Abstrak
Globalisasi yang hadir saat ini mengakibatkan terjadinya penyampaian informasi dan
mobiltitas individu satu dengan individu lain bergerak secara pesat, bahkan saling berbeda
daerah sekalipun. Hal ini dapat memungkinkan terjadinya suatu interaksi individu dengan
suatu kelompok misalnya negara menjadi dekat, atau dapat dikatakan bahwa interaksi yang
terjadi ini dapat mengakibatkan adanya pengaruh yang kuat dari nilai-nilai budaya luar negeri
yang mempengaruhi suatu masyarakat, khusunya generasi muda. Beberapa nilai dan
budaya yang diserap masyarakat banyak yang tidak sesuai dengan nasionalisme dan
identitas bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana identitas bangsa pada
saat ini. Metode penelitian yang digunakan adalah tinjauan literatur yakni dengan membaca
dan mencatat. Hasil penelitian menunjukan bahwa terlihat adanya pergeseran nilai-nilai lama
yang tercermin dalam cara bergaul dan cara berkegiatan sehari-hari. Selain dari itu, terdapat
nilai-nilai baru yang diadopsi dari budaya luar negeri yang merupakan hasil dari adanya
globalilasi.
Abstract
Globalization that is present at this time has resulted in the delivery of information and the
mobility of individuals from one another to move rapidly, even from different regions. This can
allow for an individual interaction with a group, for example the country to be close, or it can
be said that this interaction can result in a strong influence of foreign cultural values that
affect a society, especially the younger generation. Some values and cultures that are
absorbed by many people are not in accordance with nationalism and national identity. This
study aims to see how the identity of the nation at this time. The research method used is
data collection, interview and observation. The results of the study show that there is a shift
in old values which is reflected in the way of socializing and the way of daily activities. Apart
from that, there are new values adopted from foreign cultures which are the result of
globalization.
PENDAHULUAN
Hadirnya globalisasi ditandai dengan munculnya berbagai perkembangan dalam
kehidupan baik dari segi teknologi, telekomunikasi, ilmu pengetahuan dan transportasi.
Kehadiran globaliasi memberikan berbagai macam kemudahan bagi manusia untuk
beraktivitas, berinteraksi dan perlahan-lahan dapat mengikis perbedaan yang membatasi
antar manusia. Menurut (Samovar et al., 2010) globalisasi merujuk pada meningkatnya
ketergantungan antara pemerintah, organisasi nirbala, perusahaan bisnis, dan penduduk
secara individu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Komalasari dan Syaifullah dalam
(Agus & Zulfahmi, 2019) bahwa “Kecenderungan kehidupan bangsa dan negara saat ini
mengarah kepada terbentuknya suatu masyarakat global (global village)”.
atau secara lebih khusus saat ini kita sangat ketergantungan dengan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Teknologi menciptakan suatu peluang besar yakni adanya dunia baru yang
mengglobal. Perkembangan teknologi, pergaulan, perubahan lingung sosial budaya dan jati
diri terhadap nasionalisme bangsa kini telah mengalami pelunturan nilai dan penurunan
moral. Pengaruh globalisasi telah menjadikan generasi muda kehilangan identitas diri
sebagai anak bangsa Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya gejala-gejala yang
muncul dalam aktivitas dan keseharian generasi muda dalam bergaul. Dari segi penggunaan
bahasa generasi muda sekarang lebih bangga jika menggunakan bahasa asing, dari cara
berpakaian masih kurangnya generasi muda saat ini yang memakai pakaian khas Indonesia
yaitu batik untuk digunakan sehari-hari atau untuk mempertahankan serta melestarikan
budaya asli bangsa ini.
Akibat dari era globalisasi ini banyak lagu, drama, dan perfilman luar negeri yang
sangat mudah masuk kenegara Indonesia dan disukai oleh generasi muda saat ini. Generasi
muda lebih memilih lagu dan film yag berkualitas dari luar negeri dibandingkan dengan film
dalam negeri. Menurut (Abdullah, 2001) menggemukakan bahwa nasionalisme akan
bertahan dalam melawai arus globalisasi, yang memberikan berbagai janji serta sekaligus
menunjukan sekian banyak ancaman, maka nasionalisme harus dikembalikan kepada yang
empunya, yaitu masyarakat-bangsa. (Keller, 2006) juga mengemukakan bahwa untuk
mencegah dan mengatasi dampak buruk dari globalisasi, perlu diadakannya penguatan nilai-
nilai tradisional dan lokal yang menjadi identitas masyarakat apabila suatu masyarakat dapat
memegang teguh nilai tersebut, maka masyarakat tersebut tidak akan tergerus oleh dampak
globalisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa globalisasi akan dapat menimbulkan kesempatan sekaligus ancaman
bagi identitas suatu bangsa. Salah satu ancaman yang saat ini dirasakan adalah lunturnya
rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Tapi dibalik itu semua sudah seyogyanya kita dapat
menyikapi globalisasi ini dengan positif.
