Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN


ETNOPEDAGOGI

Dosen Pengampu: Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., MA

Disusun Oleh :
1. Vincentius Dwi Nugraha Toron_201134008
2. Rio Ferdinand_201134030
3. Paulus Koci Yawon_201134241

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Dinamika Masyarakat dan kebudayaan” yang ditugaskan
oleh Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., MA selaku dosen pengampu dari
matakuliah Etnopedagogi.
Dalam pengerjaan makalah ini, tentu kami banyak berjumpa dengan hambatan-
hambatan yang dapat memperlambat dalam pengerjaanya. Namun berkat dorongan beberapa
pihak yang terlibat, maka kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan ini, kami
juga menyampaikan terima kasih kepada Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST.,
MA selaku dosen pembimbing dari matakuliah Etnopedagogi yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar dan lebih mendalami tentang Etnopedagogi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, sangat
diharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi lebih baiknya makalah kami kedepannya,
Terima kasih.

Yogyakarta, 1 Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin
socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang
berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Masyarakat adalah sekumpulan
omanusia yang terikat dalam satu aturan dan norma tertentu (Salam, 2018: 105). Dalam
masyarakat terdapat laki-laki dan perempuan, terdapat strata usia, terdapat perbedaan agama,
terdapat orang yang kaya/mampu, menengah, dan tidak mampu/miskin, terdapat mereka
yang kurang terdidik dan yang terdidik, terdapat perbedaan suku, terdapat partai politik yang
berbeda, terdapat kebiasaan dan cita-cita yang berbeda, dan sebagainya.
Kebudayaan adalah cara berpikir manusia untuk melakukan berbagai praktik kehidupan,
praktik bekerja, praktik beragama dengan ritual-ritualnnya, praktik pendidikan, praktik
berpolitik, dan berbagai praktik sehari-hari lainnya (Salam, 2018: 105). Masyarakat dan
kebudayaan adalah dua hal yang saling berhubungan. Kebudayaan dihasilkan dari masyarakat
dan dalam masayarakat ada kebudayaan. Maka dari itu, makalah ini membahas dinamika
antara masyarakat dan kebudayaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsepsi-konsepsi khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan
2. Bagaimana proses belajar kebudayaan sendiri?
3. Bagaimana proses evolusi sosial?
4. Bagaimana proses difusi dalam masyarakat dan kebudayaan?
5. Bagaimana Akulturasi dan Asimilasi dalam masyarakat dan kebudayaan?
6. Bagaimana pembaruan atau inovasi dalam masyarakat dan kebudayaan?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep-konsep khusus mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan
2. Mengetahui proses belajar kebudayaan sendiri
3. Mengetahui proses evolusi sosial
4. Mengetahui proses difusi dalam masyarakat dan kebudayaan
5. Mengetahui Akulturasi dan Asimilasi dalam masyarakat dan kebudayaan
6. Mengetahui pembaruan atau inovasi dalam masyarakat dan kebudayaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsepsi-Konsepsi Khusus Mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan


Dalam proses menganalisis pergeseran masyarakat dan kebudayaan, kita perlu
memahami konsep-konsep penting yang dibutuhkan guna melihat gejala-gejala atau kejadian-
kejadian terkait sosial dan budaya yang ada di sekitar kita. Konsep yang dipelajari mulai dari
konsep proses belajar kebudayaan, proses perubahan kebudayaan, penyebaran kebudayaan,
proses pencampuran budaya, dan yang terahkir adalah pembaharuan budaya. Tentunya
proses-proses tersebut saling behubungan atau berkaitan. Hal-ha tersebut penting dipelajari
untuk memerdalam pemahaman tentang dinamika masyarakat dan kebudayaan.

B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri


Terdapat tiga proses belajar kebudayaan masyarakat yang bersangkutan atau kebudayaan
sendiri (Koentjaraningrat, 1985: 228), yaitu internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Berikut
penjelasan setiap prosesnya:
a. Internalisasi
Internalisasi dideinisikan sebagai proses menanamkan dan menumbuhkan suatu nilai
atau budaya menjadi bagian diri seorang manusia. Internalisasi merupakan proses
pemasukan nilai pada diri seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam
melihat makna realitas pengalaman.
b. Sosialisasi
Sosialisali dimaknai sebagai suatu proses penanaman nilai yang dilakukan dari satu
generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Contohnya
adalah proses pewarisan nilai- nilai budaya dari orang tua kepada generasinya agar
mereka dapat berperilaku sesuai nilai-nilai sosial masyarakat. Dalam sosialisasi
seorang individu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai kebudayaan masyarakat
lingkungannya. Dalam proses sosialisasi ini, seorang individu juga mulai menerima
pengaruh dari sosok terdekatnya, misalnya keluarga. Sosialisasi sangat penting karena
dapat mempererat hubungan antara masyarakatnya, dapat memperoleh suatu ilmu dari
suatu masyarkat tersebut, dan dapat membentuk suatu kepribadian yang unik
c. Enkulturasi
Enkulturasi kerupakan proses mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta
sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma dan peraturan yang hidup dalam
kehidupannya. Seorang individu akan belajar meniru berbagai macam tindakan.
Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya menjadi pola yang mantap dan norma
yang mengatur tindakannya “dibudayakan”.

