Anda di halaman 1dari 8

Mengidentifikasi Cerita Pendek dengan Latar Belakang Peristiwa Sejarah di Indonesia

Karya sastra merupakan salah satu karya yang banyak dinikmati oleh masyarakat. Karya
sastra dapat digolongkan menjadi bentuk prosa dan puisi. Karya sastra berbentuk prosa
dapat berupa novel, cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), dan roman.
Cerita pendek merupakan jenis karya sastra berbentuk prosa yang memusatkan diri pada
satu tokoh dalam satu situasi. Cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh dengan
masalah yang relatif sederhana dan diceritakan secara singkat, serta tokohnya tidak sampai
mengalami perubahan nasib. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita pendek
(cerpen) adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal
dan dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).
Oleh sebab itu, cerpen sering diungkapkan sebagai cerita yang dapat dibaca hanya sekali
duduk yang artinya untuk membaca cerpen tidak membutuhkan waktu lama. Berbeda
dengan membaca novel yang bisa berhari-hari.

Sebagai karya sastra, cerita pendek memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1 Selesai dibaca kurang dari sepuluh menit.


2. Cerpen terdiri dari 500-10.000 kata.
3. Cerpen berfokus hanya pada satu tokoh utama.
4. Cerpen menceritakan satu peristiwa penting yang dialami oleh tokoh tersebut.

Cerita pendek mengangkat permasalahan kehidupan yang ditulis berbentuk cerita naratif.
Latar belakang dari peristiwa-peristiwa yang ada di balik cerita pendek tidak jarang berasal
dari peristiwa- peristiwa yang terjadi atau pernah terjadi di kehidupan nyata.
Peristiwa-peristiwa yang digunakan sebagai sumber inspirasi penulis tersebut terkadang dari
sebuah peristiwa sejarah.
Latar belakang peristiwa tersebut merupakan salah satu unsur pembangun cerita pendek
yang berasal dari luar yang juga disebut sebagai unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik
merupakan unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi penciptaan karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik meliputi latar belakang
kehidupan pengarang, latar belakang masyarakat dan situasi sosial budaya ketika karya itu
diciptakan. Oleh sebab itu, pembaca dapat mengetahui latar belakang sejarah dari
mengetahui latar belakang pada peristiwa-peristiwa dalam cerpen.

Agar dapat memahami isi cerpen termasuk latar belakang peristiwa yang ada di dalamnya,
perlu diawali dengan sejumlah pertanyaan. Jenis-jenis pertanyaan tersebut di antaranya
pertanyaan pemahaman literal, Interpretatif, Integratif, kritis, dan kreatif.

1. Pertanyaan Literal
a. Siapa saja tokoh dalam cerpen tersebut?
b. Di mana dan kapan cerita tersebut terjadi?

2. Pertanyaan Interpretatif
a. Apa maksud tersirat dari tindakan tokoh A?
b. Apa makna lugas dari perkataan tokoh B?

3. Pertanyaan Integratif
a. Cerpen tersebut bercerita tentang apa? b. Apa amanat yang dapat dipetik dari cerpen
tersebut?

4. Pertanyaan Kritis
a. Berdasarkan nilai sosial, bolehkah tindakan tokoh A dilakukan?
b. Apa kelebihan cerpen tersebut berdasarkan masalah yang diangkat?

5. Pertanyaan Kreatif
a. Jika Anda dalam posisi tokoh A, apa yang Anda lakukan?
b. Bagaimana jika tokoh utama dalam cerpen tersebut meninggal?

Dalam memahami isi cerita sebuah cerita pendek. Anda juga perlu mengetahui arti setiap
kosakata yang digunakan dalam cerita pendek. Penulis tidak jarang menggunakan kosakata
ilmiah dalam cerita yang dituliskan sehingga lebih menarik dan sesuai dengan tema. Oleh
sebab itu, jika menemukan kosakata yang dirasa baru dan tidak memahami arti katanya,
Anda dapat menggunakan berbagai sumber, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Tesaurus, dan berbagai buku ensiklopedia.

