Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“AKULTURASI DAN ASIMILASI”

Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Antropologi
Dosen Pengampu: M Rizqon Al Musafiri, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Imma Khimatul Lutfi (2012211023)

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
BLOKAGUNG KARANGDORO TEGALSARI BANYUWANGI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahannya karna tanpanya saya
tidak bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Akulturasi Dan Asimilasi” ini dengan baik.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak yang perlu di perbaiki, maka saya
meminta maaf dan memohon bimbingannya. Sekian terimakasih.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan zaman yang begitu pesat membuat seseorang membutuhkan satu sama
lain sehingga tidak dipungkiri lagi individu satu dengan individu lainnya saling berinteraksi
dan membentuk suatu kelompok-kelompok sehingga memunculkan suatu nilai, aturan dan
norma yang disepakati bersama dalam satu wilayah tertentu. Syaikh Taqiyudin An-Nabhani
mengatakan bahwa manusia satu dengan yang lainnya harus memiliki satu pemikiran,
perasaan serta aturan yang mengikat atau disebut juga ideologi/norma/aturan. Tidak ada
masyarakat yang tidak mengalami perubahan, perubahan tersebut dapat berupa perubahan
yang kecil sampai pada taraf perubahan yang sangat besar yang mampu memberikan
pengaruh yang besar pula bagi aktivitas atau perilaku manusia. Interaksi merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang
perorangan, antara kelompok sosial, maupun antara perorangan dengan kelompok sosial.
Hubungan sosial yang terlibat bersifat sekunder dan hanya melibatkan sebagian dari
jumlah individu dalam kelompok tersebut. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi
sosial, sedangkan bentuk khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan,
antara kelompok-kelompok manusia, syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak
sosial (social contact) dan adanya komunikasi (communication). Proses perubahan sosial jika
dilihat dari kajian antropologi, maka akan dikenal beberapa konsep yaitu evolusi, difusi,
akulturasi dan asimilasi. Secara singkat proses akulturasi dan asimilasi ditandai dengan
pengembangan sikap-sikap yang sama, walaupun kadang kala bersifat emosional dengan
tujuan untuk mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran dan tindakan.
1.2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian akulturasi dan asimilasi?
2. Bagaimana munculnya proses akulturasi dan asimilasi?
3. Apa saja masalah mengenai akulturasi?
4. Bagaimana cara menangani masalah akulturasi tersebut?
5. Apa saja faktor penghambat proses asimilasi?

1.3. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian akulturasi dan asimilasi.
2. Untuk mengetahui munculnya proses akulturasi dan asimilasi.
3. Untuk mengetahui masalah mengenai akulturasi.
4. Untuk mengetahui cara menangani masalah akulturasi tersebut.
5. Untuk mengetahui faktor penghambat proses asimilasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Akulturasi

Istilah akulturasi, acculturation atau culture contact, mempunyai berbagai arti menurut
para sarjana antropologi, tetapi semua sepaham bahwa konsep itu mengenai proses yang timbul
bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur
dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing
itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Proses akulturasi memang ada sejak dahulu kala dalam sejarah kebudayaan manusia,
tetapi proses akulturasi yang mempunyai sifat khusus baru timbul ketika kebudayaan-
kebudayaan bangsa Eropa Barat mulai menyebar ke semua daerah lain di muka bumi, dan mulai
mempengaruhi masyarakat suku-suku bangsa di Afrika,Asia,Oseania,Amerika Utara, dan
Amerika Latin.

Dari sejarah dunia kita mengetahui bahwa bangsa-bangsa Eropa Barat mulai menyebar
keluar Eropa pada permulaan abad XV. Bangsa-bangsa Eropa Barat itu membangun pusat-pusat
tersebut menjadi pangkal dari pemerintah-pemerintah jajahan yang pada akhir abad XIX dan
permulaan abad XX mencapai puncak kejayaannya.

Masalah-masalah dalam akulturasi jika di ringkas, akan tampak lima golongan masalah,
yaitu:

a. Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu


proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
b. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, dan unsur-unsur
kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima.
c. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan unsur-
unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
d. Masalah mengenai individu-individu yang suka dan cepat menerima, dan individu-individu
yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing.
e. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis social yang timbul sebagai akibat
akulturasi.

