Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUBUNGAN SOSANT, MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

Nur Annisa Salsabila (1905096008)

Nursaidah Maulida (1905096009)

Triliani (1905096029)
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sosiologi
pendidikan tentang Hubungan sosant, masyarakat dan pendidikan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dari berbagai refrensi sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada Dr. H. Yudo Dwiyono, M.Si selaku Dosen dari mata kuliah sosiologi pendidikan.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga para pembaca dapat mengambil
manfaatdanpelajarandarimakalahini.

Samarinda, September 2019


Daftar Isi
Bab 1.

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kedinamisan merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat manusia. Kehidupan


masyarakat manusia yang dinamis ditandai dengan perubahan-perubahan sosial dan budaya
yang secara jelas dapat terlihat melalui berbagai benda hasil budaya dan aktivitas-aktivitas
kehidupannya. Perubahan sosial budaya yang dialami manusia dapat dijelaskan sebagai
proses penyesuaian hidup manusia dengan konstelasi yang ada, seperti yang ditegaskan
oleh Gillin dan Gillin (Soekanto, 1994), perubahan sosial dapat dipandang sebagai suatu
variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebutuhan materil, komposisi penduduk, ideologi, maupun
karena adanya difusi ataupun penemuan-penumuan baru dalam masyarakat tersebut.
Perubahan yang dialami manusia bukanlah suatu penyimpangan, karena pandangan
tersebut adalah suatu mitos yang perlu dihilangkan dari pandangan mengenai perubahan
(Lauer, 1993).

Setiap perubahan sosial selalu mencakup pula perubahan budaya, dan perubahan
budaya akanmencakup juga perubahan sosial. Sosiatri merupakan ilmu sosial terapan
(applied science), yang dalam pengembangannya mengandalkan realita yang terjadi di
dalam masyarakat, berkaitan dengan masalah sosial yang perlu diselesaikan (pandangan
awal perkembangan) dan penyesuaian kebutuhan dengan sumber daya yang ada
(pandangan hasil perkembangan). Realita dalam masyarakat yang terus mengalami
perubahan memiliki dimensi perubahan sosial. Sementara itu, secara keilmuan,
pengembangan kajian, penelitian, dan teori-teori baru juga dituntut dari sosiatri, baik
melalui hasil kerja lapangan (penelitian dan proyek sosiatri), maupun melalui berbagai
kegiatan seminar dan diskusi. Aktivitas ilmiah mempermudah perubahan budaya. Inovasi
baru di bidang keilmuan memperoleh ruang dan kesempatan formal. Kajian perubahan
dalam sosiatri dapat dipadukan dengan konsep paradigma dari Khun (Ritzer, 1991).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi dan antropologi ?
2. Bagaimana hubungan masyarakat, kebudayaan dengan pendidikan ?
3. Apa yang dimaksud dengan proses pendidikan dengan sosial budaya ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian sosiologi dan antropologi
2. Untuk mengetahui hubungan masyarakat, kebudayaan dengan pendidikan
3. Untuk mengetahui proses pendidikan dengan sosial budaya
Bab II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Sosiologi dan Antropologi


a. Pengertian Sosiologi

Merumuskan suatu definisi (batasan makna) yang dapat mengemukakan


keseluruhan pengertian, sifat, dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan
kalimat merupakan hal yang sangat sukar. Oleh sebab itu, suatu definisi hanya dapat
dipakai sebagai suatu pegangan sementara saja. Sungguhpun penyelidikan berjalan
terus dan ilmu pengetahuan tumbuh kearah berbagai kemungkinan, masih juga
diperlukan suatu pengertian yang pokok dan menyeluruh. Untuk patokan sementara,
akan diberikkan beberapa definisi sosiologi sebagai berikut:

a. Pittrim Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang


mempelajari:
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gajala sosial.
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala
non sosial.
3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
b. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
c. J.A.A. van Doorn dan C.J Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah
ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses
proses kemasyarakatan yang bersifat labil.
d. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau
ilmumasyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial,termasuk perubahan-perubahan sosial.

