Anda di halaman 1dari 15

CULTURAL STUDIES

(Definisi, Ruang Lingkup, Karakter, dan Sejarah Perkembangannya)

Disusun Oleh :
Finny Vebrianti (1810302005)

Dosen pengampu: Dr. Alfi Julizun Azwar, M.Ag.

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISALM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil„alamiin, puji syukur kami haturkan atas kehadirat


Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah melimpahkan nikmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat serta salam tidak lupa selalu
kami haturkan untuk junjungan kita,nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad
shallallhu „alaihi wa sallam yang telah menyampaikan petunjuk Allah Ta‟ala
untuk kita semua, yang merupakan sebuah nikmat yang paling benar yakni Syariat
agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia palingbesar
bagi seluruh alam semesta. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Adapun penulisan makalah ini dibuat
berdasarkan tugas mata kuliah Cultural Studie yang diberikan oleh dosen
pengampu kami yaitu Dr. Alfi Julizun Anwar, M.Ag.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Agustus 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cultural studies bukanlah sekumpulan teori dan metode yang monolitik.


Cultural studies senantiasa merupakan wacana yang membentang, yang
merespons kondisi politik dan historis yang berubah dan selalu ditandai dengan
perdebatan, ketidaksetujuan, dan intervensi. Cultural studies juga menganggap
budaya itu bersifat politis dalam pengertian yang sangat spesifik, yaitu sebagai
ranah konflik dan pergumulan. Cultural studies dilihat sebagai situs penting bagi
produksi dan reproduksi hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Cultural studies adalah bidang ilmu lintas disiplin yang mempelajari


culture as ordinary life, culture as politics, culture as text, dan culture as plural.
Kebudayaan dilihat sebagai suatu arena di mana makna diproduksi, dipertukarkan,
dan saling berkontestasi. Objek penelitian cultural studies berasal dari kehidupan
sehari-hari masyarakat kontemporer, memberi perhatian pada budaya populer dan
hal-hal yang secara umum dianggap „biasa‟. Fenomena budaya dan perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat dapat diamati dan diteliti untuk menjelaskan
apa yang sedang terjadi dalam masyarakat tersebut.

Cultural studies lahir di tengah-tengah semangat Neo-Marxisme yang


berupaya meredefinisikan Marxisme sebagai perlawanan terhadap dominasi dan
hegemoni budaya tertentu. Para pendirinya terdiri dari sejumlah pengajar
perguruan tinggi di Inggris, yang pada pasca Perang Dunia Kedua berusaha
meredefinisikan makna perjuangan kelas di tengah situasi dunia yang tengah
berubah. Cultural studies merupakan kelompok pemikiran yang memberikan
perhatian pada cara-cara bagimana budaya dihasilkan melalui perjuangan di antara
berbagai ideologi. Cultural studies memberikan perhatiannya pada bagaimana
budaya dipengaruhi oleh berbagai kelompok dominan dan berkuasa.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan cultural studies ?

2. Apa saja ruang lingkup cultural studies ?

3. Apa saja karakteristik cultural studies ?

4. Bagaimana sejarah perkembangan cultural studies ?

C. Tujuan dan Manfaat Makalah


1. Tujuan
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Cultural Studies
b. Sebagai sarana bagi penyusun untuk melatih kemampuan menulis karya
ilmiah

2. Manfaat
a. Mengetahui apa itu cultural estetika
b. Mengetahui ruang lingkup cultural studies
c. Mengetahui karakteristik cultura studies
d. Mengetahui sejarah perkembangan cultural studies
BAB II
PEMBAHASAN

Cultural Studies

Cultural studies adalah suatu paradigma yang baru di dalam kajian ilmu
sosial yang memperkenalkan budaya dalam dimensi yang baru. Cultural studies
memiliki suatu momen ketika dia menamai dirinya sendiri, meskipun penamaan
itu hanya menandai penggalan atau kilasan dari suatu proyek intelektual yang
terus berubah. Cultural studies atau kajian budaya tidak hanya mengenal kreasi
manusia dan hasil perilaku, tetapi menelaah pemahaman mendalam antara budaya
dan kekuasaan yang mendasarinya. Oleh karena itu peran komunikasi dibutuhkan.
Dengan kajian ilmu komunikasi akan dapat terasa kehadiran kajian budaya. 1

Ada banyak orang yang membicarakan kebudayaan dengan berbagai


aspeknya, tetapi tidak semua orang yang mampu mendefinisikan apa
sesungguhnya kebudayaan itu dan mengapa kebudayaan sangat kuat memberikan
pengaruh pada kehidupan manusia. Cultural studies tidak hanya merambah ilmu
komunikasi saja tetapi juga merambah bidang keilmuwan yang lainnya seperti
psikologi, antropologi, linguistik ilmu politik hingga sains.