Dalam meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya


memperhatikan beberapa soal khusus, sebagai berikut:
a. Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan.
b. Individu-individu yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing.
c. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam
kebudayaan penerima.
d. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan
asing tadi.
e. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.

Dengan demikian dalam tiap penelitian terhadap suatu proses akulturasi, sebaiknya
diperhatikan kelima hal tersebut, dan tiap deskripsi terhadap suatu proses akulturasi sebaiknya
mengandung lima bab yang masing-masing menguraikan hal-hal tersebut.

Bahan mengenai keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi, sebenarnya


merupakan bahan tentang sejarah dari masyarakat yang bersangkutan. Kalau kebudayaan dalam
masyarakat penerima mempunyai sumber-sumber tertulis, maka bahan itu dapat dikumpulkan
peneliti dengan menggunakan metode-metode yang biasa dipakai oleh para ahli sejarah. Dalam
hal ini peneliti harus menggunakan metode-metode penelitian sejarah. Kalau sumber-sumber
tertulis tidak ada, masih banyak metode lain untuk mengumpulkan bahan tentang keadaan
masyarakat penerima yang kembali sejauh mungkin dalam ruang waktu, misalnya dengan
mewawancarai orang-orang tua dalam masyarakat yang masih mengalami zaman yang lampau.
2.2. Asimilasi
Asimilasi (assimilation) atau “pembauran” adalah proses sosial yang timbul apabila
ada:
a. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda
b. Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga
c. Kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan
juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan
campuran.
Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi adalah
suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal itu golongan-
golongan minoritas itulah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya dan
menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga
lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan
mayoritas.
Proses-proses sosial yang disebut asimilasi itu banyak diteliti oleh para sarjana
Sosiologi, terutama Amerika Serikat, di mana timbul erbagai masalah yang berhubungan
dengan adanya individu-individu dan kelompok imigran yang berasal dari berbagai suku
bangsa dan negara di Eropa, yang mempunyai kebudayaan-kebudayaan yang berbeda-
beda. Di Indonesia banyak golongan khusus, baik yang berupa suku bangsa, lapisan
sosial, golongan agama, sehingga pengetahuan mengenai seluk-beluk proses asimilasi
dari tempat-tempat lain di dunia menjadi penting sekali sebagai bahan perbandingan.
Hal yang penting untuk diketahui adalah faktor-faktor apa yang menghambat
proses asimilasi. Dari berbagai proses asimilasi yang pernah diteliti oleh para ahli
terbukti bahwa bila hanya dengan pergaulan antara kelompok-kelompok secara luas dan
intensif saja, belum tentu terjadi proses asimilasi, kalua di antara kelompok-kelompok itu
tidak ada suatu sikap toleransi dan simpati dari kelompok atau dengan yang lain. Orang
Cina misalnya ada di Indonesi, bergaul secara luas dan intensif dengan orang Indonesia
sejak berabad-abad lamanya, namun mereka belum juga semua terintegrasi ke dalam
masyarakat dan kebudayaan Indonesia, karena selama itu belum cukup ada sikap saling
bertoleransi dan bersimpati. Sikap toleransi dan simpati terhadap kebudayaan lain
sebaliknya sering terhalang oleh berbagai faktor, dan faktor-faktor ini sudah tentu juga
menjadi penghalang proses asimilasi pada umumnya. Faktor-faktor itu adalah sebagai
berikut:
a. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
b. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain.
c. Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Proses sosial yang dimaksud adalah di mana individu, kelompok, dan masyarakat
bertemu, dan berkomunikasi, sehingga melahirkan sistem-sistem sosial dan pranata sosial serta
semua aspek kebudayaan. Dalam proses akulturasi dan asimilasi yang terjadi antara masyarakat
pendatang dengan masyarakat lokal mengalami perubahan sosial baik secara lambat (evolusi)
maupun cepat (revolusi). Perubahan tidak akan bisa terlepas dari perubahan kebudayaan, saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Perubahan-perubahan sosial pada lembaga masyarakat
di mana ada yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan
pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Warsito, (2017), Antropologi Budaya, Yogyakarta: Penerbit Ombak

Koentjaraningrat, (2015), Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai