Anda di halaman 1dari 10

NAMA: Rizal Al aziz

NIM : 220305039

PRODI : SOSIOLOGI AGAMA

MK : TEORI SOSIAL KLASIK DAN MODERN

1.Dalam bukunya "The Postmodern Condition," Jean-François


Lyotard menekankan pergeseran paradigma dari modernitas
ke postmodernisme. Lyotard menjelaskan perbedaan antara
narasi besar modernitas dan keragaman narasi kecil dalam
konteks masyarakat postmodern.
 Narasi Besar Modernitas: Narasi besar adalah cerita atau
narasi yang menggambarkan visi besar tentang dunia, sejarah,
dan masyarakat yang dianggap benar dan mengikat dalam
suatu periode waktu tertentu. Narasi besar modernitas
didasarkan pada klaim-klaim absolut dan universal, seperti
kemajuan ilmiah, rasionalitas, dan progres. Narasi besar
modernitas mencoba untuk memberikan penjelasan yang
komprehensif dan konsisten tentang dunia.
 Keragaman Narasi Kecil: Di sisi lain, narasi kecil menyangkal
klaim-klaim absolut dan universal dari narasi besar atau
metanarasi. Narasi kecil mengakui bahwa tidak ada satu narasi
yang dapat menjelaskan sepenuhnya kompleksitas dunia.
Masyarakat postmodern ditandai oleh keragaman narasi kecil
yang saling bertentangan, tidak konsisten, dan tidak dapat
disatukan. Narasi kecil ini muncul dari perspektif yang
berbeda, pengalaman yang berbeda, dan kepentingan yang
berbeda.
Lyotard berpendapat bahwa narasi besar modernitas tidak lagi
relevan dalam masyarakat postmodern yang kompleks dan
terfragmentasi. Ia menekankan pentingnya mengakui dan
menghargai keragaman narasi kecil, tanpa mencoba untuk
menyatukannya dalam satu narasi besar yang universal. Dalam
masyarakat postmodern, tidak ada satu narasi yang dapat
mengklaim kebenaran mutlak, dan kita harus belajar hidup dengan
ketidakpastian dan konflik yang muncul dari keragaman narasi kecil
ini.

 Salah satu contoh nyata yang mencerminkan keragaman narasi


kecil di era kontemporer adalah perkembangan ragam genre musik
dan seni. Di era kontemporer, kita dapat melihat beragam jenis
musik dan seni yang mencerminkan budaya, latar belakang, dan
pengalaman individu. Misalnya, genre musik seperti hip-hop,
reggae, metal, dan musik elektronik memiliki penggemar dan
seniman dari berbagai latar belakang etnis, sosial, dan geografis
yang menciptakan narasi kecil yang berbeda-beda. Demikian juga
dalam seni visual, kita melihat seniman dari berbagai budaya dan
pandangan dunia menciptakan karya seni yang unik dan
mencerminkan keragaman perspektif.Perkembangan sastra
kontemporer juga mencerminkan keragaman narasi kecil, dengan
penulis yang menceritakan kisah dari berbagai sudut pandang dan
pengalaman kehidupan mereka. Ini adalah beberapa contoh
bagaimana keragaman narasi kecil menjadi semakin terlihat dalam
era kontemporer.

Reverensi:

Lyotard, J. F. (1979). The Postmodern Condition: A Report on


Knowledge. University of Minnesota Press.

.Kalean, A. (2002). Postmodernisme dan Pendidikan. Jurnal


Pendidikan dan Kebudayaan, 8(1), 1-10.
Muzairi, A. (2009). Postmodernisme: Sebuah Pengantar
Ringkas. Jurnal Filsafat, 19(2), 147-162.

Referensi ini memberikan wawasan tentang konsep


postmodernisme dan dampaknya terhadap pengetahuan,
masyarakat, dan budaya. "The Postmodern Condition" karya
Lyotard adalah karya penting yang mengeksplorasi peralihan
dari narasi besar ke narasi kecil dalam masyarakat postmodern.
Referensi lain, seperti “Postmodernism as an Emerging
Worldview” karya Van Gelder dan “The Condition of
Postmodernity” karya Harvey, memberikan analisis lebih lanjut
mengenai kondisi postmodern dan implikasinya terhadap
berbagai aspek kehidupan. “A Study of History” karya Toynbee
juga relevan karena memperkenalkan konsep era baru dalam
sejarah, sedangkan “Postmodernisme: Sebuah Pengantar
Ringkas” karya Muzairi dan “Postmodernisme dan Pendidikan”
karya Kalean memberikan perspektif yang lebih lokal mengenai
postmodernisme di Indonesia.

2.
2. Peran teknologi dalam transformasi pendidikan di sekolah
menengah tersebut dapat mengubah metode pengajaran dengan
pengenalan perangkat lunak pembelajaran online. Guru dapat
mengabungkan metode pengajaran tradisional dengan
penggunaan perangkat lunak ini untuk menciptakan pengalaman
pembelajaran yang lebih dan menyenangkan bagi siswa.
Perangkat lunak pembelajaran online juga dapat menyediakan
akses ke berbagai sumber daya pendidikan yang lebih luas,
termasuk video, simulasi, dan materi pembelajaran yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa. Hal ini
meningkatkan efektivitas pembelajaran dan pemahaman siswa.

