst. (Leading Sector
(Pusat, Provinsi kemendagri)
dan Kab/Kota) Pengganti
INPRES NO . 1 THN 2014

4
 UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012,
PP NOMOR 2 TAHUN 2015 DAN PERMENDAGRI NOMOR 42 TAHUN 2015
PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

PENCEGAHAN KONFLIK
RUANG LINGKUP
PENANGANAN PENGHENTIAN KONFLIK
KONFLIK
PEMULIHAN PASCA KONFLIK

Konflik Bersumber Dari :

 Permasalahan yang berkaitan dengan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya;
 Perseteruan antar umat Beragama dan/atau inter umat Beragama, antar suku, dan antar etnis;
 Sengketa Batas Wilayah Desa, Kabupaten/Kota, Dan/Atau Provinsi;
 Sengketa Sumber Daya Alam Antar Masyarakat Dan/Atau Antarmasyarakat Dengan Pelaku
Usaha; Atau
 Distribusi Sumber Daya Alam Yang Tidak Seimbang Dalam Masyarakat.

5
 OPERASIONALISASI
PERMENDAGRI NO 42 TAHUN 2015
TTG PELAKSANAAN KOORDINASI PENANGAN KONFLIK SOSIAL

1. Menteri berwenang mengoordinasikan pencegahan konflik, penghentian

konflik dan pemulihan pascakonflik secara nasional.
PASAL 3
2. Gubernur berwenang mengoordinasikan pencegahan konflik, penghentian
konflik dan pemulihan pascakonflik skala Provinsi.
3. Bupati/Walikota berwenang mengoordinasikan pencegahan konflik,
penghentian konflik dan pemulihan pascakonflik skala Kabupaten/Kota.

1. Dalam meningkatkan pelaksanaan koordinasi penanganan konflik dibentuk

Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial.
PASAL 10 2. Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), terdiri atas;
1.Tim terpadu tingkat nasional;
2.Tim terpadu tingkat provinsi;dan
3.Tim terpadu tingkat kabupaten/kota.

6
 ANGGOTA TIM TERPADU PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
PERMENDAGRI NO 42 TAHUN 2015

A. MENYUSUN RENCANA AKSI TERPADU PENANGANAN KONFLIK SOSIAL TINGKAT

TIM TERPADU PENANGANAN NAS/PROV/KAB/KOTA
TUGAS B. MENGKOORDINASIKAN, MENGARAHKAN, MENGENDALIKAN, DAN MENGAWASI PENANGANAN KONFLIK SCR
KONFLIK SOSIAL NASIONAL, SKALA PROV, DAN SKALA KAB/KOTA
C. MEMBERIKAN INFO KEPADA PUBLIK TTG TERJADINYA KONFLIK DAN UPAYA PENANGANANNYA
D. MELAKUKAN UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN MELALUI SISTEM PERINGATAN DINI;
E. MERESPON DGN CEPAT DAN MENYELESAIKAN SECARA DAMAI SEMUA PERMASALAHAN DI DLM MASY YG
BERPOTENSI MENIMBULKAN KONFLIK;
F. MEMBANTU UPAYA PENANGANAN PENGUNGSI DAN PEMULIHAN PASCAKONFLIK YG MELIPUTI, REKONSILIASI,
REHABILITASI, DAN REKONSTRUKSI.
TINGKAT NASIONAL

