Anda di halaman 1dari 10

JURNAL SIGNAL Volume 1, No.

1, Desember 2023, hlm 1-10| Ilmu Komunikasi – FISIP


Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 1
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BENTUK GENERASI MILENIAL


MENJADI CITIZEN DI ERA DISRUPSI

Faisal Ilhami Putra Rahayu1


Program Studi Ilmu Komunikasi, Cirebon, Indonesia
Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan memberi gambaran tentang bagaimana pendidikan kewarganegaraan


membentuk generasi milenial menjadi citizen di era disrupsi. Pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus dilakukan pada penelitian ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi dan wawancara. Informan dalam kegiatan ini yaitu para generasi milenial, baik yang
menjadi mahasiswa ataupun yang telah bekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa generasi
milenial saat ini telah menjadi citizen cerdas dan berkarakter, walaupun beberapa dari mereka
masih belum menjadi citizen cerdas dan berkarakter. Penelitian ini juga membuktikan
Pendidikan Kewarganegaraan bisa membentuk generasi milenial menjadi citizen di era disrupsi.
Implementasi generasi milenial sebagai citizen cerdas dan berkarakter dilakukan dengan menjadi
warga negara yang paham akan hak dan kewajibannya. Pada era disrupsi menjadi citizen cerdas
dan berkarakter banyak dilakukan di berbagai media sosial. Citizen cerdas dan berkarakter ini
mengantarkan para generasi milenial menjadi warga negara pintar dan bijak dalam
memanfaatkan teknologi. Menjadi citizen yang pintar dan bijak dicapai dengan mempelajari
pendidikan kewarganegaraan dengan baik dan sungguh-sungguh.
Kata-kata Kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, Era Disrupsi, Generasi milenial

PENDAHULUAN

Pengenalan kata milenilam pertama kali hadir dan diketahui muncul dari seorang penulis
yang bernama Wiliiam Strauss dan Neil Howe , pada tahun 1987, yang selanjutnya pada tahun
2006 dijelaskan pada tahun 2006 pada buku yang berjudul “ Generation Me; Why Today Young
American Ar More Confident, Assertive, Etitled, and More Miserable Than Before” Dalam
bukunya Twenge menjelaskan bahwa istilah milenial merupakan sebutan yang kurang tepat.
Sebab Twenge berpendapat bahwa milenial merupakan generasi yang sama dengan gen x yang
berusia lebih muda dan menjadi bagian generation me.
JURNAL SIGNAL Volume 1, No. 1, Desember 2023, hlm 1-10| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 2
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

Generasi milenial kini, mungkin telah mulai mendapatkan pekerjaan serta telah menginjak usia
dewasa. Saat ini, bahkan generasi milenial kerap kali disebut-sebut sebagai salah satu generasi
yang cukup berpengaruh dalam dunia kerja serta bidang lainnya. Dengan memiliki karakteristik
yang khas, orang tua harus mampu membimbing generasi milenial, agar anak-anak milenial
mampu menjadi sosok dengan kepribadian yang lebih baik. Oleh karena itu, perkembangan
teknologi dan evolusi juga turut berpengaruh pada generasi milenial ini dimana generasi milenial
harus bisa menjadi warga negara yang cerdas dan berkarakter di era disupsi saat ini.

Perkembangan teknologi dan evolusi kepribadian manusia adalah dua aspek yang saling
terkait. Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia juga mengalami peningkatan kecerdasan
dan perkembangan dalam kepribadiannya. Dinamika ini menciptakan suatu era baru yang
dikenal sebagai era disrupsi, yang saat ini sedang menjadi perjalanan bagi seluiruh umat
manusia. Transformasi dalam era disrupsi ini terlihat pada percepatan dan penyempurnaan
teknologi komunikasi (Sidiq, 2019). Menurut Anoegrajekti (2019), disrupsi merupakan jenis
perubahan yang memiliki potensi mengganggu kondisi masyarakat yang telah mencapai tingkat
kematangan tertentu. Fenomena disrupsi ini menciptakan pola tatanan kehidupan baru yang lebih
didominasi oleh teknologi, mengacaukan pola tatanan kehidupan yang sudah mapan sebelumnya
(Indriyani, 2020). Kasali (2017) mengungkapkan bahwa disrupsi mencerminkan fenomena
perubahan tidak hanya untuk hari ini, tetapi juga memberikan arti terhadap perubahan yang akan
terjadi di masa depan.

Era disrupsi melahirkan pola interaksi baru yang lebih kreatif, inovatif, dan massif
(Malatuny, 2020). Dalam konteks ini, manusia kini dihadapkan pada tuntutan untuk
meningkatkan kreativitas dan inovasi mereka. Namun, penting untuk diakui bahwa sifat kreatif
dan pikiran inovatif tidak hanya bermanfaat dalam konteks positif. Kenyataannya, kemampuan
berkreasi dan berinovasi juga dapat membentuk bentuk-bentuk kejahatan baru. Seperti yang
diungkapkan oleh Fukuyama (2000), menyatakan bahwa disrupsi ini merupakan sebuah bentuk
gangguan terhadap tata sosial. Dalam bukunya, The Great Disruption (2000) Francis Fukuyama
menyatakan bahwa disrupsi dapat menyebabkan peningkatan kriminalitas dalam masyarakat,
perubahan pandangan keluarga terkait jumlah anak, dan penurunan kepercayaan masyarakat. Hal
JURNAL SIGNAL Volume 1, No. 1, Desember 2023, hlm 1-10| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 3
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

ini menjadi pemicu munculnya disrupsi sebagai perubahan besar dalam tatanan kehidupan atau
sosial.

Sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam Depdiknas, yaitu pendidikan


kewarganegaraan dituju-kan untuk mempersiapkan para generasi milenial dapat menjadi warga
negara yang baik, kritis dan kreatif, memiliki kecapkapan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai luhur
yang dapat digunakan untuk berperan aktif dan penuh kesadaran
mengikutikegiatankemasyarakatan (Setiawan, 2019). Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai sesuatu yang tak terpisahkan dalam membangun bangsa, adalah mencapai peningkatan
kualtitas hidup bagi warga negara dengan mengembangkan manusia secara menyuluruh, yakni
individu yang beriman, memiliki moralitas yang tinggi, kompetensi pengetahuan dan
keterampilan, serta kesadaran tanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa. Sebagai
landasan ideologi NKRI, pemikiran rasional harus memahami secara langsung prinsip-prinsip
dan sistem hukum yang berlaku di dalam negara.

Media sosial, yang sering digunakan oleh generasi milenial, memiliki peran yang
signifikan di era disrupsi. Ide dan gagasan yang diunggah di media sosial tidak hanya berdampak
di platform tersebut, tetapi juga dapat memengaruhi kehidupan nyata secara nyata (Mu’ammar,
2019). Proses membentuk diri sebagai warga negara yang cerdas dan berkarakter dapat dianggap
sebagai implementasi konkrit dari pendidikan kewarganegaraan. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang bagaimana pendidikan kewarganegaraan berkontribusi dalam
membentuk generasi milenial sebagai warga negara di tengah gejolak era disrupsi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengadopsi pendeketan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus
untuk memberikan pemaknaan terhadap pendidikan kewarganegaraan yang dijalankan oleh
generasi milenial sebagai warga negara cerdas dan berkarakter di era disrupsi. Pendekatan studi
kasus adalah suatu metode penelitian ilmiah yang terstruktur dan mendalam, dirancang untuk
menggali informasi terperinci (Raharjo, 2017). Metode ini didasarkan pada pengumpulan data
JURNAL SIGNAL Volume 1, No. 1, Desember 2023, hlm 1-10| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 4
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi yang mencakup pengumpulan data terkait
dengan judul penelitian ini.

Observasi dilakukan pada lingkungan generasi milenial mahasiswa dan generasi milenial di Kota
Cirebon dan melalui media sosial untuk memahami secara langsung perilaku generasi milenial
dalam aktivitas sehari-hari. Wawancara dilakukan dengan sejumlah informan yang termasuk
mahasiswa dari berbagai universitas serta generasi milenial yang telah berkolaborasi, bertujuan
untuk menggali terkait pemahaman dan implementasi mereka mengenai kecerdasan dan karakter
warga negara. Teknik analisis data ini menggunakan konsep Sugiyono (2013) yaitu reduksi data,
sajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi untuk menjelaskan data penelitian terkait
pendidikan kewarganegaraan bentuk generasi milenial menjadi citizen di era disrupsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setiap warga negara tanpa terkecuali memiliki hak untuk memperoleh pendidikan sesuai
dengan ketentuan Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang Dasa Negara Indonesia tahun 1945. Prinsip
tersebut menegaskan bahwa pendidikan di Indonesia adalah hak universal bagi seluruh warga,
tanpa memandang latar belakang mereka dan dijamin oleh negara. prinsip keadilan sosial dalam
konteks pendidikan mengindikasikan bahwa tidak ada golongan, lapisan, kelompok, atau
organisasi yang mendapat perlakuan isitimewa atau diperlukan sebagai kelompok yang lebih
unggul.

