A. Pengertian Abad ke – 21
Perkembangan dan perjalanan dunia ini sudah berada di abad ke – 21, dimana sudah
banyak terjadi perubahan disana-sini, termasuk dalam dunia pendidikan. Abad ke-21
dimulai dari tahun 2001, karena hitungan tahun semenjak ditemukannya kalender
masehi, awal pada awal mula ditemukannya tahun seharusnya ada pada tahun nol, dan
ulang tahun pertama harusnya ada pada tahun 1, makanya masuk tahun 2000 disebut
sebagai abad ke – 21 (htt://id.answer.yahoo.com/questions). Dengan demikian tahun
2014 ini sudah merupakan dasawarsa ke-2 pada abad ke – 21; karena dasawarsa ke-1
sudah berlalu, yakni 2000 – 2009. Abad ke – 21 ini disebut dengan milenium ke-3
kalender Gregorian.
Sudah dilihat bahwa gerakan pembaharuan pendidikan agar supaya dengan perubahan
masyarakat modern telah menjadikan standarisasi suatu pendidikan yang merupakan
suatu kebutuhan bahkan suatu keharusan. Menurut Tilaar (2012) di abadi 21 ini
peradaban sudah semakin maju, demikian pula adanya dengan pendidikan; dunia
semakin terbuka, kegiatan semakin modern bahkan menuju kearah globalisasi.
Kehidupan juga semakin materialistis dan masyarakat semakin konsumtif serta
menghargai hal-hal yang bersifat duniawi.
Kehidupan pada abad ke – 21 sudah semakin luas dan terbuka; manusia abad ke – 21
hidup di dalam dunia tanpa batas (Tilaar: 2012). Orang dapat saja menjadi pekerja di
negara-negara yang lain bahkan berkompetisi untuk mendapatkan pekerjaan dengan
penghargaan material yang lebih menggiurkan. Menurut Tilaar (2012) kualitas sumber
daya manusia yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan adalah merupakan
kebutuhan dari manusia di abad ini. Di era ini, pendidikan adalah suatu yang dipaksakan
dan merupakan suatu ranah bisnis, masyarakat berupaya mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan dalam rangka menghimpun materi, namun tetap berupaya meningkatkan
kualiats pendidikan melalui sekolah yang dididirikannya. Hal ini tentu juga masih sesuai
dengan tuntutan reformasi pendidikan yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih
baik.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta didik memiliki beberapa karakter yang sering di
sebut sebagai 4C, yaitu:
1) Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan
komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.
Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-
idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan
masalah dari pendidiknya.
2) Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok
dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara
produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif
berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara
pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan
tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi kerancuan.
Selain pendekatan pembelajaran, peserta didik pun harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi khususnya
komputer.
Literasi ICT adalah suatu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang
harus disiapkan oleh pendidik adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
menggunakan teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan
masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang lain
yang memiliki minat yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah dasar. Dari sentralisasi
menuju desentralisasi. Jakarta : bumi aksara.
Chan, Sam M dan Sam, Tuti T. 2005. Analisis SWOT; Kebijakan Pendidikan Era Otonomi
Daerah. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
Dantes, Nyoman. 2007. Perspektif dan Kebijakan Pendidikan Menghadapi Tantangan Global.
Suatu Keharusan Peningkatan Profesionalisme Guru.
Haryatmoko, 2008, Menuju Orientasi Pendidikan Humanis dan Kritis, dalam buku
Menemukan Kembali Kebangsaan dan Kebangsaan, Jakarta: Departemen Komunikasi dan
Informatika.
Kartini Kartono, 1997, Tujuan Pendidikan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional,
Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Lasmawan, Wayan. 2004. Buku Ajar. Guru dan Otonomi Pendidikan. IKIP Negeri Singaraja.