Anda di halaman 1dari 14

MAULANA AL-AZHARI

NIM:411810066

C.PAGI
PENDIDIKAN KARAKTER

Di terbitkan pertama kali oleh penerbit PT.Grasindo

Aanggota ikapi,Jakarta,2007

Pencipta:Doni Koesoema

Editor:A.Ariobimo Nusantara

Desainer Sampul:Artkringan Studio


Kata Penghantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB I

Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru munculmpada akhir
abad-18

Terminologi ini biasanya mengacau pada sebuah pendekatan idealis-spritualis dalam


pendidikan yang juga dikenal dengan teori pendidikan normative.Yang menjadi proses adalah
nilai-nilai transenden yang dipercaya sebagai motor penggerak sejarah .Baik bagi individu
maupun bagi sebuah perubahan social.Namun,sebenarnya pendidikan karakter telah lama
menjadi bagian inti sejarah pendidikan itu sendiri ,misalnya ,kita menemukan cita-cita Paidea
Yunani Humanitas Romawi dan paedagogi kristiani .Pendekatan idealisdalam masyarakat
modern memuncak dalam ide tentang kesadaran ROH Hegelian.Perkembangan ini pada
gilirannya mengukuhkan dialetika sebagai sebuah bagian integral dari pendekatan pendidikan
karakter.

Renaisans yang mengusung kembali nilai-nilai humanisme ingin mengembalikan


identitas manusia pada keseimbangannya yang sempat hilang diterjang oleh badai positivism
.Gerakan posotivisme melalui pengalaman eksperimentalnya telah mencabut manusia dari
roh yang menghidupinya .Roh yang tercabut dari manusia modern ini menimbulkan banyak
ambiguitas dan optimise palsu yang ditawarkan modernitas melalui daya nalar dan daya piker
manusia semata.

Kegagalan-kegagalan modernitas dan dampak absurd rasionlitas manusia yang meredusir


manusia sekadar pada kemampuan “cogito”ala Descartes membuat para pendidik ingin
kembali meletakan tresendentalitas manusia dalam kerangka pendidikan .oleh karena itulah
pada akhir abad-18muncul polemik anti-positivis dan anti-naturalis dengan ditandai adanya
sebuah kelahiran kembali melalui apa yang disebut sebagai arus balik,yaitu,”arus balik ke
kant” Di jerman dan neo-idealisme gentilian dan crocean di italia yang mewarnai sejarah
perkembangan pendidikan karakter .
BAB ini akan membahas secara selayang pandangan bagimana pendidikan karekter
berkembang dalam sejarah peradaban umat manusia ,asumsi-asumsi pokok di balik raihan
tersebut ,secara khusus sebagaimana pehmahaman konseptual tentang mannusia sebagai
homo educans(manusia yang belajar)yang tyerlahir dari dinamika sejarah tersebut .selin
meletakkan sejarah pendidikan karakter dalam lingkup global,pada bagian akhir disajikan
kilasan tentang sejarah pendidikan karakter dalam konteks ke indonesiaan dengan
menyekami secara khusus pendidikan karakter seperti digagas para pemikir
Indonesia,terutama oleh soekarno,melalui gagasannya tentanga pembentukkan karakter
bangsa,tentang pancasila sebagai dasar dan ideology Negara,serta relevansi,tantangan dan
perkembangannya bagi pendidikan karakter Indonesia.

1.1 PERANG MELAWAN LUPA

Aktivitas pendidikan sejak awal telah menjadi cara bertindak dari sebuah
masyarakat.Dengannya manusia melanggengkan warisan budayanya.Kepada generasi yang
lebih muda mereka mewarsikan niali-nilai yang menjadi bagian penting dalam kultur
masyarakat tempat mereka hidup.jika proses pewarisan ini tidak terjadi,niali-nilai yang telah
menghidupi masyarakat dan budaya tersebut terancam punah denagn kematian para anggota
nya.oleh karena itu,pendidikan memiliki peran vital sebab menentukan tidak hanya
keberlangsungan masyarakat,namun juga mengukuhkan identitas individu dalam sebuah
masyarakat.

