Anda di halaman 1dari 10

kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena atas berkat dan
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan modul Antropologi untuk SMA kelas XII ini.

Manusia mempunyai aktivitas yang begitu beragam dan melalui aktivitas itu manusia
menciptakan kebudayaan. Sementara itu kebudayaan membentuk perilaku manusia sesuai
dengan lingkungannya. Oleh karena itu terciptalah hubungan timbal balik antara manusia dan
kebudayaan. Hal inilah yang dikaji oleh antropologi. Ruang lingkup antropologi antara lain;
keragaman budaya, bahasa, kesenian, religi, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan mempelajari antropologi diharapkan peserta didik mampu menyerap


antropologi sebagai pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Modul
antropologi ini disusun dengan mengacu pada standar isi yang diatur dalam Peraturan Menteri
Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006, dimana materinya dirancang agar peserta didik
menjadi subyek pembelajaran. Aktivitas dan proyek individu atau kelompok yang ada dalam
modul ini menjadi salah satu cara untuk mewujudkan rancangan tentang peserta didik sebagai
subyek dimana peserta didik diajak untuk menyikapi perbedaan latar budaya, masyarakat,
bahasa dan kepercayaan dalam masyarakat dengan kritis, kreatif, inovatif, kronologis,
komparatif dan kausalitas. Selain itu peserta didik juga diajak untuk mengasah kemampuannya
melalui rangkuman dan evaluasi yang disajikan di setiap akhir bab dan juga pada akhir
semester.

Penulis mengharapkan agar dengan modul ini, peserta didik dapat mencapai tujuan
mempelajari antropologi di kelas XII ini yaitu memahami dasar-dasar antropologi, memecahkan
dan menelaah berbagai fenomena social budaya secara kritis dan rasional.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi
demi terselesaikannya modul antropologi ini dan semoga modul ini bermanfaat bagi peserta
didik dan bagi para pembaca.

Juli 2021

Penulis
Petunjuk Belajar bagi siswa dalam mempelajari modul

Dalam modul ini dijelaskan materi antropologi tentang bab 1. Yang terdiri dari: Kesetaraan dan
hubungannya dengan perubahan sosial budaya, pengertian perubahan sosial budaya, factor pendorong
dan penghambat perubahan sosial budaya. Bab 2. Proses globalisasi dan strategi mempertahankan dan
memperkuat nilai-nilai budaya Indonesia yang terdiri dari: Konsep tentang kebudayaan Indonesia,
Budaya Indonesia dan Globalisasi, Dampak Globalisasi Terhadap Seni dan Budaya, Globalisasi dan
Tantangan  Masa Depan Budaya Indonesia dan di bab-bab selanjutnya . Modul ini disajikan dengan
menggunakan pendekatan deep dialogue and critical thinking dimana tahap pembelajarannya meliputi
tahap dialog, tahap diskusi, Tanya jawab dan tahap pengalaman. Tahap terdiri dari dialog dengan diri
sendiri (self dialogue) dan dialog dengan orang lain (dialogue with others), sedangkan tahap pengalaman
yakni observing atau observasi pengamatan dan doing atau melakukan. Sebelum mempelajari e-modul
ini perhatikanlah dan ikutilah petunjuk dalam menggunakan e-modul yaitu sebagai berikut:

a. Setiap materi harus dibaca untuk menunjang penguasaan anda dengan menbaca secara detail dan
teliti. Kerjakan evaluasi sebagai sarana latihan anda.

b. Setiap pertanyaan pada evaluasi harus dijawab dengan jelas bersama teman sebangku atau kelompok
anda.

c. Kerjakanlah tugas dengan baik yang ada pada e-modul tersebut, jika dirasa perlu konsultasikan
dengan guru mata pelajaran anda.

d. Apabila dalam modul ini terdapat kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan, dipersilakan
menanyakan guru mata pelajaran melalui link yang ada di e-modul ini.

