Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

(UNINDRA)
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
SOAL AKHIR SEMESTER (UAS) GENAP
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Nama : Hamdi
NPM : 202215500041
Kelas : R2A
Program Studi : Pendidikan Sejarah
Mata Kuliah : Pengantar Antropologi

Soal…

1. Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan,penerusan,pemilikan dan pemakaian


kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan.pewarisan budaya bersifat
vertical artinya budaya di wariskan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya
untuk digunakan dan selanjutnya diteruskan kepada generasi yang akan datang.dalam
enkulturasi budaya busa muncul beberapa masalah antara lain sesuai atau tidaknya budaya
warisan tersebut dan muculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya
warisan.dalam suatu kasus ditemukan generasi muda menolak budaya yang hendak di
wariskan oleh generasi pendahulunya karna dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan
hidup generasi tersebut bahkan dianggap bertolak belakang dengan nilai nilai budaya baru
yang diterima sekarang.terkait hal ini berikan pendapat saudara serta berikan contoh bentuk
warisan kebudayaan yang milenial sekarang menyebutnya dengan warisan kuno.

Jawaban ; Pendapat saya adalah bahwa warisan kebudayaan yang dianggap kuno oleh
generasi milenial saat ini sebenarnya memiliki nilai dan makna yang sangat penting.
Meskipun kita hidup dalam era modern dengan teknologi canggih, memahami dan
menghargai warisan kuno adalah cara yang baik untuk terhubung dengan akar budaya kita
dan mempelajari pelajaran berharga dari masa lalu.

Contoh bentuk warisan kebudayaan yang sering disebut kuno oleh generasi milenial
adalah:
1. Mitologi dan cerita rakyat: Cerita-cerita kuno seperti mitologi Yunani, Ramayana, atau
legenda dari berbagai budaya di seluruh dunia tetap memiliki daya tarik yang kuat. Mereka
memberikan wawasan tentang nilai-nilai, keyakinan, dan pengalaman manusia pada masa
lampau.

2. Seni tradisional: Seni tradisional seperti lukisan, patung, seni ukir, dan seni tekstil masih
berperan penting dalam mewakili keindahan budaya masa lampau. Misalnya, seni batik di
Indonesia atau seni kaligrafi di Timur Tengah masih dihargai dan dipelajari oleh generasi
milenial.

3. Arsitektur kuno: Bangunan-bangunan bersejarah seperti piramida Mesir, kuil Yunani,


atau candi-candi di Asia Tenggara menjadi saksi bisu peradaban masa lalu. Generasi
milenial dapat menghargai keindahan dan kecerdasan teknik yang terkandung dalam
arsitektur kuno ini.

4. Ritual dan upacara tradisional: Meskipun mungkin terlihat kuno dan tidak relevan bagi
beberapa orang, ritual dan upacara tradisional seperti pernikahan adat, festival budaya, atau
upacara keagamaan masih berperan dalam mempertahankan identitas dan nilai-nilai
budaya.

5. Bahasa dan tulisan kuno: Studi tentang bahasa-bahasa purba dan tulisan kuno seperti
hieroglif Mesir, aksara runik, atau aksara Sanskerta memungkinkan kita untuk memahami
komunikasi masa lalu dan menghargai perkembangan bahasa saat ini.

Penting untuk diingat bahwa warisan kuno ini bukan hanya tentang memandang masa lalu,
tetapi juga tentang bagaimana kita menggabungkannya dengan dunia modern. Dengan
mempelajari, melestarikan, dan memperbarui warisan kebudayaan ini, generasi milenial
dapat menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang jati diri mereka sendiri dan
mempromosikan keragaman budaya di tengah masyarakat yang semakin global dan
terhubung.
2. Antropologi sebagai sebuah ilmu memiliki beberapa tahapan-tahapan dalam
perkembangannya. Jelaskan dan uraikan masing masing fase tersebut.?
Jawaban ; Antropologi sebagai ilmu memiliki beberapa tahapan dalam perkembangannya
yang sering disebut sebagai "fase-fase antropologi". Berikut adalah penjelasan singkat
tentang masing-masing fase tersebut:

1. Fase Prasejarah: Fase ini merujuk pada periode awal perkembangan manusia ketika
tulisan belum ada. Pada masa ini, antropologi lebih berfokus pada studi arkeologi dan
antropologi fisik (biologis) untuk memahami manusia purba, evolusi manusia, dan budaya-
budaya prasejarah.

