Anda di halaman 1dari 11

e-ISSN: 2745-7915

Volume 4, No. 1 April 2023 p-ISSN: 2745-7923

MEMBANGUN IDENTITAS BUDAYA MELALUI PENDIDIKAN


PADA MASYARAKAT MINAHASA, DEMI MEMBANGUN
IDENTITAS INDONESIA

Ignatius Rolly Cun Rorah


Universitas Katolik De La Salle Manado
irorah@unikadelasalle.ac.id

Ambrosius Markus Loho


Universitas Katolik De La Salle Manado
aloho@unikadelasalle.ac.id

Abstrak
Artikel ini berbicara tentang identitas seorang subjek yang diyakini terbangun dan atau
terbentuk dari sebuah budaya. Hal itu jelas demikian, karena budaya di mana individu itu
hidup, telah turut membentuk identitasnya. Tujuan penulisan artikel ini adalah berupaya
untuk memberi sebuah pilihan baru dalam membangun identitas, yang mana penulis
berangkat dari konteks di Minahasa, yang terkenal dengan konsep maesa-esaan, yang
mana hal itu juga telah muncul dalam pembelajaran sebuah kesenian seperti musik
kolintang atau jenis seni lainnya. Sementara metode yang digunakan adalah deskriptif
analitis, dengan titik berangkatnya adalah konsep identitas yang jelas, kemudian paparan
tentang budaya dari berbagai perspektif, dan bagaimana ketersilangan antara identitas dan
budaya itu. Dengan metode dalam artikel ini, penulis ikut menegaskan bahwa budaya bisa
saja merubah identitas seseorang, karena budaya yang selalu ada dalam jalur peradaban
yang selalu berubah dan beraneka ragam itu. Penulis meyakini bahwa melalui pendidikan,
identitas dapat dibangun, terutama pendidikan budaya yang terjadi di lingkungan
pendidikan di sekolah. Sampel yang penulis ambil adalah Minahasa sebagai suku bangsa
di semenanjung Sulawesi Utara. Minahasa adalah suku bangsa yang terus berupaya
mempertahankan kebudayaan, secara khusus kebiasaan-kebiasaan tradisi seperti
pengenalan melalui pendidikan di sekolah yakni musik kolintang, selain itu, ungkapan
petuah si tou timou tumou tou, serta banyak hal lain lagi, terus membangun karakter semua
generasi agar menyadari identitasnya, sehingga setiap individu memiliki kesadaran bahwa
identitas itu penting, identitas itu harus ‘didaku’ oleh setiap individu.
Kata kunci: Identitas, budaya, karakter, pendidikan budaya,

Abstrak
This article talks about the identity of a subject who is believed to be built and or formed
from a culture. This is clearly so, because the culture in which the individual lives has
contributed to shaping his or her identity. The purpose of writing this article is to attempt
to provide a new option in building identity, which the author departs from the context in
Minahasa, which is famous for the concept of maesa-esaan, which has also appeared in the
learning of an art such as kolintang music or other types of art. While the method used is

Masuk: 26 Maret 2023 Terbit: 28 April 2023 [30]


Membangun Identitas Budaya,…(Ignatius Rolly Cun Rorah,dkk, Hal. 30-40)

descriptive analytical, with the starting point being a clear concept of identity, then
exposure to culture from various perspectives, and how the intersection between identity
and culture is. With the method in this article, the author also asserts that culture can
change one's identity, because culture always exists in the path of civilization that is always
changing and diverse. The author believes that through education, identity can be built,
especially cultural education that occurs in the educational environment at school. The
sample that the author takes is Minahasa as an ethnic group in the peninsula of North
Sulawesi. Minahasa is an ethnic group that continues to strive to maintain culture,
specifically traditional customs such as the introduction through education in schools of
kolintang music, in addition, the expression of the advice si tou timou tumou tou, as well
as many other things, continues to build the character of all generations to realize their
identity, so that each individual has the awareness that identity is important, that identity
must be 'claimed' by each individual.
Keyword: Identity, culture, character, cultural education