Pada awal kemunculannya, tradisi kajian budaya menjadi tradisi studi


yang banyak dilakukan oleh para akademisi dan peneliti di Center for
Contemporary Cultural Studies (CCCC). Sejak saat itu kajian budaya menjadi
semakin besar dan hasil studi yang dihasilkannya semakin meningkat di kalangan
intelektual di negara-negara seperti Amerika, Afrika, Asia, Amerika Latin, dan

1
Chris Barker, Cultural Studies; Teori & Praktik (Cet. Ke-6), Terjemahan Nurhadi, Bantul:
Kreasi Wacana, 2009, hlm. 6
Eropa. Bahkan buku-buku teks tentang kajian budaya di kalangan akademik
menjadi tumbuh pesat dan sangat terpopuler. 2

Stuart Hall (1972) menjelaskan bahwa kajian budaya pada dasarnya


mencoba untuk menggoyangkan kemampuan berpikir kita tentang realitas dalam
kehidupan budaya kita sehari-hari. Cultural studies bukan hanya bertujuan
memahami realitas masyarakat dan budaya, akan tetapi merubah struktur
dominasi, struktur sosial budaya yang menindas. Pada kenyataannya, budaya yang
sebenarnya juga dibentuk oleh media massa yang kita nikmati tiap harinya. 3

Objek penelitian cultural studies berasal dari kehidupan sehari-hari


masyarakat kontemporer, memberi perhatian pada budaya populer dan hal-hal
yang secara umum dianggap „biasa‟. Fenomena budaya dan perubahan-perubahan
yang terjadi di masyarakat dapat diamati dan diteliti untuk menjelaskan apa yang
sedang terjadi dalam masyarakat tersebut.4

Contoh Kasus

Acara televisi yang rata-rata memperlihatkan kehidupan yang mewah, dan


modern, membuat penontonnya menjadi ingin memiliki kehidupan semacam
itu.Yang secara tidak sadar mereka mulai mengikuti gaya berpakaian yang modis,
berbahasa gaul, gaya hidup yang hedonis, hal ini berpengaruh bagi masyarakat
menengah kebawah yang ingin mengikuti namun dana tak mencukupi, pada
akhirnya kriminalitaspun terjadi. Tayangan iklan yang menyajikan berbagai
produk yang menggiurkan membuat khalayaknya yang secara tidak sadar juga
terpengaruh dan membeli produk tersebut meskipun pada kenyataannya hasil yang

2
Rachmah Ida, Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya, Jakarta: Prenada
Media Group, 2014, hlm.1-2
3
Stuart Hall dkk, Budaya Media Bahasa, Yogyakarta: Jalasutra, 2011, hlm 15
4
John Hartley. Communication, Cultural and Media Studies. Psychology Press, 2002. Hal
49
diinginkan tidak sesuai expectancy seperti yang ditayangkan dalam iklan tersebut.
Pada musim kampanye, tidak sedikit para politikus memanfaatkan televisi sebagai
media promosi, hal ini bertujuan agar masyarakat tertarik untuk memilihnya
meskipun masyarakat sebenarnya tidak tahu sepenuhnya bagaimana sosok calon
pemimpin tersebut. Dalam hal ini tentu saja media massa digunakan sebagai alat
memperoleh keuntungan.

Contoh lain dalam hal fashion, saat ini Hijab merupakan sebuah fashion
yang sedang diminati oleh kaum hawa, dimana sebenarnya bukan hanya sekedar
cara mempercantik dan bagaimana cara berpakaian yang modis, tetapi ada
ideologi yang disampaikan dengan cara pengemasan lewat media, yaitu menutup
aurat sebagai seorang muslim, yang secara tidak langsung oleh para konsumennya
telah dilakukan, dengan dasar ingin mengikuti trend modis masa kini. 5

Ruang Lingkup Cultural Studies

Mengenai ruang lingkup kajian budaya diungkapkan secara jelas dalam Barker
(2000), yakni

(1) Relasi antara kebudayaan dan kekuasaan,

(2) Seluruh praktik, institusi, dan sistem klasifikasi yang tertanam dalam nilai-
nilai partikular, kepercayaan, kompetensi, kebiasaan hidup, dan bentuk-bentuk
perilaku yang biasa dari sebuah populasi,