PENGARAH : 1. MENKO POLHUKAM

2. MENKO PMK
3. MENKO PEREKONOMIAN
4. MENKO KEMARITIMAN TINGKAT PROV
KETUA : MENTERI DALAM NEGERI TINGKAT KAB/KOTA
WAKIL KETUA I : KAPOLRI
WAKIL KETUA II : PANGLIMA TNI
WAKIL KETUA III : JAKSA AGUNG
WAKIL KETUA IV : MENTERI SOSIAL
WAKIL KETUA V : MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
WAKIL KETUA VI : MENTERI KESEHATAN KETUA ; GUBERNUR
WAKIL KETUA VII : MENTERI KEUANGAN WAKIL KETUA I : SEKDA PROVINSI KETUA : BUP/WALKOT
WAKIL KETUA VIII : MENTERI PPN/BAPPENAS WAKIL KETUA II : KAPOLDA WAKIL KETUA I : SEKDA KAB/KOTA
WAKIL KETUA IX : KEPALA BIN WAKIL KETUA III : PANGDAM/DANREM/KEPALA WAKIL KETUA II : KAPOLRES/TA/BES
SEKRETARIS : DIRJEN POLITIK DAN SATUAN TNI WIL SETEMPAT. WAKIL KETUA III : DANDIM/KEPALA SATUAN TNI WIL
PEMERINTAHAN UMUM WAKIL KETUA IV : KAJATI SETEMPAT
WKL SEKRE I : KABAHARKAM POLRI WAKIL KETUA V : KABINDA WAKIL KETUA IV : KAJARI
WAKIL SEKRE II : KASUM TNI SEKRETARIS : KABAN KESBANGPOL PROV SEKRETARIS : KABAN KESBANGPOL
WAKIL SEKRE III : JAM INTEL KEJAKSAAN RI WKL SEKRE I : KA BIRO OPS POLDA KAB/KOTA
WAKIL SEKRE IV : DIRJEN PERLINDUNGAN WKL SEKRE II : ASOPS KODAM/KASREM WKL SEKRE I : KABAG OPS
DAN JAMINAN SOSIAL,KEMSOS WAKIL SEKRE III : ASINTEL KEJATI POLRES/TA/TABES
WAKIL SEKRE V : DIRJEN PD KEMENDIKBUD ANGGOTA : PEJABAT SKPD PROV WKL SEKRE II : KASI OPS KODIM
WAKIL SEKRE VI : DIRJEN PD KEMENKES DAN/ATAU INSTANSI WKL SEKRE III : KASI INTEL KEJARI
WAKIL SEKRE VII : DEPUTI BAPPENAS VERTIKAL LAIN SESUAI ANGGOTA : PEJABAT SKPD KAB/KOTA
WAKIL SEKRE VIII : DEPUTI II BIN KEBUTUHAN DAN/ATAU INSTANSI
ANGGOTA : UNSUR PEJABAT K/L VERTIKAL TERKAIT SESUAI
TERKAIT SESUAI KEBUTUHAN
KEBUTUHAN.

SEKRETARIAT TIM
SEKRETARIAT TIM TERPADU SEKRETARIAT TIM
TERPADU TERPADU

7
TIM TERPADU PENANGANAN KONFLIK
SOSIAL PROV. JATENG
Tugas Tim Terpadu Penanganan Konflik
Sosial prov Jateng
• Menyusun Rencana Aksi Terpadu
penanganan Konflik Sosial Provinsi
• Mengkoordinasikan, mengarahkan, mengendalikan
dan mengawasi penanganan konflik sosial skala
Provinsi
• Memberikan informasi kepada publik terkait konflik
dan permasalahannya
 KEGIATAN KOORDINASI
DILAKUKAN MELALUI :

SINKRONISASI

HARMONISASI

INTEGRITAS KEBIJAKAN

PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN

RENAKSI TERPADU PKS DITINGKAT
NASIONAL, PROVINSI DAN
KAB/KOTA
 PELAKSANAAN TIMDU PKS THN 2017

TERKORDINASI MELALUI TIM TERPADU PENANGANAN

KONFLIK SOSIAL PADA TAHUN 2017

BERJALAN SECARA OPTIMAL MELALUI PROGRAM/KEGIATAN YANG

DITUANGKAN KE DALAM RENCANA AKSI TERPADU PENANGANAN KONFLIK
SOSIAL TAHUN 2017

RENCAN A AKSI DAERAH TIM UPAYA PENCEGAHAN KONFLIK

TERPADU PENANGANAN KONFLIK SEBAGAI SEHINGGA BERBAGAI POTENSI
SOSIAL NASIONAL MAUPUN DAERAH LANGKAH KONFLIK DAPAT DITANGANI
SECARA CEPAT DAN TEPAT.
TUJUAN RENCANA AKSI PKS YANG TELAH DISUSUN DAN
DILAKSANAKAN