PENDAHULUAN yang telah memiliki identitasnya yang


Identitas merupakan hal penting pertama, karena lingkungan terkecil di
dalam diri setiap individu. Ketika mana dia tinggal, telah membentuk dia
individu berada di sebuah tempat, secara pribadi, merubah identitasnya,
identitas turut serta dibawanya. justru karena ada sebuah budaya baru
Demikian juga ketika individu masuk yang dia dapatkan, dan menjadi tempat
dalam sebuah kelompok, yang dia bergaul terkini. Dari fakta ini, maka
bersangkutan membawa identitasnya kita perlu memahami dengan benar
sendiri. Fakta ini tentu tak bisa bagaimana pentingnya identitas itu, dan
dipungkiri, ada dan menyatu dengan juga bagaimana kebudayaan itu sangat
setiap individu. Oleh karena itu, maka penting mempengaruhi setiap individu.
perlu juga kita memahami apa itu Hal tersebut bisa kita peroleh melalui
identitas, demi sebuah pemahaman yang adanya perubahan sosial yang terjadi di
mendalam dan tidak salah kaprah. Pada tengah masyarakat yang tentu saja
saat yang sama, kita juga tidak bisa memiliki tradisi yang kental misalnya
mengelak bahwa identitas dibangun dan tradisi Jawa. Bandingkan kajian Rohmah
terbangun dari sebuah budaya. Hal itu berjudul: “Fenomena Lunturnya Tradisi
jelas, karena budaya di mana individu itu Jawa dalam Bidang Fashion Akibat
hidup, telah turut membentuk Modernisasi.” (Legowo, 2012).
identitasnya. Kendati demikian perlu Berdasarkan latar belakang di atas
juga ditegaskan bahwa budaya bisa saja maka, artikel ini akan membahas
merubah identitas seseorang justru pentingnya pemahaman yang benar
karena kekayaan dan keragaman budaya tentang identitas yang tidak pernah lepas
itu. dari budaya. Di saat yang sama, uraian
Kita bisa menyimak dan dalam artikel ini akan bermuara kepada
mendapatkan bahwa, terdapat individu fakta bahwa identitas budaya di

[31]
Vol 4, No. 1, April 2023 e-ISSN: 2745-7915
p-ISSN: 2745-7923

Minahasa akan sangat membantu dalam individu dan kelompok tertentu, dalam
upaya perwujudan identitas yang hubungan sosial dengan individu dan
sesungguhnya, yang sangat kental kelompok yang lain. Sementara, identitas
dengan budaya setempat, dan sangat sosial adalah seperangkat makna yang
Indonesia. diatributkan sang subjek pada dirinya
sendiri. sekaligus posisi epistemis yang
METODE PENELITIAN memungkinkan seorang individu untuk
Dalam memaparkan artikel ini, menentukan 'siapa dirinya’ dalam
penulis menggunakan metode deskriptif struktur sosial tertentu.” (Fearon, 1999: 4,
analitis, dengan diawali uraian tentang 5).
konsep identitas yang jelas, kemudian
paparan tentang budaya, dari berbagai
perspektif, selanjutnya dipaparkan
ketersilangan antara identitas dan
budaya itu, ke dalam sebuah realitas
terkini. Dari sini, upaya untuk
memahami sebuah identitas dan budaya
akan bisa bermuara kepada upaya untuk
menanamkan kecintaan pada budaya
setiap individu, yang pada saat yang
sama, membentuk identitasnya.
Setelah uraian itu, penulis akan Gambar 1. Ilustrasi Identitas Budaya
menganalisis fakta yang ada, kemudian Sumber: https://www.dictio.id/t/apa-
memberi sebuah kajian kritis atas praktek yang-dimaksud-dengan-identitas-
berbudaya yang lekat dengan identitas. budaya/10763/2
Dari analisis ini, kemudian dipaparkan
sebuah konsep identitas budaya Konsep ini mengacu pada
Minahasa yang tidak mutlak mengarah pengertian yang dimiliki seorang
kepada sikap ekstrim, tetapi terbuka individu tentang siapa dirinya dan apa
kepada budaya yang lebih luas. yang paling penting mengenai dirinya.
Sumber-sumber identitas yang penting
HASIL DAN PEMBAHASAN. mencakup nasionalitas, etnisitas,
APA ITU IDENTITAS? seksualitas (homoseksual, heteroseksual,
Bingai atau kerangka dalam biseksual), gender dan bahkan kelas
menjelaskan tentang identitas pada sosial. Namun demikian, individu-lah
bagian ini, penulis awali dengan arti yang memiliki identitas. Di saat yang
dasar dari sebuah identitas. Identitas sama, konsep ini amat berkaitan dengan
adalah "konsep orang tentang siapa kelompok sosial, tempat di mana
mereka, tentang orang macam apa individu menjadi bagiannya dan menjadi
mereka, dan bagaimana mereka dasar rujukan identifikasinya. Dari hal
berhubungan dengan orang lain. demikian pantas kita catat bahwa, tidak
Identitas juga mengacu pada cara selalu terjadi kesetaraan yang sempurna

