Anda di halaman 1dari 12

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER

SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN DAN IPS DALAM
KONTEKS PERPSPEKTIF GLOBAL
Tetep
Pendidikan Teknologi Informasi STKIP Garut
Jl. Pahlawan no 32 Garut
Tevs.stkipgarut32@gmail.com

yang optimal dalam menyiapkan sumber


Abstract daya manusia terdidik dan profesional,
mampu bersaing, dan memiliki karakter
The 21st century is a major challenge for the
development of general education in preparing young
dan jati diri kebangsaan yang tegas.
people in the nation and the wider life without limits. Fenomena perkembangan pesat
Education became the center of the adjustment of Abad ke-21 telah ditandai dengan perubahan
each individual role as the public face of the world berbagai bidang kehidupan, seperti
today. Global perspective becomes an important timbulnya ledakan penduduk, ledakan ilmu
education is taught by any educational institution in
order to give birth to a generation that is able to
pengetahuan, dan ledakan teknologi. Hal
compete in the global life without losing its local tersebut menimbulkan berbagai masalah di
characteristics. Social character student that grows dalam masyarakat seperti:
naturally in the local life will become a symbol of 1. Permasalahan yang menyangkut
strength and intelligence implementation of local pengorganisasian antara lain di bidang
values developed in the global life through education
system. Civic and social studies education as subject pemerintahan, perundang-undangan,
which cannot be relased to the developing and pendidikan, penyediaan keperluan
changes of society. Civic and social studies hidup, kesehatan, dan kesejahteraan.
educatioan has a major role in bridging of social 2. Ketegangan-ketegangan di dalam
character education for the student to be humanize. masyarakat baik dalam arti psikis
Keywords : global perspective education,
maupun fisik (Misalnya keseimbangan
social character, humanize. lingkungan, polusi, dan masalah lalu
lintas).
3. Masalah pertentangan dan kekaburan
Pendahuluan nilai.
Akibat dari hal-hal tersebut terjadi
Abad 21 merupakan era gejala kehilangan pandangan menyeluruh,
perkembangan masyarakat global yang timbulnya spesialisasi yang makin intensif
telah mengecilkan peran setiap negara di di bidang ilmu pengetahuan, misalnya
dunia, disebabkan oleh semakin dekatnya mengakibatkan ketidakpastian diri, terampas
jarak pandang antar Negara, tidak ada rasa identitas individu, kehilangan nilai-nilai
lagi batas-batas budaya dan norma yang sosial dan tujuan etis.
absolut. Permasalahan yang semakin Dalam bukunya yang berjudul
komplek menuntut peranan pendidikan Getting to the twenty century : Voluntary

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 35


Action and the Global Agenda (1990), perkembangan global itu dalam membentuk
David Korten mengatakan bahwa dalam era karakter sosial siswa, sehingga
abad 21 ini merupakan era krisis yang akan kecenderungan globalisasi ini tidak
menimpa banyak negara di belahan dunia menghilangkan nilai-nilai sosial dan nilai-
ini, baik negara maju maupun negara-negara nilai etis. Secara filosofis bisa menjadi
berkembang. Krisis berat itu ditengarai momentum dalam membentuk karakter
sebagai dampak dari tiga masalah utama sosial peserta didik ke depan melalui
yang terjadi dalam dasawarsa tahun 1980- pemanfaatan sumber-sumber yang ada.
an, yaitu (a) kemiskinan, (b) kerusakan
lingkungan hidup, dan (c) penggunaan Pendidikan Perspektif Global dalam
tindakan kekerasan (violence) dalam Konteks PKn dan PIPS
memecahkan konflik. Tidak hanya Dalam Perspektif global Indonesia
pemerintah atau negara yang dituntut untuk sekarang ini sudah harus mempersiapkan
mampu memecahkan krisis tersebut, para murid untuk memasuki abad yang akan
melainkan perlunya keterlibatan pihak lain datang yang penuh dengan tantangan dengan
untuk bersama-sama mencari solusi atas adanya proses globalisme. Terlebih lagi
masalah atau krisis itu. sistem ekonomi dan perdagangan dunia
Sekolah merupakan salah satu sekarang ini semakin terbuka dan akan
lembaga pendidikan yang mengemban tugas meningkat di masa yang akan datang
mempersiapkan SDM yang berkualitas. menunjukkan arti pentingnya belajar
Sekolah dalam hal ini tidak hanya dibebani perspektif global.
untuk mengembangkan kemampuan siswa Istilah yang paling tepat untuk
dalam hal ranah kognitifnya saja, akan tetapi perspektif global adalah “global
juga ranah afektif dan psikomotor. Apalah perspectives in education” atau disingkat
gunanya seorang anak yang kemampuan dengan global education. Di indonesia
kognitif lebih, tetapi tidak didukung dengan disebut dengan istilah perspektif global
sikap (afektif) dan psikomotor yang baik dengan menekankan pada empat hal pokok
pula. Dapat terjadi dengan kemampuannya yaitu: kesadaran terhadap perspektif global,
yang tinggi itu justru disalahgunakan untuk sistem-sistem global, sejarah global, dan
hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai saling pengertian terhadap budaya lain.
yang berlaku dalam masyarakat. Sekolah Menurut Kamus Besar Bahasa
merupakan sarana utama dalam Indonesia, edisi ke tiga tahun 2001, global
mengarahkan value education yang diartikan secara umum dan keseluruhan,
merupakan hal terpenting untuk diberikan secara bulat, secara garis besar, meliputi
kepada peserta didik. Jika mengacu kepada seluruh dunia. Globalisasi artinya proses
apa yang tertulis dalam PP No. 19 Tahun masuknya ke ruang lingkup dunia,
2005 jelas bahwa salah satu unsur yang mengglobal artinya mendunia. Globalisme
harus ada dalam kurikulum pendidikan baik adalah paham kebijakan nasional yang
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus memperlakukan seluruh dunia sebagai
pada jenjang pendidikan dasar dan lingkungan yang layak diperhitungkan,
menengah berkaitan dengan pendidikan terutama untuk bidang ekonomi dan politik.
nilai. Masyarakat dunia kini sedang menghadapi
Mengacu pada kenyataan di atas tujuan-tujuan baru yang memukau dan
maka melalui perkembangan global dan mengkhawatirkan.
menjamurnya social cyber media, maka Perspektif global berakar pada ilmu-
bagaimana sekolah mampu memanfaatkan ilmu: antropologi, psikologi, sejarah,

