Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan berkat-Nya saya
dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Karya tulis ini berisi pembahasan
tentang penggunaan gaya bahasa dan sudut pandang pada unsur intrinsik novel
yang berjudul Sayap-Sayap Patah karya Khailil Gibran.

Karya tulis ini bertujuan agar para pembaca dapat megetahui unsur-unsur intinsik
pada novel yaitu gaya bahasa dan sudut pandang dengan benar dan untuk
menambah wawasan pembaca. Saya juga ingin mengucapkan banyak trimakasih
untuk semua orang.Saya juga menyadari karya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini.

Atambua, 10 maret 2023

Valeria Wilfrida Raymanus

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….….2

2
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………………3
A. Latar belakang…………………………………………………………………………3
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………..4
C. Tujuan………………………………………………………………………………….4

BAB II : KAJIAN TEORI……………………………………………………………………..5


A. Kajian pustaka…………………………………………………………………………5
B. Landasan teori…………………………………………………………………………7

BAB III : PEMBAHASAN……………………………………………………………………9


A. Identitas buku………………………………………………………………………....9
B. Sinopsis………………………………………………………………………………..9
C. Kelebihan dan Kekurangan………………………………………………………….10
D. Deskripsi Manfaat……………………………………………………………………10

BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..11
B. Saran……………………………………………………………………………….....11

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Karya tulis di Indonesia sudah mulai digemari remaja pada masa kini,termasuk
karya tulis novel. Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang mengangkat
permasalahan yang kompleks dan luar biasa dari kehidupan tokoh-tokohnya.
Kehidupan yang digambarkan oleh pengarang dalam novel adalah kehidupan rekaan

3
pengarang, meskipun tampak seperti sebuah realita hidup,kehidupan di dalam karya
sastra adalah kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap pengarang, latar belakang
pendidikan, keyakinan, dan sebagainya.
Novel juga merupakan salah satu cerita fiksi yang berbentuk tulisan atau kata-kata,
dan di dalamnya mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intristik tan
kisahnya. Dalam proses melahirkan suatu karya fiksi, sudut pandang merupakan salah
satu unsur yang penting diperhatikan. Alur sebuah kisah dapat berbeda tergantung
sudut pandang mana yang penulis bawakan.Gaya bahasa adalah cara bagaimana
pengarang menguraikan cerita yang dibuatnya, atau definisi dari gaya bahasa yaitu
cara bagaimana pengarang cerita mengungkapkan isi pemikirannya lewat bahasa-
bahasa yang khas dalam uraian ceritanya sehingga dapat menimbulkan kesan tertentu.
Salah satu novel yang menarik untuk dianalisis yaitu novel Sayap-Sayap Patah.
Novel Sayap-Sayap Patah adalah salah satu buku karya sastrawan yang sangat
terkenal kelahiran Lebanon yaitu kahlil Gibran. Karya-karyanya tidak hanya dibacaerdiri
dari tema, alur/plot,latar,penokohan,gaya bahasa,sudut pandang, dan amanat.
Sedangkan unsur ekstrinsik terdiri dari latar belakang pengarang, aspek-aspek sosial,
ekonomi, dan pendidikan serta semangat zaman, atmosfer atau iklim tertentu.
Unsur intrinsik yang akan saya bahas pada karya tulis ini adalah tentang sudut
padang dan gaya bahasa. Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam menuangk,
tetapi juga telah mengilhami gagasan, prinsip, serta seringkali disenandungkan oleh
berbagai kalangan. Novel ini diterbitkan oleh Bentang Puastaka pada 31 maret 2021,
dengan tebal halaman 144 lembar.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Sudut pandang apa yang digunakan dalam novel sayap-sayap patah?


2. Gaya bahasa apa yang digunakan dalam novel sayap-sayap patah?

C. TUJUAN
1. Mengetahui penggunaan sudut pandang yang digunakan dalam novel sayap-sayap patah
2. Mengetahui penggunaan gaya bahasa yang digunakan dalam novel sayap-sayap patah

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA

Novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan

5
menonjolkan watak dan sifat pelaku (Nurgiyantoro, 2010:10). Adapun menurut Tarigan (2011)
bahwa novel adalah suatu cerita dengan alur yang cukup panjang mengisi satu buku atau lebih
yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif. Unsur-unsur Pembangun
Novel Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur pembangun cerita (unsur- unsur
cerita). Unsur-unsur pembangun cerita dalam sebuah novel yang membentuk totalitas terdiri atas
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