[32]
Membangun Identitas Budaya,…(Ignatius Rolly Cun Rorah,dkk, Hal. 30-40)

antara: Bagaimana seseorang berpikir kebudayaan turut serta secara aktif


tentang dirinya dan bagaimana citra membentuk identias individu. Sebanding
dirinya di mata orang lain. Identitas dengan itu, tentu kita tidak bisa
personal bisa berarti beda dari identitas membantah dan mengelak bahwa budaya
sosial. Sebagai contoh, seseorang yang adalah unsur dasar pembentuk peradaban
dipandang oleh masyarakat sebagai laki- manusia/individu. Demi mengangkat
laki dapat saja memandang dirinya secara jelas keterkaitan bahkan bisa
sebagai perempuan yang terjebak dalam dikatakan ‘ketergantungan’ indvidu pada
tubuh laki-laki. (Rahmaniah, 2012: 6). budaya, dalam tulisan ini, penulis beranjak
Jadi, identitas untuk contoh di atas, dari budaya salah satu suku di Sulawesi
menjadi relatif manakala ada dalam Utara yakni budaya Minahasa.
situasi yang dimaksud. Budaya Minahasa adalah budaya
Realitas yang terpentas dan bisa yang selalu berpijak dari petuah para
kita amati sehari-hari di saat ini, tak bisa leluhur. Fakta ini diyakini penulis, juga
dipungkiri bahwa saat ini di dunia yang dipraktekkan oleh berbagai suku bangsa di
semakin modern, orang-orang dengan wilayah Indonesia. Kita sepakat untuk
aktif menciptakan identitas mereka mengatakan bahwa budaya daerah atau
sendiri. Identitas tidak lagi dapat suku bangsa tertentu, telah turut
direduksi ke dalam kelompok sosial, membentuk budaya Indonesia, kendati
tempat orang-orang menjadi anggota. demikian, kita sering tidak sadar untuk
Orang-orang memiliki banyak pilihan memahami bahwa budaya itu telah turut
kelompok sosial mana yang ingin membentuk identitas pribadi atau persona.
dimasukinya, demikian juga, mereka bisa Maka dari itu kita perlu belajar dari fakta
membentuk bahkan mengubah identitas bagaimana satu daerah berjuang untuk
mereka. (Ibid.). Kendati begitu, dan melepaskan diri dari wabah yang
apapun itu, identitas tetap penting dan menyerangnya, dengan berpijak dari
perlu untuk setiap individu, karena tradisi budaya yang telah lama
menjadi pijakan dalam berbagai ditanamkan oleh para leluhur.
tindakan, sikap dan ‘posisi epistemis’ Ambrosius M. Loho menegaskan
mereka. dalam artikel berjudul: “Covid 19 & Nilai
Luhur Semboyan Sam Ratulangi” (Loho,
MEMBANGUN IDENTITAS YANG 2020), bahwa: Dalam konteks waktu itu di
BERBUDAYA: BELAJAR DARI mana manusia masih dilanda wabah covid
MINAHASA 19, kita mengalami situasi kehidupan yang
Identitas yang telah diuraikan di memprihatinkan. Korban terpapar covid
atas, terutama menyangkut pentingnya 19 terus bertambah, seiring waktu. Namun
identitas tersebut, penulis yakini bisa bersamaan itu, kampanye terus
menjadi dasar kita untuk berpijak. Budaya digaungkan untuk tetap waspada. Dalam
atau sebuah kebudayaan sangat jelas situasi yang memprihatinkan ini,
bagian erat dari pembentukan identitas masyarakat Minahasa diuji. Para
indivitu, karena individu itu hidup dalam akademisi bahkan juga budayawan
kebudyaaan. Pendek kata, budaya dan bahkan terajak untuk kembali kepada hal-