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 36


ekonomi, geografi dunia, dan politik, Futurolog lainnya yaitu Alvin Toffler
bertujuan untuk menumbuhkan dan (1972) dalam bukunya yang terkenal “future
meningkatkan kesadaran sebagai warga schock” bahkan lebih dulu telah
dunia yang berpartisipasi aktif. meramalkan akan terjadinya perubahan-
perubahan besar dalam kehidupan
masyarakat dunia umumnya dan masyarakat
industri pada khususnya. Disusul kemudian
dengan buku berikutnya yang berjudul the
third wave pada tahun 1980,
menggambarkan perubahan dunia yang
meliputi tiga gelombang yaitu gelombang
pertama (the first wave) atau dikenal dengan
“revolusi hijau” dimulai sekitar 8.000 tahun
SM. Selanjutnya gelombang kedua (the
second wave) ditandai dengan revolusi
Sumber : Wikipedia.com, global edu. industri pada abab XVII yang membawa
diunduh, 30/01/14 perubahan besar disbanding periode
Pada era globalisasi kecenderungan kehidupan sebelumnya. Kemudian pada
yang kuat adalah proses terjadinya abad XX sebagai gelombang ketiga (the
universalisasi yang melanda seluruh aspek third wave) ditandai dengan kemajuan
kehidupan manusia. Salah satu implikasi teknologi informasi dan komunikasi.
penyeragaman terlihat dengan munculnya Gelombang ini dikenal dengan “revolusi
gaya hidup global seperti makanan, pakaian informasi”.
dan musik. Berkaitan dengan itu. Kirkwood
John Naisbitt yang terkenal dengan (2001), menjelaskan bahwa “these students
bukunya yang berjudul “Megatrend 2000” will face a new world order thereby creating
menyebutkan bahwa pada tahun-tahun a need to acquire a global education. He
tersebut akan terjadi proses globalisasi states:
melalui teknologi informasi, ada tiga mode Their daily contacts will include
yang diterima oleh banyak orang yaitu: individuals from diverse ethnic,
makanan (food), pakaian (fashion), dan gender, linguistic, racial, and
hiburan (entertainment). Di Indonesia socioeconomic backgrounds. They
sendiri sudah terjadi proses globalisasi will experience some of history's
tersebut. Seperti anak-anak kecil yang sudah most serious health problems,
tahu apa itu KFC, MC Donals, jeans, dan inequities among less-developed and
film-film dari berbagai negara. Bahkan more-developed nations,
mereka lebih senang memilih produk luar environmental deterioration,
negeri tersebut dibandingkan dengan overpopulation transnational
produk-produk buatan negeri sendiri. Media migrations, ethnic nationalism, and
televisi telah mempercepat arus informasi the decline of the nation-state.
dan membawa kita terlibat dalam informasi (Kirkwood, 2001, p. 2)
dunia. Keadaan ini membuat kita mau tidak Menurut Kirkwood (2001), siswa akan
mau ikut terlibat dalam pergaulan dihadapkan pada dunia tanpa batas, sehingga
masyarakat dunia melalui media informasi diperlukan pendidikan global dalam upaya
dan produk industry. mengarahkan pada kesadaran global. Sejalan
dengan itu, Werner and Case (1997:177),

