1. Syair
a. Menentukan tema
- Tema syair adalah gagasan pokok syair yang ingin disampaikan oleh penyair.
- Langkah menyimpulkan tema syair:
a. Menyimpulkan gagasan yang disampaikan penyair dalam setiap bait
b. Mengelompokkan gagasan yang senada dalam sejumlah rangkaian bait
c. Menyimpulkan tema syair
b. Pesan yang disampaikan (amanat)
- Pesan/amanat syair adalah pesan /kesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca
- Pesan/nasihat datap disampaikan secara: langsung & tidak langsung
- Nasihat langsung disampaikan dengan: menguntai gagasan (nasihat) dalam setiap bait
- Nasihat tidak langsung disampaikan dengan: menceritakan kisah kehidupan seorang tokoh melalui peristiwa
yang dialami tokoh.
c. Ciri-ciri syair
- Setiap bait terdiri dari 4 baris
- Setiap bait terdiri dari 8-14 suku kata
- Bersajak a-a-a-a
- Semua baris adalah isi
- Bahasanya mengandung kiasan
- Makna ditentukan oleh bait-bait selanjutnya
- Syair umumnya berbentuk cerita, dongeng, nasihat dan petuah
2. Cerpen
a. Ciri-ciri cerpen
- Terdiri kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata.
- Selesai dibaca dengan sekali duduk.
- Bersifat fiktif.
- Hanya mempunyai 1 alur saja (alur tunggal).
- Isi dari cerita berasal dari kehidupan sehari-hari.
- Memiliki pesan moral
b. Tema cerpen
- Kegunaan tema adalah sebagai titik tolak untuk menyusun kerangka cerpen
- Tema cerpen diperoleh dari: hasil perenungan terhadap peristiwa atau gagasan yang disampaikan dalam
sebuah peristiwa, dan keputusan pengarang tehadap nasib tokoh utama.
c. Unsur intrinsik
- Tema adalah pokok atau gagasan utama sebuah cerpen.
- Tokoh dan penokohan
a. Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh terbagi atas tokoh utama dan tokoh
tambahan/sampingan. Tokoh utama merupakan tokoh yang melakukan interaksi secara langsung atau
terlibat dalam konflik. Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya diungkapkan dalam cerpen tanpa
adanya interaksi yang dilakukan tokoh atau tokoh yang tidak terlibat dalam konflik. Watak tokoh dalam
cerpen dapat disimpulkan dari dialog tokoh, dialog tokoh lain tentang tokoh tertentu, respons tokoh
terhadap masalah, perilaku tokoh, interaksi tokoh dengan lingkungan dan alam, serta narasi/penjelasan
pengarang.
b. Penokohan merupakan watak atau karakter tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita. Berdasarkan
sikapnya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh protagonist, antagonis, dan tritagonis. Tokoh
protagonis adalah tokoh yang digunakan pengarang untuk mendukung tema. Tokoh antagonis adalah
tokoh yang menentang tema yang disampaikan oleh pengarang. Tokoh tritagonis adalah tokoh
pembantu atau penengah dalam cerita. Ada dua Teknik penokohan, yaitu:
i. Teknik naratif/analitik: penuturan watak tokoh (contoh: pemberani, penakut) secara langsung melalui
paparan narasi seperti:
1. Mengenalkan sosok tokoh
2. Pekerjaan tokoh
3. Kehidupan sehari-hari tokoh
ii. Teknik dramatic: pengembangan watak tokoh (contoh: cara berpakaian, postur tubuh) secara tidak
langsung melalui pemaparan sebuah peristiwa dramatic yang mengandung perilaku dan dialog para
tokoh melalui:
1. Keadaan fisik tokoh
2. Perilaku tokoh
3. Dialog tokoh
- Latar dibedakan menjadi latar fisik (tempat & waktu) dan latar metaforik (suasana). Latar disebut juga
dengan istilah setting. Latar tempat menjelaskan di mana kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi. Latar
waktu menjelaskan kapan kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi. Latar suasana menjelaskan
gambaran suasana dalam sebuah cerpen.
