Anda di halaman 1dari 6

ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 7430-7435

ISSN: 2614-3097(online) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021

Globalisasi sebagai Pengaruh Nilai Nasionalisme bagi Generasi


Muda
Destiani Dwi Pujasmara1, Yayang Furi Furnamasari2, Dinie Anggraeni Dewi3
1, 2, 3
Universitas Pendidikan Indonesia
Email: destianidwi24@upi.edu1, furi2810@upi.edu2, anggraenidewidhinie@upi.edu3

Abstrak

Globalisasi yang hadir saat ini mengakibatkan terjadinya penyampaian informasi dan
mobiltitas individu satu dengan individu lain bergerak secara pesat, bahkan saling berbeda
daerah sekalipun. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya suatu interaksi individu dengan
suatu kelompok misalnya negara menjadi dekat, atau dapat dikatakan bahwa interaksi yang
terjadi ini dapat mengakibatkan adanya pengaruh yang kuat dari nilai-nilai budaya luar negeri
yang mempengaruhi suatu masyarakat, khusunya generasi muda. Beberapa nilai dan
budaya yang diserap masyarakat banyak yang tidak sesuai dengan nasionalisme dan
identitas bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana identitas bangsa pada
saat ini. Metode penelitian yang digunakan adalah tinjauan literatur yakni dengan membaca
dan mencatat. Hasil penelitian menunjukan bahwa terlihat adanya pergeseran nilai-nilai lama
yang tercermin dalam cara bergaul dan cara berkegiatan sehari-hari. Selain dari itu, terdapat
nilai-nilai baru yang diadopsi dari budaya luar negeri yang merupakan hasil dari adanya
globalilasi.

Kata kunci: Globalisasi, Identitas Nasional, Modernisasi

Abstract

Globalization that is present at this time has resulted in the delivery of information and the
mobility of individuals from one another to move rapidly, even from different regions. This can
allow for an individual interaction with a group, for example the country to be close, or it can
be said that this interaction can result in a strong influence of foreign cultural values that
affect a society, especially the younger generation. Some values and cultures that are
absorbed by many people are not in accordance with nationalism and national identity. This
study aims to see how the identity of the nation at this time. The research method used is
data collection, interview and observation. The results of the study show that there is a shift
in old values which is reflected in the way of socializing and the way of daily activities. Apart
from that, there are new values adopted from foreign cultures which are the result of
globalization.

Keywords: globalization, national identity, modernization

PENDAHULUAN
Hadirnya globalisasi ditandai dengan munculnya berbagai perkembangan dalam
kehidupan baik dari segi teknologi, telekomunikasi, ilmu pengetahuan dan transportasi.
Kehadiran globaliasi memberikan berbagai macam kemudahan bagi manusia untuk
beraktivitas, berinteraksi dan perlahan-lahan dapat mengikis perbedaan yang membatasi
antar manusia. Menurut (Samovar et al., 2010) globalisasi merujuk pada meningkatnya
ketergantungan antara pemerintah, organisasi nirbala, perusahaan bisnis, dan penduduk
secara individu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Komalasari dan Syaifullah dalam
(Agus & Zulfahmi, 2019) bahwa “Kecenderungan kehidupan bangsa dan negara saat ini
mengarah kepada terbentuknya suatu masyarakat global (global village)”.

Jurnal Pendidikan Tambusai 7430


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 7430-7435
ISSN: 2614-3097(online) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021