Tujuan mempelajari modul

Setelah siswa mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu:

1. Menjelaskan definisi antropologi dengan tepat!


2. Menjelaskan pengertian perubahan sosial budaya dengan tepat!
3. Mendeskripsikan factor pendorong dan penghambat perubahan dengan tepat!
4. Merumuskan konsep kebudayaan Indonesia dengan tepat!
5. Mendeskripsikan budaya Indonesi a dan globalisasi dengan tepat!
6. Menjelaskan dampak globalisasi terhadap seni dan budaya dengan tepat!
7. Mengidentifikasi tantangan globalisasi bagi budaya Indonesia dengan tepat!
BAB 1. Kesetaraan dan Hubungannya dengan Perubahan Sosial Budaya

A. Kesetaraan
Kesetaraan  berasal dari kata setara atau sederajat, sehingga segala sesuatu yang sederajat tidak
menunjukkan adanya tingkatan yang lebih rendah atau yang lebih tinggi.
Kesetaraan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu manusia dan sosialnya. Kesetaraan manusia
merupakan kesetaraan yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Manusia diciptakan dengan
kondisi yang sempurna dan mendapatkan keadilan yang sangat sempurna dari yang maha pencipta.
kesetaran sosial merupakan kesetaraan yang bersifat personal. Di dalam masyarakat seseorang
memiliki status yang sama, baik dalam mengajukan pendapat, kebebasan berbicara, memperoleh hak
suara, mendapatkan perlindungan hukum yang sama, mendapatkan keamanan, dan lain sebagainya.
Kesetaraan atau kesederajatan mempunyai prinsip yang mensyaratkan dalam menjamin persamaan
derajat, hak, dan kewajiban.

Ada 3 hal yang menjadi indikator kesederajatan adalah :

 Adanya persamaan derajat yang dilihat dari aspek agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan.
 Adanya persamaan hak yang dilihat dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak.
 Membangun suatu pola komunikasi untuk menciptakan interaksi antar umat beragama, media
masa, dan harmonisasi dunia.
B. Pengertian Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, mencakup
perubahan budaya yang di dalamnya terdapat perubahan nilai-nilai dan tata cara kehidupan dari
tradisional menjadi modern.
Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli.

1. Max Weber berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi dalam
masyarakats ebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur (dalam buku Sociological Writings).

2. W. Kornblum berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu budaya
masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu lama (dalam buku Sociology in Changing World).

Perubahan sosial budaya dapat bersumber pada pengalaman baru, pengetahuan baru, penemuan
baru, persepsi dan konsepsi baru, serta teknologi baru, sehingga menuntut penyesuaian cara hidup
serta kebiasaan masyarakat pada situasi yang baru. Di dalamnya terjadi juga perubahan sistem nilai
budaya, sikap mental demi terciptanya keseimbangan, dan integrasi terhadap sistem nilai budaya.

C. Proses Perubahan Soaial Budaya


Proses perubahan sosial terjadi melalui 3 hal yaitu:

1.Akulturasi

Akulturasi adalah proses bertemunya dua budaya atau lebih di mana unsur-unsur budaya lama atau asli
masih terlihat dan tidak hilang. Misalnya, proses percampuran budaya Jawa dengan budaya Islam yang
saling memengaruhi. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa akulturasi adalah proses masuknya
pengaruh budaya asing ke dalam suatu masyarakat di mana sebagian masyarakat menyerap secara
selektif dan sebagian lain berusaha menolaknya.

2.Asimilasi

Proses bertemunya dua budaya atau lebih yang bercampur menjadi satu dalam bentuk budaya baru,
sementara budaya aslinya tidak tampak disebut asimilasi. Proses asimilasi berlangsung secara intensif
dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga unsur-unsur dan wujud tiap budaya lebur menjadi unsur
dan wujud budaya yang lebih dinamis. Asimilasi berbeda dengan akulturasi. Dalam akulturasi, setiap
budaya masih memiliki identitas konkret, sedangkan dalam asimilasi, identitas budaya dari setiap
budaya asli yang mengalami kontak budaya lebur menjadi unsur dan wujud budaya baru yang jauh
berbeda dengan budaya aslinya.