C. Proses Evolusi Sosial


Proses Microscopic dan Macroscopic dalam evolusi sosial adalah bagian dari Proses
evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan yang dapat dianalisa oleh seorang peneliti
seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang seolah - olah
dari jauh dengan hanya memperhatikan perubahan perubahan - perubahan yang tampak besar
saja (macroscopic). Proses evolusi sosial-budaya yang dianalisa secara detail akan membuka
mata peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika
kehidupan sehari-hari dalam tiap masyarakat di dunia. Proses-proses ini disebut dalam ilmu
antropologi proses-proses berulang, atau recurrent processes. Proses-proses evolusi sosial
budaya yang dipandang seolah-olah dari jauh hanya akan menampakkan kepada peneliti
perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Proses-proses ini
disebut dalam ilmu antropologi, proses-proses menentukan arah, atau directional processes.
Contoh evolusi sosial adalah Adat Minangkabau mewajibkan bahwa seorang pria harus
mewariskan harta miliknya kepada kemenakannya, yaitu anak dari saudara perempuannya.
Ada seorang A yang berpengaruh yang mengabaikan adat ini, dan mewariskan harta miliknya
kepada anaknya sendiri. Tentu para kemenakan tidak puas, dan akan mengadukan soal itu
kepada kepala adat. Mengingat pengaruh besar dari A itu, kepala adat yang berlaku sebagai
hakim akan membuat suatu keputusan hukum adat yang membenarkan perbuatan A. Para
kemenakan tetap tidak puas, tetapi tentu tidak berani membantah, karena takut akan pengaruh
A yang besar. Walaupun mereka taat kepada keputusan hakim adat, tetapi keputusan itu akan
dirasakan sebagai keputusan yang tidak adil. Peristiwa serupa apa yang tersebut di atas tentu
dapat berulang lagi, dan tiap kali ada pengaduan, kepala adat akan memberi keputusannya
menurut kebijaksanaannya, dengan mengingat situasi-situasi yang khusus, dengan mengingat
keputusan-keputusan yang lalu.
Faktor ketegangan antara adat-istiadat dari suatu masyarakat dengan keperluan para
individu di dalamnya itu menyebabkan perlu adanya dua konsep yang harus dibedakan
dengan tajam oleh para peneliti masyarakat, terutama para ahli antropologi dan sosiologi.
Permasalahan teoritik tersebut dalam konsep kebudayaan telah diuraikan dalam dua wujud
dari tiap kebudayaan :
1) Kebudayaan sebagai suatu kompleks dari konsep norma-norma, pandang pandangan
dan sebagainya, yang abstrak,
2) Kebudayaan sebagai suatu rangkaian dari tindakan yang konkret di mana individu
saling berhubungan dan berbuat berbagai hal dalam keadaan interaksi, yaitu sistem
sosial.