Globalisasi diyakini dapat memberikan kesempatan berkompetisi bagi negara-negara


maju seperti Jepang, Amerika, dan Eropa yang mempunyai kekuasaan secara global
khususnya dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknlogi.
Globalisasi merupakan suatu fenomena yang terjadi secara khusus dalam peradaban
manusia yang terus bergerak dan berkembang dalam masyarakat dan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari proses global itu sendiri. Dengan adanya teknologi
komunikasi dan informasi akan dapat mempercepat proses globalisasi ini. Globalisasi dapat
menyentuh seluruh tatanan kehidupan. Globalisasi dapat menciptakan berbagai
permasalahan baru dan menjadi tantangan yang harus ditemukan solusinya, dijawab dan
dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisai untuk kepentingan kehidupan. Menurut
(Agustin, 2011) globalisasi ialah sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang
lalu dan mulai begitu populer menjadi ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir.
Pada era globaliasi seperti saat ini mengakibatkan semakin berkembangnya
teknologi, ilmu pengetahuan, dan informasi yang menjadikan tipisnya batas-batas antar
negara satu dengan yang lain (baik secara sosial, ekonomi, dan politik) seperti yang
dikemukakan olehSpiro dalam Andy (2011) dalam (Syarifah & Kusuma, 2016) bahwa dimasa
yang akan datang kewarganegaraan dan nasionalisme bukan lagi menjadi halangan dalam
komunitas global. . Jaman globalisasi seperti saat ini, merupakan salah satu permasalahan
penting yang sedang dihadapi bangsa Indonesia seperti yang dikemukakan oleh (Maftuh,
2008) bahwa pada bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai macam tantangan
terhadap penerapan dan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat
dan berbudaya. Padahal Pancasila merupakan nilai dan ideologi dasar dalam kehidupan
berbangsa dan berbudaya bagi masyarakat Indonesia. Dapat kita ambil contoh seperti
memudarnya rasa juga semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda.
Menurut (Widiyono, 2019) berbagai masalah akibat dari lunturnya semangat nasionalisme
dan patriotisme yang banyak terjadi belakangan ini adalah banyak generasi muda yang
mengalami salah penyesuaian dan terlibat dalam suatu kepentingan yang hanya
mementingkan diri pribadi dan terkadang tidak peduli serta tidak mau tahu bagaimana para
pahlawan kita berjuang dengan susah payah demi memperoleh kemerdekaan.
Mengenai globalisasi, Peterson dalam (Agus & Zulfahmi, 2019) berpandangan bahwa
proses globalisasi sangat berhubungan erat dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini
tidak dapat terlepas dari semakin mengglobalnya dunia, disini diharapkan pemerintah dan
generasi muda memiliki upaya dalam menghadapi tantangan globalisasi yang saat ini terjadi.
Menurut (Dewi, 2018) tantangan globalisasi ini dapat kita lihat dari sudah berkembangnya
media, jaringan sosial, sikap individu, dan aksi sosial. Maka dari itu, secara lebih terperinci
Pendidikan Kewarganegaraan dapat di yakini sebagai salah satu upaya yang tentunya
melibatkan generasi muda dalam menjawab tantangan perubahan jaman yang semakin
komplek akibat dari adanya pengaruh globalisasi.
Pada saat ini, sangat mudah orang melakukan komunikasi jarak jauh, tidak hanya
antar kota tetapi antar negara yang lokasinya berada sangat berjauhan. Selain itu, saat ini
alat komunikasi hadir dengan teknologi dan fitur yang sudah sangat berkembang dan
tentunya canggih. Dahulu saat ingin melakukan komunikasi jarak jauh hanya dapat mengirim
surat dan itupun membutuhkan waktu yang sangat lama, tetapi sekarang dengan hadirnya
alat komunikasi yang canggih atau biasa di sebuat smarthphone komunikasi jarak jauh dapat
dilakukan dengan cepat. Dapat dikatakan bahwa kehidupan saat ini serba digital dan global,
inilah yang dinamakan globalisasi (globalization). Menurut (Depdiknas, 2021) secara bahasa
globalisasi berasal dari kata global yang berarti mendunia, sedangkan ization merujuk
kepada suatu proses. Menurut istilah globalisasi berarti suatu proses masuknya informasi,
pemikiran, gaya hidup, dan teknologi ke ruang lingkup dunia secara global.
Namun dibalik dampak positif yang diberikan, globalisasi juga memberikan dampak
negatif. Dampak negatif ini dapat kita sikapi sesuai dengan individu masing-masing. Dampak
globalisasi memiliki dua sisi bagi generasi muda, yakni sisi positif dalam perkembangan diri
dan sisi negatif yang merusak jika tidak dapat menyikapinya atau menyesuaikan diri.
Beberapa hal yang sangat tampak dalam masalah globalisasi adalah budaya dan peradaban

Jurnal Pendidikan Tambusai 7431


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 7430-7435
ISSN: 2614-3097(online) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021

atau secara lebih khusus saat ini kita sangat ketergantungan dengan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Teknologi menciptakan suatu peluang besar yakni adanya dunia baru yang
mengglobal. Perkembangan teknologi, pergaulan, perubahan lingung sosial budaya dan jati
diri terhadap nasionalisme bangsa kini telah mengalami pelunturan nilai dan penurunan
moral. Pengaruh globalisasi telah menjadikan generasi muda kehilangan identitas diri
sebagai anak bangsa Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya gejala-gejala yang
muncul dalam aktivitas dan keseharian generasi muda dalam bergaul. Dari segi penggunaan
bahasa generasi muda sekarang lebih bangga jika menggunakan bahasa asing, dari cara
berpakaian masih kurangnya generasi muda saat ini yang memakai pakaian khas Indonesia
yaitu batik untuk digunakan sehari-hari atau untuk mempertahankan serta melestarikan
budaya asli bangsa ini.
Akibat dari era globalisasi ini banyak lagu, drama, dan perfilman luar negeri yang
sangat mudah masuk kenegara Indonesia dan disukai oleh generasi muda saat ini. Generasi
muda lebih memilih lagu dan film yag berkualitas dari luar negeri dibandingkan dengan film
dalam negeri. Menurut (Abdullah, 2001) menggemukakan bahwa nasionalisme akan
bertahan dalam melawai arus globalisasi, yang memberikan berbagai janji serta sekaligus
menunjukan sekian banyak ancaman, maka nasionalisme harus dikembalikan kepada yang
empunya, yaitu masyarakat-bangsa. (Keller, 2006) juga mengemukakan bahwa untuk
mencegah dan mengatasi dampak buruk dari globalisasi, perlu diadakannya penguatan nilai-
nilai tradisional dan lokal yang menjadi identitas masyarakat apabila suatu masyarakat dapat
memegang teguh nilai tersebut, maka masyarakat tersebut tidak akan tergerus oleh dampak
globalisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa globalisasi akan dapat menimbulkan kesempatan sekaligus ancaman
bagi identitas suatu bangsa. Salah satu ancaman yang saat ini dirasakan adalah lunturnya
rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Tapi dibalik itu semua sudah seyogyanya kita dapat
menyikapi globalisasi ini dengan positif.
Diharapkan warga Negara Indonesia dengan sepenuh hati menyadari dan
memahami bahwa mereka merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara Indonesia
serta berkewajiban untuk melestarikan, mengembangkan, dan mempertahankan kebudayan
yang dimiliki. Bila kita cermati dari sikap dan perilaku, banyak generasi muda yang memiliki
tingkah laku kurang memiliki sopan santun serta cuek tidak memiliki empati dan simpati
terhadap lingkungan sekitar. Hal ini mungkin disebabkan oleh globalisasi yang menganut
sistem kebebasan dan keterbukaan sehinggga mereka cenderung bertindak sesuka hati.
Bila pengaruh diatas dibiarkan moral generasi muda sebagai penerus bangsa menjadi rusak
dan nilai nasionalisme akan terus luntur karena tidak memiliki rasa cinta budaya bangsa
sendiri serta rasa peduli terhadap masyarakat. Sehubungan hal tersebut, generasi muda
yang merupakan pilar bangsa diharapkan dapat memiliki jiwa nasionalisme dengan tetap
memegang teguh nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang telah ada meskipun banyak
budaya asing masuk di negara Indonesia
Berdasarkan uraian yang diatas tujuan dibuatnya jurnal ini adalah untuk mengetahui
pengertian nasionalisme, menganalisis masalah-masalah yang tercermin akibat pudarnya
rasa nasionalisme generasi muda di era global, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk
menumbuhkan rasa nasionalisme generasi muda di era globalisasi ini.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode studi literatur
yang dilakukan dengan cara mengkaji berbagai literatur yang sudah ada, baik yang
bersumber dari buku maupun berbagai literatur lainnya seperti jurnal nasional dan lain
sejenisnya.
Maka dengan menggunaka metode tersebut, peneliti dapat menyoroti gagasan atau
ide dalam suatu bidang studi agar peneliti mengetahui apa yang telah dipelajari di lapangan,
kelemahan, dan kesenjangannya yang selanjutnya dapat dibuat prediksi serta implikasinya.

