net/publication/340794387
CITATIONS READS
0 1,043
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Moch. Nurfahrul Lukmanul Khakim on 21 April 2020.
248
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
PENDAHULUAN
Masyarakat terbentuk dari sekumpulan manusia yang selalu berproses.
Berger dan Luckman melihat masyarakat sebagai proses yang berlangsung dalam
tiga momen dialektis yang simultan, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan
internalisasi serta masalah legitimasi yang berdimensi kognitif dan normatif,
inilah yang dinamakan kenyataan sosial (Sriningsih, 2010:143). Kenyataan sosial
ini berkaitan erat dengan kehidupan bermasyarakat. Generasi milenial merupakan
bagian dari masyarakat Indonesia saat ini yang berproses dalam arus globalisasi.
Menurut Wahono (2018:4) generasi milenial banyak memakai teknologi
komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging dan media sosial seperti
facebook dan twitter, dengan kata lain generasi Y ialah generasi yang tumbuh
pada era ledakan internet. Generasi ini menyukai teknologi yang canggih dalam
berkomunikasi dengan orang lain secara cepat. Generasi ini menganggap orang
yang menggunakan cara komunikasi lama seperti surat dan telegraf sudah
ketinggalan zaman. Sama seperti halnya dalam pendidikan, guru yang masih
menggunakan metode pembelajaran berupa ceramah saja tanpa memanfaatkan
teknologi yang bagus, maka pembelajaran tersebut dianggap kurang menarik. Jika
sejarah tidak menarik untuk dibaca, maka tidak akan ada minat untuk mempelajari
sejarah (Khakim 2016).
Kebutuhan generasi ini terhadap perangkat komunikasi dan informasi
seperti ponsel, laptop dan tablet serta pula internet itu sangat tinggi dibandingkan
generasi sebelumnya. Bagi generasi milenial, internet bukan hanya sebagai alat
atau media komunikasi, melainkan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan
mereka. Internet bukan lagi kebutuhan sekunder, tapi sudah menjadi kebutuhan
primer (Ali & Purwandi, 2018). Sebagai bagian dari masyarakat, generasi milenial
perlu mendapat perhatian khusus.
Berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi milenial kurang peduli
dengan lingkungan sosial (Faiza, dkk, 2018). Hal ini terjadi karena generasi
milenial lebih banyak berinteraksi dengan teknologi informasi daripada dengan
lingkungan sosial. Teori konstruksionisme bertujuan untuk memahami generasi
milenial dalam tatanan sosial. Oleh karena itu, artikel ini disusun dengan metode
249
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
PEMBAHASAN
Konstruksionisme bagi Generasi Milenial
Perkembangan ilmu-ilmu sosial ditunjang oleh pengaruh pemikiran model
rasionalitas teknokratis yang dianut para teknokrat, polisi, birokrat, kelompok
profesional lainnya serta ilmuwan dari disiplin ilmu lainnya. Ilmu-ilmu sosial
dikembangkan sejauh menjadi sarana teoritis untuk memperoleh tujuan-tujuan
praktis, yang tersirat dalam berbagai perekayasaan sosial (Sriningsih, 2010:146).
Tujuan ilmu sosial ialah untuk mengkaji fenomena tersebut di atas secara logis
dan naratif untuk diambil suatu nilai, terutama generasi milenial.
Sebelum membahas generasi milenial lebih jauh, maka perlu dikenali dulu
konsep konstruksionisme. Sosiologi pengetahuan mendapat proporsi akarnya dari
Marx, yakni bahwa kesadaran manusia ditentukan oleh keberadaan sosialnya.
Memang telah banyak perdebatan tentang macam determinasi yang bagaimana
yang sebenarnya dimaksudkan oleh Marx (Sriningsih, 2010:147). Determinasi
sosial berkaitan dengan keberadaan sosial. Jadi semakin tinggi posisi atau taraf
pemahaman sosial suatu masyarakat, maka semakin tinggi perhatian masyarakat
pada permasalahan sosial yang berujung pada reformasi sosial.
Beberapa sosiolog berpendapat bahwa reformasi sosial membutuhkan
bantuan pemerintah, sementara yang lain mengemukakan pendapat laissez-faire,
dengan mengemukakan bahwa berbagai kompenen masyarakat harus dibiarkan
memecahkan masalah mereka sendiri (Ritzer dan Douglas, 2009:208). Reformasi
sosial tidak selalu berasal dari pemerintah, tetapi merupakan wujud dari kesadaran
dan pergolakan masyarakat. Contoh fenomena yang tepat untuk mendukung teori
ini terlihat pada peristiwa Jakarta 1998 yang menunjukkan peran pemuda dalam
melakukan reformasi pemerintahan. Kasus ini mirip dengan kasus demo
mahasiswa Sorbone di Prancis pada tahun 1968. Perbedaan yang mencolok ialah
demo atau aksi mahasiswa di Prancis berlangsung damai sedangkan di Indonesia
berlangsung anarkis dan kacau. Guru harus mampu memahami konteks dari kedua
peristiwa tersebut ketika mengajarkanya pada generasi milenial.