Beberapa generasi milenial di kota Cirebon ini masih mempunyai pengetahuan yang
minim menganai citizen cerdas dan berkarakter padahal mereka telah mempelajari pendidikan
kewarganegaraan di sekolah, namun terdapat pula generasi milenial yang mengetahui citizen
cerdas dan berkarakter dan hubungannya dengan pendidikan kewarganegaraan. Terdapat tiga
komponen pendidikan kewarganegaraan untuk menjadi citizen yang cerdas dan berkarakter.
Yakni, pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan, sikap kewarganegaraan
(Arliman, 2020).
JURNAL SIGNAL Volume 1, No. 1, Desember 2023, hlm 1-10| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 5
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, para generasi milenial berpendapat bahwa
citizen cerdas dan berkarakter itu merupakan warga negara yang (1) Memahami akan hak dan
kewajiban warga negara, dalam hal ini warga negara memahami hak dan kewajiban, termasuk
konsep benar dan salah serta baik dan buruk. Hak dan kewajiban berkaitan dengan kedudukan
sebagai warga negara dan hak asasi manusia, memerlukan pelaksanaan dengan sikap toleransi
dan saling menghargai. (2) Mengetahui dan memahami nilai-nilai luhur bangsa (Pancasila),
dalam hal ini Sebagai citizen cerdas dan berkarakter, penting mengetahui dan memahami makna
setiap sila Pancasila sebagai nilai-nilai luhur bangsa. Penghayatan dan penanaman nilai-nilai
Pancasila dalam diri diperlukan agar dapat menjalankan kegiatan sehari-hari sesuai dengan nilai-
nilai tersebut.

(3) Menegakan hukum, dalam hal ini citizen cerdas berkarakter memiliki kemampuan
mengkritisi kebijakan atau peraturan sebelum mematuhinya. Untuk menegakkan hukum,
diperlukan penegakkan keadilan, karena hukum dan keadilan memiliki hubungan yang erat. (4)
Mampu menjaga ketahanan nasional, dalam hal ini Sebagai citizen cerdas berkarakter, menjaga
kesatuan dan keutuhan bangsa adalah kewajiban. Berpartisipasi aktif dalam menjaga dan
membela negara, bukan memecah belah persatuan bangsa. (5) Memiliki ide-ide kreatif dan
inovatif serta selektif, dalam hal ini citizen cerdas berkarakter memiliki cara berpikir yang kreatif
dan inovatif dalam memandang situasi. Kemampuan selektif dalam menyaring ide-ide untuk
berkontribusi postifif pada berbagai aspek kehidupan. Dari banyaknya materi pembahasan dalam
pendidikan kewarganegaraan,

Dalam era disrupsi, berdampak melibatkan hampir semua aspek kehidupan. Pengecualian
dapat terjadi hanya jika seseorang mampu secara cerdik berinovasi, mengubah model bisnis
dengan pendekatan baru. Pengecualian juga bisa terwujud apabila elit dan masyarakat bersedia
untuk mengkaji ulang undang-undang atau peraturan yang sudah ada, memberikan ruang lebih
untuk pembaruan. Seperti yang diungkapkan oleh Clayton Christensen, seorang professor di
Harvard Business School, disrupsi menggantikan pasar lama dalam indrustri dan teknologi
dengan menciptakan inovasi yang lebih efisien dan mendalam. Proses ini bersifat destruktif
namun sekaligus kreatif.
JURNAL SIGNAL Volume 1, No. 1, Desember 2023, hlm 1-10| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 6
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

Inovasi pada dasarnya memiliki sifat yang bersifat destruktif dan kreatif. Oleh karena itu,
ada yang hilang, memudar, bahkan mati dalam prosesnya. Meskipun hal ini menimbulkan
ketakutan, namun disisi lain, ada pula hal-hal baru yang muncul. Meskipun beberapa lapangan
kerja menghilang, akan selalu ada yang menggantikannya, membutuhkan kreativitas, semangat
wirausaha, dan pendekatan baru. Ini merupakan siklus alam yang terus berputar. Sayangnya,
banyak dari kegiatan manusia sehari-hari, jika bukan dalam bentuk perbaikan melibatkan
pengulangan (iteration), baik untuk mencapai hasil yang lebih baik atau terjebak dalam rutinitas.

Sebagai contoh, ketika disebutkan bahwa bangsa Jepang tidak terlalu menggunakan
strategi manajemen, ini sebenernya menjadi salah satu faktor keberhasilan ekonomi Jepang
antara 1960-2000. Namun, hal ini juga menjadi penyebab perlambatan ekonomi dan dampak
negative pada awal abad ke-21.