Selain itu, penggunaan tekn dapat mengubah kurikulum di


sekolah menengah tersebutengan perangkat lunak pembelajaran
online, kurikulum dapat dikembangkan secara dinamis dan dapat
disesuaikan dengan perkembangan terkini dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi. guru dapat memperbarui konten
kurikulum secara real-time dan siswa dapat memiliki akses ke
materi terkini.

Interaksi antara siswa dan guru juga dapat ditingkatkan melalui


penggunaan teknologi. Misalnya, guru dapat memanfaatkan
perangkat seluler untuk memberikan umpan balik langsung
kepada siswa melalui pesan teks atau email. Hal ini
memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan individual,
meningkatkan keterlibatan siswa, dan memperkuat hubungan
antara siswa dan guru.
Untuk menyampaikan informasi tentangan teknologi dalam
pendidikan kepada siswa, orang tua siswa, dan guru, pihak sek
menggunakan berbagai metode komunikasi. Misalnya, mereka
dapat mengemuan orang tua guru secara berkala dan
menyampaikan materi tentang penggunaan teknologi dalam
pendidikan dalam pertemuan tersebut. Selain itu, pihak sekolah
juga surat kabar sekolah, laman web sekolah, dan media sosial
untuk menginformasikan siswa, orang tua, dan inisiatif teknologi
yang sedang dilakukan.

Pelatihan dan dukungan teknis sangat penting dalam memastikan


teknologi digunakan secara efektif di sekolah. Guru dan siswa
harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menggunakan perangkat lunak pembelajaran
online dan perangkat seluler dengan baik. Pelatihan ini dapat
diselenggarakan oleh pihak sekolah sendiri atau melalui kerja
sama dengan penyedia layanan tekn Selain itu, pihak sekolah
jugaediakan dukungan teknis yang mem untuk mengatasi
masalah teknis yang mungkin terjadi dalam penggunaan
teknologi.

Sebagai contoh, teknologi dapat digunakan untuk memonitor dan


mengontrol perilaku siswa dalam konteks pendidikan melalui
penggunaan sistem manajemen pembelajaran (Learning
Management System/LMS). menganalisis data seperti kehadiran
siswa, hasil tes, dan aktivitas pembelajaran. Dengan
menggunakan teknologi ini, guru dapat melacak dan
menganalisis perilaku siswa secara lebih efektif. Misalnya, LMS
dapat memberikan laporaniran siswa secara otomatis, sehingga
guru dapat mengambil tindakan jikawa yang sering tidak hadir.
Selain itu, LMS juga dapat memberikan notifikasi kepada siswa
atau orang tua jika ada tugas yang masih belum diselesaikan,
sehingga dapat memonitor dan mengontrol tingkat keterlibatan
siswa dalam pembelajaran.

Dalam implementasi teknologi di sekolah, kekuasaan dan


pengawasan menjadi penting. Penggunaan teknologi dapat
memberikan kekuasaan kepada pihak sekolah untuk
mengumpulkan dan mengelola data siswa, seperti data
kehadiran, hasil tes, dan sebagain Namun, kekuasaan
tersebutimbangi dengan yang jelas untukungi privasi dan
keamanan data siswa.ut Doherty, M. E., & Bannister, P. (2012),
penting untuk memastikan bahwa data siswa tidak
disalahgunakan atau diakses oleh pihak yang tidak berwenang.

Pengawasan juga penting dalam penggunaan teknologi di


sekolah. Guru dan staf sekolah harus memantau dan mengawasi
penggunaan teknologi oleh siswa untuk memastikan penggunaan
yang aman dan sesuai dengan aturan sekolah. Misalnya,
penggunaan internet oleh siswa perlu diawasi untuk mencegah
akses ke konten yang tidak pantas atau berbahaya. Langkah-
langkah pengawasan dan pengontrolan yang sesuai harus
diterapkan untuk memastikan penggunaan teknologi yang
bertanggung jawab dan aman di sekolah.

Referensi:
1. Doherty, M. E., & Bannister, P. (2012). Education and
technology governance: the need for a more complex
understanding of power in a digital age. Technology, Pedagogy
and Education, 21(3), 321-333.
2. Vrasidas, C., & Zlas, M. (2003). Online professional
development: the field. Educational Media International, 40(3-4),
343-353.
3. Dalam konteks masyarakat yang semakin plural dan berubah,
peran agama mengalami transformasi dalam memposisikan dirinya
sebagai sumber nilai, identitas, dan kohesi sosial. Pemikiran
Lyotard dan Bauman memberikan wawasan terkait hal ini. Lyotard
menyoroti keragaman pandangan dan identitas dalam era
postmodern, sementara Bauman menggambarkan masyarakat cair
yang penuh dengan kompleksitas dan perubahan yang cepat.