Pergulatan pokok yang dihadapi oleh setiap kebudayaan tentang eksistensinya adalah
berperang melawan resiko untuk dilupakan,hilang dalam sejarah,dan tidak diingat lagi.cara
paling tradisional untuk memberantas seranga atas ‘lupa’ini adalah dengan bercerita.Melalui
cerita ,masyrakat meneruskan cita cita,idealisme,nilai-nilai,adat istiadat,prilaku,tat
cara,dll,yang menjad kekayaan budaya suatu masyarakat kepada generasi yang lebih
muda.Berjuang melawan lupa,dan berusaha membuat kenangan akan harta warisan
kebudayaan merupakan awal kegiatan pendidikan.
“Ingatan akan harta warisan budaya sendiri merupakan sebuah kebutuhan yang
vitalbagi sebuah masyarakat.Betapapun sederhananya masyarakat tersebut hal ini merupakan
kondisi yanmg di perlukan bagi keberlangsungan hidupnya dalan ruang dan
waktu.Pendidikan secara hakiki merupakan sebuah cara melalui mana harta warisan budaya
itu diteruskan ke generasi .Pendidikan selalu berkaitan erat dengan ingatan(memoria).Resiko
untuk dilupakanmerupakan keadaan konstan yang mengancan setiap kebudayaan yang
menekankan tradisi lisan .”

Resiko untuk dilupakan merupakan kondisi psiko-sosial fundamental sebuah


masyarakat yang masih disominasi tradisi lisan.Masyarakat dengan tradisi lisan mengalami
kekhwatiran dan krisis keberadaan terus menerus untuk mempertahankan dirinya sendiri,baik
sebagai individu maupun sebagai suatu kelompok social berhadapan dengan dunia,terlebih
kebutuhan untuk dapat dikenali jejak-jejak sejarah mereka.

Kebudayaan lisan tidak dapat mendominasi perkembangan kultur dan warisan nilai
budaya sebuah masyarakat sebab berlangsung atau tidaknya warisan tersebut tergantung pada
proses pewarisan yang sifatnya temporal,tergantung panjang hidup anggota
masyrakatnya.begitu anggota masyrakat itu mulai punah,atau habis karena sebuah
penyakit,atau karena perang,habis pulah lah riwayat budaya masyarakat tersebut,untuk
mengantisipasi situasi tanpa stabilitas dan kepastian(chaos) dalam kebudayaan lisan,manusia
mengembangkan sebuah komunikasi langsung yang indera utamanya adlah
pendengaran.Ekspresinya bisa merupakan permainan vocal ,suara,nada,intonasi,dll.Pada
perkembangan selanjutnya,dengan dite,mukannya bahasa tulisan,sejarah dan nyawa sebuah
masyarakat bisa bertahan dengan lebih panjang,sebab tidak lagi bergantung pada usia para
anggotanya ,malainkan tercatat dan menjadi bukti objektif yang tinggal tetap dalam tradisi
tulisan.Benarlah kata pepatah latin,verba voalnt,scripta manent (kata kata akan
hilangsedangkan yang tulisan akan tetap tinggal).

