Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PERBEDAAN SOSIOKULTURAL DALAM KONTEKS PENDIDIKAN

Disusun oleh :

1.Aliyah Hidayah.M (210701501051)


2.Andi Nailah Mardhiyah.M (210701501059)
3.Alifiyah Az-Zahrah (210701501060)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kami tak lupa sholawat dan salam kami panjatkan kepada
baginda Muhammad SAW yang telah membawa perubahan besar.
Atas izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “perbedaan
sosiokultural dalam Pendidikan” dalam matakuliah psikologi Pendidikan.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu kami yaitu
bapak Nur Akmal, S. Psi., M. A
Pada makalah ini kami mencoba menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan sosiokultural
dalam ruang lingkup Pendidikan.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam
penulisan maupun materi. Mengingat kemampuan dan waktu yang kami miliki masih sangat
terbatas, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami butuhkan guna
memperbaiki karya-karya kami dilain waktu.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 PENDAHULUAN 3
Latar Belakang 3
Rumusan Masalah 3
Tujuan Pembahasan 3
Manfaat Pembahasan 3
BAB 2 PEMBAHASAN 5
Pengertian Sosiokultural 5
Teori Sosiokultural 5
Teori Belajar Kultural 5
Teori Sosio Kognitif 6
Teori Edward Burnett Tylor 5
Fungsi Sosiokultural 6
Sosiokultural dalam Pendidikan 6
Perbedaan sosiokultural dalam pendidikan 7
BAB 3 PENUTUP 9
Kesimpulan 9
Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10

2
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan tempat belajar berbagai hal mulai dari ilmu wajib hingga ilmu untuk
pembangunan karakter. Semua itu sangat penting untuk mendidik siswa bukan hanya cerdas
untuk dirinya saja, melainkan untuk kepentingan-kepentingan yang lebih luas . selain itu,
Pendidikan sebagai tempat bertemunya berbagai macam kebudayaan. menyebabkan berbagai
kebudayaan yang bertemu ini dapat memunculkan konflik-konflik dari perbedaan pemikiran,
Bahasa, dan berbagai faktor lainnya. Akibatnya proses pembelajaran akan terhambat.
Oleh karena itu, pemahaman nilai-nilai sosiokultural dibutuhkan dalam pendidikan. Siswa
diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai sosiokultural yang padu dan baik dalam interaksi
pembelajaran dengan ilmu-ilmu yang telah dipelajari.
Kemudian Ketika pengimplementasian sosiokultural dengan Pendidikan telah berhasil
dilaksanakan maka terjadilah integrasi sosial yang dapat meningkatan wawasan dalam
pemahaman kultural membentuk interaksi yang terhindar dari berbagai konflik perbedaan.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sosiokultural?
2. Apa saja metode yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya perbedaan
sosiokultural dalam Pendidikan
3. Bagaimana pencegahan yang harus dilakukan para siswa untuk menentang perbedaan
sosiokultural?
4. Menganalisis manfaat sosiokultural dalam dunia Pendidikan!

Tujuan pembahasan
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut maka dapat disimpulkan tujuan yang ingin
dicapai pada makalah ini adalah ;
1. Memahami pengertian sosiokultural

2. Mengetahui teori sosiokultural


3. Mengetahui fungsi dari sosiokultural dan akibat apabila terjadi perbedaan
sosiokultural
4. Memahami apa sajakah yang terjadi dalam lingkup sosiokultural
5. Mengetahui,memahami dan mengimplementasikan proses pencegahan perbedaan
sosiokultural dalam bidang Pendidikan

Manfaat pembahasan

3
1.Menginspirasi penulis dan para pembaca untuk memahami lebih dalam tentang
sosiokultural.
2.Menjadi landasan untuk semua orang agar menjadi pribadi yang bijak dalam
menghadapi sosiokultural.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian sosiokultural


Sosio-Kultural adalah wadah atau proses yang saling berhubungan antara manusia dan
kebudayaan. Yang dimana proses tadi menyangkut tingkah laku manusia dan diatur oleh
dirinya sendiri, sehingga terjadi proses yg saling mengikat antara unsur-unsur kebendaan &
spiritual Soekanto (2004: 3)
Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kenyataan ini dapat
dilihat dari syarat sosiokultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Keragaman
ini dapat diakui dan akan dapat menimbulkan banyak sekali persoalan, misalnya korupsi,
kolusi, nepotisme, kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan, separatisme, dan hilangnya
rasa kemanusiaan untuk menghormati hak-hak orang lain. Multikultural ini dalam akhirnya
memunculkan disparitas-disparitas secara sosial di masyarakat & disparitas tersebut biasa
dikenal dengan diversitas
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari identitas dan bukti diri
sosial yg melekat, seperti bukti diri etnik, kultur & budaya, dan agama. Identitasidentitas
tersebut seharusnya direspon dengan bijak, sebagai akibatnya akan melahirkan lembaga
pendidikan bercorak multikultur. Indonesia, memiliki forum pendidikan madrasah dalam
jumlah yg sangat banyak, yakni mencapai mencapai 77.336 lembaga yang tersebar pada 33
Propinsi di Indonesia (emispendis.Kemenag.Go.Id/madrasah1516).