D. Proses Difusi
Difusi kebudayaan adalah proses penyebaran unsur kebudayaan dari satu individu ke
individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Penyebaran dari individu ke
individu lain dalam batas satu masyarakat disebut difusi intramasyarakat. Sedangkan
penyebaran dari masyarakat ke masyarakat disebut difusi intermasyarakat. Dalam zaman
modern sekarang ini difusi unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka
bumi, berlangsung dengan cepat sekali, bahkan seringkali tanpa kontak yang nyata antara
individu-individu, Ini disebabkan karena adanya alat-alat penyiaran yang sangat efektif,
seperti surat kabar, majalah, buku, radio, film, dan televisi.Akhirnya kalau kita perhatikan
suatu proses difusi tidak hanya dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari suatu
tempat ke tempat lain di muka bumi saja tetapi terutama. sebagai suatu proses dimana unsur-
unsur kebudayaan dibawa oleh individu-individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima
oleh individu-individu dari kebudayaan lain, maka terbukti bahwa tidak pemah terjadi difusi
dari satu unsur kebudayaan. Unsur-unsur itu selalu berpindah-pindah sebagai suatu gabungan
atau suatu kompleks yang tidak mudah dipisahkan. Hal ini sebenarnya dapat ditahan dengan
mudah, kalau kita mengambil sebuah contoh dari zaman sekarang.
Contoh dari proses difusi adalah Mobil yang merupakan suatu unsur kebudayaan yang
mula.mula ditemukan di Eropa, dikembangkan di Eropa dan Amerika, kemudian di difusikan
dari kedua pusat penyebaran itu ke benua-benua sin. Namun mobil tidak dapat diterima oleh
individu-individu dari masyarakat lain sebagai suatu alat pengangkutan yang berguna, apabila
tidak ada unsur lain yang harus melengkapi pemakaian mobil itu, yaitu unsur unsur seperti
sistem jalan jalan yang baik, sistem servis dan perbekalan yang baik, sistem persediaan suku
cadang pendidikan montir, sistem pajak mobil, sistem asuransi mobil dan sebagainya. Serupa
dengan itu, unsur-unsur kebudayaan lain biasanya menyebar dalam kompleks-kompleks.
Dalam ilmu antropologi, gabungan dari unsur-unsur kebudayaan yang menyebar antar
kebudayaan seperti itu diberi nama Kultur-komplek
E. Akulturasi dan Asimilasi
Acculturation Culture merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan
asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dapat diterima dan
diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian budaya itu sendiri.
Proses akulturasi sudah ada sejak dulu kala dalam sejarah kebudayaan manusia, tetapi proses
akulturasi yang mempunyai sifat yang khusus baru timbul ketika kebudayaan-kebudayaan
bangsa-bangsa di Eropa Barat mulai menyebar ke luar Eropa Barat mulai abad ke-15, dan
mulai mempengaruhi masyarakat suku bangsa di afrika, Asia, Oseania, Amerika Utara, dan
Amerika Latin. Pada saat akhir abad ke-19 dan di awal abad ke-20 bangsa Eropa Barat
membangun pusat kekuatan di semua benua dan daerah di luar Eropa, dan menjadi pangkal
dari pemerintahan jajahan yang memiliki kejayaannya di setiap tempat yang mereka tempati
dan jajah.
Penelitian-penelitian terhadap masalah akulturasi sekitar tahun 1910 dan bertambah
banyak sekitar tahun 1920 yang bersifat deskriptif, yaitu melukiskan satu peristiwa akulturasi
pada suku bangsa mendapat pengaruh dari unsur kebudayaan Ero-Amerika. Berdasarkan
penelitian-penelitian masalah-masalah mengenai akulturasi dapat diringkas menjadi lima
golongan masalah, yaitu:
1. Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan
suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
2. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, dan
unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima.
3. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan
unsur-unsur kebudayaan apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur
kebudayaan asing.
4. Masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan
individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan
asing.
5. Masalah mengenai ketenangan-ketenangan dan kritis-kritis sosial yang timbul sebagai
akibat akulturasi

Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul apabila ada:
1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
2. Saling bergaul langsung secara insentif untuk waktu yang lama, sehingga.
3. Kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya
yang khas menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu
golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Faktor-faktor yang menjadi
penghambat proses asimilasi adalah:
1. Kurang pengetahuan mengenai budaya yang dihadapi.
2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain.
3. Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.

F. Pembaruan atau Inovasi


Inovasi dan Penemuan, Inovasi adalah suatu proses pembaruan dan jika dikaitkan dengan
unsur-unsur kebudayaan asing maka dapat disimpulkan bahwa inovasi akulturasi merupakan
pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai unsur kebudayaan, teknologi, dan ekonomi.
Pembaruan tersebut dapat berupa barang, teknologi, ide serta gagasan yang diciptakan oleh
individu yang bersifat baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendorong adanya
pembaruan atau inovasi dalam mengembangkan penemuan baru dalam ruang lingkup
kebudayaan:
1. Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan.
2. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.
3. Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian-kajian dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat dan
kebudayaan saling berhubungan. Masyarakat mengenali kebudayaan melalui proses belajar
kebudayaan sendiri dengan cara internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Kebudayaan dalam
masyarakat dapat mengalami perubahan yang disebut dengan evolusi sosial. Kebudayaan
disebarkan oleh masyarakat antar individu atau kelompok yang disebut dengan difusi. Dalam
masyarakat, kebudayaan dapat mengalami pencampuran atau akulturasi, asimilasi, dan
pembaruan akibat dari inovasi masyarakat itu sendiri.

B. Saran
Kita sebagai masyarakat tentunya harus menjadi pengaruh dalam kebudayaan. Kita harus
terus melestarikan kebudayaan yang ada dalam lingkungan masyarakat kita.
DAFTAR REFERENSI

Salam, A. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kebudayaan. Jurnal Pengabdian Pada


Masyarakat, 3(2), 104-106. https://doi.org/10.30653/002.201832.95
Koentjaraningrat. (1986). Pengantar Ilmu Antropologi. Yogyakarta : fa. Aksara Baru.

Anda mungkin juga menyukai