1.Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra, unsur-unsur yang secara
faktual dijumpai saat orang membaca karya sastra (Nurgiyantoro, 2010:23). Unsur yang
dimaksud antara lain meliputi tema, alur/plot, latar/setting, penokohan, sudut pandang dan
amanat. Adapun menurut Sadikin (2011:8) bahwa unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun
sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra.
a. Alur (Plot)
Menurut Nurgiyantoro, 2010:12,umumnya sebuah novel terdiri dari satu plot utama dan
beberapa subplot.Plot utama dan beberapa subplot berisi konflik- konflik yang memiliki kadar
kepentingan yang berbeda-beda dan peran yang berbeda terhadap plot utama. Masing-masing
subplot berjalan sendiri dan memiliki penyelesaiannya sendiri, namun tetap terkait satu sama lain
dalam hubungannya dengan plot utama Adapun Karmini (2011:53) berpendapat bahwa alur atau
plot adalah rangkaian kejadian atau peristiwa dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi
fungsional yang sekaligus menandai urutan bagianbagian dalam keseluruhan fiksi. Selanjutnya
menurut Sembodo (2010:6) bahwa alur atau plot yaitu rangkaian peristiwa yang terjalin dalam
suatu cerita.

b. Tema
Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan “makna‟ dalam pengalaman manusia, sesuatu
yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat (Stanton, 2012:36). Adapun Sadikin (2011:9)
mengemukakan bahwa tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra.
Selanjutnya, Sembodo (2010:8) berpendapat bahwa tema yaitu permasalahan yang diangkat
dalam suatu cerita dan menjadikan garis besar permasalahan yang dipaparkan.

c. Penokohan
Penokohan merupakan salah satu hal yang sangat penting bahkan menentukan dalam sebuah
fiksi, tanpa ada tokoh yang diceritakan dan tanpa ada gerak tokoh fiksi tidak ada artinya
(Karmini, 2011:17). Selanjutnya Wicaksono (2014:214) mendefinisikan penokohan adalah sifat
yang diletakkan pada diri tokoh, penggambaran atau pelukisan mengenai tokoh cerita, baik
lahirnya maupun batinnya oleh seorang pengarang.

d. Latar
Menurut Stanton (2012:35) berpendapat bahwa latar adalah lingkungan yang meliputi sebuah
peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteriraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang
berlangsung. Selanjutnya, Wicaksono (2014:251) menyatakan bahwa latar merupakan bagian

6
cerita atau landas tumpu yang merujuk pada masalah tempat dan waktu tempat terjadinya
peristiwa lingkungan sosial yang digambarkan untuk menghidupkan peristiwa.

e.Sudut pandang
Sudut pandang merupakan suatu metode narasi yang menentukan posisi atau sudut pandang dari
mana cerita disampaikan. Secara umum, terdapat empat sudut pandang yaitu, sudut pandang
persona ketiga (diaan), sudut pandang persona pertama (akuan), sudut pandang campuran dan
sudut pandang dramatic (Nurgiyantoro, 2010:170).

f.Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah bahasa yang indah dan dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan kalimat-kalimat lain yang lebih
umum, atau gaya bahasa. cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
diperlihatkan jiwa atau kepribadian penulis atau pemakai bahasa (Tarigan, 1990:5).

g. Amanat
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembacanya. Sementara itu, Sadikin (2011:9) berpendapat bahwa amanat ialah
pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra.

3.Unsur ekstinsik
Menurut Nurgiyantoro (2010:23) bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar
karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
karya sastra. Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang menjadi latar belakang
penyampaian tema dan amanat cerita. Kelemahan penelitian struktural adalah hanya menekankan
pada sastra secara otonom sehingga menghilangkan konteks, fungsinya dan relevansi sosial,
yang justru asal- usulnya (Ratna, 2004:332).

B. LANDASAN TEORI

Majas sendiri merupakan jenis kalimat yang cukup sering digunakan dalam Bahasa Indonesia.
Penggunaan macam-macam gaya bahasa ini mempunyai tujuan agar para pembaca dapat
merasakan berbagai efek emosional dalam suatu cerita. Macam-macam gaya bahasa digunakan
dalam karya sastra untuk membuat sebuah tulisan semakin menarik. Dengan begitu, pembaca
tidak akan bosan dan semakin tertarik membaca sebuah cerita. Bisa dikatakan bahwa gaya
bahasa atau majas merupakan jiwa dalam suatu karya tulis. Ada berbagai jenis majas yang biasa
digunakan. Secara garis besar, macam-macam gaya bahasa yaitu:

7
Personifikasi
Majas Personifikasi menggantikan fungsi benda mati menjadi dapat bersikap layaknya manusia.
Contoh Majas: Angin malam telah melarang aku ke luar.