- Alur atau plot adalah rangkaian kronologi peristiwa. Alur dibedakan menjadi alur maju (linier), alur
melingkar (sirkuler) - campuran, dan alur sorot balik (flash back) - mundur. Alur maju: peristiwa dalah cerpen
diceritakan secara berurutan dari awal hingga akhir. Alur melingkar: peristiwa tidak diceritakan secara
berurutan (mungkin dari tengah). Alur sorot balik: peristiwa akhir dikisahkan terlebih dahulu, selanjutnya
disusul kejadian awal dan rangkaian peristiwa selanjutnya. Tahapan plot dapat terdiri atas beberapa unit
peristiwa sbb:
a. Pengenalan cerita (intro): memperkenalkan tokoh utama, penataan adegan, hubungan antartokoh
b. Awal perselisihan/konflik (complication): mulai memunculkan bagian-bagian yang menimbulkan
berbagai masalah
c. Menuju konflik (rising action): semakin meningkatkan permasalahan yang sedang dihadapi tokoh
d. Konflik memuncak (climax): puncak permasalahan yang dihadapi tokoh
e. Penyelesaian (ending): nasib tokoh setelah mengalami turning point.
- Sudut pandang berisi pandangan pengarang terhadap cerpen, bisa saja pengarang menjadi orang pertama
atau orang ketiga. Sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang pertama
dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku, saya, dan sebagainya. Sudut pandang
orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata
ganti orang seperti dia, mereka, dan sebagainya atau menggunakan nama tokoh. Sudut pandang orang
ketiga terbagi atas orang ketiga terarah dan orang ketiga serba tahu.
- Amanat merupakan pesan moral yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui cerpen.
- Gaya bahasa berfungsi untuk memberikan kesan yang lebih menarik dengan menggunakan majas.
d. Struktur teks cerpen
1. Abstrak
→ Pendahuluan yang menyatakan serangkaian peristiwa yang menjadi inti pokok cerpen atau gambaran umum
mengenai teks cerpen. Unsur ini bisa tidak ada dalam suatu teks cerpen (opsional)
2. Orientasi
→ Latar cerita pendek yang menggambarkan waktu, tempat, dan suasana berdasarkan alur ceritanya
3. Komplikasi
→ Titik di mana tokoh utama mulai mengalami permasalahan atau konflik yang bermunculan, biasanya peristiwa
- peristiwa permasalahan tersebut ditulis menggunakan hubungan sebab - akibat
4. Evaluasi
→ Suatu bagian di mana sang tokoh utama sudah mencapai puncak atau klimaks dari permasalahan yang
dialaminya dan sudah mulai mendapat titik terang
5. Resolusi
→ solusi yang ditulis atas permasalahan tokoh tersebut
6. Koda
→ Bagian akhir atau penutup dari cerpen. Berisi tentang amanat yang dituliskan oleh pengarang kepada
pembaca
e. Unsur ekstrinsik
1. Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat merupakan faktor lingkungan masyarakat sekitar yang mempengaruhi penulis
dalam membuat cerpen tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penulis, diantaranya
sebagai berikut:
a. Ideologi Negara
b. Kondisi Politik
c. Kondisi Sosial
d. Kondisi Ekonomi
e. Budaya
2. Latar Belakang Penulis
Latar belakang penulis adalah sebuah faktor dari dalam diri penulis yang mendorong penulis dalam
membuat cerpen. Latar belakang penulis terdiri dari beberapa faktor, diantaranya adalah:
Biografi penulis (nama, tempat tinggal, riwayat hidup)
Kondisi Psikologis
Aliran Sastra Penulis
3. Nilai yang Terkandung di dalam Cerpen
Ada beberapa nilai yang menjadi unsur ekstrinsik dalam sebuah cerpen. Dan nilai-nilai tersebut diantaranya
adalah:
Nilai Agama: berkaitan dengan Tuhan dan agama
Nilai Sosial-ekonomi: berhubungan dengan kehidupan masyarakat
Nilai etika: nilai yang berhubungan dengan sopan santun
Nilai Budaya: nilai yang berkaitan dengan kehidupan/adat istiadat
Nilai estetika: nilai yang berhubungan dengan keindahan
f. Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen
1. Nilai moral
Nilai moral yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik buruk tingkah laku.
2. Nilai sosial/kemasyarakatan
Nilai sosial yaitu nilai yang berkaitan dengan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat.
3. Nilai religius/keagamaan
Nilai keagamaan yaitu nilai yang berkaitan dengan agama
.4. Nilai pendidikan/edukasi
Nilai pendidikan yaitu nilai yang berkaitan dengan pendidikan/pelajaran hidup
5. Nilai estetis/keindahan
Nilai estetis yaitu nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang menarik/menyenangkan/keindahan (nilai seni).
6. Nilai etika
Nilai etika yaitu nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam kehidupan.