Jurnal Pendidikan Tambusai 7432


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 7430-7435
ISSN: 2614-3097(online) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021

PEMBAHASAN
Menurut (Yatim, 2001) istilah nasionalisme dalam Bahasa Indonesia diserap kedalam
dua pengertian: 1) Paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, 2)
Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara bersama-sama mencapai,
mengabadikan, dan mempertahankan integritas, identitas, kesatuan dan kemakmuran
bangsa itu.
Pancasila yang merupakan jiwa serta kepribadian bangsa, sudah ditetapkan sebagai
dasar negara dari dulu kala dan dijadikan sebagai pandangan hidup yang semestinya dapat
dijadikan pedoman bagi warga negara Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa,
bernegara, berbudaya dan bermasyarakat. Begitu pula generasi muda, Pancasila yang mulai
dianggap tidak penting dan luntur ketenarannya diharapkan dapat hidup kembali ke masa
keemasannya jika generasi muda secara sadar dan mengerti akan fungsi Pancasila serta
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dorongan nasionalisme di kalangan generasi muda mulai luntur dan menurun. Hal ini
dapat diamati dari banyaknya generasi muda yang lebih menganggap bahwa budaya asing
lebih modern dan keren dibanding budaya negeri sendiri. Generasi muda terutama
dikalangan pelajar, yang banyak mengikuti budaya barat daripada budaya sendiri.
Menurut (Emirta, 2013) penyebab memudarnya nasionalisme serta patriotisme di
kalangan generasi muda adalah
Faktor Internal
a. Sikap keluarga serta lingkungan sekitar yang tidak mendorong tercerminnya rasa
nasionalisme dan patriotisme, sehingga para pemuda merasa tidak ada antusias dan
akhirnya meniru sikap tersebut. Karena sejatinya para pemuda atau bisa kita sebut anak-
anak merupakan peniru yang baik terhadap apa yang ada disekitarnya.
b. Pemerintah pada jaman reformasi yang tidak sesuai harapan pemuda, sehingga timbul
rasa kekecewaan pada hasil kinerja pemerintahnya. Seperti tersingkapnya kasus
penggelapan uang negara, penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat dan tentunya
korupsi yang membuat para pemuda enggan untuk lebih terlibat didalamnya.
c. Sikap demokratis yang melampaui batas kesopanan dan etika serta banyak
ditemukannya unjuk rasa, yang menyebabkan frustasi dikalangan pemuda dan lunturnya
sikap optimisme, sehingga timbul rsifat egois, emosional, dan malas dalam diri pemuda.
d. Ketertinggalan Indonesia dengan negara-negara yang lain dalam berbagai aspek
kehidupan, menyebabkan para pemuda tidak terlalu bangga menjadi warga Indonesia.
Faktor Eksternal
a. Pesatnya arus globalisasi yang berdampak pada moral pemuda. Mereka lebih memilih
dan menyukai kebudayaan negara lain, daripada budaya lokal bangsa sendiri, sebagai
contoh para pemuda lebih merasa bangga jika menggunakan bahasa negara lain, lebih
suka dan bangga bila mengetahui dan update mengenai budaya bangsa lain, dan juga
lebih senang menggunakan pakaian minim daripada menggunakan batik sebagai ciri khas
bangsa Indonesia.
b. Paham liberalisme yang dengan mudah masuk ke Indonesia akibat adanya globalisasi
sehingga menyebabkan munculnya sikap individualisme yang hanya mementingkan diri
sendiri tanpa peduli terhadap lingkungan sekitar dan pemerintah.
c. Semakin lunturnya sikap rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Karena sudah
maraknya produk luar negeri di Indonesia baik berupa pakaian, makanan, dan lain
sebagainya. Para pemuda pemuda merasa bahwa bila menggunakan produk luar negeri
merasa lebih modern dan bila menggunakan produk lokal merasa jadul dan kuno.
Menurut (Rajasa, 2007) generasi muda dapat menumbuhkan sikap nasionalisme melalui
tiga cara yaitu:
1. Membangun karakter (characterbuilding) yakni generasi muda berperan dalam
membentuk karakter positif bangsa dengan kemauan keras, untuk menjunjung nilai-nilai
moral serta mempraktikannya pada kehidupan sehari-hari.