Metafora
Majas Metafora yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin
disampaikan dalam bentuk ungkapan. Contoh: Usahanya bangkrut karena memiliki hutang
dengan lintah darat.

Asosiasi

Majas Asosiasi adalah membandingkan dua objek yang berbeda namun dianggap sama, dengan
pemberian kata sambung bak, bagaikan, seperti. Contoh: Wajahnya bak mentari pagi yang cerah.

Eufemisme

Eufemisme adalah gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik dengan
padanan yang lebih halus. Contoh: Karena terjerat kasus korupsi, ia harus dihadapkan di meja
hijau.

Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam novel ini sangat khas, pengarang sering
menggunakan kata-kata perumpamaan yang indah seperti kata-kata puisi dan juga menggunakan
kalimat yang bermakna majas, salah satunya majas personifikasi, adalah semacam gaya bahasa
kiasan yang menggambarkan benda mati atau barang mati yang tidak bernyawa seolah-olah
mempunyai sifat-sifat kemanusiaan. Seperti pada kutipan dibawah ini:

“pohon-pohon jeruk dan apel, terlihat laksana bidadari-bidadari atau mempelai pengantin” (hal
11).
“ia tampak seperti bunga bakung berayun oleh semilir angina fajar di hamparan rumput hijau”
(hal 35).
“dia menatap langit seakan-akan matanya terbuat dari kaca” (hal 133).

Sudut pandang adalah arah pandang seorang pengarang dalam menyampaikan sebuah cerita,
sehingga cerita tersebut menjadi lebih hidup dan bisa disampaikan dengan baik kepada pembaca
atau pendengarnya. Sederhananya, sudut pandang ialah cara penulis dalam memandang atau
menempatkan dirinya dalam sebuah cerita.

Sudut Pandang Persona Pertama


Macam-macam sudut pandang dalam cerita yang pertama adalah sudut pandang orang pertama.
Biasanya, jenis sudut pandang ini menggunakan kata ganti "saya" atau "aku" atau juga "kami".
Sederhananya, saat menggunakan sudut pandang orang pertama, Anda seakan-akan menjadi
tokoh dalam cerita tersebut. Selain itu, penulis yang membuat cerita juga masuk ke dalam tokoh
sentral. Dengan kata lain, semua yang berkaitan dengan perasaan, pikiran, serta kejadian tokoh

8
"aku" lakukan akan digambarkan melalui cerita tersebut. Sehingga, ia akan menjadi pusat
kesadaran dari sebuah cerita.

Sudut Pandang Persona Kedua


Lazimnya, sebuah karya sastra menggunakan sudut pandang persona pertama dan ketiga.
Namun, secara faktual, sudut pandang kedua tidak jarang ditemukan dalam berbagai cerita fiksi
meski hanya sekedar sebagai selingan. Dengan kata lain, sudut pandang persona kedua
menggunakan gaya "kau" sebagai variasi cara memandang tokoh aku dan dia.

Sudut Pandang Persona Ketiga


Selain menggunakan sudut pandang orang pertama dan kedua, penulis juga bias menggunakan
sudut pandang orang ketiga saat menulis cerita. Adapun teknik sudut pandang orang ketiga
biasanya menggunakan kata ganti "dia", "ia", atau nama tokoh dalam bentuk jamak "mereka".
Perbedaan penggunaan sudut pandang orang pertama dan ketiga terletak pada kebebasan peran di
dalam cerita. Di mana sudut pandang orang pertama, penulis bias menjadi sosok dirinya di dalam
cerita, namun hal ini tidak berlaku untuk sudut pandang orang ketiga. Didalam novel ini
pengarang berperan sebagai tokoh utama, orang yang serba tahu sifat dan karakter semua tokoh,
tentang keadaan dan semua kejadian. Hal ini dibuktikan dalam alur setiap bagian, pengarang
menggunakan kata sapaan orang pertama, kedua, dan orang ketiga, baik tunggal maupun jamak
seperti nama tokoh, aku, dia, ia dan mereka. Contohnya:

“aku melangkah meninggalkan tempatnya dan keluar melalui pintu” (hal 16).
“Selma duduk dekat jendela” (hal 21).
“tidakkah kamu pikir lebuh baik kita disini hingga bulan ini muncul” (hal 36).
“mereka bergegas menuju rumah besar itu” (hal 128).