Lyotard menekankan bahwa era postmodern ditandai dengan


pluralitas pemahaman, di mana tidak ada satu narasi tunggal yang
menguasai. Dalam "The Postmodern Condition," Lyotard
menggarisbawahi kompleksitas pandangan dan nilai yang beragam
dalam masyarakat. Ini menunjukkan bahwa agama tidak lagi
memiliki dominasi tunggal dalam memandu nilai dan identitas
sosial.

Di sisi lain, Bauman, dengan konsep "masyarakat cair,"


menekankan perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri
masyarakat modern. Dalam bukunya, Bauman menyoroti
bagaimana identitas masyarakat menjadi lebih fleksibel dan
seringkali tidak terikat pada kerangka yang tetap, termasuk
identitas agama.

Beberapa referensi yang bisa memberikan wawasan lebih lanjut


mengenai peran agama dalam konteks masyarakat plural saat ini
dan pemikiran Lyotard serta Bauman adalah:

Asad, T. (2003). "Formations of the Secular: Christianity, Islam,


Modernity." Stanford University Press.
4. Contoh penggunaan teknologi untuk memonitor dan mengontrol
perilaku siswa dalam konteks pendidikan adalah penggunaan
perangkat lunak pelacakan dan pengawasan. Misalnya, sekolah
dapat menggunakan perangkat lunak pemantauan internet untuk
memantau aktivitas online siswa dan mencegah mereka
mengakses konten yang tidak tepat. Selain itu, perangkat seluler
dapat digunakan untuk memonitor kehadiran siswa dan
memberikan notifikasi kepada orang tua siswa jika siswa tidak
hadir. Namun, penting untuk memastikan bahwa penggunaan
teknologi ini dilakukan dengan memperhatikan privasi dan
keamanan siswa.

Kekuasaan dan pengawasan dapat diimplementasikan melalui


penggunaan teknologi di sekolah tersebut dengan membatasi
akses siswa pada konten yang sesuai dengan kurikulum dan aturan
sekolah. Misalnya, sekolah dapat menggunakan perangkat lunak
pembelajaran online yang hanya memberikan akses ke konten
yang relevan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari.
Pengawasan dapat dilakukan melalui perangkat lunak pemantauan
dan pengawasan yang memungkinkan guru untuk melihat aktivitas
siswa dalam pengajaran online dan memberikan umpan balik
secara real-time. Namun, penting juga untuk memastikan bahwa
penggunaan teknologi ini tidak menyebabkan disiplin yang
berlebihan atau pelanggaran privasi siswa.

Referensi:

Mahatanankoon, P. (2014). The Use of Technology-Assisted


Student Assessment in Education. International Journal of
Computer Science Issues (IJCSI), 11(1), 177-183.
5. Salah satu film yang dapat menggambarkan konsep simulacra dan
hiperrealitas Jean Baudrillard adalah "The Matrix" (1999), yang
disutradarai oleh Lana dan Lilly Wachowski. Film ini
menggambarkan sebuah dunia virtual yang dibuat oleh mesin yang
menguasai manusia, di mana manusia hidup dalam simulasi yang
tidak bisa dibedakan dari dunia nyata.

Identifikasi Simulacra:

Dalam "The Matrix", simulasi yang diberikan oleh mesin tampak


lebih dominan daripada realitas asli. Manusia hidup dalam dunia
virtual, terjebak dalam sebuah simulasi yang menggantikan realitas
mereka yang sebenarnya. Mereka percaya bahwa dunia matrix
adalah realitas asli mereka, padahal sebenarnya mereka hanya
mengalami representasi yang diciptakan oleh mesin. Konsep
simulacra Baudrillard tentang representasi yang melebihi realitas
dapat dilihat dalam interpretasi film ini.

Identifikasi Hiperrealitas:

"The Matrix" menciptakan suasana hiperrealitas melalui visual


yang sangat mendekati realitas. Dalam dunia matrix, mesin
menciptakan simulasi yang tampak sangat nyata, yang menjadikan
manusia sulit membedakan antara realitas dan dunia virtual.
Kehidupan yang ditampilkan dalam matrix juga memiliki elemen
glamor dan dramatisasi yang berlebihan, menciptakan suasana yang
tampak lebih "nyata" daripada kenyataan sehari-hari.

Referensi dan Analisis:

Salah satu referensi yang dapat mendukung penjelasan ini adalah


buku "Simulacra and Simulation" (1981) oleh Jean Baudrillard
sendiri. Dalam buku ini, Baudrillard membahas konsep simulacra
sebagai representasi yang melebihi realitas asli, dan hiperrealitas
sebagai realitas yang terlalu nyata. Film "The Matrix" dapat dilihat
sebagai perwujudan dari konsep-konsep ini, di mana manusia hidup
dalam dunia virtual yang menjadi representasi melebihi realitas.

Anda mungkin juga menyukai