Pendidikan pada masa kuno tidak sebatas pada proses penerusan harta warisan budaya
memlaui tradisi lisan dan tulisan.Berbagai macam model pendidikan mulai dipergunakan
untuk mempercepat prosespembelajaran generasi mudanya agar semakin cepat terintegritas
denagn kultur masyarakat orang dewasa.Plaing tidak ada 3 cara pembelajaran dalam
masyarakat tribal,pertama,melalui imitasi spontan perilaku orang-orang dewasa,entah
didalam keluarga,dalam kelompok sebaya,atau perilaku orang sebaya,atau perilaku orang
sebaya di dalam masyratakat,kedua melalui permainan di mana anak-anak belajar menirukan
peranan orang dewasa dalam melaksanakan tugas-tugas penting yang ada di dalam
masyarakat,seperti permainan perang-perangan,dll.pendidikan terutama terjadi melalui
pengalaman langsung dengan cara mencontoh dari pengamatan langsuing berbagai macam
norma dan prilaku yang ada dalam masyrakat,ketiga melalui pengenalan dunia simbolik di
dalam masyrakat dimana mereka akan meleburkan dirinya sehingga mereka dapat memahami
cara-cara mereka memandang dunia dan bagaimana mengekspresikan pandangan dunia dan
keyakinan tersebut

Dalam empat melenium pertama(3000-1000SM) masyrakat tribal telah


mengembangkan pendidikan yang bermula dari tradisi lisan menuju tradisi tulisan,seperti
tampak dalam tulisan hieroglif mesir kuno dan Mesopotamia dengan symbol-simbol tulisan
kuno,Dari dua aliran besar kebudayaan ini lah kultur tulisan itu lantas di teruskan pada
masyrakat di sekitar timur tengah,seperti kultur yahudi,yunani,romawi,bizantium,dan
arab,meskipun mesir dan Mesopotamia telah berjasa dan mengukuhkan diri mereka sebagai
pelopor penemuan kebudayaan tulisan,mereka tidaklah begitu mengembangkan tradisi lisan
itu hingga tahapannya yang paling tinggi seperti dikembangkan olehg orang-orang
yunani.Denag filsafat yang mereka kembangkan,kebudayaan yunani kuno
memproklamasikan dirinya sebagai pelopor pembaruan dalam pemikiran,baik tentang
manusia,alam,dan politik,hanya dalam kebudayaan yunani kuno inilah kita dapat temukan
sebuah kebudayaan yang menjadi pionir pemikiran tentang humanisme.

Pemikiran humanisme yang memusatkan dirinya pada manusia secara mendalam


mencoba merenungkan dan merefleksikan tentang kodrat manusia dalam berbagai macam
dimensi yang menyrtainya.Pendalaman antar visi antropologis ini semakin tampak nyata
dalam puisi-puisi homeros(VIII-VII S.M).lewat karya homeros kita menemukan gambaran
manusia ideal yang menjadi tanda dan keutamaan bagi manusia dewasa dalam masyrakat
yunani,Secara ekspilisit,pendidikan karakter paling awal bisa kita lihat jejak-jejaknya melalui
llliad dan Odisea yang menjadi opera magna homeros ini.
1.2Pendidikan Karakter Aristokratis ala homeros

Jika kita ingin berbicara tentang pendidikan karakter paling arkhais perhatian mesti kita
arahkan pertama-pertama kepada pujangga besar Yunanikuno,humeros,yang menampilkan
misi pendidikannya melalui baris-baris puisi dalam lliad dan odisea

H.I.Marrou,penulis klasik sejarah pendidikan menulis demikian, “oersis mesti mulai


dari Homeroslah sejarah kita mulai sebab dari homeros bermula tradisi kebudayaan yunani
yang tak terputus.kesaksiannya adalah dokumen yang paling kuno yang sangat berharga jika
kita ingi bertanya tentang pendidikan arkhais”

Bagi Hormeros,GAmbaran manusia ideal tampil dalam gambaran diri pahlawan.ia


memiliki gambaran yang tegas antara apa yang disebut dengan manusia yang baik
(berkeutamaan)dan manusia yang tidak baik (tidak memiliki keutamaan),oleh karena itu,ideal
manusia adalah menjadi manusia yang baik (aner agthos),bagi masyrakat homerian ,menjadi
manusia yang baik mengenindikasi banyak hal,seperti, “berasal dari kalangan
bangsawan”memiliki kualitas penampilan fisik,sukses dan terkenal tanpa cacat.ia mesti
memiliki kegemilangan keberanian dan memperoleh kemenangan dalam perang,harus
kuat,besar,dan tampan,harus dapat berbicara dengan baik dengan permusyawaratan dan
memberikan nasehat yang masuk akal,juga harus kaya dan berkuasa.”inilah yang menurut
homeros disebut sebagai manusia yang memiliki arête.