Sebagai kesimpulan, Sosiologi adalah ilmu sosial yang kategoris, murni,


abstrak, berusaha mencari pengertian-pengerian umum, rasional dan empiris, serta ber
sifat umum.

b. Pengertian Antropologi

Antropologi pada dasarnya mempunyai lima lapangan penyelidikan, yaitu :

1. Masalah sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai mahluk


biologis.
2. Masalah sejarah terjadinya aneka warna bahasa yang diucapkan oleh manusia
diseluruh dunia
3. Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna bahasa-bahasa yang
diucapkan oleh manusia diseluruh dunia.
4. Masalah perkembangan, persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan
manusia diseluruh dunia.
5. Masalah dasar-dasar kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat suku-
suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi zaman sekarang ini.

Ada yang berpendapat bahwa antropologi memusatkan perhatiannya pada


masyarakat-masyarakat yang masih sederhana taraf kebudayaannya.

Sebagai kesimpulan antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat


manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik
masyarakat serta kebudayaan yang di hasilkan.

2. Pendidikan sebagai proses sosial budaya

Kebudayaan secara khusus dan lebih teliti dipelajari oleh antropologi budaya. Akan
tetapi, walaupun demikian, seseorang yang memperdalam perhatiannya terhadap sosiologi
sehingga memusatkan perhatiannya terhadap masyarakat, tak dapat menyampingkan
kebudayaan dengan begitu saja karena dalam kehidupan nyata, keduanya tak dapat dipisahkan
dan selamanya merupakan dwitunggal.

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat di dalamnya
terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan.

Proses pendidikan adalah proses sosial dimana terjadi interaksi melalui kontak sosial
dan komunikasi antar individu yang ada di sekolah. Bila interaksi tersebut berjalan baik dan
maksimal maka outcome yang dihasilkan sekolah tersebut juga akan baik dan maksimal,
melalui proses interaksi di sekolah, potensi-potensi peserta didik berkembang.

Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri dan mempunyai pengaruh
timbal-balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan
berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Tampak bahwa pendidikan berperan dalam
mengembangkan kebudayaan.

3. hubungan masyarakat, kebudayaan dengan pendidikan

Antaramasyarakat, pendidikan dan kebudayaan terdapat saling keterkaitan. Di satu sisi,


karena pendidikan adalah bagian dari kehidupan yang dituntut mampu mengikuti
perkembangan di dalamnya. Di pihaklain, karena misi yang diemban pendidikan tidak larut
dalam pengaruhs ekitarnya. Pendidikan, dalam hal ini, tidak diharapkan hanya menjadi buih
karena gelombang perkembangan zaman. Berdasarkan nilai-nilai yang diidealkan,
pendidikanakan selalu berupaya menjalani kehidupan.

Dalam sejarah perkembangan pera dan manusia, bukanlah taken for granted, tetapi jauh
sebelumnya telah mengalami suatu proses yang panjang yakni melalui “belajar” dan
“pendidikan”, dan “pengalaman” tersendiri berdasarkan zamannya. Mereka mungkin tidak
sekolah secara “formal” di sekolah, tetapi mereka belajar dari pengalaman. Proses, belajar dan
pendidikan yang dialami mereka dalam zaman yang berbeda tersebut telah menjadikan
manusia mampu memenuhi kebutuhkan, menjalani kehidupan sehingga memasuki zaman
peradaban seperti sekarang ini. Penelitian yang dilakukan Lenki et al. (1995) yang
memfokuskan pada judul penelitian: the process of change that result from a society gaining
new information, particulary technology, setidaknya dapat dideskripsikan lima tipe umum dari
suatu masyarakat yang berbeda dalam teknologinya :

1. Hunting and gathering societis


2. Horticultural and pastoral societies
3. Agrarian socities
4. Industrial socities
5. And, post-industrial societies

Terhadap permasalahan pendidikan, sering kali hanya mengartikan secara sempit, dan
belum mengangkatnya kedalam cakupan yang lebih luas. Padahal tanpa memerhatikan
dimensi makro—seperti kekuatan ekonomi, politik dan birokrasi— yang berkembang, masalah
besar yang sifatnya mendasar dalam proses pendidikan sulit tersentuh. Bertalian dengan
tantangan perkembangan pada masyarakat modern, sumber daya manusia (human power)
sering diabaikan yang harusnya dipersiapkan. Padahal SDM yang unggul terbukti lebih
menentukan kemajuan suatu masyakat. Kemajuan suatu masyarakat dan bangsa sangat
ditentukan pembangunan sector pendidikan dalam penyiapan SDM yang sesuai dengan
perkembangan zaman SDM bangsa Indonesia kedepan tidak terlepas dari fungsi pendidikan
nasional.