7. Nilai politis
Nilai politis yaitu nilai yang berkaitan dengan situasi politik (pemerintahan).
8. Nilai budaya
Nilai budaya yaitu nilai yang berkaitan dengan kebudayaan (adat istiadat).
9. Nilai kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yaitu nilai yang berhubungan dengan sifat-sifat manusia. Nilai-nilai kemanusiaan dapat
berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, edukasi, dan sebagainya.
3. Kalimat
a. Ejaan
I.F.1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
I.F.2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau
satuan ukuran.
Misalnya:
ikan mujair
mesin diesel
5 ampere
10 volt
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna 'anak dari',
seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya:
Catatan
PUEBI 2015 menambahkan (1) penjelasan "termasuk julukan" pada I.F.2., misalnya Jendral
Kancil dan Dewa Pedang; serta (2) penjelasan "yang bermakna 'anak dari'" pada catatan kedua.
Kedua tambahan ini tampaknya bertujuan untuk memperjelas pedoman sebelumnya.
Misalnya:
I.F.4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan,
termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan
Misalnya:
Islam
Alquran
Kristen
Alkitab
Hindu
Weda
Allah
Tuhan
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
I.F.5.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama
orang.
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
Irwansyah, Magister Humaniora
I.F.5.b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Terima kasih, Kiai.
Selamat pagi, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
Mohon izin, Jenderal.
I.F.6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
I.F.7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan
tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
I.F.8.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari
raya.
Misalnya:
tahun Hijriah
tarikh Masehi
bulan Agustus
bulan Maulid
hari Jumat
hari Galungan
hari Lebaran
hari Natal
I.F.8.b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Konferensi Asia Afrika
Perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Catatan: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf
kapital.
Misalnya:
Misalnya:
Jakarta
Asia Tenggara
Pulau Miangas
Amerika Serikat
Bukit Barisan
Jawa Barat
Dataran Tinggi
Dieng Danau Toba
Jalan Sulawesi
Gunung Semeru
Ngarai Sianok
Jazirah Arab
Selat Lombok
Lembah Baliem
Sungai Musi
Pegunungan Himalaya
Teluk Benggala
Tanjung Harapan
Terusan Suez
Kecamatan Cicadas
Gang Kelinci
Kelurahan Rawamangun
Catatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf
kapital.
Misalnya:
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan
dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.
Catatan
PUEBI 2015 menambahkan cara pembedaan unsur nama geografi yang menjadi bagian nama diri
(proper name) dan nama jenis (common name).
I.F.10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk
ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata
tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia
dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
I.F.11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat
kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
I.F.12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau
sapaan.
Misalnya:
Catatan
I.F.13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam
penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Catatan
PUEBI 2015 menambahkan penjelasan penulisan kata atau ungkapan lain yang digunakan sebagai
penyapaan ditulis dengan huruf kapital, misalnya Kutu Buku.
Catatan:
Misalnya:
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Dipakai untuk mengakhiri singkatan yang belum resmi. Sebagai contoh, tanda ini ditaruh setelah
yang merupakan singkatan yang terhormat, hlm. yang merupakan singkatan dari halaman,
ataupun a.n. yang merupakan singkatan dari atas nama.
Tanda titik (.) tidak dipakai pada judul ataupun keterangan pengirim maupun tujuan pada surat.
Dipakai untuk membatasi singkatan pada gelar sarjana dengan bidang yang diambilnya, contohnya
S.Pd yang merupakan sarjana pendidikan, S.E yang merupakan sarjana ekonomi, maupun S.Hum yang
merupakan singkatan dari sarjana humaniora.
Dipakai untuk mengakhiri angka ataupun huruf pada bentuk laporan ataupun tabel.
Dipakai dalam daftar pustaka sebagai pembatas antara keterangan yang satu dengan yang lain.
Contoh: Knight, John. 2001. Wanita Ciptaan Ajaib. Bandung: Indonesia Publishing House.
Dipakai sebagai pembatas untuk angka atau bilangan ribuan ataupun kelipatannya dan dipakai pada
pembatas jam dan menit dalam hitungan waktu.
Contoh: Saat ini, jumlah penduduk Jakarta hampir menembus 11.000.000 jiwa.
Tanda Tanya (?)
Tidak terlalu sulit memakai dan meletakkan tanda baca yang satu ini dalam kalimat. Berfungsi sebagai
penunjuk kalimat tanya, tanda tanya kerap menggantikan posisi tanda titik (.) di akhir kalimat. Hanya saja,
jika (.) lebih mengarah pada kalimat pernyataan, tanda tanya (?) cenderung mengarah pada kalimat yang
bersifat pertanyaan.