Dari contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa pengarang juga mengambil posisi (berperan
dalam cerita). Disetiap pernyataan dalam novel dia menempatkan dirinya sebagai aku mulai dari
awal cerita sampai akhir cerita.

BAB III
PEMBAHASAN
A. IDENTITAS KARYA
Judul Buku : Sayap-sayap Patah
Pengarang : Kahlil Gibran
Penerjemah : Sapardi Djoko Damono
Tahun Terbit : 31 Maret 2021

9
Penerbit : Bentang Pustaka
Jumlah Halaman : 144

B. SINOPSIS
Novel Sayap Sayap Patah Ini menceritakan bagaimana kehidupan seorang
pria yang merasakan cinta kepada seorang wanita dan selalu dipercaya oleh
ayah wanita tercintanya tersebut untuk merawat putrinya.Seorang wanita
tersebut hidup dengan kesunyian dan kesepian. Seorang wanita yang ibunya
meninggal pada usia tiga tahun. Seiring berjalannya waktu, baik pria maupun
wanita menjadi mesra dan saling memiliki perasaan cinta, tetapi sayangnya
mereka tidak dapat bersama. Sang wanita justru menikah dengan pria lain.
Kisah itulah yang membuat buku ini menjadi sangat dramatis dan saying
untuk dilewatkan. Cerita dimulai dengan perkenalan Gibran oleh seorang pria
bernama Farris Effandi Karamy, seorang Lebanon kaya yang ternyata
menjadi teman ayah Gibran di usia dini. Setelah perkenalan ini, Gibran sering
berkunjung ke rumah Farris Effandi. Kemudian Farris Effandi
memperkenalkan putri tunggalnya bernama Selma.

C. Kelebihan dan kekurangan


1. Kelebihan
Novel ini disajikan dengan sudut pandang orang pertama atau aktor utama karena
dalam cerita novel ini, penulis tampaknya memberi tahu pengalaman pribadinya.
Sehingga kita dapat benar-benar mengetahui dan mengerti peristiwa yang terjadi
pada pemeran utama yaitu kahlil gibran. Dan penulis menggunakan gaya bahasa
berupa perumpamaan yang indah sehingga pembaca dapat tersentuh.
2. Kekurangan
Kekurangan novel terdapat pada gaya bahasa atau majas yang digunakan dimana
akan membuat pembaca sulit memahami dengan baik apa yang diceritakan karena
10
dianggap rumit dan berat untuk dimengerti. Sehingga bagi pembaca yang kurang
akrab dengan bacaan yang menggunakan majas personifikasi ini tidak dapat
menangkap maksud dari penulis.
D. Deskripsi manfaat
Novel ini sangat layak dibaca oleh penggemar sastra dan para remaja, karena
penggunaan majas atau gaya bahasa dan sudut pandang membuat cerita ini lebih
menarik. Namun yang perlu digaris bawahi bahwa cerita ini kurang cocok bagi
pembaca yang tidak terbiasa dengan penggunaan majas personifikasi.

BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam novel ini sangat khas, pengarang
sering menggunakan kata-kata perumpamaan yang indah seperti kata-kata puisi dan
juga menggunakan kalimat yang bermakna majas, salah satunya majas personifikasi,
adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati atau barang
mati yang tidak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat-sifat kemanusiaan.
2. Didalam novel ini pengarang berperan sebagai tokoh utama, orang yang serba tahu
sifat dan karakter semua tokoh, tentang keadaan dan semua kejadian. Hal ini
dibuktikan dalam alur setiap bagian, pengarang menggunakan kata sapaan orang

11
pertama, kedua, dan orang ketiga, baik tunggal maupun jamak seperti nama tokoh,
aku, dia, ia dan mereka. Dari contoh-contoh diatas dapat dismpulkan bahwa
pengarang juga mengambil posisi (berperan dalam cerita). Disetiap pernyataan dalam
novel dia menempatkan dirinya sebagai aku mulai dari awal cerita sampai akhir cerita.
B. SARAN
Penggunaan sudut pandang dan gaya bahasa yang digunakan sudah cukup baik
dalam novel Sayap- Sayap Patah ini. Namun, penggunaan dari majas sendiri mungkin
harus disesuaikan dengan pembaca secara luas yang kurang mengerti tentang adanya
majas personifikasi sehingga, novel ini dapat dibaca oleh banyak kalangan.

12

Anda mungkin juga menyukai