(3) Berbagai kaitan antara bentuk-bentuk kekuasaan gender, ras, kelas,


kolonialisme dan sebagainya dengan pengembangan cara-cara berpikir tentang
kebudayaan dan kekuasaan yang biasa digunakan oleh agen-agen dalam mengejar
perubahan, dan

5
Chris Barker, Cultural Studies; Teori & Praktik (Cet. Ke-6), Terjemahan Nurhadi, Bantul:
Kreasi Wacana, 2009, hlm. 20
(4) Berbagai kaitan wacana di luar dunia akademis dengan gerakan sosial dan
politik, para pekerja di lembaga kebudayaan, dan manajemen kebudayaan.6 Selain
itu cultural studies juga mencakup budaya pop, ideologi, wacana, feminisme,
politik budaya, media, dan lain sebagainya. Karena cakupannya yang luas, di sini
akan dipaparkan beberapa cakupan-cakupan tersebut.

Politik Kultural

Cultural studies selalu terfokus pada isu-isu kekuasaan, politik dan kebutuhan
akan perubahan sosial. Sebenarnya, cultural studies memiliki aspirasi untuk
membangun jaringan dengan gerakan politik di luar akademi. Jadi, cultural studies
bisa menjadi setumpuk teori dan serangkaian tindakan politis, termasuk produksi
teori sebagai praktik politis. 7

Feminisme

Franklin et al. (1991) menunjukkan sejumlah kesamaan antara cultural studies


dengan feminisme. Cultural studies dan feminisme sama-sama memiliki
kepentingan substantif dalam isu kekuasaan, reprensentasi, kebudayaan pop,
subjektivitas, identitas dan konsumsi. 8

Budaya Pop

Budaya Pop merupakan sesuatu yang sudah berkembang kemudian menjadi


kebiasaan dan disukai oleh banyak orang.

6
Anang Santoso, Ilmu Bahasa dalam Perspektif Kajian Budaya, Jurusan Sastra Indonesia
Fak. Sastra Universitas Negeri Malang, hlm. 2-3

7
Chris Barker, Cultural Studies; Teori & Praktik (Cet. Ke-6), Terjemahan Nurhadi, Bantul:
Kreasi Wacana, 2009, Hlm. 371-372
8
Chris Barker, Cultural Studies; Teori & Praktik (Cet. Ke-6), Terjemahan Nurhadi, Bantul:
Kreasi Wacana, 2009, Hlm. 237-238.
Karakteristik Cultural Studies

Sardar dan Van Loon (2002) merinci karakteristik cultural studies (CS) sbb. 9

1) Cultural studies bertujuan mengkaji pokok persoalan dari sudut praktik


kebudayaan dan hubungannya dengan kekuasaan. Tujuan tetapnya adalah
mengungkapkan hubungan tersebut mempengaruhi dan membentuk praktik
kebudayaan.

2) Cultural studies tidak hanya studi tentang budaya, seakan-akan ia merupakan


entitas tersendiri yang terpisah dari konteks sosial dan politiknya. Tujuannya
adalah memahami budaya dalam segala bentuk kompleksnya dan menganalisis
konteks sosial dan politik tempat budaya tersebut berasal.

3) Budaya dalam cultural studies selalu menampilkan dua fungsi: ia sekaligus


merupakan objek studi maupun lokasi tindakan dan kritisisme politik. Cultural
studies bertujuan, baik usaha pragmatis maupun ideal.

4) Cultural studies berupaya membongkar dan mendamaikan pengotakan


pengetahuan, mengatasi perpecahan antara bentuk pengetahuan yang tak tersirat
(yaitu pengetahuan intuitif berdasarkan budaya lokal) dan yang objektif (yang
dinamakan universal). Cultural studies mengasumsikan suatu identitas bersama
dan kepentingan bersama antara yang mengetahui dan yang diketahui, antara
pengamat dan yang diamati.

5) Cultural studies melibatkan dirinya dengan evaluasi moral masyarakat modern


dan dengan garis radikal tindakan politik. Tradisi cultural studies bukanlah tradisi
kesarjanaan yang bebas nilai, melainkan tradisi yang punya komitmen bagi
rekontruksi sosial dengan melibatkan diri pada kritik politik. Jadi, cultural studies

9
J. Storey, Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop (Terj. Laily Rahmawati), Yogyakarta: Jalasutra,
2007, hlm 38-40
bertujuan memahami dan mengubah struktur dominasi di mana-mana, namun
secara khusus lagi dalam masyarakat kapitalis industrial.