[33]
Vol 4, No. 1, April 2023 e-ISSN: 2745-7915
p-ISSN: 2745-7923

hal yang natural, banyak yang kembali ke kehidupan yang damai berdampingan satu
kesadaran berbudaya, untuk kemudian sama lain dalam satu lingkungan sosial.
belajar dari budaya itu, bisa turut Praktek kehidupan dalam budaya
meringkankan dan selanjutnya bisa Minahasa, tampak melalui praktek ‘saling
membantuk orang-orang di sekitar. menghidupkan’, sejalan dengan jargon
Loho melanjutkan dalam ‘senasib-sepenanggungan’. Adapun
refleksinya itu bahwa di Minahasa, contoh konkretnya adalah ketika ada
kehidupan yang sedemikian keluarga yang terpapar covid 19 dan
memprihatinkan itu, justru ajakan-ajakan mengharuskan mereka tidak keluar rumah
yang bernilai luhur terus digaungkan. dan berdiam dalam lingkungan sendiri,
Pemerintah, komunitas, bahkan demi meminimalisir penyebaran wabah
kelompok-kelompok yang berkecimpung ini, keluarga lain/tetangga mereka secara
dalam dunia kebudayaan, terus mengajak bergantian datang berbagi makanan dan
untuk menumbuhkan sikap yang tetap kebutuhan lainnya, untuk turut
peduli kepada sesama, dengan berpijak meringankan keluarga yang terpapar
dari semangat/spirit yang dibangun oleh covid 19 itu. Peran dari keluarga/tetangga
Sam Ratulangi yakni, ‘si tou timou tumou tentu sesuai dengan standar prosedur
tou’ (Orang hidup untuk menghidupkan pelayanan kepada pasien covid, karena
orang lain). Hal ini menunjukkan sebuah mereka harus bekerjasama dengan satgas
kekuatan untuk bergerak bersama covid yang ditugaskan.
meminimalisir penyebaran virus, bertahan Perhatian keluarga lain dalam hal
dan tetap hidup dengan semangat peduli ini, tentu muncul didasarkan pada rasa
kepada humanitas. Si tou timou tumou tou kemanusiaan, karena ketika tim satgas
memiliki nilai luhur yang menurut hemat covid belum mengunjungi, keluarga yang
penulis, adalah jati diri orang Minahasa dalam isolasi mandiri itu, tetap
yang diajarkan oleh Sam Ratulangi. mendapatkan pelayanan awal melalui
Berdasarkan fakta di atas, muncul pembagian bantuan seperti makanan, yang
pertanyaan yang sangat mendasar yakni: dilakukan dengan cara bantuan diantar
Bagaimana manusia bisa hidup untuk dan diletakkan di bagian depan
menghidupkan orang lain? Sejalan dengan rumah/gerbang, setelah sebelumnya telah
pertanyaan ini: Apakah mungkin manusia mengkomunikasikan kepada keluarga itu
hidup untuk menghidupkan orang lain, melalui pesan SMS atau whatsapp, sehingga
mengingat bahwa diri mereka belum bisa tidak ada kontak langsung. Praktek
‘dihidupkannya’? Jawaban atas dua sederhana ini, menurut hemat penulis
pertanyaan yang berbanding terbalik itu, adalah wujud rasa kemanusiaan, yang atas
memiliki pengertian yang sangat luas. cara tertentu, disemangati oleh semangat si
Kendati begitu, jika berpijak pada situasi tou tumou tou.
kini, manusia bisa menghidupkan orang
lain, melalui wujud membantu orang lain,
peduli terhadap sesama, serta berperan
sekecil apapun untuk tetap mewujudkan

[34]
Membangun Identitas Budaya,…(Ignatius Rolly Cun Rorah,dkk, Hal. 30-40)

Pendek kata, wujud ‘manusia Akhirnya, si tou timou tumou tou,


hidup untuk ‘menghidupkan’ orang lain, ‘mewajibkan’ beberapa hal pokok berikut
tampak lewat sikap saling membantu, sebagai suatu tindakan yang baik, yakni:
sekecil apapun wujudnya. Pada keadaan masigi-sigian (saling menghormati),
seperti inilah, ‘jati diri’/identitas manusia masawa-sawangan (saling membantu),
tampak, yakni identitas/jati diri yang maleo-leosan (hidup baik). Dasar dari
peduli terhadap sesama, yang hidup untuk ungkapan-ungkapan ini seyogyanya tidak
mampu ‘menghidupkan’ orang lain. Itulah dipahami secara harafiah, melainkan
identitas/jati diri yang asli, yang mampu dalam rangka membangun kehidupan
menyesuaikan dengan kondisi arus global, yang berorientasi pada nilai dan makna
tanpa melupakan fondasi dasar (dalam serta wawasan kultural-religius Minahasa,
konteks budaya Minahasa). yang terkait erat dengan hubungan antar
Gambar 2. Budaya Minahasa Merawale sesama manusia. (ibid.).