2. Fase Evolusionis: Fase ini ditandai oleh dominasi teori evolusi dalam antropologi pada
akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Antropolog seperti Lewis Henry Morgan dan
Edward Tylor mengembangkan teori evolusi sosial yang berusaha menjelaskan perubahan
budaya manusia dari tahap primitif ke tahap kompleks melalui konsep-konsep seperti
savagery, barbarism, dan peradaban.

3. Fase Fungsionalisme: Fase ini muncul pada pertengahan abad ke-20 dan melibatkan
pengembangan pendekatan fungsionalisme dalam antropologi. Antropolog seperti
Bronislaw Malinowski dan A.R. Radcliffe-Brown menekankan pentingnya memahami
fungsi dan peran lembaga sosial dalam masyarakat serta bagaimana lembaga-lembaga
tersebut berkontribusi terhadap kelangsungan sistem sosial secara keseluruhan.

4. Fase Strukturalisme: Fase ini dicirikan oleh pendekatan strukturalis dalam antropologi
yang muncul pada tahun 1950-an dan 1960-an. Claude Lévi-Strauss menjadi salah satu
tokoh terkemuka dalam fase ini. Pendekatan strukturalis menekankan pentingnya struktur
dan pola pikir dalam sistem sosial dan budaya, serta mempelajari hubungan antara simbol-
simbol dan konsep-konsep yang mendasarinya.

5. Fase Postmodernisme: Fase ini muncul pada akhir abad ke-20 dan menyoroti keragaman,
kompleksitas, dan konstruksi sosial dalam antropologi. Antropolog seperti Clifford Geertz
dan Michel Foucault mengkritik pandangan objektif dan universalistik, serta menekankan
bahwa pengetahuan dan realitas sosial adalah hasil dari perspektif, interpretasi, dan konteks
budaya.

6. Fase Kontemporer: Fase ini mencakup perkembangan dan variasi yang terus berlanjut
dalam antropologi saat ini. Antropologi kontemporer cenderung lebih inklusif dan
beragam, dengan pendekatan-pendekatan seperti antropologi interpretatif, antropologi
feminis, antropologi kolaboratif, dan antropologi digital yang semakin berkembang.
Antropologi juga semakin terbuka terhadap pendekatan lintas disiplin dan kolaborasi
dengan komunitas yang dipelajarinya.

Perlu dicatat bahwa fase-fase ini bukanlah garis lurus yang jelas, tetapi lebih merupakan
refleksi dari perkembangan dan perubahan pemikiran dalam antropologi seiring waktu.
Terdapat juga variasi dan tumpang tindih antara fase-fase ini, serta adanya pendekatan dan
teori-teori alternatif yang tidak sepenuhnya tercakup dalam penjelasan di atas.
3. Dalam Dinamika Masyarakat dan kebudayaan bersifat dinamis terlihat dalam cara
kehidupan masyarakat yang selalu bergerak,berkembang dan menyesuaikan diri dengan
setiap keadaan.berdasarkan hal ini jelaskanlah penyebab terjadinya perubahan yang
bersumber dari :
a.Masyarakat
b.Luar Masyarakat
c.Lingkungan sekitarnya