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 37


menegaskan bahwa : movements to promote dan mampu mempengaruhi peristiwa-
a global perspective within social studies peristiwa lokal maupun global.
are due to the state of the planet as a whole c. Kehidupan umat manusia tergantung
and an understanding of how its systems - pada suatu lingkungan fisik dunia yang
political, cultural, economic, ecological, and ditandai dengan terbatasnya sumber-
technological - are linked and how these are sumber alam. Ekosistem dunia akan
manifested in relationships. ….."global mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
education has been associated with umat manusia.
curriculum reform advocating a more global d. Ada keterkaitan antara apa yang
perspective on the world. A need exists for dilakukan manusia di bidang sosial,
students to examine the world from varying politik, ekonomi, teknologi, pada masa
perspectives and to become aware of the kini dengan masa depan umat manusia
complex interrelationships that characterize yang hidup di bumi ini beserta
it". lingkungan fisiknya di masa yang akan
Dalam pandangan tersebut mengandung datang.
arti yang sama dengan Kirkwood, pada e. Terjadinya globalisasi yang melibatkan
dasarnya pendidikan global itu bagaimana hampir seluruh umat manusia ini
keterhubungan antara berbagaia aspek dalam menyebabkan masing-masing individu
kehidupan baik system politik, budaya, dan seluruh masyarakat berkesempatan
ekonomi, teknologi maupun lingkungan itu dan bertanggung jawab untuk berperan
berkaitan dengan kurikulum dalam serta dalam meningkatkan lingkungan
perspektif global dimanifestasikan. fisik maupun sosial dunia.
1) Dimensi-dimensi Pemikiran Robert Hanvey dalam bukunya yang
Perspektif Global sangat terkenal “An Attainable Global
National Council for the Social Studies Perspective” (1976 )menyebutkan lima
(NCSS) pada tahun 1982 menunjukkan arti dimensi dari perspektif global: Perspective
pentingnya perspektif global diajarkan di consciousness, State of planet awareness,
sekolah-sekolah: Cross-cultural awareness, Systemic
a. Sekarang kita hidup dalam masa awareness, Options for partipation.
terjadinya peningkatan globalisasi yang James Becker, sebagai pelopor
ditandai dengan fenomena hampir perspektif global dalam artikelnya yang
semua orang berinteraksi secara berjudul “The World and the School. A case
transnasional (tidak hanya terbatas for world centered education”(1979)
dalam negaranya saja), multi cultural menyatakan bahwa perspektif global harus
(dalam berbagai macam budaya) dan menggugah kesadaran murid selaku anggota
cross-cultural (berinteraksi dengan masyarakat dunia dan juga pada tingkatan
budaya lain selain yang dimilikinya). masyarakat lainnya. Christine I Bennett
b. Aktor-aktor yang berinteraksi dalam dalam bukunya “Comprehensive
tingkat dunia tidak hanya terbatas pada Multicultural Education:Theory and
aktor-aktor negara saja, namun juga Practice” (1995) menyatakan bahwa para
melibatkan perseorangan, kelompok- pendidik harus mempersiapkan murid-murid
kelompok lokal, organisasi-organisasi sebagai penerus generasi di masa datang
yang bergerak dalam bidang teknologi kaya pengetahuan, sikap dan kemampuan
dan ilmu, perdagangan, perusahaan yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif
multi nasional, serta organisasi regional. sebagai warga masyarakat di seluruh
Mereka ini semakin aktif berinteraksi lapisan sampai tingkat dunia. Agar anak