PENDIDIKAN SEBAGAI WADAH


UNTUK MEMBANGUN IDENTITAS
BERBUDAYA-IDENTITAS INDONESIA
Pijakan dalam pendidikan budaya
tidak lepas dari pendidikan karakter.
Pendidikan karakter menunjuk kepada
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang
(memindahkan rumah secara bergotong
bertujuan mengembangkan kemampuan
royong)
peserta didik untuk memberikan
Sumber:
keputusan baik-buruk, memelihara apa
https://inforakyatnews.com/merawale-
yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu
warisan-luhur-budaya-minahasa-di-bumi-
dalam kehidupan sehari-hari dengan
ranomea/
sepenuh hati. (Padmi, 2011).
Dengan kata lain, pendidikan
Sejalan dengan itu, pada dasarnya
karakter tidak sekedar pengajaran tentang
ciri-ciri kebudayaan orang Minahasa,
mana yang benar dan mana yang salah,
merupakan juga wujud dari nilai luhur
melainkan melebihi itu, yakni
kebiasaan yang tidak tertulis seperti si tou
menanamkan kebiasaan yang baik
timou tumou tou. Adapun kebiasaan saleh
sehingga peserta didik menjadi paham,
yang tidak tertulis itu diwariskan turun-
mampu merasakan nilai-nilai yang baik
temurun bahkan sampai kini. Maka
dan tentu saja terbiasa melakukannya.
dengan demikian, orang Minahsa
Maka dari itu, pendidikan karakter yang
membangun dan membentuk
baik harus melibatkan bukan saja aspek
identitas/jatidirinya, juga melalui
“pengetahuan yang baik (moral knowing),
kebiasaan-kebiasaan yang tidak tertulis.
akan tetapi juga “merasakan dengan baik
Demikian hal ini bisa dijadikan ‘model’
atau loving good (moral feeling)”, dan
semua orang. (Loho, 2023).
“perilaku yang baik (moral action)”.(Ibid.).

[35]
Vol 4, No. 1, April 2023 e-ISSN: 2745-7915
p-ISSN: 2745-7923

kepada kehalusan budi pekerti dalam


dirinya. (bdk., ibid.).
Pendidikan budaya menjadi
penting dan merupakan faktor utama
dalam pemajuan kebudayaan. Cara
mengembangkan sebuah kebudayaan
menjadi penting ketika upaya-upaya yang
dilakukan menjadi semakin terukur dan
Gambar 3: Memperkenalkan Seni Musik terarah kepada kaum muda, untuk
Tradisional Kolintang melalui kemudian menjadi sebuah program
Pendidikan Seni di Sekolah penting. Sejalan dengan itu, pendidikan
Sumber: Pustaka Pribadi RoemahArs
dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak
bisa lepas satu dengan lain. Hal itu
Pendidikan karakter diyakini
dibuktikan dengan fakta bahwa
menjadi sebuah bentuk penyerahalihan
pendidikan pertama-tama merupakan
sebuah konsep dalam dunia pembelajaran.
upaya pembudayaan sebuah kebiasaan
Selajan dengan itu, Ki Hadjar Dewantara
antara lain belajar, dan juga pembudayaan
pernah menegaskan bahwa: Kebudayaan
kebiasaan berpikir subjek didik di
adalah buah budi manusia, dan karenanya
lingkungan sekolah atau lingkungan
baik yang bersifat lahir maupun batin
pendidikan. Berbanding lurus dengan itu,
selalu mengandung sifat-sifat keluhuran,
kebudayaan justru merupakan bagian erat
etika dan estetika yang ada pada hidup
dari sebuah kebudayaan, kendati tidak
manusia pada umumnya. Maka dari dasar
secara lantang merupakan unsur
itu, kebudayaan secara keseluruhan
kebudayaan, sebagaimana yang
merupakan buah budi manusia yang
dipaparkan oleh Konetjaraningrat.
mengandung sifat-sifat keluhuran dan
Kendati demikian, pendidikan dan
kehalusan, etika dan estetika dalam
kebudayaan tentu harus menjadi program
kehidupan manusia. (ibid.).
penting dalam pemajuan peradaban. Di
Jadi, pendidikan kebudayaan
sisi yang sama, pendidikan budaya, bisa
merupakan sebuah usaha-kebudayaan
pula menjadi sebuah proyek berkelanjutan
yang ditanamkan lewat pendidikan setiap
demi sebuah ekosistem pendidikan itu
subjek didik. Hal itu terjadi demikian
sendiri, pun juga ekosistem budaya itu.
karena, pendidikan sejatinya bermaksud
Bahkan model atau cara sebuah
memberi tuntunan bagi tumbuhnya badan
pendidikan membangun karakter dan juga
dan jiwa subjek didik, agar kelak
karakter berbudaya, juga bisa terjadi lewat
pribadinya dibentuk untuk menyesuaikan
pendidikan seni. Jadi, hemat penullis,
serta hidup didalam sebuah adab yang
pendidikan seni pada dasarnya
manusiawi. Adab kemanusiaan berarti
mempunyai kontribusi terhadap
keluhuran dan kehalusan budi manusia,
pengembangan individu antara membantu
yang berarti pula kemampuan manusia
pengembangan mental, emosional,
untuk hidup cerdas, luhur dan mengabdi
kreativitas, estetika, sosial, dan fisik. Aspek