Jawaban ; Penyebab perubahan dalam dinamika masyarakat dan kebudayaan dapat


bersumber dari berbagai faktor, termasuk masyarakat itu sendiri, lingkungan sekitarnya,
dan faktor eksternal dari luar masyarakat. Berikut adalah penjelasan lebih rinci untuk setiap
sumber perubahan:

a. Masyarakat:
Perubahan dalam masyarakat sering kali muncul sebagai hasil dari dinamika internal yang
melibatkan individu, kelompok, atau struktur sosial di dalam masyarakat. Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan perubahan dari dalam masyarakat meliputi:

- Inovasi dan penemuan: Ketika individu atau kelompok dalam masyarakat


mengembangkan ide baru, teknologi baru, atau cara baru untuk melakukan sesuatu, ini
dapat memicu perubahan dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Misalnya,
penemuan mesin uap membawa revolusi industri yang mengubah cara produksi dan
membentuk masyarakat modern.

- Konflik sosial: Ketika masyarakat menghadapi konflik internal seperti perbedaan


kepentingan, nilai-nilai yang saling bertentangan, atau ketegangan antara kelompok-
kelompok, hal ini dapat menyebabkan perubahan. Konflik dapat mendorong perubahan
sosial, restrukturisasi kekuasaan, atau transformasi institusi.

- Perubahan demografis: Perubahan dalam komposisi penduduk, seperti pertumbuhan


populasi, migrasi, atau perubahan struktur usia, dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Perubahan ini dapat memengaruhi kebutuhan dan tuntutan sosial, ekonomi,
dan politik dalam masyarakat.

b. Luar Masyarakat:
Faktor eksternal dari luar masyarakat juga dapat mempengaruhi perubahan dalam dinamika
masyarakat dan kebudayaan. Beberapa faktor ini termasuk:

- Kontak budaya: Ketika masyarakat memiliki interaksi dengan masyarakat lain atau
budaya asing melalui perdagangan, migrasi, kolonisasi, atau globalisasi, mereka dapat
mengadopsi atau menyesuaikan elemen-elemen budaya baru. Hal ini dapat mempengaruhi
bahasa, adat istiadat, nilai-nilai, atau gaya hidup dalam masyarakat.

- Teknologi dan media: Perkembangan teknologi dan media massa, seperti internet, telepon
genggam, atau media sosial, memungkinkan akses informasi dan komunikasi yang lebih
luas. Ini dapat mengubah cara masyarakat berkomunikasi, memperoleh pengetahuan, dan
membentuk persepsi mereka tentang dunia, serta membawa perubahan dalam kehidupan
sehari-hari dan interaksi sosial.

c. Lingkungan sekitarnya:
Lingkungan sekitarnya juga memiliki peran penting dalam mempengaruhi perubahan
dalam masyarakat dan kebudayaan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
ini meliputi:

- Perubahan alam: Bencana alam, perubahan iklim, atau perubahan lingkungan fisik dapat
memaksa masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Masyarakat dapat
mengembangkan strategi adaptasi baru, teknologi baru, atau perubahan

dalam praktik pertanian, perikanan, atau pemukiman untuk bertahan dalam menghadapi
perubahan lingkungan.

- Sumber daya alam: Ketika sumber daya alam yang penting bagi kehidupan masyarakat
mengalami perubahan ketersediaan atau kondisi, hal ini dapat memicu perubahan dalam
pola hidup dan aktivitas ekonomi masyarakat. Perubahan ini dapat berkaitan dengan
pertanian, perburuan, pengelolaan sumber daya, atau industri.

- Urbanisasi dan perkotaan: Pertumbuhan perkotaan dan urbanisasi dapat memengaruhi


cara hidup masyarakat dan kebudayaan mereka. Peningkatan urbanisasi dapat membawa
perubahan dalam pekerjaan, mobilitas, pola keluarga, dan nilai-nilai sosial.