Arête dalam lliad mengacu pada kekuatan fisik,seperti keberanian,juga dorongan


untuk meraih kegemilangan dengan hormat.arete dalam bahasa yunani mengindikasikan
sebuah kualitas melalui mana satu hal itu ditentukan identitasnya.atau secara sederhana bias
dikatakan sebagai ‘sesuatu’ yang membuat ‘sesuatu’ ini menjadi unik,tidak sama dengan
yang lainnya.Dalam tulisan humeros,arête dalam kaitannya dengan kualitas fisik bias berarti
kemampuan,ekselensi,kkuatan,keuletan,kemakmuran,kepandaian,kemurahan
hati,kesehatan,sedangkan berkaitan degan kenyataan moral,arête berarti
keutamaan,keberanian,nilai,keadaan gembira,bijak sana,nama
baik,hormat,kebangsawanan,keunggulan.

Symbol kepahlawanan dalam epos lliad adalah Achilles.ia adalah pahlawan perang
yang menang dlam pertempuran,Achilles merupakan inkernasi seluruh idealisme
kepahlawanan,apa yang bernilai selalu bersifat aristokratis,manusia dari kelas tinggi atau
bangsawan,syarat penmgalaman perang yang ditandai dengan banyak kemenangan.hal-hal
yang bernilai seperti ini lah yang membedakan secara esensial antara kehidupan yang benar
dan kehidupan yang palsu.

Namun Achilles tidak semata semata menjadi pahwalan karens reputasinya dalam
pertempuran semata.terlebih.ia memiliki reputasi moral berkaitan dengan keputusan bebasnya
untuk menaggung akibat dari segala keputusan bebas nya untuk menanggungakibar dari
segala keputusannya.jaegger memberikan komentar tentang Achilles sebagai tokoh yang
memiliki intergritas moral dan menjadi model integritas moral bagi para generasi
berikutnya,Kepahlawanannya bukanlah jenis kepahlawan sebagaimana dilakukan oleh para
pahlawan sebelum dia,dia sampai pada titik tertinggi melalui keputusan yang dia buat secara
sadar,sebuah sikap yang mimiliki akibat telah diramalkan sebelumnya yang akan mengakhiri
hidupnya.

Epos dlam lliad dan odissea menjadi paradigma dlama proses formasio manusia
yunani secara lengkap,yaitu pertumbuhan manusia dlam keseluruhan potensi yang mereka
miliki untuk sampai pada suatu keharmonian,antara fisik dan dimensi interior manusia

Ideal manusia yunani ini berkembamng semakin sempurna padfa fase berikutnya.ideal
yang pada mula nya lebih terdominasi pada kesadaran diri individu yang berjuang dalam
hidup untuk meraih keutamaan,yang mulanya sifatnya lebih individual,maskulin(memiliki
konteks perang),aristokratis,berubah dan semakin menyerambah pada berbagai macam
dimensi kehidupan pada masa sesudahnya.idealisme kepahlawanan itu tidak hanya dapat
ditemukan pada kalangan para perwira yang gemar perang sebagaimana tampil dalam espos
lliad dan odisea.pujaangga yunani juga mengembangkan keutamaan itu dalam berbagai
bidang kehidupan,misalnya keutamaan dalam OALAHRAGA,keutamaan sebagai warga
nefara (salomo),keutamaan sebagai orator
Pendidikan karakter yunani yang menimba idealismevisi antropologis homerian bias
diringkaskan dengan dua dinomi pendidikan ynag mnjadi kesukaan mereka.yang
pertama,yaitu gimnastik dan music.yang dimaksud dengan gimnastik adalah kultur atas tubuh
yang yang menjadi karakteristik pendidikan manuisa yunani dengan berbagai macam
penekanan yang berkembang belakangan,tidak hanya dalam perang,tapi dalam kerja
keras,ekspersi seni,teater,dll,yang dimaksud dengan music adalah seluruh disiplin di
lingkungan budaya yang dilindungi oleh muse,jadi,bukan arti music dalam arti sempit sebgai
kemampuan memainkan beebagai alat music dan membaca notasi seperti yang kita pahami
sekasrang ini.