Cultural studies merupakan model kajian budaya yang berbeda dengan


kajian budaya modern. Cultural studies tidak dapat diteliti dan dipahami
berdasarkan epistemologi modern. Karena dasar asumsi ajaran ini sangat
dipengaruhi oleh pemikiran postmodern. Karakter kajian budaya modern bersifat
objektif, universal, dan berindentitas tunggal. Sedangkan cultural studies
memandang budaya bersifat plural, multicultural, kompleks, dinamis, berbeda,
dan saling berpengaruh secara intenskarena perbedaan pandangan dunia dan
permainan bahasa. Kajian budaya menolak klaim para empirisis bahwa
pengetahuan hanyalah masalah pengumpulan fakta yang digunakan untuk
mendeduksi atau menguji teori. Kajian budaya ingin memainkan peran
demistifikasi untuk menujukkan karakter kontruksi teks budaya dan berbagai
mitos dan ideology yang tertanam di dalamnya agar dapat menghasilkan posisi
subjek yang dapat melawan bawahan. 10

Sejarah Perkembangan Cultural Studies

Kajian budaya sebagai suatu disiplin ilmu (akademik) yang mulai


berkembang di wilayah Barat (1960-an), seperti Inggris, Amerika, Eropa
(kontinental), dan Australia. Pada tahap kelanjutannya di era awal abad 21 kajian
budaya dipakai di wilayah Timur untuk meneliti dan menelaah konteks sosial di
tempat-tempat yang jarang disentuh oleh para praktisi kajian budaya Barat, antara
lain Afrika, Asia, atau Amerika Latin. Secara institusional, kajian budaya telah

10
J. Storey, Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop (Terj. Laily Rahmawati), Yogyakarta:
Jalasutra, 2007, hlm 41-42
menghasilkan berbagai karya berupa buku-buku, jurnal, diktat, matakuliah bahkan
jurusan di universitas-universitas.

Sejarah lahirnya ilmu kajian budaya tidak akan pernah terlepas dari
bagaimana lingkungan/kehidupan pada masa tertentu mempengaruhi teori yang
dilahirkan oleh para pemikir-pemikirnya. Seorang pemikir takan pernah jauh dari
apa yang ada dekat dengan dirinya sebelum meninggalkan jauh dari apa yang
mereka diami sehari-hari. Cultural Studies lahir di tengah-tengah semangat Neo-
Marxisme yang berupaya untuk meredefinisikan Marxisme, sebagai perlawanan
terhadap dominasi dan hegemoni budaya tertentu. Istilah cultural studies sendiri
berasal dari Centre for Contemporary Cultural Studies (CCCS) di Universitas
Birmingham yang didirikan 1964. Cultural studies berakar dari gagasan Karl
Marx, yang mempunyai pandangan bahwa kapitalisme telah menciptakan
kelompok elit kuasa untuk melakukan eksploitasi terhadap kelompok yang tidak
berkuasa dan lemah. Pengaruh kontrol kelompok berkuasa terhadap yang lemah
menjadikan kelompok yang lemah merasa tidak memiliki kontrol atas masa depan
mereka. Para pendiri cultural studies memiliki latar belakang pendidikan Sastra,
dapat ditilik dari perkembangan paham strukturalisme dalam kritik-kritik Sastra
yang berkembang pesat di Eropa pada masa itu. Cultural Studies adalah studi
kebudayaan atas praktik signifikasi representasi, dengan mengeksplorasi
pembentukan makna pada beragam konteks.

Cultural studies berupaya menganalisis praktik budaya guna membongkar


praktik kuasa yang terkait dengan produksi makna. Dalam perkembangannya,
cultural studies yang dibentuk sebagai disiplin kajian yang khas, memiliki
karakter yang berbeda-beda pada setiap wilayah. Cultural studies Inggris
merupakan asal mula terbentuknya cultural studies, dianggap sebagai disiplin
yang sudah terlalu formal dan kaku, menuai berbagai kritik karena terlalu
Anglosentris (mengukur segala sesuatu dari kacamata budaya Anglo-Saxon).
Berbeda dengan cultural studies Amerika Serikat yang berpusat pada pemujaan
terhadap budaya pop yang terlalu berlebihan. Cultural studies Prancis mengalami
perkembangan yang sangat menarik di tengah pergolakan kelas dan revolusi sosial
yang disebabkan oleh kedatangan para imigran. Cultural studies Prancis banyak
membicarakan tentang “kesepian” kaum imigran di negara baru dan “kebingungan
identitas” di tengah keberagaman Prancis yang menempatkan budayanya sebagai
pusat budaya yang lebih superior. Cultural studies India mengangkat semangat
perlawanan mengahadapi praktik kolonialisme maupun pascakolonialisme.
Cultural studies Indonesia merupakan hasil asimilasi dari tradisi ilmiah yang
sangat berbeda dengan keseharian Indonesia dengan mengacu pada kebudayaan
negara asal, walaupun sebenarnya Indonesia mempunyai sumber-sumber budaya,
sosial dan historis yang tidak kalah unik dibandingkan dengan negara lain. 11