250
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
251
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
252
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
253
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
Dari tabel di atas, kekurangan generasi milenial dapat dilihat dari teori
konstruksionisme yaitu cenderung bias karena derasnya arus informasi yang
generasi milenial akses dari internet. Internet menjadi sumber informasi dan
254
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
pengetahuan bagi generasi milenial. Apa pun kebutuhan informasi yang mereka
perlukan, sebagian besar mereka peroleh dari internet dan media sosial
(Ambarwati and Raharjo 2018). Selanjutnya kurang objektif karena generasi
milenial hanya suka mengakses hal/tema yang disukainya. Generasi milenial
kurang menyukai fakta-fakta sejarah yang tidak sesuai dengan minatnya maka
guru harus membimbing generasi milenial untuk melihat setiap peristiwa sejarah
secara manusiawi, kritis dan objektif.
255
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
pahlawan juga penting sebagai cara untuk menjaga jarak dengan tokoh biografi
agar melihat sisi lain tokoh tersebut. Hasilnya nanti penyusunan biografi jadi lebih
ilmiah dan tidak bias. Generasi milenial bisa dibimbing untuk mengakses dan
mengumpulkan informasi selengkapnya mengenai tokoh pahlawan tersebut
melalui internet. Setelah terkumpul, maka generasi milenial diarahkan untuk
mengidentifikasi dan mengkritis mana informasi yang salah dan benar.
Internalisasi adalah penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran
subjektif sedemikian rupa sehingga individu dipengaruhi oleh struktur sosial atau
dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut
akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, dan sekaligus sebagai
gejala internal bagi kesadaran (Muslich, 2008:152). Pendidikan sejarah khususnya
pada materi biografi pahlawan jarang menyentuh aspek internalisasi tokoh, yaitu
bagaimana tokoh bergulat dengan batin dan perasannya sendiri. Padahal segala
hal yang terjadi dalam diri manusia itu lebih penting karena dapat
memmpengaruhi tokoh tersebut dapat mengambil kesimpulan. Hal inilah yang
berusaha diselami oleh konstruksionisme. Guru sejarah dapat menggunakan
aplikasi E-book Reader untuk memberikan tugas merangkum biografi pada siswa.
Generasi milenial lebih suka membaca lewat layar gawai daripada membaca buku
biasa ditunjang aplikasi E-book Reader bisa dibawa kemana saja dan lebih ringan.
Penerapan teori Berger ternyata tidak terbatas bagi analisis masyarakat
secara makro serta pranata sosial yang besar, tetapi juga terhadap analisis
kelompok kecil, misalnya: perkawinan antara suami dan istri, perilaku beragama,
dan individu. Agama sebagai pranata sosial, tunduk pada proses yang juga
dialami oleh pranata lainnya. Dengan kata lain, agama diciptakan oleh manusia,
agama mengembangkan realitas objektif, dan dalam dunia moderen ini agama
terus melanda dan dilanda manusia (Ngangi, 2011:3). Pembelajaran dengan
biografi ialah salah satu bentuk penerapan teori Berger dalam pranata yang mikro.
Konstruksionisme dalam memandang pranata makro juga dapat dilakukan dalam
mengkaji aspek sejarah kontroversial untuk mencari celah lain dalam menjawab
persoalan sejarah kontroversial tersebut. Generasi milenial diharapkan tidak
mudah terhasut berita palsu /hoaks dalam memelajari sejarah karena guru mampu
menonjolkan pentingnya humanisme dalam pendidikan sejarah.
256
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
PENUTUP
Generasi milenial sebagai generasi Z lebih dengan dengan teknologi
komunikasi dan informasi sejak era ledakan internet. Teori konstruksionisme
lebih banyak menekankan pentingnya objektivitas dan humanisme dalam
pendidikan sejarah. Teori konstruksionisme juga menekankan pentingnya guru
menggunakan media/model/metode yang sesuai konteks agar mampu menarik
perhatian siswa dalam belajar. Teori ini juga mengantipasi pendidikan sejarah dari
isu-isu palsu/hoaks yang mengancam generasi milenial dalam belajar sejarah.
Selain itu, teori ini juga menjadi penghubung antar generasi dalam mewariskan
nilai-nilai karakter agar generasi sosial mampu memupuk kepekaan sosial dalam
bermasyarakat.
257
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
DAFTAR RUJUKAN
258
Prosiding Pembelajaran Sejarah Berbasis Kehidupan Untuk Generasi Z
ISBN: 978-623-91997-4-6
259