Kedua,kebaikkan dan keindahan,dua binomi ini menjadi inti pendidikan yunani


kuno.kebaikan atau baik sebagai sifat (kalos)mengindikasikan perwujudan nilai-nilai
keutamaan manusia yang oleh orang orang yunani sejak awal disebut dengan arête,arête
inilah yang menjiwai dan membentuk manusia utama(ener agathos),sementara,keindahan
merupakan konsep khas dalam bidang seni dan estetika yang pertama pertama menace pada
keindahan fisik dalam merawat tubuh.estetika juga berarti keindahan dalam tataran yang
lebih tinggi ,yaitu tataran filosofis lenih menyentuh dimensi interioritas manusia yang secara
hakiki menjadi penentu kualitas seseorang.ini semua terngkum dalam istilah agathos

Jadi pendidikan karakter dalam masyarakat yunani kuno,khusus nya pada masa
homeros,lebih menekan kan individu secara utuh dengan cara mengembangkan potensi
dalam diri individu.penekanan utama pendidikan karakter ala homerian,adalah kesadaran
akan diri yang berkaitan dengan berbagai macam dimensi dalam dirinnya,yaitu dimensi fisik
dan moral.dalam puisi homeros telah terdapat 2 unsur penting bagi kurikulum yunani klasik
yang muncul di kemudian hari,yaitu adanya hubungan antara pendidikan manmusia dengan
,lingkungan hidup yang mengitarinya.mendidik berarti menanamkan nilai dan prilaku yang
akan mendapat apresiasi dan rasa hormat dari masyrakat.Kedua,adanya gagasan bahwa
pendidikan itu merupakan proses pembentukan manusia secara total sepanjang hidup.
1.3Pendidikan Karekter Populer Dalam Hesiodos

Sejarawan Herdotus (484-424 SM)mengingatkan orang-orang yunani semasanya bahwa


hesiodos(viii-viism)dan humeros merupakan pujangga brilian yang menciptakan
mitologi.Menurut Herodotus orang-orang yunani tidak tahu kalau para dewa itu trelah ada
sejak keabadian jkalu hesiodos san hemeros tidak menuliskannya.dua pujangga ini lah yang
menciptakan teogoni yunani,namun demikian.mereka memiliki pandangan yang berbeda
tentang apa yang dimaksud denganm arête. Berbeda dengan humeros yang hiduup dalam
lingkungan social kental dengan aristokrasi,kebangsawanan,kepahlawanan dalam
peperangan,komitmen agung akan nuilai-nilai moral yang dipegang teguh dalam tindakan
seseorang,hesidos melzlui puisinya meluaskan gagasannya tentang keutamaan yang bisa
diraih oleh setiap orang-orang keutamaan itu juga bisa diraih oleh setiap orang.keutamaan itu
juga bisa dimiliki oleh orang-orang rakyat jelata,kalangan sederhana dn golonga petani
melalui penghayatan akan makna kerja keras,Cucuran dalam keringat itu lah tanda keutamaan
seseorang.itulah tanda seseorang menyempurnakan erete dalam dirinya.Pendidikan karakter
hesiodian dengan demikian memiliki visi populis.