Program pendidikan didasarkan kepada tujuan umum pengajaran yang diturunkan dari tiga
sumber :

1. Masyarakat
2. Siswa, dan
3. Bidangstudi

Yang diturunkan dari masyarakat mencakup konsep luas seperti membentuk manusia,
menjadikan manusia pembangunan, manusia berkepribadian, manusia bertanggungjawab, dan
sebagainya.Tujuan umum ini menyangkut pertimbangan filsafat dan etika yang diturunkan dari
harapan masyarakat, seperti apa yang tercantum dalam falsafah bangsa, tujuan pendidikan
nasional, sifat lembaga pendidikan, nilai-nilai keagamaan ideology dan sebagainya.

Tujuan pendidikan, sebagaimana diungkapkan oleh A.TresnaSastrawijaya (1991),


adalah mencakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan masalah, penggunaan waktu
senggang secara membangun, dan sebagainya, karena setiap siswa mempunyai harapan yang
berbeda. Sementara itu, tujuan pendidikan berkaitan dengan bidang studi dapat
mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara mahir secara lisan dan tulisan. Tujuan
pendidikan secara umum seperti itu menyangkut kemampuan luas yang akan membantu siswa
untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

S. Nasution (2009) mengatakan bahwa pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak
agar menjadi anggota masyarakat yang berguba. Namun, pendidikan di sekolah sering kurang
relevan dengan kehidupan masyarakat. Kurikulum kebanyakan berpusat pada bidang studi
yang tersusun secara logis dan sistematis yang tidak nyata hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari anak didik. Apa yang dipelajari anak didik tampaknya hanya memenuhi
kepentingan sekolah untuk ujian, bukan untuk membantu totalitas anak didik agar hidup lebih
efektif dalam masyarakat.

Ferdinand Tonnies dalam J.Dwi Narwokodan Bagong Suyanto (2007) mengungkapkan


masyarakat terbagi atas dua tipe yaitu :

1. Gemeinschaft (hubungan primier)

Merupakan bentuk kehidupan bersama. Antara anggotanya mempunyai hubungan


batin murni yang sifatnya alamiah dan kekal.Dasar hubungannya adalah cinta dan persatuan
batin yang nyata dan organis. Ditemukan dalam kehidupan masyarakat desa, keluarga dan
kerabat.

2. Gesselchaft (hubungan sekunder)

Merupakan bentuk kehidupan bersama yang anggotanya mempunyai hubungan sifat


pamris dan dalam jangka waktu yang pendek, bersifat mekanis. Ditemukan dalam hubungan
perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik.

Pada setiap masyarakat mempunyai suatu system nilai sendiri yang coraknya berbeda
dengan masyarakat lain. Dalam system nilai itu senantiasa terjalin nilai-nilai kebidayaan
nasional dengan nilai-nilai local yang unik. Nilai-nilai itu terdapat jenjang prioritas, ada nilai
yang dianggap lebih tinggi daripada yang lain, dan dapat berbeda menurut pendirian
individual. Masyarakat kota yang mempunyai universitas dan penduduk yang intelektual
memiliki sifat yang terbuka bagi modernisasi dan pendirian atau kelakuan yang baru, lain dari
yang lain, seperti pola pikiran, moral, pakaian, pergaulan. Masyarakat desa memiliki tradisi
yang kuat dan lebih taat pada agama, sikap pikiran orangnya lebih homogeny. Penyimpangan
dari kebiasaan akan segeramen dapat sorotan, kelakuan setiap orang sekan diawasi dan diatur
orang sekitarnya.

Kedua tipe masyarakat di atas mempunyai persamaam, yakni mereka semua adalah
anggota suatu bangsa yang mempunyai kebudayaan nasional yang sama baik dari segi filsafah,
bahasa, sejarah, dan budaya. Meskipun ada beberapa daerah mempunyai ciri khas. Tiap
sekolah, seorang guru harus mengenal lingkungan social tempat mereka berada agar dapat
memhami latar belakang cultural didik. Hindari berbuat atau mengucapkan sesuatu yang
bertentangan dengan norma-norma yang dianut masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

Sisiologi pendidikan/Abdullah idi dan hj. Safarina HD/2014

Ilmu pengantar antropologi/Koentjaraningrat/2009

Sosiologi suatu pengantar/Soerjono Soekanto/2012

Anda mungkin juga menyukai