SEBAGAI BENTUK UPAYA PENCEGAHAN DAN

DETEKSI DINI THD KONFLIK SOSIAL DI DAERAH

DALAM RANGKA PEMETAAN TERHADAP POTENSI

KONFLIK SOSIAL YANG ADA DI DAERAH
RENCANA AKSI TERPADU PENANGANAN
PENCEGAHAN KONFLIK
KONFLIK SOSIAL

DILAKUKAN SETIAP TAHUN

PENGHENTIAN KONFLIK

KEGIATAN

PEMULIHAN PASCA KONFLIK

FORMAT RENCANA AKSI TERPADU PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

RENCANA AKSI PENANGGUNG INSTANSI TERKAIT KRITERIA UKURAN UKURAN CAPAIAN (%) KETERANGAN
JAWAB KEBERHASILAN KEBERHASILAN KEBERHASILAN
(B04, B08, B12)

1 2 3 4 5 6 7 8

A. PENCEGAHAN KONFLIK

B. PENGHENTIAN KONFLIK

C. PEMULIHAN PASCA KONFLIK

D. RENCANA AKSI LAINNYA

13
PENGUKURAN KINERJA & KEBERHASILAN PENCAPAIAN
TARGET

1 DILAKSANAKAN a. PELAPORAN DILAKSANAKAN

MEKANISME SECARA BERJENJANG
DISETIAP TINGKATAN
b. MONITORING
PEMERINTAHAN
c. EVALUASI

PELAKSANAAN RENAKSI PKS TINGKAT

2 KAB/KOTA
Dilaporkan GUBERNUR

PELAKSANAAN RENAKSI PKS TINGKAT MENTERI DALAM NEGERI

Dilaporkan
PROVINSI
 HAL YANG MENENTUKAN HASIL
PENILAIAN LAPORAN RENCANA AKSI

1KESESUAIAN DATA DUKUNG YG DILAPORKAN DGN

TARGET RENCANA AKSI SETIAP PERIODE PELAPORAN

2
KELENGKAPAN DATA DUKUNG YANG
DIKIRIM

3
KETEPATAN LAPORAN RENAKSI KE DALAM SIST
INFORMASI PKS SESUAI DGN PERIODE WAKTU
PELAPORAN YG DITENTUKAN
 INDIKATOR PENILAIAN LAINNYA

 Ketepatan Pelaporan
 Program Prioritas Rencana Aksi (Penyelesaian Konflik
Sosial Menonjol Di Daerah)
 Kesesuaian Capaian Target Dalam 1 Tahun
 Jumlah Rencana Aksi
 Dan lain-lain.
 PELAPORAN , MONITORING, DAN EVALUASI RENCANA AKSI TERPADU

PELAPORAN PELAKS GIAT MONITORING DAN EVALUASI PELAKS GIAT

RENCANA AKSI TERPADU RENCANA AKSI TERPADU

PUSAT
MENTERI PRESIDEN MENTERI NASIONAL

PROVINSI
GUBERNUR MENTERI GUBERNUR KAB/KOTA

KAB/KOTA MENTERI HASIL EVALUASI DIJADIKAN BAHAN MASUKAN

BUP/WALKOT PENYUSUNAN RA TERPADU BERIKUTNYA
MELALUI GUB

MEMBENTUK

UTK MENGEFEKTIFKAN PELAKS

LAPOR DAN MONEV GIAT
RENCANA AKSI TERPADU MENTERI SISTEM INFORMASI PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

DIKOORDINASIKAN DAN DIINTEGRASIKAN

GUBERNUR
MENYAMPAIKAN SELURUH KEGIATAN RENCANA AKSI
BUP/WALKOT TERPADU DI DAERAH

17
Penghentian Konflik :
Penetapan Status Keadaan Konflik
Tindakan dalam Keadaan Konflik
Jangka Waktu Status Keadaan Konflik
Penyelamatan dan Pelindungan Korban
Prinsip Penegakan Hukum, dalam Penanganan Konflik Sosial :
Penggunaan Kekuatan TNI
Konflik Dan Sumber Konflik Sosial
TEORI KONFLIK SOSIAL
ADANYA KETIMPANGAN, ADANYA EKSPLOITASI DAN
ADANYA DOMINASI

TEORI KONFLIK BUDAYA

Masyarakat membawa potensi konflik melalui penerapan
SUMBER budaya, apabila dalam situasi saling mendominasi

KONFLIK
SOSIAL UU NOMOR 7/2012
 Berkaitan dengan Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya
 Relasi antar umat beragama/interumat beragama, antar
suku dan antar etnis.
 Sengketa batas wilayah
 Sengketa Sumber Daya Alam antar masyarakat dan
antara masyarakat dengan pelaku usaha
 Distribusi Sumber Daya alam yang tidak seimbang
dalam masyarakat.
Manajemen Penanganan Konflik Sosial

Manajemen Konflik: Serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

sistematis dan terencana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum,
pada saat maupun sesudah terjadi konflik.