Warga negara yang dianggap tidak cerdas dan tidak baik oleh para generasi milenial
dalam era disrupsi ini adalah mereka yang cenderung dengan mudah mempercayai serta
menyebarkan informasi palsu atau hoax. Kominfo menemukan fakta bahwa pada tahun 2017
terdapat ratusan ribu situs pembuat berita bohong, dan ribuan false information atau berita
bohong yang tersebar di internet atau media sosial (Kominfo RI).
JURNAL SIGNAL Volume 1, No. 1, Desember 2023, hlm 1-10| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 7
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

Gambar 1. Temuan Isu Hoaks Per Kategori Periode Agustus 2018 – 31 Mei 2023

Pada bulan Mei tahun 2023, Tim AIS Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika kementerian
Komunikasi dan Informatika berhasil mengidentifikasi sebanyak 11.642 konten berita palsu
(hoaks). Jumlah tersebut mencakup periode dari Agustus 2018 – Mei 2023. Dari total konten
hoaks yang diidentifikasi, diverikasi, dan divalidasi oleh tim AIS Kementerian Kominfo,
sebanyak 2.287 item hoaks terkait kesehatan, 2.111 item hoaks berkaitan dengan pemerintahan ,
1.938 item hoaks dalam kategori penipuan, dan 1.373 item hoaks yang terkait dengan isu politik.
Kondisi mengakibatkan kekhawatiran ketika berita bohong yang muncul akibat kebebasan
arus informasi menjadi dasar bagi timbulnya banyak gesekan sosial (Anggoro, 2018).
Kemunculan hoax di berbagai media sosial yang sulit untuk dihentikan dan mampu membuat
masyarakat resah dan mampu memecahkan kesatuan bangsa (Malatuny, 2020). Informasi hoax
menjadi salah satu masalah pada era disrupsi yang sangat sulit untuk diatasi akibat dari laju
jaringan internet yang sangat cepat. Dari adanya informasi hoax ini memicu terjadinya
perpecahan, contohnya, Salah satu contoh dari kondisi ini adalah mengenai munculnya konflik
sosial di antara masyarakat akibat adanya kasus berita bohong yang melibatkan sosok figur
publik pada tahun politik 2023. Rusaknya kepercayaan warga negara akan menimbulkan tuntutan
warga negara pada pemerintah dan terjadilah kesalah-pahaman. Padahal, ketika individu
mampu untuk menerapkan cara berpikir kritis sebagaimana telah dipaparkan oleh penulis
sebelumnya, gesekan-gesekan sosial akibat adanya berita bohong yang tersebar luas melalui
media sosial dapat dihindari

Banyak pula, di era disrupsi ini membuat warga negara terlalu nyaman dengan teknologi
sehingga dapat melupakan pendidikan bahkan meninggalkan budaya-budaya local karena
terpengaruh globalisasi. Saat ini, banyak sekali dikalangan generasi milenial yang kecanduan
teknologi seperti game online, media sosial, situs situs pornografi dan kekerasan. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap pendidikannya. Mereka yang terlanjur kecanduan game online dan media
sosial ini cenderung sering bermalas-malasan dalam belajar sehingga hilang motivasi untuk
belajar. Banyak situs situs pornografi yang sering mereka lihat juga berdampak pada psikologis
dirinya. Di lapangan telah banyak terjadi kasus tindakan asusila dan kekerasan.
JURNAL SIGNAL Volume 1, No. 1, Desember 2023, hlm 1-10| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 8
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kota Cirebon, terlihat bahwa generasi milenial
cenderung lebih focus dalam menerapkan materi-materi seperti hak asasi manusia, penegakan
hukum, ketahanan nasional, demokrasi, dan pembangunan bangsa dalam konteks pendidikan
kewarganegaraan. Fenomena ini menunjukkan bahwa generasi milenial di Kota Cirebon telah
berhasil menjadi warga negara yang cerdas dan memiliki karakter yang baik. Di era disrupsi ini,
implementasi pendidikan kewarganegaraan oleh generasi milenial lebih banyak dilakukan
melalui media sosial. Keberadaan media sosial memperluas interaksi dalam ranah kebangsaan,
dan kebebasan berekpresi serta berpendapat menjadi semakin terbuka.