1.2 Teori sosiokultural


1. Teori belajar kultural
Teori belajar kultural merupakan suatu konsepsi yang menempatkan budaya sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Teori revolusi sosio
mengandalkan bahwa siswa hadir pada pembelajaran yang tidak kosong realitas. Setiap
individu pembelajartelah memiliki pengalaman pengalaman unik pada pergulatan sosial
kulturalnya. Menurut(sudjiati,2012) terdapat 3 aspek penting pada teori belajar revolusi
sosio kultural yaitu :
a.Pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat erat
b.Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam
suatu komunitas masyarakat
c.Kebudayaan merupaka suatu proses pemanusiaan didalam kehidupan berbudaya
sehingga terjadi proses perubahan
d.Sehubungan dengan itu, ada beberapa tokoh yang memiliki pandangan
berhubungandengan teori belajar teori revolusi sosio kultural yaitu Piaget
(kontruktivistik kognitif), Piaget menyatakan bahwa anak anak yang mengetahui dan

5
mengkonstruksi pengetahuan tentang objek didunia, mereka mengalami dan melakukan
tindakan tentang objek yang diketahuinya dan mengkonstruksi objek itu berdasarkan
pemahaman mereka sedangkan menurut teori Vygotsky (co-kontruktivime) menekankan
pada hakikat sosio kultural dari pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi
sosial yaitu interaksi individu dengan individu lain merupakan faktor yang mendorong
atau memicu perkembanagn kognitif. vygotsky yakin bahwa fungsimental yang lebih
tinggi umumnya muncul dalam kerjasama antar siswa sebelum fungsi mentalyang lebih
tinggi itu terserap.
2. Teori Sosio Kognitif Bandura
Teori sosio kognitif menekankan pada pembelajaran konservasi dalam pembelajaran
sehingga, ditemukan fakta bahwa pembelajar lebih menunjukkan perilaku meniru
tindakan model yang di lihatnya, Teori bandura dengan jelas menggunakan sudut
pandang kognitif untuk menguraikan belajar dan perilaku melalui kognitif kita berarti
bandura berasumsi tentang oikiran manusiadan menafsirkan pengalaman mereka. Dasar
kognisi dalam belajar
3. Teori Edward Burnett Tylor
Tylor tidak mengemukakan definisi belajar kultural, tetapi memberikan teori mengenai
budaya. Teori budaya sebagai bagian dalam teori belajar kultural perlu dibahas karena
substansi budaya merupakan salah satu pijakan teori belajar kultural.

1.3 Fungsi sosiokultural


Sifat heterogenitas menyebabkan suatu syarat sosial yg mempunyai banyak sekali nilai nilai
sosial budaya Oleh karna itu, nilai nilai sosiokultural bisa memberikan bagaimana cara
berinteraksi sosial menggunakan baik. Interaksi sosial yg baik adalah interaksi yg dapat
menaruh pemahaman-pemahaman mengenai perbedaan & dapat menaikkan pengetahuan
serta keterampilan yang berasal berdasarkan pertukaran kebudayaan. Sosiokultural
memberikan pedagogi tentang bagaimana berperilaku baik dalam masyarakat multikultural
seperti waktu ini. Sosiokultural berfungsi sebagai pengendali & pencegah terjadinya
pelanggaran-pelanggaran norma di warga . Contohnya, tawuran. Tentunya fungsi ini sangat
krusial buat melahirkan bangsa yang memiliki budi pekerti dan terlahirnya kehidupan yg
tenang tanpa konflik. Sosiokultural dalam fungsi membentuk karakter menekankan pada
pembiasaan penerapan nilai-nilai pada bermasyarakat. Bangsa yg baik adalah bangsa yang
berkarakter. Oleh karena itu, nilai sosiokultural merupakan fondasi buat karakter yang baik.

1.4 Sosiokultural dalam Pendidikan


Pendidikan yg sangat dibutuhkan pada era milenial sekarang ini adalah pendidikan yang
dapat mengintegrasikan pada karakter pendidikan yang bisa mengoptimalkan perkembangan
seluruh dimensi anak. Dengan keragaman kultural yg ada pada setiap daerah, bisa sebagai
satu solusi pelaksanaan pendidikan karakter berwawasan sosiokultural sesuai menggunakan
keunggulan sosial budaya wilayah setempat. Yang ditakutkan sekarang adalah terjadinya
perbedaan kultural dalam dunia Pendidikan, sehingga dapat mengakibatkan banyak dampak