Diharapkan warga Negara Indonesia dengan sepenuh hati menyadari dan
memahami bahwa mereka merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara Indonesia
serta berkewajiban untuk melestarikan, mengembangkan, dan mempertahankan kebudayan
yang dimiliki. Bila kita cermati dari sikap dan perilaku, banyak generasi muda yang memiliki
tingkah laku kurang memiliki sopan santun serta cuek tidak memiliki empati dan simpati
terhadap lingkungan sekitar. Hal ini mungkin disebabkan oleh globalisasi yang menganut
sistem kebebasan dan keterbukaan sehinggga mereka cenderung bertindak sesuka hati.
Bila pengaruh diatas dibiarkan moral generasi muda sebagai penerus bangsa menjadi rusak
dan nilai nasionalisme akan terus luntur karena tidak memiliki rasa cinta budaya bangsa
sendiri serta rasa peduli terhadap masyarakat. Sehubungan hal tersebut, generasi muda
yang merupakan pilar bangsa diharapkan dapat memiliki jiwa nasionalisme dengan tetap
memegang teguh nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang telah ada meskipun banyak
budaya asing masuk di negara Indonesia
Berdasarkan uraian yang diatas tujuan dibuatnya jurnal ini adalah untuk mengetahui
pengertian nasionalisme, menganalisis masalah-masalah yang tercermin akibat pudarnya
rasa nasionalisme generasi muda di era global, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk
menumbuhkan rasa nasionalisme generasi muda di era globalisasi ini.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode studi literatur
yang dilakukan dengan cara mengkaji berbagai literatur yang sudah ada, baik yang
bersumber dari buku maupun berbagai literatur lainnya seperti jurnal nasional dan lain
sejenisnya.
Maka dengan menggunaka metode tersebut, peneliti dapat menyoroti gagasan atau
ide dalam suatu bidang studi agar peneliti mengetahui apa yang telah dipelajari di lapangan,
kelemahan, dan kesenjangannya yang selanjutnya dapat dibuat prediksi serta implikasinya.
PEMBAHASAN
Menurut (Yatim, 2001) istilah nasionalisme dalam Bahasa Indonesia diserap kedalam
dua pengertian: 1) Paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, 2)
Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara bersama-sama mencapai,
mengabadikan, dan mempertahankan integritas, identitas, kesatuan dan kemakmuran
bangsa itu.
Pancasila yang merupakan jiwa serta kepribadian bangsa, sudah ditetapkan sebagai
dasar negara dari dulu kala dan dijadikan sebagai pandangan hidup yang semestinya dapat
dijadikan pedoman bagi warga negara Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa,
bernegara, berbudaya dan bermasyarakat. Begitu pula generasi muda, Pancasila yang mulai
dianggap tidak penting dan luntur ketenarannya diharapkan dapat hidup kembali ke masa
keemasannya jika generasi muda secara sadar dan mengerti akan fungsi Pancasila serta
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dorongan nasionalisme di kalangan generasi muda mulai luntur dan menurun. Hal ini
dapat diamati dari banyaknya generasi muda yang lebih menganggap bahwa budaya asing
lebih modern dan keren dibanding budaya negeri sendiri. Generasi muda terutama
dikalangan pelajar, yang banyak mengikuti budaya barat daripada budaya sendiri.
Menurut (Emirta, 2013) penyebab memudarnya nasionalisme serta patriotisme di
kalangan generasi muda adalah
Faktor Internal
a. Sikap keluarga serta lingkungan sekitar yang tidak mendorong tercerminnya rasa
nasionalisme dan patriotisme, sehingga para pemuda merasa tidak ada antusias dan
akhirnya meniru sikap tersebut. Karena sejatinya para pemuda atau bisa kita sebut anak-
anak merupakan peniru yang baik terhadap apa yang ada disekitarnya.
b. Pemerintah pada jaman reformasi yang tidak sesuai harapan pemuda, sehingga timbul
rasa kekecewaan pada hasil kinerja pemerintahnya. Seperti tersingkapnya kasus
penggelapan uang negara, penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat dan tentunya
korupsi yang membuat para pemuda enggan untuk lebih terlibat didalamnya.
c. Sikap demokratis yang melampaui batas kesopanan dan etika serta banyak
ditemukannya unjuk rasa, yang menyebabkan frustasi dikalangan pemuda dan lunturnya
sikap optimisme, sehingga timbul rsifat egois, emosional, dan malas dalam diri pemuda.
d. Ketertinggalan Indonesia dengan negara-negara yang lain dalam berbagai aspek
kehidupan, menyebabkan para pemuda tidak terlalu bangga menjadi warga Indonesia.