SIMPULAN

Kota Cirebon telah memiliki banyak generasi milenial yang memahami akan makna
citizen cerdas dan berkarakter, generasi milenial ini pun telah mengimplementasikan dengan baik
tindakan-tindakan cerdas dan berkarakter baik di lingkungan nyata ataupun maya seperti media
sosial. Para generasi milenial telah memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan
kewarganegaraan dan dibuktikan dengan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari sebagai citizen yang cerdas dan berkarakter.

Para generasi milenial diharapkan menjadi smart and good citizen guna mewujudkan
kelangsungan bangsa yang maju di era disrupsi. Era ini sebaiknya dijadikan sebagai periode
keemasan yang diisi oleh warga negara yang memiliki karakter baik, kecerdasan, kreativitas,
inovasi, dan produktivitas untuk memajukan bangsa. Generasi milenial di era disrupsi perlu
memiliki pemahaman yang mendalam mengenai kewarganegaraan agar dapat menjadi pemimpin
yang memahami kebutuhan warganya dan mampu menjadi warga negara yang paham akan hak
dan kewajibannya.

Oleh karena itu, generasi milenial yang menjadi smart and good citizen diharapkan terus
meningkatkan pengetahuannya tentang konsep tersebut. Mereka dapat melakukan hal ini dengan
membaca literatur-literatur lain yang relevan, sehingga dapat membandingkan dan mengkritisi
dengan baik tentang bagaimana seharusnya smart and good citizen berperilaku dan berkontribusi
dalam masyarakat.
JURNAL SIGNAL Volume 1, No. 1, Desember 2023, hlm 1-10| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 9
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Jurnal
LF, R. P. A., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Generasi Muda Sebagai
Smart and Good Citizen di Era Disrupsi. JURNAL PEKAN: Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 6(1), 79-92. Diakses dari https://doi.org/10.31932/jpk.v6i1.1169

Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan pemberlakuan lock down sebagai antisipasi penyebaran
corona virus Covid-19. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(3), 227-238. Diakses dari
http://dx.doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15083

Wijanarka, T. (2023). BERPIKIR KRITIS ALA GENERASI Z DI ERA DISRUPSI DIGITAL.


Magistrorum et Scholarium: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(3), 428-440.
https://doi.org/10.24246/jms.v3i32023p428-440

Tektona, R. I. (2022). Kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Era Disrupsi Globalisasi. Waskita:
Jurnal Pendidikan Nilai dan Pembangunan Karakter, 6(1), 73-85. Diakses dari
https://doi.org/10.21776/ub.waskita.2022.006.01.6

Asyari, D., & Dewi, D. A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan bagi Generasi Milenial dalam
Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK),
3(2), 30-41. Diakses dari https://doi.org/10.31004/jpdk.v3i2.89

Pratiwi, A., & Asyarotin, E. N. K. (2019). Implementasi literasi budaya dan kewargaan sebagai solusi
disinformasi pada generasi millennial di Indonesia. Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan,
7(1), 65-80..Diakses dari https://doi.org/10.24198/jkip.v7i1.20066

Fitriyani, P. (2018). Pendidikan Karakter Bagi Generasi Z. Prosiding Konferensi Nasional Ke-7 Asosiasi
Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (APPPTMA). Jakarta, 23-25.

Anoegrajekti, N. (2019). Dinamika Literasi Budaya pada Era Disrupsi. In Seminar Nasional Literasi 4
(1).

Pahlevi, F. S. 2017. Eksistensi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi dalam


Memperkokoh karakter Bangsa Indonesia. Jurnal ibriez: Kependidikan Dasar Islam
Berbasis Sains. Vol. 2(1), hlm 65-81.

Internet
Husna, H, T. (2023, Juni). Sampai Mei 2023, Kominfo Identifikasi 11.642 Konten Hoaks. Kominfo
Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika. Diakses dari Sampai Mei 2023, Kominfo Identifikasi
11.642 Konten Hoaks – Ditjen Aptika

Izzudin. (2019). Memasuki Era Disrupsi dan Menghadapinya. Temali. Diakses dari
https://kumparan.com/temali/memasuki-era-disrupsi-dan-menghadapinya-1rP1bBzWuG5
JURNAL SIGNAL Volume 1, No. 1, Desember 2023, hlm 1-10| Ilmu Komunikasi – FISIP
Universitas Swadaya Gunung Jati
p-ISSN: 2580-1090, e-ISSN: 2337-4454 10
Website: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/Signal

Rifda, A. (2021). Pengertian Generasi Milenial dan Tahun Berapa Generasi Milenial. Gramedia Blog.
Diakses dari Pengertian Generasi Milenial dan Tahun Berapa Generasi Milenial (gramedia.com)

Anda mungkin juga menyukai