Penting untuk diingat bahwa perubahan dalam dinamika masyarakat dan kebudayaan
seringkali merupakan hasil dari kombinasi faktor-faktor ini. Interaksi kompleks antara
masyarakat, lingkungan, dan faktor eksternal membentuk proses perubahan yang terus
berlangsung dalam kehidupan manusia.
4. Legenda Batu Menangis (dari Kalimantan) mengisahkan seorang janda dan putrinya cantik
tinggal di hutan. Ketika berjalan turun ke desa, banyak orang bertanya pada putrinya
tentang wanita yang berjalan di belakangnya. Putrinya itu menjawab bahwa wanita di
belakangnya adalah pembantu atau budaknya. Pada mulanya mendengar jawaban putrinya,
sang ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya
sama dan amat menyakitkan hati, akhirnya sang ibu yang malang itu tak dapat menahan
diri dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Perlahan-lahan tubuh putrinya itu
berubah menjadi batu. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, putrinya
menangis memohon ampun kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh
tubuh putrinya itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekali pun menjadi batu, namun orang
dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis
Oleh karena itu, batu yang berasal dari putri yang mendapat kutukan ibunya itu disebut
“Batu Menangis”.dari cerita rakyat ini nilai nilai budaya apa yang dapat kalian ambil serta
bagaimana kepribadian si putri jelaskan.

Jawaban ; Dari cerita legenda "Batu Menangis", terdapat beberapa nilai budaya yang
dapat ditarik dan beberapa aspek kepribadian yang dapat diinterpretasikan. Berikut adalah
beberapa nilai budaya yang dapat diperoleh dari cerita ini:

1. Nilai Keluarga dan Pengorbanan: Cerita ini menyoroti nilai keluarga di mana seorang
ibu dengan sedih dan penuh cinta terhadap putrinya berdoa kepada Tuhan untuk
melindunginya. Ia bahkan mengorbankan hubungan dekat dengan putrinya untuk
menghindari penghinaan dan kemarahan masyarakat.

2. Kepatuhan dan Rasa Hormat terhadap Orang Tua: Meskipun putri tersebut memberikan
jawaban yang menyakitkan hati ibunya, ia tetap menunjukkan rasa hormat dan kepantasan
dengan menyebut wanita itu sebagai pembantu atau budaknya. Ini mencerminkan nilai-
nilai tradisional yang menekankan pentingnya patuh dan menghormati orang tua.

3. Kesedihan dan Pemahaman yang Telat: Sang putri baru menyadari kesalahan dan
kekhilafannya ketika tubuhnya sudah berubah menjadi batu. Hal ini menggambarkan
pentingnya memahami dan mengekspresikan perasaan dengan tepat pada waktu yang tepat,
sebelum terlambat.

4. Harga Diri dan Penyesalan: Putri yang berubah menjadi batu masih mempertahankan air
mata, menunjukkan penyesalan yang mendalam dan harga diri yang tetap ada. Ini
mengajarkan tentang pentingnya menghormati dan menjaga harga diri kita sendiri serta
mempertimbangkan konsekuensi tindakan kita.

Dalam hal kepribadian si putri, berikut adalah beberapa aspek yang dapat diinterpretasikan:

1. Kepatuhan dan Kecenderungan Menahan Diri: Putri tersebut cenderung menahan diri
dan menjaga norma sosial dengan menyebut wanita di belakangnya sebagai pembantu atau
budaknya, meskipun sebenarnya itu bukan kenyataannya.

2. Penyesalan dan Permintaan Maaf: Ketika putri menyadari kesalahannya, ia segera


menyesal dan memohon ampun kepada ibunya. Ini menunjukkan bahwa ia memiliki rasa
tanggung jawab dan pemahaman akan kesalahan yang telah dilakukannya.

3. Harga Diri dan Kekuatan Emosional: Meskipun dalam keadaan yang sulit, putri tersebut
tetap mempertahankan harga diri dan kekuatan emosional. Hal ini ditunjukkan dengan air
mata yang terus menetes dari matanya meskipun tubuhnya berubah menjadi batu.

Penting untuk diingat bahwa interpretasi kepribadian seseorang dalam sebuah cerita
tergantung pada perspektif individu.

Selamat Mengerjakan

Anda mungkin juga menyukai