[36]
Membangun Identitas Budaya,…(Ignatius Rolly Cun Rorah,dkk, Hal. 30-40)

kreativiitas mempunyai peranan yang identitas kita, karena kecenderungan


sangat penting dalam kehidupan manusia. biologis; sebaliknya, mereka adalah
Apalagi di masa pembangunan ini, orang penanda identitas karena nilai budaya
yang berdaya kreatif sangat dibutuhkan yang telah kita berikan pada karakteristik
guna mengembangkan ide-ide yang tersebut.
konstruktif yang akan membantu Pendek kata, identitas terbentuk
pemerintah dan masyarakat dalam dalam budaya dan dalam hubungannya
memajukan kehidupan dan dengan orang-orang di sekitar kita, yang
berkebudayaan. (Tocharman, 2009). hidup dalam budaya tertentu itu. Kita
belajar menjadi diri kita sendiri dengan
mengamati orang lain, meniru perilaku,
IMPLEMENTASI IDENTITAS mencoba pola tindakan baru, mengikuti
BUDAYA DALAM PRAKSIS HIDUP langkah orang yang kita kagumi, atau
BERMASYARAKAT DI MINAHASA, orang yang merasa tertekan untuk kita
SEBUAH RUJUKAN tiru. Identitas kita terbentuk dalam
Identitas atas cara tertentu komunitas, dan karenanya memahami
menjadi sebuah otonomi setiap individu. orang lain membantu kita memahami diri
Terjadi demikian karena identitas kita sendiri. (ibid.).
merupakan kekuasan pada diri sebagai Maka dari itu, kita perlu
makhluk yang tidak hanya memahami bahwa: Meskipun merasa
mengendalikan diri, tapi juga yang turut terjebak oleh bahasa, identitas bersifat
serta mengubah sebuah struktur sosial cair dan dinamis. Itu berubah saat kita
dalam sebuah peradaban atau sebuah bergerak dalam hidup dan mengadopsi
kebudayaan. Jadi, dapat pula dikatakan sebuah budaya baru, satu bentuk ideologi
bahwa identitas dapat memberi sebuah baru, kepercayaan baru dan tentu saja
kendali pada apapun, termasuk bisa menunjuk pada adopsi terhadap
bagaimana individu itu mendefinisikan sebuah bahasa baru. Jadi, identitas terus
diri sendiri, itu tergantung dari identitas bergerak, seperti budaya dan bahasa,
yang dimaksud. (Yamada, NN). yang pada gilirannya membantu kita
Kendati demikian, sebuah menciptakan identitas baru, termasuk
kesepakatan terjadi bahwa pada kompleksitas yang dibentuk oleh warisan
umumnya, meskipun kita dapat budaya, keluarga, geografi, agama, dan
mengatakan bahwa ada sekian banyak identitas sosial kita.
kecenderungan genetik yang Demikianlah telah sangat jelas
menyebabkan sesuatu terjadi terkait bahwa identitas adalah sebuah proses.
identitas, namun hal yang tidak bisa Identitas adalah ‘potret dari seseorang’
dipungkiri adalah bahwa pembentukan yang terus tumbuh, berkembang, dan
identitas sebagian besar merupakan mengidentifikasi dirinya dengan cara
proses sosial. Bahkan penanda identitas yang beragam. Kita tidak dilahirkan
seperti suku, warna kulit, jenis kelamin, dengan esensi identitas di dalam diri kita
orientasi seksual, atau cacat fisik, atau yang perlu kita temukan; identitas lebih
bilang saja budaya, tidak mutlak dapat merupakan proses sosial dan publik yang
dikatakan secara penuh mempengaruhi

[37]
Vol 4, No. 1, April 2023 e-ISSN: 2745-7915
p-ISSN: 2745-7923

terkait dengan cara pribadi dan SIMPULAN


emosional kita mendefinisikan diri kita Identitas adalah sesuatu yang
sendiri pada tingkat sadar dan tidak sangat penting. Identitas juga perlu
sadar yang berbeda. ‘didaku’ oleh setiap individu, agar dalam
Pembentukan identitas dengan praksis hidup bermasyarakat, individu
pijakan pandangan leluhur Minahasa si itu tidak lupa diri dan selanjutnya terus
tou timou tumou tou yang terjadi di berupaya menyadari bagaimana
Minahasa, terus menerus diupayakan budayanya, bagaimana identitasnya, dan
oleh semua orang sampai saat ini, bagaimana kehidupan
termasuk dalam pembelajaran musik bermasyarakatnya. Kesadaran akan
tradisional. Hal ini merupakan wujud identitas menjadi sebuah hal yang
dari implementasi nilai budaya dalam mendasar agar individu bisa tetap ‘utuh’
membentuk identitas manusia Minahasa. dalam menjalani kehidupan dan
Kendati demikian, fakta eksistensi nilai- realitasnya. Di Minahasa identitas sangat
nilai luhur budaya Minahasa itu memang kental dengan individu, kendati pun
tampak mulai tergerus oleh zaman, banyak juga orang dari luar Minahasa
namun pengalaman penulis, hal itu tidak bertinggal dan hidup di Minahasa, tapi
sepenuhnya hilang. Eksistensi kesejatian identitas sangat diperhatikan, terutama
identitas dan esensi tata kehidupan luhur spirit yang membangun identitas itu,
yang diwariskan oleh para leluhur justru yakni spirit si tou timou tumou tou (orang
tetap dipertahankan oleh masyarakat hidup untuk menghidupkan orang lain).
Minahasa. Spirit dan semangat yang
Hal yang tampak jelas memperkuat identitas ‘keminahasaan’
membentuk identitas yang berangkat yang bersumber dari adagium Sam
dari tradisi budayanya, adalah tradisi Ratulangi, ’orang hidup untuk
merawale. Sebuah tradisi gotong royong menghidupkan orang’ itu, juga
atau kerja sama untuk memindahkan dipraktekkan oleh orang-orang di
sebuah rumah. Dalam tradisi ini, Minahasa melalui pembelajaran musik
masyarakat berembuk bersama membagi berbasis budaya dan tradisi yang kental,
tenaganya, biasanya kegiatan ini yakni pembelajaran musik tradisional
dilakukan untuk memindahkan sebuah kolintang di sekolah. Pendidikan dan
bangunan atau rumah kayu. (Tarek, kebudayaan adalah dua hal yang tidak
2021). Adapun rumah yang dipindahkan bisa lepas satu dengan lain. Hal itu
itu tanpa harus dibongkar, namun secara dibuktikan dengan fakta bahwa
utuh digotong secara bersama-sama. pendidikan pertama-tama merupakan
Wujud praktek merawale ini, sampai saat upaya pembudayaan sebuah kebiasaan
ini membentuk identitas keMinahasaan antara lain belajar, dan juga
orang Minahasa, yang terus pembudayaan kebiasaan berpikir subjek
dipertahankan. didik di lingkungan sekolah atau
lingkungan pendidikan.