3.Difusi

Difusi adalah proses penyebaran atau perembesan suatu unsur budaya dari seseorang kepada orang
lain, atau dari suatu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Prinsip yang pertama dari
difusi adalah unsur-unsur kebudayaan itu pertama-tama akan diambil alih masyarakat yang paling dekat
hubungannya atau letaknya paling dekat dari sumbernya. Baru kemudian, kebudayaan baru tersebut
diambil oleh masyarakat yang jauh hubungan atau letaknya jauh dari sumber unsur budaya baru.

D. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya 

Proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor pendorong maupun faktor penghambat.
1. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya

Ada 9 faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial budaya.

 Kontak dengan kebudayaan lain.


 Sistem pendidikan yang maju.
 Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan kuat untuk maju.
 Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
 Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka.
 Keadaan masyarakat yang majemuk.
 Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
 Orientasi hidup ke masa depan.
 Senantiasa ada keinginan untuk memperbaiki tingkat kehidupan, artinya tidak mudah menyerah
pada keadaan.
2. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya

Ada 9 faktor yang dapat menjadi penghambat perubahan (rasistance to change) sosial budaya dalam
masyarakat yaitu sebagai berikut.

 Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.


 Perkembangan ilmu pengetahuan yang terhambat.
 Sikap masyarakat yang sangat tradisional.
 Dalam masyarakat terdapat kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat (vested
interest).
 Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
 Rasa takut akan terjadi keguncangan integrasi.
 Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
 Hambatan yang bersifat adat dan kebiasaan.
 Adanya anggapan bahwa pada hakikatnya hidup ini buruk dan tidak mungkin diperbaiki.

SOAL-SOAL LATIHAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesetaraan!


2. Tulislah 3 hal yang menjadi indicator kesetaraan/kesederajatan!
3. Tulislah definisi erubahan sosial budaya!
4. Tulislah pendapat Max Weber tentang perubahan sosial budaya!
5. Proses perubahan sosial terjadi melalui 3 hal. Jelaskan ketiga hal tersebut!
6. Sebutkan factor pendorong dan penghambat perubahan sosial!
BAB 2 PROSES GLOBALISASI DAN STRATEGI MEMPERTAHANKAN DAN MEMPERKUAT NILAI-NILAI
BUDAYA INDONESIA

MARI KITA MEREFLEKSIKAN TENTANG GAMBAR INI SEJENAK!

A. Konsep tentang kebudayaan Indonesia


1. Konsep sulit menentukan criteria yang cocok untuk tinggal di Indonesia

Konsepsi kebudayaan Indonesia memang sangat sulit untuk menentukan kriteria yang cocok untuk
masyarakat yang hidup di negara ini.

Ada alasansulit menentukan criteria yang cocok untuk tinggal di Negara Republik Indonesia tercinta ini
yaitu :

 Pancasila sebagai basis ideologi, yang menyimpan nilai-nilai ‘Bhinneka Tunggal Ika’ belum cukup
untuk membicarakan kebudayaan Indonesia. 
 Secara tekstual, Pancasila memang sangat relevan dengan ragam budaya yang ada.
 Dalam realitasnya, masih banyak yang menanyakan kejelasan nilai-nilai pancasila itu sendiri.
2. Kondisi realitas
Kita tidak dapat menyalahkan kondisi realitas. Ada ketidakpuasan terhadap nilai-nilai ideology
pancasila, gejolak dekadensi moralitas bangsa. Untuk itu pemerintah sebagai pemegang
kekuasan dalam hal ini, harus cepat tanggap, melihat fenomena-fenomena ketidakpuasan
terhadap nilai-nilai ideologi pancasila, gejolak dekadensi moralitas bangsa. Karena, ketimpangan
sosial, kesejahteraan, keadilan, kemanusiaan yang ada dalam pancasila, sudahkah aplikatif
terhadap masyarakat saat ini. Kalau memang belum, satu kewajaran bila ada yang
mempertanyakan kejelasan nilai-nilai pancasila yang dianggap sebagai nilai-nilai dan identitas
kebudayaan bangsa Indonesia. Kalau memang sudah, mari kita lihat bersama realitas obyektif
yang terjadi dalam masyarakat saat ini.
3. Pengaruh pola pikir
Ketidak jelasan akan pemahaman nilai-nilai kebudayaan sangat dipengaruhi oleh pola fikir yang
sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Arus budaya globalisasi yang sudah
mengakar dan mendarah-daging pada pola fikir masyarakat sosial. Demikian itu sudah jelas, bila
dilihat dari budaya konsumtif, instan, stail, gaya hidup dan lain-lain. Budaya globalisasi tidak
dapat dibendung, ditentang, apalagi ditolak. Yang mesti kita lakukan sekarang ini adalah
bagaimana budaya globalisasi mendatangkan manfaat bagi budaya Indonesia, serta bagaimana
memfilterisasi budaya tersebut yang mempengaruhi pada pola fikir kebudayaan bangsa
Indonesia.
B. Budaya Indonesia dan Globalisasi