B. Mengetahui Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Pendek

Cerita pendek disusun dari beberapa unsur pembangun, baik unsur intrinsik (yang ada di
dalam cerita) maupun unsur ekstrinsik (yang ada di luar cerita). Unsur intrinsik adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur inilah yang membuat cerpen
hadir sebagai sebuah karya sastra. Unsur intrinsik mencakup hal-hal berikut.

1. Tema

Tema adalah ide pokok yang mendasari suatu cerita. Tema cerita jarang dituliskan secara
tersurat oleh pengarangnya. Untuk itu, pembaca harus terlebih dahulu mengenali rangkaian
peristiwa yang membentuk alur cerita dalam cerpen tersebut. Tema memiliki sifat umum dan
general yang dapat diambil dari lingkungan sekitar, misalnya permasalah yang ada di
masyarakat, kisah pribadi pengarang sendiri, pendidikan, sejarah, perjuangan romansa, dan
persahabatan.

2. Alur

Alur adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita. Alur
dibedakan. menjadi tiga, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

Alur merupakan urutan peristiwa yang membangun keseluruhan cerita. Tahapan alur adalah
sebagai berikut.

a. Tahapan pengenalan situasi cerita, berupa pengenalan tokoh, latar, dan sebagainya.
b. Tahapan pemunculan masalah (konflik). c. Tahapan peningkatan/perkembangan konflik.
d. Tahapan puncak konflik (klimaks).
e. Tahapan penyelesaian konflik.
3. Tokoh

Tokoh adalah pelaku dalam cerita. Tokoh dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh
tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang ditampilkan secara terus-menerus atau paling
sering diceritakan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa
kali saja dalam sebuah cerita.

4. Penokohan

Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter/sifat


tokoh dalam cerita. Dalam cerita terdapat tokoh protagonis, antagonis dan tokoh campuran
Tokoh protagonis adalah tokoh yang mewakili sifat-sifat baik sebagai manusia dan
sebaliknya adalah tokoh antagonis. Sementara itu, tokoh campuran adalah tokoh yang
memiliki perwatakan baik dan buruk. Karakter tokoh dapat dijelaskan secara langsung
(analitik) dan tidak langsung (dramatik).

a Metode langsung (analitik), yaitu metode pemberian watak tokoh oleh pengarang dengan
mendeskripsikan wataknya secara langsung

b. Metode tidak langsung (dramatik), yaitu metode pemberian watak tokoh oleh pengarang
dengan menampilkan tokoh secara tidak langsung atau tidak mendeskripsikan secara
eksplisit sifat serta tingkah laku tokoh Metode tidak langsung ini dilakukan melalui tindakan
tokoh pikiran dan perasaan tokoh, dialog antartokoh, deskripsi fisik tokoh, reaksi tokoh,
lingkungan sekitar tokoh, serta tanggapan tokoh lain

5. Latar atau Setting

Latar (setting) adalah tempat, waktu, dan suasana berlangsungnya kejadian dalam cerita.

6. Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang (point of view) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita sudut
pandang yang digunakan dalam cerpen meliputi sudut pandang orang pertama pelaku
utama orang pertama pelaku sampingan, sudut pandang orang ketiga serbatahu, dan sudut
pandang orang ketiga pengamat

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah penggunaan pilihan kata untuk mengungkapkan perasaan atau pikiran
dengan tujuan memberikan efek pada para pembaca. Gaya bahasa juga digunakan dalam
menciptakan suatu nada, suasana persuasif, dan dialog agar mampu memperlihatkan
interaksi sekaligus hubungan antara sesama tokoh. Kemampuan penulis mempergunakan
bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus terang

8. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya. Amanat
dalam cerpen umumnya bersifat tersirat. Pada umumnya, kehadiran amanat tidak bisa lepas
dari tema cerita.
C. Menemukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek

Kegiatan membaca karya sastra, seperti cerpen dilakukan untuk kesenangan. Selain itu,
dapat digunakan untuk memperhalus akal budi. Hal ini terjadi karena dengan membaca
cerpen, Anda dibantu untuk mengembangkan rasa empati, belas kasih, menghormati
perbedaan, toleransi, dan sifat baik lainnya. Dalam cerita pendek, Anda juga dapat
menemukan karakter tokoh. Dan karakter tokoh tersebut kita dapat menemukan nilai-nilai
kehidupan, yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan perbuatan buruk yang harus kita
jauhi Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia Nilai dan sebuah cerpen tidak hanya berkaitan dengan keindahan bahasa dan
kompleksitas jalinan cerita.

Nilai atau sesuatu yang berharga dalam cerpen juga berupa pesan atau amanat Nilai dalam
cerita pendek berupa norma-norma yang ada dalam kehidupan. Nilai dalam cerpen adalah
sesuatu yang dapat diambil atau dipetik dari sebuah cerpen yang bersifat menambah
pengetahuan, memberikan hiburan, atau dapat memanusiakan manusia Nilai-nilai
kehidupan biasanya dapat ditemukan secara tersurat maupun secara tersirat

Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen sebagai berikut

1. Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik buruk
tingkah laku

2. Nilai sosial/kemanusiaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang berada di dalam
masyarakat

3. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan kebiasaan atau tradisi yang berlangsung
di suatu masyarakat yang mungkin tidak berlaku di masyarakat.

4. Nilai religius/keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan agama.

5. Nilai pendidikan/edukasi yaitu nilai yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku dari
yang buruk ke yang baik.

6. Nilai politis. yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan pemerintahan

7. Nilai etika, yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan sopan santun

8. Nilai kemanusiaan, yaitu nilai yang berhubungan dengan sifat-sifat manusia.

Nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek dapat disimpulkan dengan langkah-langkah


berikut:

1. Membaca cerpen dengan saksama


2. Menganalisis tindakan dan dialog yang dilakukan oleh tokoh
3. Menyimpulkan nilai-nilai kehidupan dan tindakan atau dialog tokoh
D) Menulis Cerita Pendek

Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang digunakan penulis untuk
menyampaikan pemikirannya Menulis cerpen bisa diambil dari pengalaman sendiri atau
pengalaman yang dialami oleh orang lain. Menulis cerita pendek berdasarkan kejadian
sehari-hari berasal dari peristiwa yang dilihat, didengar, serta perasaan yang mengikutinya
sebagai sumber inspirasi yang tidak pernah habis.

Cerpen dapat ditulis dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan dalam cerpen.
Struktur cerpen merupakan rangkaian cerita yang membentuk cerpen itu sendiri. Dengan
kata lain struktur cerpen berupa alur, yakni berupa jalinan cerita yang terbentuk oleh
hubungan sebab akibat atau secara kronologis Adapun tahapan alur sebagai berikut.

1. Pengenalan situasi cerita (exposition atau orientation).


2. Pengungkapan cerita (complication)
3. Menuju pada adanya konflik (rising action)
4. Puncak konflik (turning point)
5. Penyelesaian (ending atau koda).

Cerpen termasuk dalam jenis teks fiksi naratif yang menempatkan posisi pengarang sebagai
berikut.

1. Pengarang berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat
dalam cerita yang bersangkutan, ditandai penggunaan kata ganti, seperti aku, saya,
kami

2. Berperan sebagai orang ketiga (sebagai pengamat). Pengarang tidak terlibat dalam
cerita, ditandai dengan kata ganti dia atau nama orang.

Cerpen memiliki unsur-unsur kebahasaan sebagai berikut.

1. Banyak menggunakan kata bermakna lampau, Contoh kata saat itu, ketika itu,
setahun yang lalu, dan lain-lain
2. Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis) Contoh:
sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, dan lain-lain.
3. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa. Contoh: menyuruh,
membersihkan, menawari, dan lain-lain.
4. Menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara
menceritakan tuturan seseorang tokoh oleh pengarang. Contoh: menceritakan
tentang, mengatakan bahwa, mengungkapkan, menanyakan, dan lain-lain
5. Menggunakan kata kerja menyatakan sesuatu yang dirasakan atau dipikirkan tokoh.
Contoh: merasakan, menginginkan, mendambakan, dan lain-lain.
6. Menggunakan banyak dialog.
7. Menggunakan kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, dan suasana

Langkah menulis cerpen sebagai berikut. 1. Menentukan tema yang ingin dituliskan.
2. Menentukan tokoh utama dan tokoh tambahan
3. Menentukan latar, baik latar tempat, waktu, dan suasana yang akan digunakan dalam
cerita pendek.
4. Menentukan peristiwa-peristiwa dan permasalahan penting yang akan dialami tokoh.

5 . Menentukan nilai-nilai kehidupan yang akan terkandung dalam cerita.


6. Menyusun alur dengan memperhatikan lima tahapan alur
7. Membuat kerangka karangan terlebih dahulu
8. Mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah cerita yang utuh.
9. Mempublikasikan hasil tulisan di media massa atau di media internet.

Menulis cerita pendek dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut.

1. Cerpen ditulis dengan memenuhi syarat, yaitu kurang dari 10.000 kata dan selesai
dibaca dalam kurang dari 10 menit.
2. Fokus kepada satu tokoh utama dan mengangkat satu permasalahan penting yang
dialami oleh tokoh.
3. Perhatikan gaya bahasa untuk membuat cerita lebih hidup.
4. Gunakan ejaan dan tanda baca yang baik.

E. Menyusun Resensi Berdasarkan Cerita Pendek

Resensi adalah ulasan atau penilaian atau pembicaraan mengenai suatu karya, baik buku.
film, maupun karya lain. Tugas penulis resensi adalah memberi gambaran kepada pembaca
mengenai karya tersebut layak dibaca atau tidak. Hal-hal yang ditanggapi dalam resensi
adalah kualitas isi, meliputi kebaikan atau keunggulan dan kelemahan suatu karya,
penampilan, unsur-unsur bahasa serta manfaat bagi pembaca. Seorang penulis resensi
atau biasa disebut peresensi akan memberi pertimbangan kepada pembaca secara
seimbang, baik kelebihan maupun kekurangan suatu buku yang diresensinya.

Berikut adalah tujuan penulisan resensi

1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku
atau hasil karya tannya secara ringkas
2. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan
3. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang
sama atau penulis lainnya.
4. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi buku.

Resensi memiliki unsur-unsur atau struktur teks yang terdiri dan beberapa bagian. Unsur
yang terdapat dalam sebuah resensi meliputi sebagai berikut
1. Judul resensi, harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang dibuat. Judul yang
menarik juga akan memberi nilai lebih pada sebuah resensi

2. Identitas karya atau data buku, meliputi judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit
beserta cetakannya, dimensi buku, dan harga buku. Jika buku yang akan Anda resensi
adalah buku terjemahan, akan lebih baik jika Anda menuliskan judul asli buku tersebut
beserta pengarang asli dan penerjemah buku tersebut.
3. Pendahuluan resensi, dalam pendahuluan memperkenalkan pengarang dan tujuan
pengarang buku.

4. Ringkasan buku/ikhtisar, adalah bentuk singkat dan suatu karangan atau rangkuman,
Ikhtisar merupakan bentuk singkat karangan yang tidak mempertahankan urutan karangan
atau buku asli, sedangkan ringkasan harus sesuai dengan urutan karangan atau buku
aslinya.

5. Inti atau isi resensi, meliputi kelebihan dan kekurangan buku yang diresensi. Penulis
resensi harus memberikan penilaian mengenai kelebihan dan kekurangan buku yang
disertai dengan ulasan secara objektif

6. Penutup pada bagian penutup biasanya berisi alasan buku tersebut ditulis dan kepada
siapa buku tersebut ditujukan, serta kritik dan saran kepada penulis

Penulisan resensi menggunakan kaidah kebahasaan tertentu, Kaidah kebahasaan yang


terdapat dalam teks resensi yaitu sebagai berikut

1. Menggunakan Konjungsi temporal, Konjungsi yang digunakan dalam resensi meliputi


konjungsi penerang/penjelas, konjungsi dan konjungsi penyebab Konjungsi penerang
digunakan untuk menjelaskan maksud atau menerangkan suatu hal Konjungsi penerang,
seperti yakni, yaitu, merupakan, dan bahwa. Konjungsi temporal digunakan untuk
menyatakan waktu. Konjungsi temporal, meliputi sejak, saat, semenjak, kemudian, dan
akhirnya Konjungsi penyebaban digunakan untuk menyatakan hubungan sebab akibat,
meliputi karena, sebab, dan akibatnya