Menjadi pemerinci dalam sebuah kalimat yang memiliki subjek, objek, maupun keterangan yang lebih
dari dua. Pemakaiannya selalu berada di akhir kata yang dirincikan. Khusus pada kata terakhir,
pastikan (,) berada sebelum dan maupun atau yang menjadi kata hubung.
Contoh: Ibu membeli ayam, telur, sayuran, dan bumbu dapur di pasar.
Menjadi pemisah antara anak kalimat yang letaknya berada mendahului induk kalimat.
Contoh: Karena hujan lebat dan tidak membawa payung, Rina menjadi telat pulang ke rumah.
Menjadi pemisah antara petikan kalimat langsung dengan kalimat utama. Jika petikannya berada
belakang pengujar, tanda koma (,) diletakkan sebelum petikan langsung. Namun, jika petikan kalimat
langsungnya mendahului pengujar, tanda koma (,) diletakkan di akhir petikan, sebelum tanda kutip
(“).
Contoh:
1. Melihat Andy tiba di rumah dengan kondisi basah kuyub, ibu lantas berkata, “Kamu pasti tidak bawa
payung.”
2. “Kamu pasti tidak bawa payung,” kata ibu saat melihat Andy tiba di rumah dengan kondisi basah
kuyub.
Menjadi pemisah antara nama dengan gelar.
Contoh: Akhirnya, ia berhasil menjadi sarjana dan kini ia bergelar Ayuningtias, S.E.
Menjadi pemisah nama pengarang yang dibalik pada daftar pustaka.
Contoh: Christian, Diego. 2016. Kepada Gema. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Menjadi pembatas antara satu keterangan dengan keterangan lain yang ada di catatan kaki.
Contoh: Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Rakyat, 150), hlm.
20.
Mengapit keterangan tambahan di dalam kalimat.
Contoh: Pria yang hampir berusia 80 tahun tersebut, Pak Kusnan, rutin berjalan pagi keliling kompleks tiap
harinya.
Seperti fungsi tanda koma (,); tanda baca yang satu ini juga dipakai sebagai pengapit keterangan
tambahan dalam sebuah kalimat.
Menjadi pengganti kata sampai atau hingga dalam keterangan waktu.
Contoh: Acara perpisahan pada malam itu berlangsung pukul 20.00—23.00.
Dipakai mengapit istilah yang maknanya bersifat konotatif atau tidak sebenarnya.
Dipakai untuk mengapit makna kata yang memang dicantumkan dalam kalimat.
PENULISAN GELAR
1. Nama gelar berupa singkatan huruf yang mewakili satu kata dipisahkan dengan tanda titik (.). contoh :
– S. H. = Sarjana Hukum
Huruf “S (Kapital)” mewakili kata “sarjana”, sedangkan huruf “H (kapital)” mewakili kata “Hukum.”
2. Penulisan nama gelar setelah nama orang dipisahkan dengan tanda koma (,).
Contoh :
– Supriadi, S.Pd.
– Mardani, S.Tp.
– Kurniawan. S.Si.
3. Apabila terdapat lebih dari satu gelar pada nama orang maka gelar akademik tersebut dipisahkan dengan tanda koma
(,).
Contoh :
– Diploma 1 atau D1 adalah sebutan untuk gelar akademik profesional ahli pratama yakni A.P. contoh penulisan = Risky
Kurniawan, A.P.
– Diploma dua (D2) adalah sebutan gelar akademik untuk profesional ahli muda yakni A.Ma. Contoh penulisan = Syamil
Izuddin, A.Ma.
– Diploma tiga (D3) adalah sebutan untuk profesional ahli madya yakni A.Md. contoh penulisan = Wahyu Purwaganda,
A.Md.
– Diploma empat (D4) adalah sebutan untuk profesional ahli yang disingkat A.
Dapat pula mencantumkan gelar S1-nya, sehingga menjadi : Arianto, S.Pd., M.Pd.
– Dr. Komarudin, M.Pd. atau bisa juga dengan menyisipkan gelar S1-nya, sehingga menjadi : Dr. Komarudin, S.Pd, M.Pd.
– Dr. Sulaiman Mahmud, S.Si., M.Si.
Dr. Khasanah, S.H., M.H.
– Dr. (H.C.) Supriatmin, M.Sc.