Pencegahan konflik merupakan tindakan yang lebih efisien

dibanding upaya penyelesaian konflik.
Tujuan pencegahan konflik adalah mengantisipasi peningkatan atau
eskalasi konflik kekerasan.
Upaya/Usaha Pencegahan Konflik:
Pencegahan • Memelihara kondisi damai
• Membangun visi bersama (Dialog, workshop, seminar, FGD)
Konflik • Identifikasi gejala dini khususnya bersifat politis,ekonomi dan Sosbud
• Mengkaji ciri – ciri daerah yang diduga akan dilanda konflik untuk
membuat kerangka pencegahan konflik dan penanggulangan konflik.
• Mengajak dan melibatkan pemerintah, DPR, Lembaga adat/sosial, LSM
dan lembaga lain yang berkepentingan dengan membangun kemitraan
dan menjalin suasana saling pengertian.
• Langkah dan respon diambil direncanakan dalam jangka pendek,
menengah dan panjang didalam meredam potensi konflik
Manajemen Penanganan Konflik Sosial

REKONSILIASI :
Melakukan reunifikasi dan mencairnya kebekuan
kelompok2 berkonflik, agar tidak muncul dendam
berkepanjangan dan rentan munculnya konflik
horizontal
Resolusi Konflik:
Menyeimbangkan
kepentinganya MEDIASI:
Merupakan langkah “aman”, bagi pihak-pihak yang
Penghentian untuk tercapainya bertikai untuk bertemu dalam rangka mencari
Konflik kesepakatan kesepahaman dan kesepakatan melalui dialog dan
komunikasi, untuk merubah exsklusifisme kelompok
bersama saling dan mencairnya hubungan antar kelompok.
menguntungkan.
NEGOSIASI:
Interaksi orang/kelompok yang berusaha meraih
tujuan melalui sebuah kesepakatan yang dicapai
dengan orang lain yang juga sedang mencoba
memenuhi kebutuhannya/meraih tujuan.
Manajemen Penanganan Konflik Sosial

PENYELESAIAN KONFLIK YANG DIHARAPKAN

“Damai Positif”

Kondisi, mengenai keadilan sosial melalui

pemerataan kesempatan, distribusi kekuasaan dan
sumberdaya yang adil, perlindungan yang setara dan
penegakan hukum yang tidak berpihak. Konsep
perdamaian positif juga memperhatikan akar
penyebab konflik kekerasan dan usaha penuh
kesadaran untuk membangun masyarakat yang
merefleksikan komitmen-komitmennya.
 POTENSI KONFLIK SOSIAL DI JAWA TENGAH

A. Politik, Ekonomi Dan Sosial Budaya

• Rencana Pelaksanaan Pilkada di 7 Kab/kota (Brebes,
1.Rencana Banjarnegara, Cilacap, Batang, Pati, Kota Salatiga dan
Pilkada Tahun Kab. Jepara).
• Pro/kontra pemekaran wilayah Kab. Cilacap dan Kab.
2017
Brebes.

Keputusan MA menolak gugatan warga kontra PLTU. Sampai

saat ini dari 82 warga yang pembebasan lahanya dengan
konsinyasi, hanya 4 warga yang sudah mengambil uangnya di
PN Batang.
Proses pemagaran di Power Blok sudah dilakukan, artinya
2. Pembangunan pelaksanaan pembangunan dimulai, namun dengan masih
PLTU Batang adanya warga penolak yang diadvokasi oleh Greenpeace, masih
ada kendala yang harus terus dipantau sehingga tidak
menggangu pembangunannya.
 POTENSI KONFLIK SOSIAL DI JAWA TENGAH