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 38


didik menjadi insan yang mempunyai book for classroom teachers” (1981)
tanggung jawab global, karena mereka menyebutkan bahwa melalui perspektif
merupakan warga negara dunia. Mereka global akan membebaskan para pembelajar
perlu dilatih untuk berpikir global dan dari keinginan-keinginan yang sifatnya
bertindak secara lokal atau” think globally parokial (picik/sempit) dan chauvinisme
act locally”. Dengan belajar perspektif global mereka
Merryfield dalam artikelnya yang akan mampu berinteraksi secara harmonis
berjudul “Institutuinalizing Cross-cultural dalam masyarakat dunia yang ditunjukkan
Experiences and Interntional Expertise in dengan adanya kemampuan berempati dan
Teacher Educational : the Development and mempunyai sifat altruisme (mengutamakan
Potential of a Global Education PDS kepentingan orang lain, kalau perlu dengan
Network” (1995) menyimpulkan konsep- mengeluarkan pengorbanan).
konsep dari perspektif global, yaitu bahwa Menurut American Association of
para guru perlu mempunyai pengetahuan College for Teacher Education (1983)
dan kemampuan untuk mengajarkan kepada Global education didefinisikan sebagai “the
muridnya: proses by which people acquire a global
a. Penghargaan terhadap adanya perspective to explain events ini recognition
perbedaan-perbedaan dan persamaan of the increasing interdependence of nations
budaya, untuk itu para guru perlu and cultures” (Retnaningsih, 1998/1999: 15-
mengajarkan berbagai macam 20).
perspektif yang dimiliki orang lain Menurut Hoopes ( Garsia : 1977)
ataupun masyarakat lain dan mereka mengatakan bahwa pendidikan global
perlu juga mempunyai kesadaran untuk mempersiapkan siswa untuk memehami dan
bertoleransi terhadap perspektif yang mengatasi adanya ketergantugan global dan
dimiliki orang lain. keragaman budaya, yang mencangkup
b. Dunia ini merupakan sebuah sistem hubungan, kejadian, dan kekuatan yang
sehingga di dalamnya terjadi saling tidak dapat diisikan kedalam batas-batas
ketergantungan dan saling berkaitan. negara dan budaya.
c. Keputusan-keputusan dan tindakan Selanjutnya Hoops, menjelaskan
yang diambil oleh seseorang akan dapat pendidikan global memiliki 3 tujuan yaitu:
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh a. Pendidikan global memberikan
intraksi global. pengalaman yang mengurangi rasa
Tye and Tye berpendapat bahwa kedaerahan dan kesukuan. Tujuan ini
perspektif global meliputi: dapat dicapai melalui mengajarkan
a. Studi tentang masalah–masalah dan isu- bahan dan mengunakan metode yang
isu yang melintasi batas-batas nasional memberikan relatifisme budaya.
dan adanya keterkaitan dalam sistem- b. Pendidikan global memberikan
sistem ekonomi, lingkungan, budaya, pengalaman yang mempersiapkan siswa
politik serta teknologi. untuk mendekatkan diri dengan
b. Peningkatan saling pengertian terhadap keragaman global. Kegunaan dari
budaya lain sehingga si pembelajar tujuan ini adalah untuk mendiskusikan
mampu mengembangkan trntang relatifisme budaya da
kemampuannya untuk bertoleransi keutamaan etika.
terhadap pihak lain dan berempati. c. Pendidikan global memberikan
Muessig dan Gilliom dalam bukunya pengalaman tentang mengajar siswa
”Perspective of global Education: A source untuk berfikir tentang mereka sendiri

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 39


sebagai individu, sebagai suatu warga kehidupan sehari-hari, misalnya mengenai
negara dan sebagai anggota masyarakat masalah pendidikan, kesehatan,
manusia secara keseluruhan. pengangguran, kemiskinan, dan sebagainya.
Sementara IOWA Department of Semua permasalahan ini berdampak pada
Education, menjelaskan bahwa pendidikan permasalahan global.
global itu : Dalam kaitannya dengan budaya di era
a. is an approach to learning which globalisasi, Makagiansar (Mimbar, 1990)
promotes greater understanding of the mengajukan empat dimensi perspektif
world as an interconnected aggregate of global, yaitu:
human and natural systems. These a. Afirmasi atau penegasan dari dimensi
systems operate within a single budaya dalam proses pembangunan
planetary lifesupport system, on which bangsa dan masyarakat. Pembangunan
the destiny of all humankind depends. akan terasa hampa jika tidak diilhami
b. The purpose of global education is to oleh kebudayaan bangsanya. Nilai
promote long term human by budaya suatu bangsa menjadi landasan
developing greater respect for and bagi pembangunan suatu negara, serta
greater concern for the environment on merupakan alat seleksi bagi pengaruh
which we depend for our very luar yang sudah tidak terkendali.
existence. b. Mengembangkan identitas budaya dan
c. The mission of global education is to setiap kelompok manusia berhak diakui
produce citizens who are both identitas budayanya.
knowledgeable about the world, and c. Partisipasi, bahwa dalam
who possess skills, values, and a pengembangan suatu bangsa dan negara
process commitment appropriate for the sangat diperlukan partisipasi dari
support of quality long-term survival of masyarakat.
all human beings. d. Memajukan kerjasama antar budaya.
Berdasarkan tujuan tersebut maka, Hal ini dimaksudkan agar ada aksi dan
peran guru adalah : upaya saling mengisi atau mengilhami,
a. Memberikan bekal pengetahuan kepada sehingga akan ada kemajuan dan
siswa tentang pentingnya pengetahuan peningkatan antar budaya bangsa.
global dalam memahami masalah- Menurut Khan (2010:xv) “ecopedagogy
masalah tertentu. movement is an important effort to ensure
b. Meningkatkan kesadaran dan wawasan that environmental education becomes an
anak didik sebagai landasan dalam integral part of the school curriculum.
melakukan tindakan yang berdampak Dengan demikian bahwa konsep penyadaran
global. global perlu dibangun secara formal juga di
c. Memberikan contoh dan teladan dalam sekolah dengan cara memasukannya dalam
aktivitas sehari-hari, yang mempunyai kurikulum.
pengaruh terhadap masalah global.
Saat ini tidak ada suatu bangsapun 2) Upaya Memanfaatkan Isu-isu
yang statis dan homogen. Setiap bangsa Perspektif Global dalam Global
berkembang karena adanya interaksi Awareness
dengan bangsa lain, sehingga sistem nilai Secara politis peran negara bergeser
budaya dan nilai lainnya akan saling dari penentu dan pembuat wawasan
mempengaruhi satu sama lain. Perspektif kebangsaan menjadi penjaga stabilitas dan
global bertolak dari masalah yang ada dalam pengontrol politik baik di dalam maupun

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 40


luar negeri. Perlu disadari bahwa negara kita b. Mengembangkan pengertian bahwa
berhadapan dengan faktor luar yang sangat mereka merupakan anggota dari
kuat. Oleh karena itu, peningkatan kerja masyarakat dunia.
sama dengan negara lain dalam segala c. Mengembangkan pengertian bahwa
bidang perlu ditingkatkan. Negara harus mereka adalah penghuni planet bumi ini
bersifat terbuka, karena kerja sama dalam dan kehidupannya bergantung pada
berbagai bidang menuntut adanya komitmen planet bumi tersebut.
yang tinggi. Negara harus beradaptasi d. Peserta didik harus diberi pengertian
dengan sistem yang terus berubah, aktif bahwa mereka adalah partisipan atau
mengikuti dan mengadakan perubahan. pelaku aktif dalam masyarakat global
Berikut ini beberapa manfaat mempelajari ini.
perspektif global : e. Mendidik peserta didik agar mempunyai
a. Meningkatkan wawasan dan kesadaran kemampuan untuk hidup secara
para pendidik dan peserta didik bahwa bijaksana dan bertanggung jawab
kita bukan hanya penghuni satu daerah, sebagai individu, sebagai umat manusia,
tetapi mempunyai ketergantungan sebagai insan penghuni planet bumi ini,
dengan orang lain di belahan bumi yang serta sebagai anggota masyarakat
lain. Oleh karena itu sikap kita harus global.
mencerminkan “sikap ketergantungan” Sementara itu, menurut Marryfield
tersebut. (dalam Nursid dan Kuswaya, 1997), tujuan
b. Menambah dan memperluas diberikannya perspektif global adalah
pengetahuan kita tentang dunia, sebagai berikut:
sehingga dapat megikuti perkembangan a. Mendorong mahasiswa untuk
dunia dalam berbagai aspek terutama mempelajari lebih banyak tentang
perkembangan IPTEK. materi dan masalah yang berkaitan
c. Mengkondisikan para mahasiswa untuk dengan masalah global.
berpikir integral bukan general, b. Mendorong para pendidik untuk
sehingga suatu gejala atau masalah mempelajari masalah yang berkaitan
dapat ditanggulangi dari berbagai aspek. dengan masalah lintas budaya.
d. Melatih kepekaan dan kepedulian c. Mengembangkan dan memahami
mahasiswa terhadap perkembangan makna perspektif global baik dalam
dunia dengan segala aspeknya. kehidupan sehari-hari maupun
Lee Anderson dan Charlotte Anderson pengembangan profesinya.
(1979) menyatakan bahwa untuk Berkaitan dengan masalah global,
mempersiapkan peserta didik agar menjadi Merry M. Merryfield (1997:8)
warga negara yang baik harus dimulai dari mengemukakan pokok-pokok masalah
berbagai macam kelompok yang global, yaitu: penduduk dan keluarga
melibatkannya, dari yang terdekat hingga berencana (population and family planning);
yang terjauh, yaitu dari masyarakat lokal, hak rakyat menentukan pemerintahan sendiri
nasional, hingga global. Ada 5 tujuan pokok (self-determination); pembangunan
dari perspektif global, yaitu: (development); hak asasi manusia (human
a. Mengembangkan pengertian keberadaan right); emigrasi, imigrasi dan pengungsian
mereka sebagai individu-individu yang (emigration, immigration and refugees);
membentuk masyarakat. kepemilikan bersama secara global (the
global commnos); lingkungan hidup dan
sumber daya alam (environment and natural

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 41


resources); persebaran kemakmuran; Coon (1983) mendefinisikan
teknologi informasi; sumber daya; jalan karakter sebagai suatu penilaian subyektif
masuk ke pasar; kelaparan dan bahan terhadap kepribadian seseorang yang
pangan; perdamaian dan keamanan; berkaitan dengan atribut kepribadian yang
prasangka dan diskriminasi. dapat atau tidak dapat diterima oleh
Isu dan masalah diatas bukan lagi hanya masyarakat. Sedangkan Lickona (1991),
dirasakan secara lokal dan regional di karakter akan berhubungan dengan moral
tempat-tempat serta kawasan-kawasan knowing, moral loving (valueing) and moral
tertentu, melainkan telah menjadi isu dan behavior (doing). Dan menurut Rudd (1998)
masalah global yang dirasakan serta disadari Character was defined as the possession of
oleh masyarakat dunia. Badan dan lembaga moral values, social values or both.
dunia, baik organisasi yang merupakan Menurut (Ditjen Mandikdasmen
bagian dari PBB maupun diluar PBB seperti 2010 - Kementerian Pendidikan Nasional),
LSM (lembaga swadaya masyarakat), telah Karakter adalah :
menaruh perhatian serta kepedulian cara berpikir dan berperilaku yang
terhadap masalah-masalah global tersebut. menjadi ciri khas tiap individu untuk
Berdasarkan itu pula, maka isu-isu hidup dan bekerjasama, baik dalam
global banyak memberikan kontribusi juga lingkup keluarga, masyarakat,
bagi upaya membangun saling bangsa dan negara. Individu yang
ketergantungan antar bangsa di dunia ini, berkarakter baik adalah individu
sehingga ketika semua bangsa menyadari yang bisa membuat keputusan dan
akan ketergantungan tersebut, maka secara siap mempertanggungjawabkan tiap
tidak langsung dan langsung mereka akan akibat dari keputusan yang ia buat.
menyadari arti penting “Global Awareness”
dalam hidupnya. Lebih jauh substansi karakter Lickona dan
Konteks pembelajaran PKn tidak bisa Ryan/Bohlin (1991) menjelaskan antara lain:
dilepaskan dari konteks masyarakat secara Pertama, Knowing of good atau
global sebagai objek studinya, begitu juga moral memiliki enam unsure (yang
dengan IPS sebagai integrasi atau harus diajarkan kepada peserta didik
penyederhanaan dari ilmu-ilmu social yang untuk mengisi ranah pengetahuan),
ditujukan untuk program pendidikan yaitu: 1) kesadaran moral; 2)
memiliki objek yang sama yaitu masyarakat, Pengetahuan tentang nilai-nilai
maka PKn dan IPS tidak bisa dilepaskan moral; 3) Penentuan sudut pandang;
dari konteks masyarakat global. PIPS dapat 4) Keberanian menentukan sikap;
diartikan dengan “penelaahan atau kajian dan 6) Pengenalan diri.
tentang masyarakat”. Dalam mengkaji Kedua,moral loving atau loving the
masyarakat, guru dapat melakukan kajian good adalah penguatan aspek
dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian emosipeserta didik untuk menjadi
melalui pengajaran sejarah, geografi, manusia berkarakter, yang meliputi:
ekonomi, sosiologi, antropologi, politik- 1) Percaya diri; 2) Kepekaan
pemerintahan, dan aspek psikologi sosial terhadap derita orang lain; 3)
yang disederhanakan untuk mencapai tujuan Pengendalian diri; dan 4)
pembelajaran. Kerendahan hati.
Ketiga, moral doing atau doing the
good adalah bagaimana membawa
Konseptualisasi Karakter Sosial Peserta diri atau peserta didik dalam
didik

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 42


berinteraksi antara satu sama lain menciptakannya bukan dengan
dalam lapangan social, dalam arti membinasakannya, dimana setiap
bagaimana mengimplementasikan orang mencapai pengertian tentang
terhadap apa yang diketahui dan diri untuk menjadi manusiawi
dicintai yang terkait dengan sepenuhnya.
kebaikan-kebaikan. Tentunya yang Hasil penelitian Fromm, 1955 : 85) tentang
diharapkan disini adalah bagaiamana social character menjelaskan bahwa
diri sendiri atau peserta didik karakter sosial, yaitu membentuk kekuatan-
memberikan manfaat yang sebesar- kekuatan manusiawi dalam masyarakat
besarnya kepada orang dalam tertentu dengan tujuan memfungsikan
pergaulan sosial. masyarakat secara berkesinambungan
menuju masyarakat demokratis dan
Terkait dengan definisi karakter di atas, manusiawi. Dalam dunia sekolah, tentu
terkandung makna pendidikan “karakter masyarakat itu adalah seluruh peserta didik
sosial”. Moral loving (values) dan moral yang akan menjadi generasi bangsa ke depan
doing doing the good sangat erat kaitanya yang seharusnya disiapkan bagi tegaknya
dengan pembentukan karakter sosial, pembangunan karakter bangsa ini. Indikator
menyangkut kepedulian dan cinta kasih dari karakter sosial yang dikembangkan di
terhadap orang lain. Pembentukan karakter sekolah itu antara lain kerjasama,
sosial ini menjadi penting dalam toleransi, menghargai dan menghormati
menghasikan peserta didik yang mampu sesama, kepedulian atau solidaritas.
hidup bersama, tertib, aman dan nyaman Karakter sosial merupakan
dengan toleransi yang tinggi sehingga perwujudan kepribadian yang
mencerminkan kehidupan masyarakat melambangkan kualitas karakter bangsa
demokratis. Karakter sosial dalam yang baik seperti mewujudkan sikap
Wikipedia.org dijelaskan sebagai : toleransi, menghormati, menghargai,
sifat-sifat yang kita tampilkan dalam kebersamaan, gotong-royong serta
hubungan kita dengan orang lain kepedulian dan kepekaan terhadap sesama.
(ramah atau Kekerasan, anarkhisme, tawuran antar
ketus, ekstrovert atau introvert, pelajar, genk motor, pelecehan seksual,
banyak bicara atau pendiam, penuh bullying dan lainya memberikan indikasi
perhatian atau tidak pedulian, dsb). bahwa karakter sosial yang lemah dan
Hal hal ini memengaruhi peran sosial bahkan memudar pada kepribadian remaja
kita, yaitu segala sesuatu yang Indonesia khususnya kalangan pelajar.
mencakup hubungan dengan orang Karakter sosial, seperti juga kualitas
lain dan dalam masyarakat tertentu. diri yang lainnya, tidak berkembang dengan
Seperti dijelaskan Fromm(1955) yang sendirinya. Perkembangan karakter sosial
mengemukakan bahwa : pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor
karakter sosial dalam kelompok bawaan (nature) dan faktor lingkungan
masyarakat dimana manusia (nurture). Menurut para developmental
berhubungan satu sama lain dengan psychologist, setiap manusia memiliki
penuh cinta, dimana ia berakar dalam potensi bawaan yang akan termanisfestasi
ikatan-ikatan persaudaraan dan setelah dia dilahirkan, termasuk potensi
solidaritas, suatu masyarakat yang yang terkait dengan karakter atau nilai-nilai
memberinya kemungkinan untuk kebajikan. Dalam hal ini, Confusius seorang
mengatasi kodratnya dengan filsuf terkenal Cina menyatakan bahwa

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 43


manusia pada dasarnya memiliki potensi (berakhlak mulia), sehingga mampu menjadi
mencintai kebajikan, namun bila potensi ini bangsa yang beradab dan bermartabat.
tidak diikuti dengan pendidikan dan
sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka Kesimpulan
manusia dapat berubah menjadi binatang, Pendidikan dalam perspektif global
bahkan lebih buruk lagi (Megawangi, yang lebih banyak dipengaruhi oleh
2003.hlm.32). Oleh karena itu, sosialisasi perkembangan teknologi informasi sehingga
dan pendidikan anak yang berkaitan dengan menjamurnya cyber media yang tidak bisa
nilai-nilai kebajikan baik di keluarga, hindari lagi harus dimanfaatkan oleh sekolah
sekolah, maupun lingkungan yang lebih luas dan lembaga pendidikan yang ada agar
sangat penting dalam pembentukan karakter menjadi khasanah pembentukan karakter
sosial seorang anak. peserta didik tanpa mengecilkan peran cyber
Faktor yang mempengaruhi media dan tidak mengorbankan nilai-nilai
pembentukan karakter sosial seseorang kehidupan sosial yang ada.
terdiri dari: (1) faktor genetika atau bawaan Secara teknis, strategi
dari lahir; dan (2) faktor lingkungan. Faktor pengembangan sikap dan perilaku peserta
genetika atau bawaan dari lahir yaitu segala didik yang berkarakter dalam kegiatan
sesuatu yang telah dibawa sejak lahir, baik pembelajaran di sekolah setidaknya dapat
yang bersifat kejiwaan maupun ketubuhan ditempuh melalui empat alternatif strategi
(fisik). Faktor lingkungan adalah sesuatu secara terpadu. Strategi pertama ialah
yang ada diluar manusia, baik hidup maupun dengan mengintegrasikan konten kurikulum
mati. Seperti dijelaskan Yusuf (2007.hlm. pembelajaran berkarakter yang telah
20-31) bahwa : dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran
faktor yang mempengaruhi yang relevan, terutama mata pelajaran
pembentukan karakter seseorang agama, kewarganegaraan, sosial dan bahasa.
terdiri atas pengaruh genetika atau Strategi kedua ialah dengan
pembawaan dan pengaruh mengintegrasikan pembelajaran berkarakter
lingkungan, sedangkan lingkungan ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.
yang mempengaruhinya ialah Strategi ketiga ialah dengan
lingkungan pendidikan, lingkungan mengintegrasikan pembelajaran berkarakter
keluarga, lingkungan kebudayaan, ke dalam kegiatan yang diprogramkan atau
dan lingkungan sosial-kelompok. direncanakan. Dan strategi keempat ialah
Faktor lingkungan pendidikan menjadi salah dengan membangun komunikasi dan
satu yang berpengaruh terhadap kerjasama antara sekolah dengan orang tua
pembentukan karakter sosial peserta didik peserta didik.
disamping faktor lingkungan dan yang Karakter sosial merupakan bagian
lainnya. Sekolah sebagai lembaga dari pendidikan karakter yang
pendidikan formal yang dipercaya mengisyaratkan terbentuknya nilai-nilai
masyarakat untuk mendidik putra-putrinya, manusiawi bagi personal manusia. Karakter
selain memberikan bekal ilmu pengetahuan, sosial ini menjadi penting adanya sebab
teknologi dan seni (IPTEKS) hendaknya menyangkut kegiatan interaksi antar
juga mampu mengembangkan aspek-aspek personal manusia dalam kehidupannya.
nilai moral dan keagamaan dalam rangka Karakter sosial yang terbentuk dalam
pembentukan sikap dan perilaku generasi personal manusia akan membekali mereka
bangsa yang berbudi pekerti luhur untuk dapat hidup berdampingan penuh rasa
kasih sayang, saling menghargai,