Mengenai budaya dan globalisasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Kesadaran akan pentingnya memperhatikan kebudayaan


Kesadaran nampaknya semakin hari semakin meningkat. Hal ini jelas tidak bertentangan dengan
titik berat bidang kesadaran akan adanya rongrongan dari luar (globalisasi). Sebaliknya, justru
kesadaran akan pentingnya pendekatan budaya, mengingatkan kita bahwa bagaimanapun jalan
yang ditempuh, tetaplah manusia sebagai tujuan dan subyek globalisasi. Hendaknya manusia
tidak dikorbankan untuk mencapai tujuan lain selain dirinya.
2. Pendekatan kebudayaan jangan diartikan semata-mata sebagai kesenian saja.
Kendati ada sinar-sinar cerah yang menggembirakan, cukup memprihatinkan juga bahwa lalu
pendekatan kebudayaan diartikan semata-mata sebagai kesenian. Sedangkan kita sudah cukup
paham bahwa kesenian dan kebudayaan yang kebanyakan diperlihatkan melalui pendekatan
visualisasi simbol-simbol seni dan budaya tersebut. Sepertihalnya dunia hiburan, film-film,
sinetron dan tontonan televisi yang itu semua produk globalisasi. Pada dasarnya, kebudayaan
adalah keseluruhan hidup, proses dan aktivitas manusia dalam keberadaannya dimuka bumi
ini. Jika membicarakan bangsa ini, maka arti kebudayaan adalah penjelmaan kelakuan
sekelompok manusia berpokok pada pola sikap budi manusia yang berdasarkan pemandangan
hidup dunia serta melahirkan mentalitas dan cara berfikir kebudayaan.
3. Kehadiran globalisasi adalah keniscayaan
Lain dari pembicaraan kesadaran akan kebudayaan yang ada di Indonesia, hal yang paling utama
yang harus disadari adalah mengenai globalisasi. Keberadaan globalisasi di tengah-tengah
budaya yang belum jelas adalah satu keniscayaan. Berbicara mengenai globalisasi berarti
membicarakan dunia dalam konstalasi politk, ekonomi, social-budaya. Bangsa ini disatu sisi
memiliki kebudayaan, sisi lain budaya globalisasi cukup erat kaitannya dengan perubahan
kebudayaan  tersebut.
4. Globalisasi adalah bom budaya bagi dunia
Dalam arus globalisasi, tidak luput juga membicarakan negara-negara maju, bekembang, dunia
pertama, kedua dan ketiga. Sebab, keberadaan negara-negara tersebut turut menentukan
kemana arah arus globalisasi nantinya. Sebagaimana yang dikatakan seorang penulis asal Kenya
bernama Ngugi Wa Thiong’o, menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika,
sedemikian rupa sehingga mereka seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap
rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga
bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya.
Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, dulu
dipaksakan lewat imperialisme dan kini dilakukan dalam bentuk yang lebih meluas dengan nama
globalisasi.
5. Berbagai sudut pandang tentang globalisasi.
Globalisasi secara defenitif memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian
orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia
sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa
globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan
budaya. Globalisasi menyentuh berbagai aspek kehidupan, antara lain seni. Dalam rangka
mengamati dan meneliti proses globalisasi dalam dunia seni, baru-baru ini di Teheran, Iran,
telah diselenggarakan sebuah seminar internasional dengan tema “Seni dan Globalisasi”.
Seminar ini dihadiri oleh 20 cendikiawan Iran dan 23 cendikiawan asing dari 15 negara, antara
lain Perancis, Tunisia, Russia, Nigeria, Turki, Zimbabwe, Kenya, Italia, Cina, Lebanon, Mesir,
Afrika Selatan, Kanada, dan Tanzania.
6. Tanggapan budayawan Indonesia.
Banyak tanggapan dari budayawan Indonesia. Tanggapan-tanggapan itu tentunya berhubungan
dengan pesan yang dapat diambil dari seminar yang tersebut pada point 5 di atas. Salah seorang
budayawan yang menyatakan harapannya agar seminar ini berhasil mendefinisikan dengan
baik berbagai kesempatan dan ancaman yang akan melanda manusia pada era globalisasi.
Selain itu, peserta seminar hendaknya mencari jalan praktis dalam meningkatkan kemampuan
seni dan budaya pribumi, agar mampu berdiri kokoh di dalam tatanan baru dunia.
7. Globalisasi dan tuntutan pasar dunia.
Salah seorang peneliti Iran yang aktif dalam bidang budaya tradisional, meyakini bahwa dalam
era globalisasi ini bangsa-bangsa harus memproduksi karya-karya budaya yang sesuai dengan
tuntutan pasar dunia. Dalam hal ini sudah waktunya para budayawan Indonesia harus
menggali  dan menemukan keistimewaan-keistimewaan budaya yang terkandung dalam nilai-
nilai ideologi pancasila, lalu memperkenalkannya kepada seluruh masyarakat Indonesia
khususnya dan masyarakat bangsa-bangsa lain umumnya.