11
Sandi Suwardi Hasan, Pengantar Cultural Studies, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011, hlm 28-30
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cultural studies adalah suatu paradigma yang baru di dalam kajian ilmu
sosial yang memperkenalkan budaya dalam dimensi yang baru. Cultural studies
memiliki suatu momen ketika dia menamai dirinya sendiri, meskipun penamaan
itu hanya menandai penggalan atau kilasan dari suatu proyek intelektual yang
terus berubah. Cultural studies atau kajian budaya tidak hanya mengenal kreasi
manusia dan hasil perilaku, tetapi menelaah pemahaman mendalam antara budaya
dan kekuasaan yang mendasarinya. Oleh karena itu peran komunikasi dibutuhkan.
Dengan kajian ilmu komunikasi akan dapat terasa kehadiran kajian budaya.
Ada banyak orang yang membicarakan kebudayaan dengan berbagai
aspeknya, tetapi tidak semua orang yang mampu mendefinisikan apa
sesungguhnya kebudayaan itu dan mengapa kebudayaan sangat kuat memberikan
pengaruh pada kehidupan manusia. Cultural studies tidak hanya merambah ilmu
komunikasi saja tetapi juga merambah bidang keilmuwan yang lainnya seperti
psikologi, antropologi, linguistik ilmu politik hingga sains.

Pada awal kemunculannya, tradisi kajian budaya menjadi tradisi studi


yang banyak dilakukan oleh para akademisi dan peneliti di Center for
Contemporary Cultural Studies (CCCC). Sejak saat itu kajian budaya menjadi
semakin besar dan hasil studi yang dihasilkannya semakin meningkat di kalangan
intelektual di negara-negara seperti Amerika, Afrika, Asia, Amerika Latin, dan
Eropa. Bahkan buku-buku teks tentang kajian budaya di kalangan akademik
menjadi tumbuh pesat dan sangat terpopuler.

Cultural studies merupakan model kajian budaya yang berbeda dengan


kajian budaya modern. Cultural studies tidak dapat diteliti dan dipahami
berdasarkan epistemologi modern. Karena dasar asumsi ajaran ini sangat
dipengaruhi oleh pemikiran postmodern. Karakter kajian budaya modern bersifat
objektif, universal, dan berindentitas tunggal. Sedangkan cultural studies
memandang budaya bersifat plural, multicultural, kompleks, dinamis, berbeda,
dan saling berpengaruh secara intenskarena perbedaan pandangan dunia dan
permainan bahasa. Kajian budaya menolak klaim para empirisis bahwa
pengetahuan hanyalah masalah pengumpulan fakta yang digunakan untuk
mendeduksi atau menguji teori. Kajian budaya ingin memainkan peran
demistifikasi untuk menujukkan karakter kontruksi teks budaya dan berbagai
mitos dan ideology yang tertanam di dalamnya agar dapat menghasilkan posisi
subjek yang dapat melawan bawahan.

Kajian budaya sebagai suatu disiplin ilmu (akademik) yang mulai


berkembang di wilayah Barat (1960-an), seperti Inggris, Amerika, Eropa
(kontinental), dan Australia. Pada tahap kelanjutannya di era awal abad 21 kajian
budaya dipakai di wilayah Timur untuk meneliti dan menelaah konteks sosial di
tempat-tempat yang jarang disentuh oleh para praktisi kajian budaya Barat, antara
lain Afrika, Asia, atau Amerika Latin. Secara institusional, kajian budaya telah
menghasilkan berbagai karya berupa buku-buku, jurnal, diktat, matakuliah bahkan
jurusan di universitas-universitas.
DAFTAR PUSTAKA

Barker, Crish. 2009. Cultural Studies; Teori & Praktik (Cet. Ke-6), Terjemahan
Nurhadi, Bantul: Kreasi Wacana.
Ida, Rachmah. 2014. Metode Penelitian Studi Media dan Kajian Budaya, Jakarta:
Prenada Media Group.
Hall, Stuart, dkk 2011. Budaya Media Bahasa, Yogyakarta: Jalasutra.
Hartley, John. 2002. Communication, Cultural and Media Studies. Psychology
Press

Anda mungkin juga menyukai