Faktor Eksternal
a. Pesatnya arus globalisasi yang berdampak pada moral pemuda. Mereka lebih memilih
dan menyukai kebudayaan negara lain, daripada budaya lokal bangsa sendiri, sebagai
contoh para pemuda lebih merasa bangga jika menggunakan bahasa negara lain, lebih
suka dan bangga bila mengetahui dan update mengenai budaya bangsa lain, dan juga
lebih senang menggunakan pakaian minim daripada menggunakan batik sebagai ciri khas
bangsa Indonesia.
b. Paham liberalisme yang dengan mudah masuk ke Indonesia akibat adanya globalisasi
sehingga menyebabkan munculnya sikap individualisme yang hanya mementingkan diri
sendiri tanpa peduli terhadap lingkungan sekitar dan pemerintah.
c. Semakin lunturnya sikap rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Karena sudah
maraknya produk luar negeri di Indonesia baik berupa pakaian, makanan, dan lain
sebagainya. Para pemuda pemuda merasa bahwa bila menggunakan produk luar negeri
merasa lebih modern dan bila menggunakan produk lokal merasa jadul dan kuno.
Menurut (Rajasa, 2007) generasi muda dapat menumbuhkan sikap nasionalisme melalui
tiga cara yaitu:
1. Membangun karakter (characterbuilding) yakni generasi muda berperan dalam
membentuk karakter positif bangsa dengan kemauan keras, untuk menjunjung nilai-nilai
moral serta mempraktikannya pada kehidupan sehari-hari.
b. Mendorong Pegawai Negeri Sipil untuk menggunakan batik setiap hari Jumat. Hal ini
dikarenakan batik merupakan budaya asli Indonesia dan diharapkan dapat meningkatkan
rasa nasionalisme di tanah air.
c. Diharapkan pemerintah lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi generasi muda
agar dapat membangun bangsa Indonesia lebih baik lagi.
SIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil dari dari pemaparan diatas adalah agar menjadi suatu
bangsa yang besar, Indonesia harus dapat menanamkan sikap nasionalisme kepada
generasi muda sebagai pemegang tonggak estafet keberlangsungan bangsa. Jika sikap
nasionalisme tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari maka generasi
muda akan jauh dari sikap kehilangan semangat kebagsaan. Nasionalisme yang tinggi dari
generasi muda juga akan menciptakan perilaku positif dan terbaik untuk bangsa dan negara.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada kecenderungan menurunnya jiwa nasionalisme
dikalangan generasi muda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. (2001). Nasionalisme dan Sejarah. Satya Historika.
Agus, E., & Zulfahmi. (2019). Pengaruh Globalisai.
Agustin, D. S. . (2011). Penurunan Rasa Cinta BUdaya dan Nasionalisme Generasi Muda
Akibat Globalisasi. Sosial Humainora, 4, 177.
Cabral, A. (1973). Return to the Source: Selected Speeches of Amilac Cabral,. Monththly
Review Press.
Depdiknas. (2021). Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/minat
Dewi, U. (2018). Penguatan Nilai-Nilai Bangsa Melalui Pembelajaran di Tengah Arus
Globalisasi. Jurnal El-Hamra, 3, 25.
Emirta, Y. (2013). Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Pada Generasi Muda Bangsa dan
Peran Pemerintah Dalam Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Generasi Muda Bangsa
melalui Pendidikan Pembangunan Karakter.
https://www.academia.edu/9408879/Menumbuhkan_Jiwa_Nasionalisme_Pada_Gene
rasi_Muda_Bangsa_dan_Peran_Pemerintah_Dalam_Menumbuhkan_Jiwa_Nasionali
sme_Generasi_Muda_Bangsa_melalui_Pendidikan_Pembangunan_Karakter
Jemadu, A. (2008). Citra Masyarakat Globalisasi. Sinar Harapan.
Keller, S. (2006). Gobalization and Local Identity. Ekistic, 73, 436–441.
Maftuh, B. (2008). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dan Nasionalisme Melalui Pedidikan
Kewarganegaraan. Educationist, 2.
Rajasa. (2007). Kongres Pancasila IV. Bumi Aksara.
Samovar, L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2010). Komunikasi Lintas Budaya :
Communication Between Cultures. Salemba Humanika.
Syarifah, S., & Kusuma, A. (2016). Globalisasi Sebagai Tantangan Identitas Nasional bagi
Mahasiwa Surabaya. Global & Policy, 4, 63–64.
https://core.ac.uk/download/pdf/324103306.pdf
Widiyono, S. (2019). Pengembangan Nasionalisme Generasi Muda di Era Globalisasi.
Popularika, 7, 12.
Yatim, B. (2001). Soekarno, Islam, Dan Nasionalisme. Nuansa.