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 44


demokratis, saling bekerjasama, damai dan Pendidikan Karakter di SMP.
saling memperhatikan. Direktorat pembinaan SMP
Lickona.1991.Educating for Character;How
Daftar Pustaka Our School Can Teach Respect
and Responsibility.Bantan
Alwi Dahlan. M. 1996. Globalisasi Books,New York
Wawasan, Komunikasi, dan Lickona.2003.CEP`s Eleven Principles of
Informasi : Tantangan Akademisi Effecive Character
Masa Depan. Jakarta : BP-7 Pusat Education.Washington:nCharacter
Bank, J.A. (1977). Teaching Strategies for Education Partnership.
The Social Studies- Inquiry, Musfiroh,Tadkiroatun.2008.Pengembangan
Valueing and Decision Making. Karakter Anak Melalui Pendidikan
Seattle University of Washington. Karakter. Tinjauan Beberapa Aspek
Aditions Wesley Publishing Character Building.Yogyakarta:
Company. Kerjasama Lembaga Penelitian
Borba, Michele. 2001. Building Moral Unversitas Negeri Yogyakarta dan
Intelligence. San Fransisco : Jossey Tiara Wacana
Bass Michael W. Beets, et.al. (2009) Use of a Social and
Clark, HL. 1972. Teaching Social Studies In Character Development Program to Prevent
The Secondary Schools. Newyork: Substance Use, Violent Behaviors, and Sexual
Macmillan Pub. Activity Among Elementary-School Students in
Diaz, Carlos & Massialas, Xanthopaulus. Hawaii American Journal of Public
1999. Global Perspective for Health, August 2009, Vol 99, No.
Educator. Boston : Allyn and Bacon 8
Hahn, Carole L. 1998. Becoming Political. NCSS. (1997) Fostering civic virtue:
Comparative Perspectives on Character education in the social
Citizenship Edcation. New York : studies NCSS Task Force on
SUNY Press Character Education in the Social
Haworth, R. (2004). Are There Differences Studies Social Education; Apr/May
in Moral and Social Character 1997; 61, 4; ProQuest Research
Between High School Athletes and Library pg. 225
Non-athletes. US : UMI. NCSS., (1994). Curriculum Standars for
Hurlock, E.B. ( 1992). Perkembangan Anak. the Social Studies. Washington
Jakarta: Erlangga. D.C.: National Council for the
Hebert, JL; Murphy, W. 1971. Structure In Social Studies.
The Social Studies. Washington DC: Poerwito. (1991). Ilmu Pengetahuan Sosial.
NCSS. Malang: PPPG IPS PMP Malang
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
Korten, David. 1993. Getting to the Twenty 2005 tentang Standar Nasional
First Century : Voluntary Action and Pendidikan. Jakarta.
The Global Agenda. Alih bahasa : Scorgie, Kate (2002) The Power of Social
Lilian Tejasudhana. Jakarta : Skills in Character Development:
Yayasan Obor Indonesia & Pustaka Helping Diverse Learners Succeed
Sinar Harapan Childhood Education; Spring; 78,
Kementerian Pendidikan Nasional. 3; ProQuest Research Library pg.
(2010). Ditjen Mandikdasmen. 177.

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 45


Sigita Burvytė & Aldona Palujanskienė,
2012 The Possibilities of Children
and Younger Teenagers’ Social
Competence Development in
Family and at School. Journal of
US-China Public Administration,
ISSN 1548-6591 may 2012, Vol. 9,
No. 5, 578-585.
Supriawan, Dedi & A. Benyamin Surasega.
(1990). Strategi Belajar Mengajar.
(Diktat Kuliah). Bandung : FPTK-
IKIP Bandung.
Sumantri, N. (2001). Menggagas
Pembaruan Pendidikan IPS.
Bandung : Rosdakarya Remaja.
Sumaatmadja, Nursid. 1998. Manusia dalam
Konteks Sosial, Budaya, dan
Lingkungan Hidup. Bandung :
Alfabeta
Thomas W. Miller, et.al. (2005). Character
Education as a Prevention Strategy
in School-Related Violence. The
Journal of Primary Prevention ( C
2005) DOI: 10.1007/s10935-005-
0004-x
Turner, Long. Bowes & Lott. 1990. Civics :
Citizens in Avtion. Columbus, Ohio :
Merryl Publishing Company
Tye, Barbara Benham & Kennet Tye. 1992.
Global Education : A Study of Social
Change. New York : SUNY Press
Winataputra. US. (2003). Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. (2008). Strategi
Pembelajaran; Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.

-- Jurnal PETIK Volume 2, Nomor 2, September 2016 -- 46

Anda mungkin juga menyukai