6
negative dalam dunia Pendidikan terutama bagi siswa siswi yang belum paham tentang arti
sosiokultural.
Problematika ini sering kita jumpai di lingkungan sekolah misalnya aksi bully terhadap
sesama teman yang berbeda warna kulit ataupun berbeda model rambut, kurangnya kesadaran
dalam diri untuk menghargai dan menghormati kebudayaan daerah lain. Dan tutur kata yang
tidak sopan dalam berkomunikasi bahkan sering mengeluarkan kata-kata kasar dan bahkan
kotor, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dunia Pendidikan tidak akan bisa lepas dari
sosiokultural
Dengan mengimplementasikan sosiokultural pada pendidikan karakter para siswa diharapkan
bangsa Indonesia menjadi bangsa yg beradab dan bermartabat, bisa membentuk karakter
anak, dan untuk mencegah dekadensi moral serta karakter anak bangsa. Pendidikan
merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan karakter seorang anak. Pendidikan
berfungsi untuk menaikkan kemampuan manusia. Pendidikan yang kurang menekankan
dalam aspek penanaman karakter mengakibatkan aneka macam macam pertarungan
dikalangan murid. Hal tadi bisa dicermati dari banyaknya kasus pembullyan serta perkara-
kasus lainnya yg terjadi. Maka dari itu adapun tujuan yg wajib dicapai buat menyadarkan
para murid dengan melakukan pembentukan karakter yang bermoral dan sopan dan santun.

1.5 Perbedaan sosiokultural dalam pendidikan


Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan
pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh
dimensi anak. Dengan keragaman sosiokultural yang ada pada setiap daerah, dapat menjadi
salah satu solusi pelaksanaan pendidikan karakter berwawasan sosiokultural sesuai dengan
keunggulan sosial budaya daerah setempat. terutama dilingkungan sekolah karena di sekolah
lah seorang siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain yang memiliki keragaman yang
berbeda-beda
Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup ritual, harapan, hubungan,
demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil keputusan,
kebijakan maupun interaksi sosial antar komponen di sekolah. Budaya sekolah adalah
suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan
guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar
anggota kelompok masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan antarkelompok
terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah.
Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial,
kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan dalam budaya sekolah. Dapat diartikan disini, bahwa siswa perlu
mengakomodasi segala potensi, termasuk kekayaan sosial-budaya atau sosiokultural yang
ada. Untuk ini diperlukan pengembangan pembelajaran siswa yang memberi peluang bagi
guru untuk mengembangkan muatan karakter yang berbasis social-budaya yang terjadi di
sekitar proses pembelajaran itu berlangsung, yaitu pembelajaran yang akomodatif yang
ditinjau dari sudut pandang keunggulan lokal dan berwawasan sosiokultural.
Interaksi yang terjadi dalam pparagraf diatas terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta
etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Setiap komponen dalam sekolah baik kepala

7
sekolah, guru, maupun karyawan memiliki peranan dalam proses implementasi nilai-nilai
karakter di sekolah. Setiap komponen tersebut berperan dalam membentuk budaya sekolah.
karakter peserrta didik, diantaranya adalah dengan mengembangkan pembelajaran yang
berbasis sosiokultural.

8
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa soiokultural dan Pendidikan adalah dua hal
yang tidak dapat dipisahkan keduanya saling relavan dan memiliki fungsi yang
berkesinambungan. dalam teori belajar sosiokultur, proses belajar tidak dapat dipisahkan dari
aksi (aktivitas) dan interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis.
Belajar merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran individu melalui
interaksi dalam suatu konteks sosial.
1.2 Saran
menurut pendapat kami di era milenial saat ini Pendidikan berbasis sosiokultural sangatlah
dibutuhkan terutama untuk anak sekolah karena suatu saat nanti mereka akan melihat dunia
luar yang lebih beraneka ragam, oleh karena itu dibutuhkan motivator yang memberikan
rangsangan agar tiap orang memiliki gairah untuk berfikir, fasilitator, yang membantu
menunjukkan jalan keluar bila terjadi hambatan dalam proses berfikir, menejer yang
mengelola sumber sehingga mampu meningkatkan motivasi yang lebih tinggi.

9
DAFTAR PUSTAKA
 Asri Budiningsih. (2003). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
 Guruvalah. ( ). Teori-teori Psikologi Belajar.
www.geocities.com/guruvalah/psikologi_belajar.pdtf-Hasil Tambahan.
 H.A.R. Tilaar. (2002). Pendidikan Kebudayaan dan masyarakat Madani
Indonesia.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Biehler,R.F.& Snowmam,J.
1982. Psychology vs konstruktivisik: pemecahan masalah belajar abad XXI.
Malang : makalah seminar TEP
 Gredler. 1994 Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
 Rusman. 2012. Seri Managemen Sekolah Bermutu, Model-model
Pembelajaran(Mengembangkan Profesionalisme Guru)
 Husamah, Pantiwati, Y., Dkk. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press

10

Anda mungkin juga menyukai