C. Dampak Globalisasi Terhadap Seni dan Budaya

1. Campur tangan terhadap hukum alam dan penciptaan.


Mengenai globalisasi dalam kerangka Barat yang ingin menyamakan budaya masyarakat yang
ada di dunia ini, dapat dicurigai bahwa hal itu merupakan satu campur tangan terhadap hukum
alam dan penciptaan. Pada dasarnya, proses globalisasi yang alami haruslah sesuai dengan yang
disebut oleh Al-Quran, yaitu “bahwa Allah menciptakan manusia dalam berbagai bangsa dan
suku, supaya mereka lebih saling mengenal antara satu sama lain”. Namun globalisasi telah
menimbulkan masalah kepada proses ini karena berusaha memaksakan satu budaya agar
diterapkan kepada bangsa-bangsa yang berbeda, dan itu artinya kebudayaan pribumi
(Indonesia) bangsa-bangsa saat ini menjadi tersingkir dan tidak mendapatkan ruang
artikulasinya.
2. Hegemoni Barat dan Amerika.
Proses globalisasi yang seimbang dengan kehidupan manusia dan sepanjang sejarah manusia,
memang selalu terdapat upaya manusia untuk mendekatkan diri antara satu sama lain dan
mencari titik persamaan. Tetapi, di sepanjang 30 tahun terakhir, negara-negara Barat berusaha
memaksa masyarakat dunia untuk menerima nilai-nilai Barat secara mutlak. Hal itu sangat
berbahaya dan jika terus berkelanjutan, proses ini akan menyebabkan hegemoni Barat dan
Amerika terhadap negara-negara lain.
3. Globalisasi dalam bentuk alami.
Selanjutnya, globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-
nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya
mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan
menghindari kehancuran. Tetapi, dalam proses ini, negara-negara Dunia Ketiga harus
memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak
dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa Dunia Ketiga haruslah
mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka.
4. Globalisasi sebagai badai taufan dan kesempatan istimewa bagi budaya.
Globalisasi mungkin saja mendatangkan musibah kepada seni dan kebudayaan kita, karena ia
sama seperti badai taufan yang mungkin mencabut akar budaya. Tetapi dari sudut pandang yang
lain, globalisasi bisa memberikan kesempatan istimewa untuk bangsa-bangsa yang kaya dengan
budaya. Seni kita akan tersebar ke luar batas negara dan memberikan pengaruh kepada dunia.
Sejarah menyaksikan bahwa pada berbagai era kegemilangan, seni dan kebudayaan Indonesia
menemukan identitasnya. Tapi kerena masuknya budaya globalisasi, kebudayaan kita terreduksi
oleh arus budaya yang lebih besar. Masalah inilah yang mungkin terjadi hari ini. Karena itu,
bangsa Indonesia yang percaya kepada kekuatan akar budaya tidak perlu takut pada pengaruh