2. Menggunakan Pernyataan yang Berupa Saran.


Pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian akhir resensi Saran ini
ditujukan kepada pembaca untuk membaca buku yang diresensi. Pernyataan ini ditandai
dengan kata hendaknya, harusnya, jangan, sebaiknya, dan alangkah baiknya.

3. Menggunakan Kata-Kata Serapan


Kata-kata serapan yang digunakan dapat berasal dari bahasa asing ataupun bahasa
daerah. Penulisan kata-kata serapan yang digunakan juga harus sesuai dengan kaidah
kebahasaan. Berikut adalah aturan penulisan kata serapan.

a. Satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf kecuali untuk bunyi ng, ny, sy, dan kh di awal
kata.
b. Penulisan kata serapan harus sesuai dengan cara pengucapan yang berlaku dalam
bahasa Indonesia.
c. Penulisan kata serapan diusahakan tidak jauh berbeda dengan kata aslinya.

Sebelum menulis resensi, Anda harus mengetahui dan memahami isi buku yang akan
diresensi Jika buku yang Anda resensi adalah buku nonfiksi, Anda harus memahami dan
menemukan hal- hal penting yang terdapat dalam buku tersebut, jika buku tersebut
merupakan novel dan kumpulan cerpen, Anda harus memahami unsur intrinsik dan
ekstrinsik dari novel dan buku kumpulan cerpen tersebut. Anda harus benar-benar
menguasai tema, latar, alur, tokoh, penokohan, amanat, dan nilai yang terkandung dalam
buku. Setelah Anda memahami isi buku, barulah dapat memberikan ulasan dalam bentuk
resensi. Ulasan dalam bentuk resensi dapat Anda tulis dengan langkah-langkah sebagai
berikut.

1. Menentukan Objek yang akan Diresensi.


Tentukan buku/teks narasi yang akan Anda resensi, baik cerpen, kumpulan cerpen, roman,
novel, maupun biografi. Selain itu, seorang peresensi harus menyebutkan juga buku
tersebut termasuk buku fiksi atau nonfiksi.

2. Mencatat Identitas Objek Resensi.


Dalam resensi juga tercantum identitas buku. Catat identitas buku yang akan diresensi,
seperti jenis buku, judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, tahun cetak,
jumlah halaman, jenis kertas, dimensi, dan harga buku. Catat pula mengenai bentuk atau
format dari buku tersebut, meliputi kertas, ilustrasi cover, jenis huruf yang dipakai, dan
sebagainya.

3. Membaca Buku/Teks Narasi dengan Teliti.


Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Sebelum membuat resensi, bacalah
terlebih dahulu buku/teks yang akan diresensi hingga tuntas, lalu mencatat kutipan,
kata-kata penting, dan poin-poin utama di dalamnya.

4. Membuat Ikhtisar
Menulis kembali gagasan yang dianggap penting ke dalam karangan singkat yang
mempunyai satu kesatuan yang padu.

5. Membuat isi Resensi


Pada tahap ini kita memberikan komentar dan pandangan kita terhadap buku yang kita
resensi. Langkah-langkah membuat isi resensi yaitu sebagai berikut.

a. Membuat informasi umum tentang buku yang diresensi.


b. Menentukan judul resensi.
c. Membuat ringkasan secara garis besar d. Memberikan penilaian buku.
e. Menonjolkan sisi lain dan buku yang diresensi.
f. Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
g. Penilaian dari segi kelengkapan karya, EYD, dan sistematika resensi

6. Kesimpulan
Kemukakan apa yang diperoleh dari buku yang diresensi dan imbauan kepada pembaca.
Jangan lupa cantumkan nama Anda selaku peresensi.

Anda mungkin juga menyukai