A. Politik, Ekonomi Dan Sosial Budaya

3. Pembangunan Ada 5 Ruas; Pejagan-Pemalang (58 Km), Pemalang-Batang (39
Km), Batang-Semarang (75 Km), Semarang-Solo (Bawen-Solo)
Jalan Tol (73 Km), Solo-Ngawi (90 Km).
Masih terdapat kendala pembebasan lahan, seperti di Kendal,
(warga Ds Wungurejo Kec. Ringinarum menggugat ganti rugi lahan),
Kab. Brebes (seorang warga di Ds. Rancawuluh Kec. Bulakambang
mengggugat ganti rugi lahan, Putusan PN menolak) dan warga Ds.
Sukorejo Pabelan Kab. Semarang

• Penolakan Pabrik Semen di Kab. Rembang, dari JM-PPK

(Jaringan Masyarakat Pegunungann Kendeng).
4. Penolakan • Penolakan Pabrik semen di Kab. Pati, dari JMPPK (Jaringan
Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng.
Pabrik Semen • Penolakan pabrik semen di Desa Nogoraji Kecamatan Buayan
Kab. Kebumen, dari Persatuan Rayat Penyelamat Karst
Gombong (Perpak) didampingi oleh LSM Pakis.
 POTENSI KONFLIK SOSIAL DI JAWA TENGAH

A. Politik, Ekonomi Dan Sosial Budaya

5. Penolakan Paska penolakan oleh MA terhadap gugatan nelayan pada 16
Februari 2016, Nelayan di Pantura (Rembang, Pati, Batang,
Permen KKP Brebes dan Tegal) berkonsolidasi mencari dukungan politik di
No. 2/2015 DPR RI, dan melakukan aksi besar2-an di Kementerian KKP,
Istana Negara dan DPR RI pada 6 April 2016.

Pembangunan Waduk Logung seluas 196 Ha. di

Desa Tanjungrejo dan Honggosoco di
Kecamatan Jekulo, Desa Kandangmas dan
6. Pembangunan Rejosari Kecamatan Dawe. Masih ada warga
Waduk Logung yang menggugat besaran ganti rugi yaitu warga
Kudus Ds. Kandangmas, untuk saat ini proses hukum
masih beralangsung di kasasi MA.
 POTENSI KONFLIK SOSIAL DI JAWA TENGAH

B. Relasi Antar Umat Beragama, Antar Suku Dan

Etnis
1. Penolakan Penolakan terhadap pendirian rumah ibadah, sehingga perlu
Rumah Ibadah dilakukan pemetaan untuk mengantisipasi konflik horisontal
yang bernuansa SARA.
Penolakan rumah ibadah antara lain terjadi di Surakarta,
Karanganyar, Klaten, Boyolali, Banyumas, Salatiga.

Pok Penolak : JAT, JAS, Tim Hisbah Solo, FPI, DSKS, LUIS),
Laskar Al Taubah Sukoharjo, Komunitas Masjidku Makmur
2. Resistensi Pok (KMM), FJI dan Forum Umat Islam Semarang (FUIS).
Syiah Bentuknya: Pengajian, aksi unjuk rasa dan pemasangan
spanduk
 POTENSI KONFLIK SOSIAL DI JAWA TENGAH

C. Sengketa SDA Antar Masyarakat Dan Antara Masyarakat

Dengan Pelaku Usaha.

Masih terdapat penambangan galian C yang tidak

ber SIUP, berpotensi merusak lingkungan,
Pertambangan merusak DAS, merusak infrastruktur jalan dan
Galian C mendapatkan penolakan warga, yang berpotensi
menimbulkan konflik horisontal.
Antara lain terjadi di Boyolali, Klaten, Wonosobo,
Kudus, dll
 POTENSI KONFLIK SOSIAL DI JAWA TENGAH

D. Distribusi SDA Yang Tidak Seimbang Dalam Masyarakat

Terkait dengan distribusi SDA yang tidak

seimbang di wilayah Jawa Tengah, antara lain
munculnya sengketa agraria/pertanahan.
Konflik Agraria Sengketa agraria tersebut dipicu oleh
ketidakseimbangan distribusi kepemilikan
lahan dan lemahnya adminsitrasi pertanahan
Antara lain terjadi di Surakarta, Kendal,
Kebumen, dll.