asing. Kita harus berusaha untuk memahami bagaimana seni dan kebudayaan bisa menjadi
benteng pertahanan identitas dan tradisi kita selanjutnya.
D. Globalisasi dan Tantangan  Masa Depan Budaya Indonesia
1. Memikirkan kembali konsepsi kebudayaan Indonesia.
Melihat budaya Indonesia dalam arus globalisasi, sedikit dan banyaknya pasti mengalami
perubahan. Untuk mempertahankan identitas keindonesian, perlu kiranya kita memikirkan
kembali konsepsi kebudayaan Indonesia. Sekedar sebuah refleksi, budaya Indonesia seharusnya
dapat ditentukan bagaimana ciri khas pola laku, fikir dan moraliras bangsa ini semestinya. Untuk
memenuhi hal tersebut, maka diperlukan pengkajian ulang kebudayaan yang identik dengan
masyarakat dan realitas social di Negara ini.
2. Rekonstruksi kebudayaan Indonesia
Agar tercipta apa yang dinamakan ‘melek budaya’, kita mestinya mengupayakan rekosntruksi
kebudayaan Indonesia dengan menimbang beberapa hal; 
 Pertama, meneliti dengan seksama gagasan-gagasan para pemikir kebudayaan
Indonesia sejak sebelum kemerdekaan. 
 Kedua, meneliti politik kebudayaan setiap rezim pemerintahan yang berkuasa di
Indonesia, sejak semula kemerdekaan, Orde lama, Orde baru dan zaman reformasi yang
meliputi konsepsi kebudayaan apa, konstruk kebudayaan seperti apa, oleh siapa,
strategi kebudayaan macam apa saja yang digunakan, rancang proyeksi kebudayaan
Indonesia yang bagaimana, sehingga sekarang kita perlu merekonstruksi. 
 Ketiga, meneliti secara seksama nilai-nilai asli yang ada di masyarakat dan perubahan-
perubahan pada masyarakat. 
 Keempat, posisi Indonesia di tengah-tengah kepungan arus besar globalisasi dan ragam
kuasa kebudayaan dunia. Apapun konsepsi tentang perubahan, rekonstruksi
kebudayaan Indonesia yang ditawarkan, apakah jawaban-jawaban kita untuk
merekonstruksi kebudayaan nantinya secara riil benar-benar tepat, relevan, fungsional
dan efektif terhadap masalah-masalah kita? Tugas para budayawan, intelektual adalah
melakukan penelitian, lewat ragam cara, persfektif, pisau analisis dan formulasi,
sosialisasi, gerak politis sosio-kultur, lalu merekomendasikan hasilnya kepada
pemerintah, pemilik kekuasaan dan political will.

Soal-soal latihan

1. Tulis dan jelaskan 3 hal tentang konsep kebudayaan Indonesia!


2. Jelaskan beberapa hal yang diperhatikan dalam budaya Indonesia dan globalisasi!
3. Tulislah dampak globalisasi terhadap seni dan budaya!
4. Jelaskan tantangan masa depan budaya Indonesia di era globalisasi!

Jawaban terhadap soal-soal dari 2 bab ini dikirim kembali ke link yang ada.

Anda mungkin juga menyukai