1.2 Pendidikan Karakter Patriotis Sparta

Sparta pada massa keemasan(VIII-VII SM)berbeda dengan sparta pada masa kemerosotan
(V-IV SM)Sparta berubah status 80 drajat ketika para tiran naik kuasa pada tahun
550SM.Pendidikan karakter yang muklanya sifat nya humanis berubah menjadi lebih
komunitaris yang anti demokrasi,pada masa ini,arête tidak hanya dipahami lewat idealism
menjadi serdadu yang mengutamakan semangat patriotism,namun Negara seebagai instusi
tertingi mengambil ahli secara total kinerja edukatif dalam arti yang sesungguhnya.dalam
artian ini,pendidikan karakter Sparta yang sifatnya tiranis,totalitarian,komunal,menjadi
antithesis pendidikan karakter atenean yang lebih bersifat demokratis,dialogis,menghargai
individu

Sejak abad VIII-VI SM,Sparta memang terkenal sebagai Negara militeristis di mana
idealism militer dengan arête sebagai serdadu memainkan peranan penting dalam kehidupan
politik Sparta.menurut serpihan kesaksian tirteo,maisalnya,Sparta masa arkahis lebih
memiliki wajah santun dibandingkan dengan Sparta masa kemerosotan yang memiliki wajah
barbar,keras,dan membatu.Padahal sesungguhnya pada masa arkahis parta merupakan pusat
kegiatan budaya,seni,dan keindaha,ia sangat terbuka terhadap kedatangan orang-orang
asing.secara khusus Sparta memang terkenal dengan keunggulannya dalam bidang
olahraga,baik jenis olahraga yang dilakukan oleh kaum lelaki maupun kaum perempuan,serta
terkenal dengan perkembanga music nya.dalam catatan sejarah olahraga,Sparta
misalnya,memiliki reputasi tinggi dalam pesta olimpiade terutama olimpiade XV(270
SM)sampai tahun 561 terxata dari 81 pemenang olimpiade,46 di antaranya berasal dari Sparta

Sparta dalam masa keemasan ketika itu sesungguhnya telah lebih dahulu mencapai
sebuah kultur yang baru akan terjadi di kemudian hari di Athena pada abad ke5 dengan
metropolis kebudayaan hellenisnya,sayangnya,perkembangan ini berubah drastic ketika
terjadi revolusi social politik sekitar tahuyn 550 SM yang mengukuhkan para tiran yang
memang kendali militer yang sifatnya sangat totalitasitik.sejak saat itulah terjadi pemisahaan
radikal antara kota Sparta dan kota yunani lainnya,Sparta semakin menjauh dari aristokrasi
dan menuju sebuah bentuk pemerintahan yang kuranmg demokratis .Sparta menjadi
sepenuhnya mileteristis,di pegang kelompok kelopok perwira dalam lingkup kasta tertutup
yang memobilisasi massa bagi aktivitas politik ,social,dan pertahanan nasional,

Dalam konteks rezim tiranis militerisitis pendidikan karaketer bagi warga Negara
terutama diarahkan pertumbuhan keitamaan moral sebagai warga Negara yang memiliki cinta
secara total kepada cinta tanah air,menghargai nilai kekuatan dan kekerasan,mengutamakan
latihan fisik demi kesiapan tempur,dan ketaaan total kepada tanah air

Ideal arête serdadu telah lama dipromosikan oleh tirteo yang kemungkinan besar
hidup di Sparta pada paruh kedua abad ke-7 SM pada saat terjadi perang messenik.elegi yang
dibuatnya nmemiliki gaung yang kuat bagi etos pendidikan,dia adalah juru bicara kolektifitas
yang menyatakan pentingnya realis mendalam bagi setiap warga Negara yang berpikir luas
untuk menjadi stu kestuan denga warga lain dalam cinta total bagi Negara ketika Negara
mngalami peperangan dan dalam bahaya.tirteo mengubah erete homerian menjadi
kepahlawanan amor patrio

Anda mungkin juga menyukai