Jurnal Pendidikan Tambusai 7433


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 7430-7435
ISSN: 2614-3097(online) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021

2. Pemberdaya Karakter (characterenabler), generasi muda menjadi telada dari


pengembangan karakter bangsa yang positif, dengan berinisiatif membangun kesadaran
bersama secara penuh, misalnya menyerukan penyelesaian konflik.
3. Perekayasa karakter (characterengineer) yaitu generasi muda ikut berperan dan
berprestasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta tetap
menjungjung nilai-nilai pancasila sebagai pengembangan karakter positif bangsa.
Sesuai dengan yang telah dikemukakan diatas, dapat kita pahami bahwa generasi
muda memegang peran utama dalam keberlangsungan suatu negara kedepannya. Penting
dilakukannya penjungjungan nilai moral yang baik dengan didasarkan pada nilai pancasila
serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Semangat nasionalisme yang
perlu ditumbuhkan bukan hanya sebatas nasionalisme yang sempit, tetapi nasionalisme
yang menjungjung tinggi bangsa dan tetap bisa menghargai negara lain.
Dampak dari era globalisasi ini menjadikan budaya-budaya dari negara lain dengan
mudahnya dapat masuk ke Indonesia, dan bangaimanapun kita tidak dapat membendung
apalagi mengelaknya sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh (Jemadu, 2008) bahwa
tidak seorang pun dapat menghindari dari arus globalisasi. Setiap indivdu dihadapkan pada
dua pilihan: “pertama, dia menempatkan dirinya dan berperan sebagia pemain dalam arus
perubahan globalisasi, dan kedua, dia menjadi korban arus globalisasi”. Yang menjadi
tindakan utama dari itu semua adalah bagaimana masyarakat khususnya generasi muda kita
bisa menyaring, memilah milih budaya luar mana yang bisa kita ambil sisi positifnya dan
membuang sisi negatifnya yang tidak sesuai dengan nilai moral, etika, dan Pancasila sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh (Cabral, 1973) bahwa kebudayaan menjadi unsur
perlawanan terhadap dominasi asing. Rasa nasionalisme dan cinta tanah air harus dapat
diungkapkan dengan tepat sesuai aturan dan norma yang berlaku agar tidak menimbulkan
konflik dan membuat keresahan bagi masyarakat yang lainnya.

Upaya-Upaya Untuk Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Generasi Muda Bangsa


Rasa kebanggaan rakyat bagi bangsa telah menurun beberapa tahun terakhir. Hal ini
makin kuat karena didorong dengan adanya semangat primordialisme pasca-krisis. Kontrak
sosial termasuk nilai kebangsaan seperti keadilan, kemanusiaan, dan musyawarah sering
kali mengecewakan sebagian besar anggota dan kelompok masyarakat yang akhirnya
menganggap itu semua hanya wacana.
Menurut (Emirta, 2013) upaya penguatan jiwa nasionalis generasi muda tanah air
tidak hanya menuntut tanggung jawab pemerintah sebagai lembaga eksekutif negara, tetapi
juga peran aktif masyarakat.
Peran Keluarga:
a. Menjadi model atau tauladan mengenai rasa cinta dan penghormatan terhadap bangsa
contohnya memperkenalkan para pahlawan yang telah berjasa untuk merebut
kemerdekaan Indonesia.
b. Memberikan supervisi yang menyeluruh pada anak terhaap lingkungan sekitar dan
memastikan anak tumbuh pada lingkungan yang baik.
c. Menggunakan produk dalam negeri dan menunjukan rasa bangga bila menggunakannya.
Peran Pendidikan:
a. Memberikan pengajaran mengenai pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta
Bela Negara.
b. Menumbuhkan sikap cinta tanah air serta dengan penuh khidmat mengadakan upacara
setiap hari senin sebagai penghormatan kepada jasa para pahlawan.
c. Memberikan pendidikan moral agar generasi muda tidak mudah menyerap hal-hal
negatif yang dapat mengancam keamanan nasional. Dengan begitu, diharapkan
generasi muda tidak akan rentan terhadap berbagai hal yang dapat merusak bangsa.
Peran Pemerintah:
a. Mempromosikan berbagai kegiatan yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme,
seperti seminar dan pameran budaya.