[38]
Membangun Identitas Budaya,…(Ignatius Rolly Cun Rorah,dkk, Hal. 30-40)

Selain pola penanaman identitas Akhirnya, hal penting yang bisa


budaya melalui sekolah, hal lain yang kita perlukan saat ini, adalah upaya
dipraktekkan di Minahasa, yang masih untuk terus menyadari identitas, menjaga
dipertahankan sampai saat ini adalah budaya karena hal itu turut
tradisi merawale. Sebuah tradisi gotong mempengaruhi individu, seturut dengan
royong atau kerja sama untuk tetap belajar bahwa di semua suku,
memindahkan sebuah rumah. Dalam terdapat pola-pola dan spirit yang khas
tradisi ini, masyarakat meremuk bersama berbasis tradisi, sangat kental membantu
membagi tenaganya, biasanya kegiatan membentuk identitas budaya individu
ini dilakukan untuk memindahkan itu. Dengan demikian, maka kekuatan
sebuah bangunan atau rumah kayu. identitas individu bahkan kelompok,
(Tarek, 2021). Wujud praktek merawale adalah bersumber dari budaya yang turut
ini, saat ini telah membentuk identitas membentuk identitas itu.
keMinahasaan orang Minahasa. Kendati
arus globalisasi turut mempengaruhi
hampir setiap bidang kehidupan, pola DAFTAR PUSTAKA
pemertahanan identitas di Minahasa, Apriyanti. (2017). Implementasi Nilai
masih berlangsung melalui kedua pola Budaya Lokal Dalam
yang diuraikan di atas. Maka dari itu, Membangun Karakter Bangsa di
menurut keyakinan penulis, setiap Era Global.
individu perlu memahami budaya atau (https://thesiscommons.org/u3x
tradisi yang dimilikinya, td/download?format=pdf), 1.
mengembangkan karya-karya seni yang Fearon, J. D. (1999: 4, 5). WHAT IS
diharapkan mampu menjawab tantangan IDENTITY (AS WE NOW USE
budaya di era global. (Apriyanti, 2017). THE WORD)? Stanford:
Jadi, untuk dapat bertahan dalam Standford University.
arus global yang dimaksud, yakni terus Legowo, D. F. (2012). Fenomena
bergerak menghidupi apa yang menjadi Lunturnya Tradisi Jawa dalam
patokan yang berasal dari budaya Bidang Fashion Akibat
tertentu. Akan sangat baik, jika setiap Modernisasi. Jurnal Ilmu Sosial
individu atau bangsa menyadari serta Humaniora Indonesia, 69.
memiliki kesadaran tentang identitasnya Loho, A. M. (2020). Beritabali.com.
itu sendiri. Identitas suatu bangsa adalah Retrieved Maret Jumat, 2023,
hasil yang juga didapatkan dari proses from
pendidikan. Oleh karena itu pendidikan https://www.beritabali.com/opi
dalam era globalisasi menekankan pada ni/read/covid-19-dan-nilai-
tumbuhnya pribadi pada norma-norma luhur-semboyan-sam-ratulangi
etnisnya yang berkembang sesuai dengan Loho, K. A. (2023). Tradisi Maesa-esaan
perubahan zaman serta pribadi yang dalam Konsep Bernegara. Jurnal
mempunyai identitas sebagai kelompok Coulture.
bangsa dengan budaya lokalnya. (ibid). Padmi, S. &. (2011). Pengambangan
Pendidikan Budaya dan Karakter (1

[39]
Vol 4, No. 1, April 2023 e-ISSN: 2745-7915
p-ISSN: 2745-7923

ed.). Jakarta: PPPPTK


Kemendiknas.
Rahmaniah, A. (2012: 6). Budaya dan
Identitas. Sidoarjo: Penerbit
Dwiputra Pustaka Jaya.
Tarek, J. (2021). Inforakyatnews.com.
Retrieved Maret Sabtu, 10, from
https://inforakyatnews.com/me
rawale-warisan-luhur-budaya-
minahasa-di-bumi-ranomea/
Tocharman, M. (2009). Pendidikan Seni
dalam Dunia Pendidikan . p. 1.
Yamada, L. A.-S. (NN). Culture and
Identity. In NN (Ed.), the bib l e at
the crossroa d o f culture s (pp. 3-9).
NN: NN.

[40]

Anda mungkin juga menyukai