Jurnal Pendidikan Tambusai 7434


ISSN: 2614-6754 (print) Halaman 7430-7435
ISSN: 2614-3097(online) Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021

b. Mendorong Pegawai Negeri Sipil untuk menggunakan batik setiap hari Jumat. Hal ini
dikarenakan batik merupakan budaya asli Indonesia dan diharapkan dapat meningkatkan
rasa nasionalisme di tanah air.
c. Diharapkan pemerintah lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi generasi muda
agar dapat membangun bangsa Indonesia lebih baik lagi.

SIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil dari dari pemaparan diatas adalah agar menjadi suatu
bangsa yang besar, Indonesia harus dapat menanamkan sikap nasionalisme kepada
generasi muda sebagai pemegang tonggak estafet keberlangsungan bangsa. Jika sikap
nasionalisme tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari maka generasi
muda akan jauh dari sikap kehilangan semangat kebagsaan. Nasionalisme yang tinggi dari
generasi muda juga akan menciptakan perilaku positif dan terbaik untuk bangsa dan negara.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada kecenderungan menurunnya jiwa nasionalisme
dikalangan generasi muda.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. (2001). Nasionalisme dan Sejarah. Satya Historika.
Agus, E., & Zulfahmi. (2019). Pengaruh Globalisai.
Agustin, D. S. . (2011). Penurunan Rasa Cinta BUdaya dan Nasionalisme Generasi Muda
Akibat Globalisasi. Sosial Humainora, 4, 177.
Cabral, A. (1973). Return to the Source: Selected Speeches of Amilac Cabral,. Monththly
Review Press.
Depdiknas. (2021). Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/minat
Dewi, U. (2018). Penguatan Nilai-Nilai Bangsa Melalui Pembelajaran di Tengah Arus
Globalisasi. Jurnal El-Hamra, 3, 25.
Emirta, Y. (2013). Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Pada Generasi Muda Bangsa dan
Peran Pemerintah Dalam Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Generasi Muda Bangsa
melalui Pendidikan Pembangunan Karakter.
https://www.academia.edu/9408879/Menumbuhkan_Jiwa_Nasionalisme_Pada_Gene
rasi_Muda_Bangsa_dan_Peran_Pemerintah_Dalam_Menumbuhkan_Jiwa_Nasionali
sme_Generasi_Muda_Bangsa_melalui_Pendidikan_Pembangunan_Karakter
Jemadu, A. (2008). Citra Masyarakat Globalisasi. Sinar Harapan.
Keller, S. (2006). Gobalization and Local Identity. Ekistic, 73, 436–441.
Maftuh, B. (2008). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dan Nasionalisme Melalui Pedidikan
Kewarganegaraan. Educationist, 2.
Rajasa. (2007). Kongres Pancasila IV. Bumi Aksara.
Samovar, L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2010). Komunikasi Lintas Budaya :
Communication Between Cultures. Salemba Humanika.
Syarifah, S., & Kusuma, A. (2016). Globalisasi Sebagai Tantangan Identitas Nasional bagi
Mahasiwa Surabaya. Global & Policy, 4, 63–64.
https://core.ac.uk/download/pdf/324103306.pdf
Widiyono, S. (2019). Pengembangan Nasionalisme Generasi Muda di Era Globalisasi.
Popularika, 7, 12.
Yatim, B. (2001). Soekarno, Islam, Dan Nasionalisme. Nuansa.

Jurnal Pendidikan Tambusai 7435

Anda mungkin juga menyukai